I. PENDAHULUAN
Tirotoksikosis adalah keadaan hormon tiroid berlebih, berbeda dengan
hipertiroidisme yang merupakan hasil dari fungsi sekresi berlebih dari tiroid.
primer yang disebabkan oleh Graves disease, MNG toksik, dan adenoma
toksik.1
Graves disease adalah salah satu contoh hipertiroidisme yang cukup sering
faktor genetik dan lingkungan. Manifestasi dari penyakit ini antara lain
kelainan pada mata. Kelainan pada mata (oftalmopati) ini meliputi keterlibatan
jaringan lunak, retraksi kelopak mata, proptosis, neuropati optik, dan myopati
Gejala pada mata tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelas dengan
pada otot-otot ekstraokuler disertai dengan reaksi inflamasi akut. Rongga mata
otot-otot bola mata dapat diketahui dengan pemeriksaan CT scanning atau MRI.
paling sering ditemukan pada usia dewasa, dimana pasien diabetes memiliki
mata, melihat lingkaran-lingkaran cahaya atau bintik gelap. Secara objektif, pada
perdarahan dalam bentuk titik, garis maupun bercak, dilatasi pembuluh darah
II. ANATOMI
1. Anatomi Bola Mata
Bola mata merupakan salah satu bagian tubuh yang memiliki struktur
atau lebih kurang 1 inci. Persarafan organ ini pun cukup unik karena saraf
mata dilapisi oleh 3 lapis jaringan, yaitu sclera, jaringan uvea dan retina.
Sklera merupakan bagian terluar dari bola mata. Sklera berwarna putih dan
cahaya masuk ke dalam mata. Jaringan uvea kaya akan vaskularisasi. Jaringan
uvea terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Lapisan paling dalam bola mata
adalah retina. Retina terdiri atas 10 lapisan dan bertanggung jawab merubah
diinterpretasikan di otak.1
Bola mata penuh akan cairan. Ada dua cairan yang berebeda terdapat di
bola mata. Vitreous humour mengisi bagian posterior dari bilik vitreous.
aqueous humour mengisi bilik mata depan dan bilik mata belakang. Cairan
ini diproduksi di bilik mata belakang dan mengalir ke bilik mata depan.
Cairan ini kaya akan nutrisi dan membantu komponen avaskular kornea dan
2. Anatomi Retina
rangsangan cahaya. Perbatasan antara retina dan koroid adalah sel epitel
bulbus. Selama ini, RPE dipercaya hanya memiliki satu fungsi yaitu
penglihatan mata. Namun, telah banyak ditemukan fungsi lain dari lapisan
ini. RPE ternyata dapat menjaga integritas struktur dari retina dengan cara
mengfagosit sel-sel fotoresptor yang rusak akibat pajanan dari radikal bebas,
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola
optic cup.1,2
batang.
6. Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan
sel Muller. Lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
7. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aseluler tempat sinaps sel
8. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
arah saraf optik. Di dalam lapisan ini terdapat sebagian besar pembuluh
darah retina.
10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.
penglihatan gelap dan terang. Integritas lapisan ini dapat menentukan proses
penglihatan yang baik. Pada bagian tengah retina terdapat bagian pucat yang
a. Vaskularisasi Retina
Retina menerima darah dari dua sumber, yaitu arteri retina sentralis
menvaskularisasi dua per tiga sebelah dalam dari lapisan retina (membran
luar dari lapisan retina (lapisan plexiform luar sampai epitel pigmen retina)
yang secara primer berasal dari lapisan yang kaya pembuluh darah pada
koroid.1,2
Jika retina mengalami ablasi sampai mengenai fovea maka akan terjadi
1. Definisi
Graves disease adalah salah satu contoh hipertiroidisme yang cukup sering
faktor genetik dan lingkungan. Manifestasi dari penyakit ini antara lain
bergantung pada asupan yodium. Penyakit ini timbul pada 2% wanita, namun
hanya sepersepuluhnya saja pada pria. Penyakit ini jarang timbul sebelum
adolesens dan biasanya muncul antara usia 20 sampai 50 tahun, namun pada
3. Morfologi
secara difus akibat adanya hipertrofi dan hiperplasia difus sel epitel folikel
tiroid. Kelenjar biasanya lunak dan licin, dan kapsulnya utuh.1,2 Secara
mikroskopis, sel epitel folikel pada kasus yang tidak diobati tampak tinggi
dan kolumnar serta lebih ramai daripada biasa. Meningkatnya jumlah sel
folikular. Papila ini tidak memiliki inti fibrovaskular, berbeda dengan yang
pucat, dengan tepi berlekuk-lekuk. Infiltrat limfoid, terutama terdiri atas sel
infiltrasi oleh limfosit, terutama sel T. Otot orbita mengalami edema pada
asupan yodium secara cepat akan memperburuk penyakit ini, dan peluang
nodus limpa dan sumsum tulang. Antibodi tersebut dapat dideteksi dengan
dengan Graves disease karena kadar TSI yang tinggi dapat melewati plasenta
kasus dan merupakan penanda siap ukur dari autoimunitas. Untuk jangka
hormon tiroid, dan usia pasien. Pada usia tua, ciri-ciri tirotoksikosis dapat
tersembunyi, namun yang khas adalah kelelahan dan penurunan berat badan,
mudahnya dengan menarik jari sambil merasakan ujung jari pada telapak
Konsentrasi total kalsium serum meningkat pada 27% pasien, dan terjadi
alkalin fosfatase serum yang tidak tahan panas dan osteokalsin juga
dengan hiperkalsemia.5
terbentuk. Pada saat istirahat, resistensi perifer vaskular menurun dan curah
bounding, tekanan pulsasi melebar, dan murmur sistolik aorta yang dapat
memperburuk angina pada gagal jantung di usia tua atau usia muda dengan
kelainan jantung. Fibrilasi atrial sering terjadi pada pasien >50 tahun.5
berkeringat dan tidak tahan panas terutama pada cuaca panas/hangat. Selain
itu dapat pula terjadi eritema palmar, onikolisis, pruritus, urtikaria, dan
hiperpigmentasi difus. Tekstur rambut tetap baik, namun pada 40% pasien
frekuensi feses, seringkali diare atau steatorea ringan. Efek langsung dari
menstruasi adalah disrupsi dari amplitudo dan frekuensi dari pulsasi LH/FSH
akibat pengaruh hormon tiroid pada pensinyalan GnRH. Selain itu ada pula
hormon seks.1,5
Tiroid akan membesar hingga dua sampai tiga kali normal,
Fase dari perkembangan penyakit ini adalah fase kongestif dan fibrosis. Pada
fase kongestif (inflamasi), mata merah dan nyeri, dapat berulang selama 3
tahun dan hanya 10% pasien yang mengalami masalah penglihatan jangka
panjang yang serius. Pada fase fibrosis, mata tenang, meskipun ada defek
kelopak mata.
- Keratokonjungtivitis limbus superior.
2. Retraksi Kelopak
Retraksi kelopak mata atas dan bawah terjadi pada kurang lebih 50% pasien
hipotrofi akibat fibrosis dan kekakuan otot rektus inferior. Reaksi ini dapat
pula disebabkan secara tidak langsung oleh fibrosis otot rektus superior.
- Reaksi berlebih dari otot Muller sebagai akibat dari overstimulasi simpatis
- Tanda Dalrymple
- Tanda Kocher
4. Myopati Restriktif
Sebagian pasien (30-50%) dengan penyakit mata tiroid mengalami
adanya penekanan okular oleh otot rektus inferior yang fibrosis.7 Bentuk
- Defek depresi sebagai akibat tidak langsung dari fibrosis otot rektus superio
5. Neuropati Optik
Neuropati optik jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang serius akibat
penekanan nervus optikus atau pembuluh darah pada apeks orbital akibat
kongesti dan pembesaran otot rektus. Penekanan tersebut dapat terjadi tanpa
berat yang dapat dicegah. Gangguan yang terjadi biasanya pada penglihatan
sentral.7
Tanda-tanda yang dapat dilihat dari pasien antara lain:
- Gangguan lapang pandang dapat berupa sentral atau parasentral dan dapat
pula terjadi bersamaan dengan defek bundel serat saraf. Jika terdapat
terbuka primer.
NOSPECS):
Kelas Uraian:
2 : Soft tissue involvement with signs and symptoms. Perubahan jaringan lunak
orbita, dengan tanda dan gejala seperti lakrimasi, fotofobia, dan pembengkakan
6 : Sight loss due to optic nerve involvement. Kebutaan (kerusakan nervus optikus)8
- Kelas 3 ditandai dengan adanya proptosis yang dapat dideteksi dengan Hertel
exophthalmometer.
- Pada kelas 4, terjadi perubahan otot-otot bola mata berupa proses infiltratif
menggerakkan bola mata keatas. Bila mengenai musculus rectus medialis, maka
kebutaan.1
osmotik air. Otot-otot tersebut membesar hingga dapat mencapai 8 kali normal,
lalu menekan nervus optikus. Degenerasi dari serat otot menyebabkan fibrosis,
- Infiltrasi sel inflamasi, yaitu limfosit, sel plasma, makrofag, dan sel mast dari
6. Diagnosis Banding
antibodi TSH-R positif, dan sering dengan riwayat individu dan keluarga
adalah scan radionuklida (99mTc, 123I, atau 131I) pada tiroid, yang membedakan
tumor TSH penyekresi pituitari, terdapat pula goiter difus. Manifestasi klinis
- T : Tobacco abstinence
- E : Euthyroidism must be achieved
- A : Artificial tears
- R : Referral to a specialist centre with experience10
Gejala yang muncul berupa epibulbar yang hiperemis sebagai tanda dari adanya
a. Epibulbar hiperemis
oral.
b. Keratokonjungtivitis limbus
2. Retraksi kelopak
a. Mullerotomy
Mullerotomy merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan
c. Injeksi Botox
Injeksi botox pada levator aponeurosis dan otot Muller dapat digunakan
d. Guanethidine 5% eyedrops
3. Proptosis
a. Terapi medikamentosa
- Steroid sistemik
- Radioterapi
Radiasi dapat diberikan sebagai ajuvan dari penggunaan steroid, atau
- Terapi kombinasi
b. Dekompresi pembedahan
rongga orbital.
4. Miopati Restriktif
5. Neuropati Optik
orbital.7
8. Komplikasi
tirotoksikosis tanpa krisis tiroid. Juga tidak ada bukti yang kuat bahwa krisis
seluruh kehamilan dan jika tidak terkontrol dengan baik dapat memicu
pada neonatus dan bayi dengan berat badan lahir rendah serta peningkatan
1. Jameson JL, Weetman AP. Disorders of the thyroid gland. In: Kasper DL, Fauci
AS, Longo DL, et al. Harrison’s principles of internal medicine. 17th ed. USA:
McGraw Hill Medical. 2008; 2233-37.
2. Maitra A, Kumar V. Sistem endokrin. Dalam: Kumar V, Cotran R, Robbins SL.
Buku ajar patologi. 7th ed. Penerjemah: Prasetyo A, Pendit BU, Priliono T.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007; 813-15.
3. Moeljanto RD. Kelenjar tiroid, hipotiroidisme, dan hipertiroidisme. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Edisi kelima. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Indonesia. 2009; 2009-15.
4. Matfin G, Kuenzi JA, Guven S. Disorders of endocrine control of growth and
metabolism. In: Porth CM. Pathophysiology-concepts of altered health states.
7th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2005; 975.
5. Thyrotoxicosis. In: Larsen, Kronenberg, Melmed, Polonsky. Williams textbook
of endocrinology. 10th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2003.
6. The thyroid gland. In: Gardner DG, Shoback D. Greenspan’s basic & clinical
endocrinology. 8th ed. McGraw Hill. 2007.
7. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophtalmology: a systematic approach. 7th ed.
China: Elsevier. 2011. [ebook]
8. Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology. New Delhi: New Age
International. 2007; 390-2.
9. Bartalena L, Baldeschi L, Dickinson A et al. Consensus statement of the
European Group on Graves’ Orbitopathy (EUGOGO) on management of GO.
Eur J Endocrinol. 2008; 158: 273-285.
10. Bartalena L, Marcocci C, Tanda L, et al. Management of thyroid eye disease.
Eur J Med Mol Imaging. 2002;29:S458-65.
11. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed.
USA: Mc Graw-Hill. 2007. [ebook]