ABSTRACT ABSTRAK
Hypertension is known as the most worrying disease Hipertensi dikenal sebagai penyakit paling
and has a high risk of death and is known as the mengkhawatirkan dan beresiko tinggi terhadap
silent killer. The increase in the total number of kematian dan dikenal sebagai silent killer.
cases of hypertension is mostly caused by lifestyle Peningkatan jumlah keseluruhan kasus penyakit
factors. Smoking is a lifestyle that can be controlled, hipertensi sebagian besar diakibatkan oleh faktor
it takes ten seconds for nicotine to reach the brain. gaya hidup diantaranya merokok. Penelitian
This study aims to analyze the relationship between bertujuan untuk menganalisis hubungan merokok
smoking and hypertension in the Technical dengan hipertensi di Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Implementation Unit (UPT) of the Regional Public Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas
Service Agency (BLUD) Kuok Health Center, Kuok Kabupaten Kampar Tahun 2021. Metode
Kampar Regency in 2021. The study was conducted penelitian cross sectional dengan populasi pasien
using a cross-sectional method. The study yang berkunjung berobat ke Puskesmas Kuok
population was patients who visited for treatment at dengan teknik purposive sampling. Sampel terdiri
UPT BLUD Puskesmas Kuok, sampling was done dari 75 penderita yang berkunjung berobat ke poli
by purposive sampling technique. The sample dewasa. Instrumen penelitian berupa lembar check
consisted of 75 patients who visited the adult list dan kuesioner tentang kebiasaan merokok dan
polyclinic for treatment. The research instrument hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah
was a checklist sheet and a questionnaire about penderita hipertensi yang merokok 52 orang atau
smoking habits and hypertension. Research data 83,9% dengan nilai signifikansi p value 0,003
shows that the number of hypertension sufferers artinya terdapat hubungan antara kebiasaan
who smoke reaches 52 people or 83.9%. The merokok dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 6,067
significance value (p-value) of the relationship yang berarti bahwa hipertensi beresiko 6,067 kali
between hypertension and smoking habits is 0.003 lebih tinggi dialami oleh perokok dibandingkan
indicating that there is a relationship between dengan yang tidak perokok. Dalam upaya
smoking habits and hypertension. The OR value is mengurangi tingginya resiko perokok menderita
6.067, which means that the risk of hypertension is hipertensi maka diharapkan adanya upaya pihak
6.067 times higher for smokers than non-smokers. tenaga kesehatan dalam membuat program untuk
mensosialisasikan dan menyebarluaskan tentang
bahaya rokok yang dapat mencetuskan hipertensi
dan memperbesar kasus gangguan kardiovaskuler.
Keywords: Hypertension, Smoking Kata kunci : Hipertensi, Merokok
Correspondence : Apriza
Email : apriza@universitaspahlawan.ac.id
• Received 9 Maret 2022 • Accepted 23 Juni 2022 • Published 31 Agustus 2022
• p - ISSN : 2088-7612 • e - ISSN : 2548-8538 • DOI: https://doi.org/10.25311/keskom.Vol8.Iss2.1169
Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative
Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/)
which permits unrestricted non-commercial used, distribution and reproduction in any medium
345
Apriza, et al
Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi Faktor-faktor yang Berhubungan
Analysis of the Relationship of Smoking Habits with Hypertension
sebanyak 75 orang. Teknik pengambilan sampel Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pasien
digunakan adalah purposive sampling yakni terbanyak berusia 46-55 tahun sebanyak 27 orang
pengambilan sampel dengan kriteria bahwa pasien atau 36 persen, pasien paling sedikit jumlahnya
tersebut berobat ke poli dewasa dan terdaftar di berusia 26-35 tahun, sebanyak 9 orang atau 12
Puskesmas Kuok. Penelitian dilakukan pada bulan persen. Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar
Juni 2021 dengan kriteria inklusi; pasien yang pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58
berkunjung untuk berobat dan terdaftar ke poli orang atau 77,3 persen.
dewasa puskesmas Kuok, penderita memiliki nilai
tekanan darah pada rentang TDS < 130-139 Tabel 2. Kebiasaan Merokok
mmHg dan TDD 85-89, TDS ≥ 140-150mmHg Variabel Frekuensi Persentase (%)
dan TDD 90-99 mmHg atau TDS > 160mmHg Merokok 62 82.7
dan TDD > 100 mmHg saat diperiksa tekanan Tidak 13 17.3
Merokok
darahnya pada kunjungan tersebut, penderita
Total 75 100.0
didiagnosa hipertensi atau tidak hipertensi oleh
dokter dibuktikan dengan adanya catatan dalam
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pasien hipertensi
rekam mediknya, serta usia penderita berada pada
terbanyak adalah pasien yang memiliki kebiasaan
rentang 26 tahun s.d > 65 tahun. Kriteria eksklusi
merokok, yaitu 62 orang terdiri dari 58 orang laki
diantaranya pasien menolak untuk menjadi
laki dan 4 orang perempuan (82,7 %).
responden dan berumur pada rentang usia remaja
10-18 tahun. Sphygnomanometer digunakan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi
sebagai alat untuk mengukur tekanan darah Variabel Frekuensi Persentase (%)
pasien, yang kemudian dituangkan ke dalam Hipertensi 58 77.3
lembar check list. Kemudian responden juga Tidak 17 22.7
diberikan lembar kuesioner tentang kebiasaan Hipertensi
merokok. Setelah data diperoleh kemudian Total 75 100.0
dianalisis menggunakan program komputer SPSS
versi 23. Pengolahan data dengan SPSS dilakukan Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang
dengan dua analisis yakni univariat dan bivariat. mendalami hipertensi sebanyak 58 orang (77,3%)
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis dari 75 orang penderita yang berkunjung dan
data penelitian secara deskriptif, sedangkan berobat ke poli dewasa Puskesmas Kuok.
analisis bivariat untuk menganalisis hubungan
antara hipertensi dengan kebiasaan merokok. Analisa Bivariat
Tabel 4 menunjukkan bahwa ada sebanyak 6 merupakan negara dengan penduduk yang
orang tidak merokok mengalami hipertensi, memiliki kebiasaan merokok terbesar ketiga di
sedangkan diantara responden yang merokok, ada dunia, dimana sebanyak 29,2 persen penduduk
52 orang (83.9%) responden yang menderita Indonesia adalah perokok. Bertambahnya
hipertensi. Nilai signifikansi 0,003 yang bermakna perusahaan rokok di Indonesia menyebabkan
bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan jumlah perokok terus bertambah dari waktu ke
merokok dan hipertensi. Nilai OR sebesar 6,067 waktu (WHO, 2012; Umbas, 2019).
mengandung makna bahwa responden yang
merokok 6,067 kali beresiko mengalami Penderita hipertensi
hipertensi dibandingkan responden yang tidak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data
merokok. bahwa sebagain besar responden yang
berkunjung ke poli dewasa UPTD Puskesmas
PEMBAHASAN Kuok yang mengalami hipertensi 58 orang
Karakteristik Responden (77,3%). Hipertensi merupakan kondisi dimana
Data karakteristik responden yang Tekanan Darah Sistolik (TDS) melebihi 140-159
dihimpun pada penelitian ini dilihat dari umur dan dan tekanan darah Diastolik (TDD) 90-99 mmHg.
jenis kelamin, yang mana sebagian besar Penyakit ini juga termasuk kedalam masalah
responden yang berkunjung ke Puskesmas Kuok kesehatan yang utama di Indonesia (10).
berada pada usia 46-55 tahun, dan 58 orang pasien Hipertensi dikenal sebagai penyakit yang umum
berjenis kelamin laki-laki. Usia 46-55 tahun untuk diderita seseorang, tetapi sering tidak
merupakan rentang usia tahap lansia awal (8). terdiagnosis hingga penderita mengukur tekanan
Kondisi ini berbeda dengan temuan penelitian darahnya (11). Secara umum, tekanan darah tinggi
Nadia (9) di Cisoka Kabupaten Tangerang yang dialami oleh penderita berusia di atas 40 tahun
menunjukkan bahwa pengunjung terbanyak ke atau dalam kategori paruh baya. Temuan
pelayanan kesehatan adalah kaum perempuan penelitian ini menunjukkan persentase penderita
61.5%. Perbedaan ini tentu dipengaruhi oleh hipertensi tertinggi berada pada usia 46-55 tahun
beberapa faktor, diantaranya pola hidup, daya sejumlah 36%. Hal ini selaras dengan penelitian
tahan tubuh, kondisi demografi tempat tinggal Sari & Sutiningsih (2019) di Kabupaten
dsb. Sarolangun Indonesia pada tahun 2016,
didapatkan kelompok usia yang tertinggi
Kebiasaan Merokok mengidap hipertensi adalah pada kelompok usia
Penelitian ini menemukan banyaknya 45-54 tahun sebanyak 2.073 orang (29, 6%),
jumlah pasien yang merokok sebesar 82,7% atau dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 3.568
sebanyak 62 orang. Hal ini berarti bahwa sebagian orang (51%). Hal serupa juga ditemukan oleh
besar masyarakat yang berdomisili di wilayah Wake (13), dalam penelitiannya menunjukkan
UPTD Puskesmas Kuok memiliki kebiasaan bahwa pada usia 49 tahun responden mengidap
merokok. Kondisi ini relevan dengan data yang hipertensi.
menunjukkan bahwa penduduk dunia termasuk Hipertensi merupakan kontributor utama
Indonesia, sangat menyukai rokok. Diperkirakan beban penyakit kardiovaskular dan ginjal yang
ada 1,26 miliar perokok aktif di seluruh dunia. lebih besar di antara orang kulit hitam dari pada
Tembakau dapat menimbulkan kematian bagi kulit putih di dunia. Hipertensi juga
lebih dari 5 juta jiwa setiap tahun. Jika kejadian mempengaruhi sekitar 75 juta atau 32% orang
ini tidak kunjung berhenti, diperkirakan 10 juta dewasa di Amerika Serikat (AS) dan merugikan
jiwa akan meninggal pada tahun 2020, dengan negara sekitar $ 48 miliar per tahun karena biaya
70% kematian terjadi di negara berkembang. layanan kesehatan, obat-obatan, dan hari kerja
WHO (2012) merilis bahwa Indonesia yang terlewatkan. Kondisi serupa juga terjadi di
Indonesia. Dari 230 juta yang menggunakan hormon. Laki-laki hanya memiliki sedikit hormon
layanan kesehatan BPJS terdapat sejumlah 11 juta estrogen bahkan tidak ada. Estrogen memiliki
orang penderita hipertensi. (Ati, 2019; Egan, manfaat meningkatkan imunitas tubuh dari
2018). Hal ini menggambarkan bahwa hipertensi berbagai macam penyakit termasuk hipertensi.
adalah penyakit yang banyak menyerang Pasien laki-laki merupakan pasien terbanyak
masyarakat Indonesia. memiliki gaya hidup yang kurang teratur, seperti
Hipertensi telah dikenal sebagai salah satu kurang tidur, bekerja terlaku berat, menyukai
penyakit yang paling mengkhawatirkan karena makanan berat, berlemak dan merokok.
beresiko tinggi terhadap kematian, dan hal ini
tentu saja termasuk hal yang mengkhawatirkan di Hubungan Merokok dengan Hipertensi.
Indonesia. Jumlah penderita hipertensi menurut Analisis bivariat dengan metode cross
diperkirakan oleh WHO akan terus meningkat, sectional dengan SPSS versi 23 yang dipakai
bahkan diprediksi pada tahun 2025 mendatang dalam penelitian ini telah membuktikan adanya
akan mencapai 1,5 Miliar jiwa di seluruh dunia hubungan yang signifikan antara kebiasaan
setiap tahun (2). Data penderita hipertensi yang merokok dengan hipertensi, yang mana nilai
diperoleh dilakukan melalui pengukuran tekanan signifikansi atau p value sebesar 0,003.
darah hipertensi di Indonesia meningkat sebesar Sedangkan nilai OR 6,067 memiliki makna bahwa
8,3 persen dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. responden perokok memiliki resiko 6,077 kali
Pada tahun 2013 prevalensi sebesar 25,8 persen lebih tinggi menderita hipertensi dibandingkan
dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 34,1 bukan perokok. Hasil penelitian ini relevan
persen.(4). dengan dengan penelitian Setyanda et al (2015)
Banyaknya jumlah penderita hipertensi di yang juga menemukan hubungan signifikan antara
UPTD Kuok disebabkan oleh beberapa faktor. antara merokok dengan hipertensi, sekaligus
Diantara faktor yang berkaitan dengan terjadinya diketahui bahwa lamanya merokok dan jenis
risiko hipertensi yaitu umur. Hasil penelitian rokok yang dikonsumsi juga turut mempengaruhi.
menunjukkan bahwa 36% penderita hipertensi Hasil penelitian Setyanda yaitu ada hubungan
berada pada rentang usia 46-55 (paruh baya). antara kebiasaan merokok dengan hipertensi
Umur merupakan faktor penyebab hipertensi dan (p=0,003) yaitu dipengaruhi oleh lama merokok
tidak dapat diubah (16). Munculnya penyakit (p=0,017) dan jenis rokok (p=0,017), tetapi tidak
hipertensi sejalan dengan pertambahan usia atau terdapat hubungan antara jumlah rokok dengan
penuaan (17). Penelitian telah menunjukkan kejadian hipertensi (p=0,412).
bahwa pembuluh darah menjadi lebih kaku (lebih Potensi peningkatan hipertensi yang
keras) seiring bertambahnya usia. Ini berasal dari kebiasaan merokok dapat dilihat dari
menyebabkan pemompaan jantung dan akhirnya meningkatnya kejadian maligna hipertensi dan
menyebabkan tekanan darah tinggi pada menjadi risiko berkembangnya arterial stenosis
kelompok paruh baya. ginjal pada aterosklerosis. Sebuah penelitian
Jenis kelamin responden juga menjadi faktor tentang hubungan faktor dan resiko serta efek
penyebab terjadinya hipertensi pada masyarakat di suatu penyakit yang dilakukan oleh Thomas S.
Puskesmas Kuok. Hasil penelitian menunjukkan Bowman dari Brigman's and Women's Hospital
77,3% penderita hipertensi berjenis kelamin laki menunjukkan bahwa dari 51 persen dari 28.236
laki. Penelitian ini senada dengan penelitian Islam sampel yang tidak mengalami hipertensi adalah
et al. (2020) yang menyatakan bahwa jenis bukan perokok, sedangkan 36 persen diantaranya
kelamin laki laki berhubungan dengan kejadian merupakan perokok baru, 5 persen merupakan
hipertensi yang dibuktikan oleh nilai pvalue perokok yang mengkonsumsi rokok 1-14 batang
0,005. Laki-laki berpotensi lebih cepat mengalami setiap harinya. Sebanyak 8 persen dari sampel
hipertensi dari pada perempuan karena faktor tersebut merupakan perokok yang mengkonsumsi
15 batang atau lebih per hari. Penelitian ini seluruh tubuh. Respons otak terhadap nikotin,
dilakukan selama pengamatan 9,8 tahun dan memberitahu tubuh untuk memproduksi lebih
menyimpulkan bahwa kejadian hipertensi banyak endorfin. Endorfin lebih tepatnya senyawa
terbanyak terjadi perokok yang mengkonsumsi 15 protein yang disebut obat penghilang rasa sakit
batang atau lebih dalam satu hari (19). alami tubuh. Struktur kimia endorfin hampir sama
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan analgesik kelas atas, misalnya morfin.
dengan hipertensi juga ditemukan oleh (20) yang Endorfin memberikan pengaruh merasakan rileks
meneliti di Kelurahan Sindang Barang Kota dan memberikan perasaan senang. Banyak
Bogor Kabupaten Bogor Tahun 2018. Sebanyak peneliti yang sependapat bahwa nikotin tergolong
89 dari 250 responden memiliki kebiasaan zat candu yang paling berbahaya. Zat ini memiliki
merokok ringan dan hipertensi ringan (69,5%), 53 efek psikologis, orang yang merokok sadar
responden (50,5%) memiliki kebiasaan merokok sepenuhnya tentang bahaya merokok itu sendiri
sedang atau tinggi, dan 15 memiliki perokok dan orang-orang di sekitarnya, tetapi terus
berat, terdapat 8 responden (88,2%). merokok karena kecanduannya. Physiological-
Zat pada rokok yakni nikotin merupakan Neuroscientists mengatakan bahwa merokok
zat yang berpotensi menimbulkan kecanduan merangsang sistem saraf dan menimbulkan rasa
untuk terus menerus mengkonsumsi rokok. nyaman dan rileks, sehingga perokok tertarik
Kecanduan nikotin adalah suatu keadaan ketika untuk berulang-ulang untuk mendapatkan sensasi
seseorang tidak mampu menghindari nikotin. Zat nyaman itu.
nikotin berpengaruh dan dapat mengubah fungsi Nikotin dalam tembakau merangsang
otak dan tubuh manusia. Pengaruh nikotin pelepasan katekolamin. Peningkatan ketekolamin
menjadikan perokok merasakan suasana rileks menyebabkan iritasi pada miokardium yang
sehingga merasa lebih bersemangat untuk menyebabkan meningkatknya denyut jantung dan
beraktivitas, sehingga muncul efek candu. menciutnya pembuluh darah, pada akhirnya bisa
Semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi menaikkan tekanan dalam darah dan hormon
maka semakin tinggi pula ketergantungan serum, berdampak pada vasokonstriksi dan
terhadap rokok tersebut. Sebab, pada saat nikotin meningkatkan tekanan darah.
masuk ke pembuluh darah, maka adrenalin
dilepaskan, dan hormon insulin diblokir. Efek SIMPULAN
adrenalin yang dirasakan oleh perokok adalah Kebiasaan merokok memiliki hubungan yang
detak jantung yang lebih cepat, tekanan darah signifikan dengan hiperensi, dimana hasil uji
meningkat, napas cepat dan berat. Saat adrenalin bivariat menunjukkan bahwa nilai signifikansi
dilepaskan, tubuh melepaskan cadangan glukosa sebesar 0,003. Responden dengan kebiasaan
ke dalam darah, dan insulin memerintahkan sel- merokok beresiko 6,067 lebih tinggi mengalami
sel tubuh untuk menyerap kelebihan glukosa hipertensi dari pada dengan pasien yang tidak
dalam darah. Dampak tersebut dikenal dengan merokok, yang mana terbukti dari perolehan nilai
hiperglikemia, meningkatkan kadar gula dalam OR sebesar 6,067. Oleh karena kebiasaan
darah. Itu sebabnya perokok tidak merasa lapar merokok meningkatkan risiko hipertensi, maka
saat merokok dan bertahan berjam-jam tidak program penyuluhan kesehatan tentang bahaya
makan. merokok dan risiko peningkatan tekanan darah
Merokok dalam jangka waktu panjang, terhadap penderita hipertensi yang memiliki
dapat meningkatkan kadar kolesterol darah, dan kebiasaan merokok harus dilakukan. Hal ini
perokok sangat rentan terhadap serangan jantung diperlukan sebagai upaya untuk menurunkan
dan stroke, bahkan setelah lama berhenti angka kejadian hipertensi.
merokok. Ini adalah hasil dari kerusakan arteri
dalam darah, bahkan oksigen yang beredar ke