Anda di halaman 1dari 16

PRATIKUM BLOK 4.

3
Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Komunitas dan Pencegahan

MEET UP
(Mencegah Tuberculosis Paru)
Menyusun Program Inovatif dalam Kesehatan Masyarakat

Oleh:
KELOMPOK 6A
Muhammad Adryan Koto (180610036)
Arfini Mertia (180610025)
Amirah (1806100)
Refi Syifa Ginanda (180610004)
Syifa Chairunnisa (1806100)
Syarina Syafira (180610074)

DOSEN PEMBIMBING

drg. Anita Syafrida, M. Kes

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan Laporan Praktikum Praktikum POACE (Planning, (Planning,
Organizing, Organizing, Actuating, Actuating, Controlling, and Evaluation) ini
dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Shalawat beserta salam penulis
sampaikan kepada suri tauladan kita yakni nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan pengikutnya yang setia. Penulisan laporan ini berjudul “MEET UP
(Mencegah Tuberculosis Paru)”.

Dalam penulisan laporan ini penulis dibimbing dan dibantu oleh berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan kesempatan ini penulis penulis menyampaikan
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada drg. Anita
Syafrida, M. Kes, selaku dosen pembimbing praktikum. Semoga dengan bantuan,
bimbingan dan motivasi yang telah diberikan bernilai ibadah dan mendapat balasan
yang berlimpah berlimpah dari Allah SWT, amin. Penulis menyadari terdapat
segala keterbatasan yang dimiliki. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini
memberikan manfaat bagi kita semua, aamiin ya Rabbal alamin.

Lhokseumawe, ....................2021

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ii
RANGKUMAN EKSEKUTIF PROGRAM ...................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... iii


1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Program ................................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3

BAB II PERENCANAAN PROGRAM .............................................................. 4


2.1 Gambaran Program .......................................................................................... 4
2.1.1 Nama Program dan Tema Program ........................................................ 4
2.1.2 Bentuk Program ...................................................................................... 4
2.1.3 Metode Pelaksanaan ............................................................................... 4
2.1.4 Jadwal Pelaksanaan ................................................................................ 8
2.1.5 Lokasi Pelaksanaan................................................................................. 8
2.1.6 Sasaran, Target, Output, dan Indikator Keberhasilan ............................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Program MEET UP........................................................................... 4

ii
RANGKUMAN EKSEKUTIF PROGRAM

“Meet Up (mencegah tuberculosis paru)” merupakan suatu program yang


dibuat dengan tujuan untuk dapat membantu menurunkan angka kejadian
tuberculosis paru dengan mengetahui cara penularannya. Program ini dilaksanakan
di Puskesmas Lhoksukon, dimana pada daerah wilayah kerja Puskesmas
Lhoksukon angka penderita TB Paru cukup tinggi.
Rancangan kegiatan yang dilakukan melalui program “Meet Up” berupa
penyuluhan atau edukasi tentang cara penularan Tuberculosis Paru dan cara
pencegahan Tuberculosis Paru. Kegiatan ini dilakukan dengan cara penyampain
materi dan materi tersebut akan disampaikan melalui sosialisasi langsung kepada
Masyarakat yang bertempat tinggal di Wilayah kerja Puskesmas Lhoksukon.
Tuberculosis Paru merupakan salah satu penyakit saluran nafas dengan cara
penularan melalui percikan batuk ataupun bersin. Penyakit ini membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk dapat sembuh dan membutuhkan komitmen dari penderita
itu sendiri dalam pengobatan agar dapat pulih kembali. Oleh sebab itu, melalui
program ini diharapkan masyarakat yang memiliki keluarga penderita Tuberculosis
Paru maupun penderita sendiri dapat lebih memahami penyakit ini sehingga dapat
mencegah agar terhindar dari penyakit Tuberculosis Paru dan bagi penderita sendiri
dapat lebih menjaga kesehatan agar tidak menularkan kepada orang lain.
Sementara target dari program ini di harapkan mampu menurunkan angka
TB Paru di Kecamatan Lhoksukon, mengoptimalkan upaya pencegahan TB Paru
dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB Paru. Manakala
peningkatan pengetahuan dan bertambahnya informasi masyarakat seputar
pencegahan TB Paru semakin membaik, maka akan sangat bermanfaat bagi
kelangsungan kehidupan masyarakat itu sendiri. Sehingga bila target-target yang
menjadi titik acuan dari program ini dapat berjalan dengan baik akan dapat menekan
angka kejadian TB Paru di Kecamatan Lhoksukon setelah program dilaksanakan,
sebagai hasil akhir yang diharapkan.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang
berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun
tembok mengelilingi bakteri dalam paru. TB Paru ini bersifat menahun dan secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.
TB Paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif pada paru
batuk, bersin atau bicara. Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular
langsung yang disebabkan karena kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis.
Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang
organ tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (1).
Menurut WHO Tuberkulosis Paru (TB paru) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit
ini masih menjadi masalah kesehatan global. Diperkirakan sepertiga dari populasi
dunia sudah tertular TB paru, dimana sebagian besar penderita TB paru adalah usia
produktif (15-50 tahun). Pada tahun 2013 terdapat 9 juta kasus baru dan 1,5 juta
kematian akibat penyakit TB paru (1).
Bedasarkan laporan dari WHO, Indonesia sendiri telah menempati urutan
ketiga dengan kasus tuberkulosis tertinggi di Dunia, setelah India dan Tiongkok di
posisi pertama dan kedua. Oleh karena hal itu, Indonesia memiliki permasalahan
yang besar untuk menghadapi penyakit tersebut yaitu TBC. Seolah mendukung
pernyataan di atas, dari data yang di keluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI pada
tahun 2017 bahwa ada sekitar 360.565 kasus penderita tuberkulosis di Indonesia
pada tahun 2016. Kemudian di tahun berikutnya, yaitu pada tahun 2017 Kementrian
Kesehatan RI kembali merilis jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia sebanyak
425.089 kasus, mengalami peningkatan dari pada tahun sebelumnya (2).

1
2

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, Indonesia


ikut menjadi salah satu negara dengan tiga belas negara lain yang masuk sebagai
negara dengan beban tinggi/High Burden Country (HBC) untuk penyakit
Tuberculosis berdasarkan tiga indikator yaitu TBC, TBC/HIV dan MDR-TBC (3).
Indonesia terkhususnya Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi kasus
tertinggi TB terkonfirmasi dan telah diobati, diikuti dengan Provinsi Jawa Timur
dan Jawa Tengah, sedangkan jumlah kasus TB di Aceh pada tahun 2019 ditemukan
sebanyak 8.647 kasus, meningkat bila dibandingkan kasus TB Paru yang ditemukan
pada tahun 2018 yaitu sebesar 8.471 kasus terkonfirmasi. Penderita TB paru
meningkat pada kelompok usia 45-54 tahun dibandingkan dengan kelompok usia
lainnya, didapatkan pula pria lebih sering terkena dibandingkan wanita dengan
jumlah 568 pria dan 301 wanita dengan penderita TB Paru yang terdaftar dan
diobati mencapai 8.163 terkonfirmasi (4). Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan
terdapat di Kota Banda Aceh sebesar 12%, di ikuti Bireuen dan Aceh Utara masing-
masing sebesar 10% dari jumlah seluruh kasus TB di Aceh (6).
TB Paru merupakan penyakit yang dapat terjadi oleh faktor lingkungan.
Kondisi lingkungan rumah merupakan salah satu faktor risiko yang berperan dalam
media penyebaran TB Paru. Berdasarkan data Humas Pemerintah Aceh melalui
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PERKIM) tahun 2019,
terdapat 872 unit rumah yang tidak layak huni di Aceh Utara dan tahun 2020
menurun sedikit menjadi 863 unit rumah yang tidak layak huni (5). Rumah
merupakan tempat beraktivitas dan menghabiskan sebagian besar waktu berkumpul
bersama anggota keluarga. Kondisi rumah dan keadaan lingkungan tempat tinggal
jika tidak sesuai dan tidak memenuhi syarat kesehatan dapat meningkatkan faktor
risiko penularan berbagai macam penyakit. Penularan bakteri TB dapat terjadi
melalui udara dan mampu bertahan hidup lebih lama pada tempat yang lembab dan
gelap selama bertahun-tahun sehingga memungkinkan lebih banyak terjadi
penularan, bakteri pada sputum kering dapat bertahan hidup 8-10 hari dengan
melekat pada debu, penyebaran juga dapat terjadi pada penderita TB Paru yang
meludah sembarangan. Karakteristik bakteri TB Paru dapat tahan berhari-hari
3

sampai berbulan-bulan di dalam rumah dengan lingkungan yang padat, ventilasi


berkurang, suhu rendah dan kelembaban yang meningkat (6).
Risiko infeksi setelah pajanan TB Paru diatur oleh faktor-faktor eksogen
dan ditentukan oleh kombinasi intrinsik dari infeksi, kedekatan dengan kontak,
faktor risiko sosial dan perilaku termasuk merokok, alkohol, dan polusi udara dalam
ruangan. Ketika berada di dalam suatu ruangan penuh dengan seseorang yang telah
terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis maka risiko untuk terpapar kepada orang
lain dalam ruangan tersebut akan semakin meningkat. Demikian pula kondisi
lamanya terpajan pada pasien terinfeksi termasuk faktor yang berhubungan dengan
sistem kesehatan seperti keterlambatan dalam diagnosis (7).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dipecahkan melalui program ini yaitu:
1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap upaya pencegahan
penulatan penyakit TB Paru?
2. Bagaimana cara mengoptimalkan upaya pencegahan TB Paru?
1.3 Tujuan Program
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari program yang direncanakan yaitu untuk menghindari
terjadinya penularan penyakit TB Paru serta untuk mengurangi angka kejadian TB
Paru melalui upaya masyarakat dalam menerapkan pencegahan dini.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengoptimalkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit menular TB
Paru.
2. Menurunkan angka kejadian penyakit menular TB Paru.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai program pencegahan
penyakit menular TB Paru.
BAB II
PERENCANAAN PROGRAM

2.1 Gambaran Program

Gambar 2. 1 Program MEET UP

2.1.1 Nama Program dan Tema Program


Nama dan tema daripada program yang telah direncanakan yaitu sebagai
berikut:
Nama program : Meet Up (Mencegah Tuberculosis Paru)
Tema program : Penyuluhan Pencegahan Tuberculosis Paru
2.1.2 Bentuk Program
Bentuk program MEET UP dilakukan dalam bentuk pemberian edukasi
kepada masyarakat yang memiliki keluarga penderita TB Paru dan penderita TB
Paru itu sendiri mengenai cara pencegahan dan hal yang harus dilakukan untuk
mencegah penularan TB Paru.
2.1.3 Metode Pelaksanaan
Metode pengembangan yang akan dilaksanakan merupakan sebuah
rangkaian tahapan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan pendekatan
POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controlling, Evaluating). Berikut
adalah penjabaran mengenai metode pelaksanan program MEET UP dengan
pendekatan POACE.
4
5

1. Planning
Pada tahap ini, disusun beberapa perencanaan sebagai persiapan awal untuk
melaksanakan program MEET UP. Adapun perencanaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan target, sasaran, output dan indikator keberhasilan program
Meet Up.
2. Melakukan assessment awal pada lokasi progam MEET UP.
3. Menyusun teknis pelaksanaan kegiatan di lapangan terkait program
MEET UP (cara pelaksanaan, pelaksana, peraturan, jadwal pelaksanaan,
lama pelaksanaan, cara monitor dan evaluasi).
4. Mempersiapkan materi penyuluhan kepada masyarakat dengan keluarga
penderita TB Paru dan penderita TB Paru itu sendiri.
5. Menentukan jadwal sosialisasi program MEET UP kepada masyarakat
yang memili keluarga dengan penyakit TB Paru dan penderita TB Paru
itu sendiri
6. Melakukan pendekatan dan aksi sosialisasi terhadap program-program
MEET UP
7. Evaluasi program MEET UP untuk menilai efektivitas program terhadap
peningkatan pengetahuan terkait Pencegahan Tuberculosis Paru.
2. Organizing
Pada tahap ini, dibentuk susunan organisasi program MEET UP yang terdiri
dari Ketua Program, Sekretaris, Bendahara, Humas, Seksi Acara, dan Seksi
Publikasi Dokumentasi.

Ketua Program
Muhammad Adryan Koto

Sekretaris Bendahara Humas Seksi Acara Seksi Pubdok


Syarina Arfini Syifa Refi Syifa Amirah
Syafira Mertia Chairunnisa

Panitia Panitia Panitia Panitia Panitia


Acara Acara Acara Acara Acara
6

Setelah penyusunan organisasi program, kemudian ditetapkan tugas dan


wewenang pada masing-masing jabatan tersebut. Adapun rincian tugas dan
wewenang setiap jabatan adalah sebagai berikut:
a. Ketua Program
Ketua Program bertugas untuk mengawasi, mengevaluasi, dan
memonitoring secara umum pelaksanaan program MEET UP. Ketua
program berwenang untuk memberikan arahan, menerima laporan, dan
memutuskan keputusan terkait pelaksanaan program MEET UP.
b. Sekretaris
Sekretaris bertugas dalam segala urusan kesekretariatan, dalam hal ini
mengenai surat menyurat ataupun pengarsipan. Sekretaris berwenang
untuk menyimpan data program selama program dilaksanakan.
c. Bendahara
Bendahara bertugas dalam segala kegiatan terkait keuangan, dalam hal
ini bendahara mempertanggungjawabkan keuangan baik dana yang
terkumpul, dana yang terpakai serta pertanggung jawaban atas setiap
permasalahan terkait dana.
d. Humas
Humas bertugas dalam segala kegiatan eksternal-internal terkait
program MEET UP.
e. Seksi Acara
Seksi Acara adalah penanggung jawab dalam segala rancangan teknis
pelaksanaan program MEET UP dalam hal ini seksi acara bertugas
menyusun materi edukasi dan mengarahkan anggota lain membuat
planning perencanaan progam MEET UP.
f. Seksi Publikasi dan Dokumentasi
Seksi Publikasi dokumentasi bertugas dalam mempersiapkan media
pembelajaran yang dibutuhkan selama program edukasi dan akan
dipublikasikan kepada sasaran target program MEET UP. Disamping
itu seksi pubdok juga bertanggung jawab dalam mendokumentasikan
setiap agenda pelaksanaan program MEET UP.
7

Selain bertanggung-jawab pada tugasnya masing-masing. Setiap anggota


juga perperan dalam membantu aksi pelaksanaan secara langsung sebagai panitia
acara program Meet Up.
3. Actuating
Perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut
dengan mnggunakan organisasi yang terbentuk. Langkah tersebut adalah actuating,
yaitu menggerakkan orang-orang agar bekerja dengan kesadaran secara bersama-
sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif.
Tahap ini adalah tahap inti dari program MEET UP, yaitu tahap pelaksanaan
di lokasi program. Adapun tahapan dalam pelaksanaan program MEET UP adalah
sebagai berikut:
1. Ketua Program memberikan arahan kepada Seksi Acara untuk
melaksanakan program MEET UP.
2. Sekretaris, Bendahara, Humas dan seksi Publikasi dokumentasi
bertanggung jawab atas pelaksanaan masing-masing tugas.
3. Seksi acara memberikan arahan kepada setiap panitia untuk tugas
masing-masing di Puskesmas Lhoksukon.
4. Panitia memberi edukasi kepada masyarakat yang berada di Wilayah
Kerja Puskesmas Lhoksukon.
4. Controlling
Controlling adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja serta
pengambilan tindakan yang dapat mendukung tercapainya hasil sesuai dengan yang
diharapkan dan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Hal ini
bertujuan untuk mengawasi bagaimana jalannya program supaya terlaksana sesuai
dengan perencanaan agar memperoleh hasil yang diharapkan. Pengontrolan
program MEET UP dilakukan bersama-sama oleh seluruh panitia acara program.
Hasil dari setiap pengontrolan tersebut dicatat ke dalam satu bentuk laporan.
Melalui laporan tersebut, dapat diketahui apakah program telah berjalan optimal
atau tidak. Hasil laporan dilakukan evaluasi oleh Ketua Program MEET UP guna
melihat dan menilai apakah program berjalan dengan baik dan semestinya.
8

5. Evaluating
Evaluasi dilakukan untuk menilai serta mengetahui jalannya program sesuai
dengan perencaaan, sehingga setiap penyimpangan selama program dilangsungkan
kemudian diperbaiki dan menjadi catatan penting bagi pelaksanaan kegiatan
selanjutnya supaya menjadi lebih baik dan tujuan dapat tercapai sesuai harapan.
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan program MEET UP. Secara
umum, evaluasi program MEET UP dilakukan melalui rapat evaluasi mingguan
yang diikuti oleh semua panitia program. Rapat ini ditujukan untuk menilai tingkat
pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala yang dihadapi masing-masing jabatan
dalam pelaksanaan program selama bertugas, untuk selanjutnya dijadikan masukan
dalam perbaikan pelaksanaan program ke depannya.
2.1.4 Jadwal Pelaksanaan
Program ini akan dilaksanakan pada Desember 2021, setelah mendapatkan
izin dari pihak institusi.

2.1.5 Lokasi Pelaksanaan


Program ini akan dilaksanakan di Puskesmas Lhoksukon.
2.1.6 Sasaran, Target, Output, dan Indikator Keberhasilan
Sasaran Target Output Indikator
NO Keberhasilan
1. Masyarakat yang - Menurunkan Setiap Terjadinya
bertempat tinggal di angka TB Paru masyarakat penurunan
Wilayah kerja di Kecamatan memiliki angka kejadian
Puskesmas Lhoksukon Lhoksukon pengetahuan TB Paru di
- Mengoptimalkan yang bagus Kecamatan
upaya tentang Lhoksukon
pencegahan TB pencegahan setelah
Paru. TB Paru. program
- Meningkatkan dilaksanakan.
pengetahuan
masyarakat
tentang TB Paru.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan kami mengenai penerapan program MEET UP atau
Mencegah TB Paru yaitu:
1. Kejadian TB Paru masih menjadi perhatian utama di dunia kesehatan.
Kurangnya pengetahuan masyarakat dapat menjadi salah satu faktor penting
terhadap kejadian ini.
2. Program gerakan pencegahan TB Paru atau MEET UP disusun dan dibuat
untuk meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap
penyakit TB Paru serta mengajak masyarakat untuk bekerjasama
menurunkan angka kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
Lhoksukon.
3. Program Meet Up ini menggunakan metode POACE, dimana POACE
adalah langkah-langkah yang harus dilakukan saat menjalankan sebuah
kegiatan. Langkah tersebut terdiri dari Planning (perencanaan), Organizing
(persiapan), Actuating (Pelaksanaan), Controlling (pengontrolan) dan
Evaluating (evaluasi). Yang diharapkan mampu mencapai pendekatan yang
holistic terkait pencegahan penyakit TB Paru.
Demikian program ini dibuat, diharapkan agar dapat memberikan manfaat
bagi pihak yang membutuhkannya dan juga menambah kepedulian masyarakat
terhadap kejadian TB Paru agar dapat mencapai derajat kesehatan yang baik.
3.2 Saran
Adapun saran kami mengenai penerapan program MEET UP, yaitu:
1. Agar program ini benar-benar dilaksanakan dengan baik dan didukung oleh
semua pihak terutama oleh dinas kesehatan dan puskesmas setempat untuk
dapat terus meningkatkan dan mengembangkan kegiatan penyuluhan di
ruang lingkup yang lebih besar yang berkaitan dengan pengetahuan dan
kepedulian masyarakat terkait pencegahan TB Paru.

9
10

2. Kepada pihak kader agar menyediakan fasilitas seperti sumber pengetahuan


dalam bentuk seminar maupun buku untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan dapat berkontribusi aktif mengikuti penyuluhan dan
pelatihan lapangan.
3. Agar dilakukan evaluasi berkala terhadap program yang telah direncanakan,
sehinga kedepannya lebih efektif dalam hal Planning (perencanaan),
Organizing (persiapan), Actuating (Pelaksanaan), Controling
(pengontrolan) dan Evaluating (evaluasi) atau POACE yang diharapkan
mampu mencapai pendekatan yang holistic terkait penanganan dan
pencegahan penyakit menular TB Paru serta perlu adanya pemahaman lebih
mendalam mengenai hal penentuan dan perencanaan yang kemudian mejadi
inti dan solusi dari pelaksanaan program ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zanita. Penatalaksanaan TB Paru. Jurnal Kesehatan. 2019;53(9):1689–99.
2. Zulheri, Ichwansyah F, Aulina A. Hubungan Peran PMO Dan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis Pada pasien
Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh.
Jurnal Aceh Medika. 2020;4(2):24–34.
3. Pitaloka W. Analisis Penerapan Empat Pilar Program Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Bandarharjo.
Kesehatan Masyarakat. 2019;
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia.
2019.
5. Pemerintah Provinsi Aceh Biro Humas dan Protokol Sekretariat Daerah
Aceh. Pemerintah Aceh Serahkan Rumah Layak Huni untuk Warga Aceh
Besar. Banda Aceh; 2020.
6. Oktavia eliya malika. Pengaruh Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian TB
Paru. STIKes Surya Mitra Husada; 2018. p. 3.
7. Narasimhan P, Wood J, MacIntyre CR, Mathai D. Review Article Risk
Factors for Tuberculosis. Vol. 2013, Risk Factors for Tuberculosis. 2013. p.
1.

11

Anda mungkin juga menyukai