Retinopati Diabetikum
Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik degeneratif tersering
Anatomi Mata
RETINA
Retina merupakan membran yang
tipis, halus dan tidak berwarna,
tembus pandang.
Yang terlihat merah pada fundus
adalah warna koroid.
Menurut fungsinya retina dibagi
menjadi:
Pars optica retinae
-merupakan bagian retina yang
mempunyai sel khusus penerima
rangsang cahaya
Pars coeca retinae
- merupakan bagian dari retina yang
tidak mempunyai sel khusus.
- Termasuk disini yaitu:
Pars ciliaris retinae
Pars iridis retinae
ke ujung.
Sel batang dan kerucut tidak menyebar secara merata di retina.
Di titik buta tidak ada sel batang dan kerucut dan maka dari itu
Makula Lutea
Lapisan Retina
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina,dan
Fisiologi Retina
Fungsi penglihatan normal tergantung pada
Definisi Retinopati
Diabetikum
Suatu disfungsi progresif dari pembuluh darah
Epidemiologi
paling sering ditemukan pada usia dewasa antara 20
sampai 74 tahun.
pasien diabetes memiliki resiko 25 kali lebih mudah
mengalami kebutaan dibanding nondiabetes
pada waktu diagnosis diabetes tipe I ditegakkan,
retinopati diabetik hanya ditemukan pada <5% pasien
setelah 10 tahun, prevalensi meningkat menjadi 40-50%
dan sesudah 20 tahun lebih dari 90% pasien sudah
menderita rerinopati diabetik.
pada diabetes tipe 2 ketika diagnosis ditegakkan, sekitar
25% sudah menderita retinopati diabetik non proliferatif.
Setelah 20 tahun, prevalensi retinopati diabetik meningkat
menjadi lebih dari 60% dalam berbagai derajat.
Faktor Resiko
Durasi diabetes - insiden retinopati diabetic setelah
Patofisiologi
Perubahan histopatologis kapiler retina pada diabetik retinopati
Mikroaneurisme
Pada DM terjadi persistensi kadar glukosa darah yang tinggi - glukosa
retinopathy DM.
Etiopathogenesis
Perubahan biokimia
Jalur poliol
Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan
produksi berlebihan serta akumulasi dari poliol, yaitu senyawa
gula dan alcohol, dalam jaringan termasuk dilensa dan saraf
optic. Salah satu sifat dari senyawa poliol adalah tidak dapat
melewati membrane basalis sehingga akan tertimbun dalam
jumlah banyak didalam sel. Senyawa poliol menyebabkan
penigkatan tekanan osmotic sel dan menimbulkan gangguan
morfologi maupun fungsional sel.
Glikasi nonenzimatik
Glikasi nonenzimatik terhadap protein dan DNA yang terjadi
selama hiperglikemi dapat menghambat aktivitas enzim dan
keutuhan DNA. Protein yang teroglikosilasi membentuk radikal
bebas dan akan menyebabkan perubahan fungsi sel.
Protein kinase C
Protein kinase C (PKC) diketahu memiliki
pengaruh terhadap pemeabilitas vascular,
kontraktilitas, sintesi membrana basalis dan
proliferasi sel vascular. Dalam kondisi
hiperglikemia aktivitas PKC di retina dan sel
endotel meningkat akibat peningkatan sintesi
de novo dari diasilgliserol, suatu regulator PKC
yang berasal dari glukosa.
Perubahan anatomis
Capilaropathy
Degenerasi dan hilangnya sel-sel perisit
Proliferasi sel endotel
Penebalam membrane basalis
Sumbatan microvaskuuler
Arteriovenous shunts
Intraretinal microvascular abnormalities (IRMA)
Neovaskularisasi
Angiogenic growth factor menyebabkan pembentukan pembuluh darah
baru pada retina dan discus opticus.
-
Perubahan hematologi:
Peningkatan sifat agregasi trombosit dan
peningkatan agregasi eritrosit yang
meningkatkan abnormalitas serum dan
viskositas darah.
Abnormalitas lipid serum
Fibrinolisis yang tidak sempurna
Abnormalitas dari sekresi growth hormone
Protein Aminoguanidin
Aminoguanidin (suatu fraksi dari protein
esensial), melalui mekanisme yang masih terus
diselidiki, pada tikus percobaan ternyata dapat
memperlambat pertambahan mikroaneurisma
dan penumpukan deposit protein pada kapiler
kapiler di retina.
Peningkatan gula darah sampai ketinggian
tertentu, mengakibatkan keracunan sel sel
tubuh, terutama darah dan dinding pembuluh
darah, yang disebut glikotoksisitas.
Normal glikosilase 4-9%, penderita DM 20%.
Growth hormone
Growth hormone diduga berperan penting pada
progresifitas diabetic retinopathy.
Kejadian retinopathy DM ternyata sangat rendah pada
Mekanisme
Cara Kerja
Aldose reduktase
aspirin
ROS
AGE
NOS
metabolisme sel
Penurunan aliran darah ke retina,
endotel
meingkatkan hipoksia
VEGF
Menghambat vaskularisasi,
Merangsang neovaskularisasi
Klasifikasi
Vena melebar
Eksudat kecil-kecil, tampak seperti lilin, tersebar atau terkumpul
Stadium III
Stadium II dan cotton wool patches, sebagai akibat iskemia pada
Stadium IV
Vena-vena melebar, cyanosis, tampak sebagai sosis, disertai
Stadium V
Perdarahan besar diretina dan preretina dan juga didalam badan
Manisfestasi Klinis
Gejala Subjektif yang dapat dirasakan :
Kesulitan membaca
Penglihatan kabur disebabkan karena edema
macula
Penglihatan ganda
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu
mata
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya jika telah
terjadi perdarahan vitreus
Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip
dalam retina
PDR
Mikroaneurisma (+)
Mikroaneurisma (+)
Oedem retina(+)
IRMA (+)
IRMA(+)
Neovaskularisasi (-)
Neovaskularisasi (+)
Diagnosis
Deteksi dini retinopati DM di pelayanan kesehatan primer
terdiri dari pemeriksaan visus, tekanan bola mata, slitlamp biomicroscopy, gonioskop, funduskopi dan
stereoscopic fundus photography dengan pemberian
midriatikum sebelum pemeriksaan.
yang tidak membesar tetapi agak memudar pada fase akhir tes.
Perdarahan berupa noda dan titik bisa dibedakan dari
DIAGNOSIS
BANDING
Branch Retinal Vein Occlusion
Central Retinal Vein Occlusion
Macular drussen: Bilateral, titik kekuningan focal yang dapat di salah artikan sebagai
hard exudate. Namun pada kelainan ini, titik-titik tersebut tidak membentuk sebagai
rosette.
Hypertensive retinopathy: terdapat tanda khas yang berupa oedema retinal bilateral,
terdapat eksudat keras dan flame shapped haemorrages dan dapat bersamaan
dengan adanya BDR. Namun hard exudates membentuk macular star dan tidak
membentuk cincin.
Retinal artery macroaneurysm: terdapat oedem retina, hard exudates, dan
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pengendalian glukosa: pengendalian glukosa
secara intensif pada pasien dengan DM
tergantung insulin (IDDM) menurunkan
insidensi dan progresi retinopathy DM.
ADA menyarankan bahwa semua diabetes
(NIDDM dan IDDM) harus mempertahankan
level HbA1c kurang dari 7% untuk mencegah
atau paling tidak meminimalkan kompilkasi
jangka panjang dari DM termasuk retinopathy
DM.
Terapi Laser
Indikasi terapi fotokoagulasi adalah retinopati
2)focal photocoagulation
pada mikroaneurisma atau lesi mikrovaskular
di tengah cincin hard exudates yang terletak
500-3000 m dari tengah fovea
bertujuan untuk mengurangi atau
menghilangkan edema macula.
3) grid photocoagulation
suatu teknik penggunaan sinar laser dimana
pembakaran dengan bentuk kisi-kisi
diarahkan pada daerah edema yang difus
Terapi edema macula sering dilakukan dengan
menggunakan kombinasi focal dan grid
photocoagulation
edema
Terapi Bedah
Vitrektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang mengalami
kekeruhan (opacity) vitreus dan yang mengalami neovaskularisasi
aktif.
Vitrektomi dapat juga membantu bagi pasien dengan
Komplikasi
1. Rubeosis iridis progresif
Penyakit ini merupakan komplikasi segmen
anterior paling sering.
Neovaskularisasi pada iris (rubeosis iridis)
merupakan suatu respon terhadap adanya
hipoksia dan iskemia retina akibat berbagai
penyakit, baik pada mata maupun di luar
mata yang paling sering adalah retinopati
diabetik.
2. Glaukoma neovaskular
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sudut tertutup sekunder
yang terjadi akibat pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada
permukaan iris dan jaringan anyaman trabekula yang menimbulkan
gangguan aliran aquous dan dapat meningkatkan tekanan intra
okuler
4. Ablasio retina
Merupakan keadaan dimana terlepasnya
lapisan neurosensori retina dari lapisan
pigmen epithelium.
Ablasio retina tidak menimbulkan nyeri, tetapi
bisa menyebabkan gambaran bentuk-bentuk
ireguler yang melayang-layang atau kilatan
cahaya, serta menyebabkan penglihatan
menjadi kabur.
Prognosis
Faktor prognostik yang menguntungkan
Eksudat yang sirkuler.
Kebocoran yang jelas/berbatas tegas.
Perfusi sekitar fovea yang baik.
Kesimpulan
Retinopathy DM adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh
Terima Kasih