RETINOPATI DIABETIK
Oleh:
Indri Elsa Putri 1210311023
Radhiatul Mardhiah 1210312070
Rahmat Ramadhan 0910311010
Pembimbing:
TINJAUAN PUSTAKA
multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 poterior dinding bola mata. Retina
membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan corpus sillier, dan berakhir di
Pada orang dewasa, ora serrata berada disekitar 6,5 mm di belakang garis
Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm di belakang garis ini pada sisi nasal.
Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina
sehingga juga bertumpuk dengan membrane Bruch, khoroid, dan sclera. Di sebagian
besar tempat, retina dan epithelium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk
ruang subretina namun pada discus optikus dan ora serrata, retina dan epithelium
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub
berada tepat di luar membrane Bruch yang memperdarahi sepertiga luar retina,
termasuk lapisan pleksiformis luar dan lapisan inti luar fotoreseptor dan lapisan epitel
pigmen retina; serta cabang-cabang dari ateria sentralis retina yang memperdarahi
Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus
berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai suatu
transdusens yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu
mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh
lapisan, serta saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan.
untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Makula
terutama digunakan untuk ketajaman sentral dan warna (fotopik) sedangkan bagian
retina lainnya, yang besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk
diabetes mellitus (DM) tipe 1 dan 2 yang terjadi akibat proses hiperglikemia dalam
jangka waktu yang lama. Retinopati diabetik diklasifikasikan atas non proliferative
proliferative diabetic retinopathy merupakan tahap awal dari retinopati diabetik yang
terdiri dari mild, moderate, severe dan very severe NPDR. Proliferative diabetic
retinopathy yang merupakan tahap lanjut dari retinopati diabetik terdiri atas early,
high risk dan advanced PDR.2
1.2.2 Epidemiologi
dijumpai terutama di negara barat. Kira-kira 1 dari 900 orang berusia 25 tahun
bahwa jumlah penderita retinopati DM akan meningkat dari 100,8 juta pada tahun
2010 menjadi 154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% diantaranya terancam
pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan melaporkan bahwa
dari pembuluh darah retina yang spesifik termasuk hilangnya sel perikapiler secara
selektif dan penebalan dari membran basalis, yang menyebabkan oklusi dari
pembuluh darah dan nonperfusi dari retina yang mana menyebabkan terjadinya
1. Perubahan anatomis
a. Capilaropathy
b. Sumbatan mikrovaskuuler
Arteriovenous shunts
Neovaskularisasi
darah baru pada retina dan discus opticus (pada proliferatif retinopati
2. Perubahan hematologi:
3. Perubahan biokimia
a. Jalur poliol
serta akumulasi dari poliol, yaitu senyawa gula dan alkohol, dalam jaringan
termasuk di lensa dan saraf optik. Salah satu sifat dari senyawa poliol adalah tidak
dapat melewati membran basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah banyak di
dalam sel. Senyawa poliol menyebabkan peningkatan tekanan osmotik sel dan
b. Glikasi nonenzimatik
hiperglikemi dapat menghambat aktivitas enzim dan keutuhan DNA. Protein yang
sel.
c. Protein kinase C
kontraktilitas, sintesis membran basalis dan proliferasi sel vaskuler. Dalam kondisi
peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol, yaitu suatu regulator PKC yang
dibagi lagi menjadi tipe mild, moderate, severe dan very severe.2
● Minimal 1 mikroaneurisma
kuadran fundus.
● Perdarahan dot dan blot dengan derajat keparahan yang besar, pada 1/3
kuadran.
● Terdapat bercak cotton wool
kuadran.
● Dua atau lebih kriteria dari severe NPDR, tapi tidak ada tanda-tanda
Lesi di retina pada stadium ini berada dibawah retina dan terdapat
Pada stadium ini, manifestasi klinis yang diberikan adalah iskemia yang
darah baru untuk menyediakan oksigenasi yang baik pada retina. Pembuluh darah
baru yang tumbuh di retina disebut dengan neovascularisation elsewhere (NVE) dan
yang tumbuh di optik disk disebut dengan neovascularisation of the disc (NVD).
Pembuluh darah yang baru ini dapat berdarah dan menimbulkan perdarahan kedalam
vitreous.14
1.2.5 Patofisiologi
dan advanced glycation endproducts (AGEs). ROIs dan AGEs merusak sel
1. Kesulitan membaca
2. Penglihatan kabur
dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah
2. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak
membesar dan bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa
minggu.
5. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina.
difus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan
1.2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis pasien Diabetes Mellitus
Jika ada diantara yang keluarga yang DM, ditanyakan tentang adanya
a) Tajam Penglihatan
b) Pemeriksaan pupil
katarak.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai retina berupa optic nerve cupping,
neovaskularisasi diskus, mekular edema, cotton wool spot,
mikroaneurisma.12
- Perdarahan
Hampir sama dengan oftalmoskop biasa, hanya saja dengan alat ini bisa
1.2.8 Tatalaksana1
a. Pencegahan Umum :
c. Hentikan merokok
b. Tatalaksana Obat-obatan
acetonide posterior sub tenon secara penelitian retrospektif dapat memperbaiki visus
dalam 1 bulan dan mempertahankan visus hingga satu tahun. Peningkatan tekanan
singkat..Anti VEGF juga digunakan untuk membantu sebagai terapai adjuvant pada
Mata dengan edema macula diabetic yang tidak bermakna secara klinik
(DME) dapat dipantau secara ketat tanpa dilakukan terapi laser. Sedangkan untuk
edema makula yag bermakna secara klinis Clinically Makular Significant Edema
(CMSE) memerlukan terapi laser bila lesinya focal dan grid laser bila lesinya difus
Untuk kasus perdarahan vitreus dan ablasio retina, terapi bedah merupakan
dapat ditunda sampai satu tahun karna perdarahan vitreus akan bersih secara spontan
pada 20 % mata.
1.2.9 Komplikasi
(rubeosis iridis) merupakan suatu respon terhadap adanya hipoksia dan iskemia retina
Neovaskularisasi iris pada awalnya terjadi pada tepi pupil sebagai percabangan kecil,
secara radial sampai ke sudut, meluas dari akar iris melewati ciliary body mencapai
jaring trabekula sehingga menghambat aliran aquos dengan akibat TIO meningkat.
sehingga terjadi sinekia anterior perifer sehingga sudut bilik mata depan tertutup dan
2. Glaukoma neovaskular
jaringan fibrovaskular pada permukaan iris dan jaringan anyaman trabekula yang
3. Ablasio Retina
1.2.10 Prognosis
Kontrol optimum glukosa darah (HBA1c < 7%) dapat mempertahankan atau
menunda retinopati diabetika. Tanpa pengobatan, ablasio retina traksional dan edema
Tabel di bawah ini merupakan anjuran kontrol retinopati diabetik sesuai stadium
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Penderita
Nama : Nn. W
MR : 96 36 48
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Pasar SPF RT 001 Tabir Hilir
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
2.2 Anamnesis
Seorang pria datang ke RSUP Dr.M.Djamil tanggal 5 Desember 2016 dengan:
Keluhan utama :
Mata kiri nyeri dan kabur sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
namun sesaat setelah diobati mata malah tambah nyeri, pasien dirujuk ke RS
muaro bungo, dirawat selama 3 minggu, diberi obat Vigamox ed tiap 5 jam,
lainnya.
Status Oftalmologi
Status Ophthalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 5/10 1/300
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus (+) (-)
Silia / superlia Trikiasis (-), Madarosis (-) Trikiasis (+), Madarosis (-)
Edem (-), ekimosis (-), Edem (+), ekimosis (-),
ektropion (-), entropion (-), ektropion (-), entropion (-),
Palpebra superior
lagoftalmus, pseudoptosis lagoftalmus, pseudoptosis
(-), ptosis (-) (-), ptosis (-)
Edem (-), ekimosis (-), Edem (+), ekimosis (-),
ektropion (-), entropion (-), ektropion (-), entropion (-),
Palpebra inferior
lagoftalmus, pseudoptosis lagoftalmus, pseudoptosis
(-), ptosis (-) (-), ptosis (-)
Margo palpebra Ektropion (-), Entropion (-) Ektropion (-), Entropion (-)
Aparatus Lakrimalis Normal Normal
Konjungtiva tarsalis Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva forniks Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Injeksi konjungtiva, injeksi
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-)
siliar (+)
Sklera Putih Putih
Ulkus (+) sentral
parasentral diameter 2-
3mm, kedalaman 1/3
Cornea Bening sentral, lesi satelit
COA Cukup dalam Hipopion (+) 2 mm
Iris Coklat Coklat
Bulat Rf +/+, diameter
Pupil 3mm Semimidriasis (SA)
Lensa Bening Sulit dinilai
Corpus Vitreus Bening Sulit dinilai
Bening
Fundus : Bulat batas tegas c/d 0,3 -
- Media 0,4
- Papilla N.Optikus aa:vv:2:3 Tidak dilakukan
Perdarahan (-), eksudat (-)
- P.darah Reflek fovea (+)
- Retina
- Makula
Tekanan bulbus oculi Normal palpasi Normal palpasi
Gerakan bulbus oculi Bebas Bebas
Posisi bulbus okuli Ortho Ortho
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 17,1 g/dl
Leukosit : 8.750/mm3
Trombosit : 268.000/mm3
Ht : 48%
PT/APTT : 9,9/ 38,1
Ur/Cr : 34/1,5
SGOT/SGPT : 25/34
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Gram :
Pemeriksaa Giemsa :
PMN >MN
Pemeriksaan KOH :
Pemeriksaan Mikrobiologi
TINDAKAN PENGOBATAN
Ciprofloxacin 2x500 mg
Flukonazole 1x150mg
Glaucom 4x125mg
Aspor K 2x1
EDTA 15 ml ed 4x1ed OS
PROGNOSIS
KESIMPULAN
kerusakan dan sumbatan pembuluh darah halus yang meliputi arteriol prekapiler
yaitu retinopati diabetik non proliferatif dan retinopati diabetik proliferatif. Gejala
yang biasa timbul seperti Kesulitan membaca, Penglihatan kabur, Penglihatan tiba-
tiba menurun pada satu mata, Melihat lingkaran-lingkaran cahaya, Melihat bintik
gelap dan cahaya kelap kelip. Prinsip utama penatalaksanaan dari retinopati diabetika
adalah pencegahan seperti modifikasi gaya hidup, kontrol rutin, terapi laser,
DAFTAR PUSTAKA
Fransisco: 2011-2012
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI;2011.
5. Diabetic Retinopathy,
http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/diabetic.retinopathy.
8. Ratna S, Retinopati Diabetik. J Indon Med Assoc, Vol. 61 (8). Jakarta: 2011