Anda di halaman 1dari 11

KEBIJAKAN PELAYANAN TELEMEDICINE

DIREKTORAT TATA KELOLA PELAYANAN KESEHATAN

Disampaikan Pada:
PERTEMUAN PEMBINAAN TEKNIS TELEMEDICINE
TINGKAT PROVINSI KEPULAYAN RIAU
15 – 17 September 2022
DEFENISI

“Telemedicine”
adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera,
penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan
peningkatan kesehatan individu dan masyarakat”
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019)
Kondisi Geografis di Indonesia
Alasan Pengembangan dan
Kebutuhan Telemedicine di
Adanya Pandemi dan Pembatasan Aktiftas Fisik
Indonesia

Transformasi Sistem Kesehatan

Akses Internet

Kemajuan sains dan teknologi informasi

Rekomendasi WHO tentang kesehatan digital


dan telemedicine

Perubahan budaya dan perilaku masyarakat


mengakses pelayanan kesehatan

Kebutuhan peningkatan akses pelayanan


kesehatan

Mendukung program kesehatan prioritas


TELEMEDICINE MERUPAKAN PERLUASAN LAYANAN
KESEHATAN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Tenaga kesehatan harus ingat bahwa pengobatan harus
selalu menjadi pelayanan yang berpusat pada pasien, KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM
dalam hal ini teknologi hanyalah ALAT BANTU (Tidak Dalam Pelaksanaan Telemedicine, Dokter/Tenaga Kesehatan harus diberikan
Menggantikan) untuk meningkatkan pemberian Kepastian dan Perlindungan Hukum. Karena Surat Izin Praktik (SIP) melekat di
pelayanan kesehatan bagi pasien Fasilitas Pelayanan Kesehatan, maka konsep penyelenggaraan Telemedicine
harus merupakan bagian dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

KOMPETENSI DAN KEWENANGAN REGISTRASI DAN PEMBERIAN IZIN


Melalui proses registrasi dan pemberian izin dari Setiap dokter dan dokter gigi wajib
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang- memiliki surat tanda registrasi (STR) dan
undangan. surat izin praktik (SIP).
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran

JENIS FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib Tenaga Kesehatan berkewajiban mematuhi
Pasien adalah setiap orang yang melakukan
memiliki izin Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi,
konsultasi masalah kesehatannya untuk
PP No.47 Tahun 2016 memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan dan Standar Prosedur Operasional.
tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada dokter atau dokter gigi. Undang-Undang No.36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan
UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pelayanan Kesehatan Digital (Telemedicine) existing

P R
Pelayanan Datang Rujukan
Kesehatan Pasien FKT Primer FKRTL
berobat Fisik
Konvensional
Puskesmas Rumah
& Klinik Sakit

Terdapat kunjungan fisik ke


- Kesulitan aksesibilitas pasien -Perlunya kunjungan fisik untuk penanganan FKTP, dilakukan pelayanan
Permasalahan
ke FKTP misal akibat jarak kasus spesialistik pada FKRTL Telemedicine antar fasyankes
untuk mengurangi rujukan ke
Jawaban Permasalahan FKRTL.
HOSPITAL BASE
Telemedicine Telemedicine
P R
Pelayanan Faskes - Masyarakat Faskes - Faskes
Kesehatan Antara Nakes dan Pasien Antar Nakes/Dokter
Digital Cth: Startup, Isoman, & Cth: Komen (Tele EKG,
Tele USG, Tele Radiologi,
Mobile JKN Telekonsultasi Klinis)
Tidak terdapat kunjungan fisik
Kemudahan aksesibilitas pasien →
Manfaat Dokter → dokter spesialis ke FKTP, pelayanan
dokter / dokter spesialis
Telemedicine dari masyarakat
Indikator - Berkurangnya rujukan fisik dari ke fasyankes.
- Jumlah kunjungan online COMMUNITY BASE
Kesuksesan FKTP ke FKRTL

KMK No 4829 Tahun 2021 PMK No 20 Tahun 2019


Regulasi (Terbatas untuk penanganan pandemi (Membahas praktik telemedicine antar
Covid-19) faskes dengan faskes)
KEBIJAKAN TELEMEDICINE SELAMA
PANDEMI COVID-19

1. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor


HK.02.01/MENKES/303/2020 tentang Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
dalam rangka pencegahan penyebaran Coronavirus Disease (COVID-
19)
2. Surat Himbauan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor
YR.03.03/III/III8/2020 tanggal 9 April 2020 tentang himbauan tidak
praktik rutin kecuali emergensi
3. Perkonsil Nomor 74 Tahun 2020 tentang Kewenangan dan Praktik
Kedokteran melalui Telemedciine pada masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia
4. KMK Nomor HK.01.07/MENKES/4849/2021 tentang Pedoman
Pelayanan Kesehatan melalui Telemedicine pada masa Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
PILOT PROJECT TELEMEDICINE ANTAR FASYANKES DI
INDONESIA
1 UJI COBA PEMBAYARAN JASA 2 UJI COBA TELEMEDICINE
TELEMEDICINE BPJS KESEHATAN KEMKES-IRAN 2022
Peserta PRB (Program Rujuk Balik) dengan kondisi STABIL yang masih
membutuhkan pengobatan jangka panjang
Uji coba di 10 Puskesmas yang tersebar pada 4
Tahap kedua yang Provinsi dan 9 Kab/Kota
diperluas menjadi 101
FKTP
April 2022- Des 2023
 Penyakit Jantung
 Hipertensi
 Asma
 PPOK
 Epileksi
 Skizofrenia
 Stroke
 SLE
 Kehamilan TACC

3 UJI COBA TELEMEDICINE JICA-Kemenristekdikti 2022


Uji coba Tele-ICU di Kota Depok dan Makassar
HASIL PENDATAAN PENGEMBANGAN TELEMEDICINE YANG DILAKUKAN FASYANKES

Pengisian Survei/Data Respons Isian Jumlah Respon


Implementasi Telemedicine dilakukan
sejak tanggal 30 Mei-17 Juni 2022
Jenis Fasyankes Imple- 45% Belum
mentasi Telemedicine 55% Telemedicine
Sudah
Telemedicine
19% RS 19%
50% Puskesmas 31%
31%
Klinik 50%
15%
Kemke
s

Kriteria berdasarkan jenis layanan


yang diberikan oleh fasyankes 22%
Mandiri/Pihak ke-3

23%
Mobile JKN

40%
Aplikasi Chat/Telp/Surel

Jenis Aplikasi yang digunakan


Hambatan dan Tantangan Pelayanan Telemedicine

Infrastruktur
jaringan Internet masih belum stabil dan terbatas, serta jaringan Listrik
belum merata khususnya di wilayah timur Stakeholder
Kebijakan dan dukungan Anggaran Pemda belum optimal, Komitmen Pimpinan
Sumber Daya Manusia Fasyankes belum optimal, dan kerjasama dengan SKPD terkait belum optimal.

perubahan budaya kerja konvensional ke digital masih lambat.


pemahaman penggunaan perangkat dan alkes digital bagi Nakes Perangkat
masih rendah, dan ketersediaan SDM IT masih belum merata
alkes belum digital/tidak support telemedicine, pemahaman penggunaan
Pembiayaan alat kesehatan untuk telemedicine yang belum optimal, belum semua
FKTP memiliki perangkat keras (laptop/PC dan Webcam)
belum tersedia sistem pembiayaan dan tarif pelayanan telemedicine
PEMBIAYAAN
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

Biaya dibebankan kepada Fasyankes Peminta Konsultasi

1 2
Besaran biaya peserta JKN
(ditetapkan Menteri Kesehatan, namun saat ini masih
tahap uji coba pembiayaan jasa konsultasi pada 101 FKTP)

Besaran biaya pasien Non JKN Kesepakatan


antar Fasyankes

4 Pendanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai

Biaya dibebankan kepada


3 kewenangan masing-masing
APBN
APBD
masing-masing Fasyankes Sumber lain yang tidak mengikat
TARIF UJI COBA BPJS
TELEMEDICINE

11

Anda mungkin juga menyukai