Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No.

2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SMP

Sarino*, Mei Ahyanti**

Di Indonesia pada tahun 2007, rokok menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan 5% dari
kematian akibat stroke. Prosentase nasional merokok setiap hari pada penduduk umur lebih dari 10 tahun adalah
23,7%, untuk Provinsi Lampung prosentase penduduk umur lebih dari 10 tahun yang merokok tiap hari adalah
28,8% dan di Kabupaten Way Kanan terdapat 28,8% anak usia 10 tahun keatas sudah merokok. Penelitian ini
bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada Siswa SMP.
Menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan kualitatif untuk
lebih menjelaskan kondisi yang ada. Dalam menentukan sampel menggunakan teknik systematic random
sampling sehingga diperoleh 195 sampel, tetapi yang dapat diwawancarai hanya 190 siswa. Hasil dalam
penelitian ini menyatakan ada hubungan antara jenis kelamin, pengetahuan, sikap, nilai-nilai dalam keluarga,
iklan, uang saku, pengaruh orang tua dan pengaruh teman dengan perilaku merokok pada siswa. Menyikapi
hasil tersebut peran guru sangat penting, disebabkan siswa pada siang hari banyak beraktifitas disekolah
sehingga guru akan lebih mudah mengawasi siswa, dan ketika berada dirumah menjadi tanggungjawab orang tua
untuk memberikan pengawasan. Kegiatan konseling di sekolah perlu ditingkatkan baik kepada siswa bermasalah
maupun siswa yang tidak bermasalah.

Kata kunci : Perilaku Merokok

LATAR BELAKANG anak usia 10 tahun keatas sudah merokok.


(Riskesdas, 2007)
Perilaku merokok merupakan hal yang Penelitian ini bertujuan mengetahui
masih dilakukan oleh banyak orang, faktor-faktor yang berhubungan dengan
walaupun bahaya merokok sering ditulis di perilaku merokok pada siswa SMP.
surat-surat kabar, majalah dan media masa
lain, bahkan dibungkus rokok itu sendiri. METODE
Konsumsi dan paparan asap rokok dapat
berdampak serius terhadap kesehatan, Desain dalam Penelitian ini
antara lain adalah kanker paru, kanker menggunakan pendekatan kuantitatif
mulut, kanker organ lain, penyakit jantung, dengan desain cross sectional kemudian
penyakit saluran pernafasan kronik dan dilanjutkan dengan penelitian kualitatif
gangguan kehamilan. (Depkes RI, 2006) digunakan sebagai pelengkap penelitian
Selama beberapa tahun terakhir para kuantitatif yang dilakukan pada 9
ilmuwan membuktikan bahwa zat-zat (sembilan) SMP di Kecamatan Banjit
kimia yang terkandung dalam asap rokok Kabupaten Way Kanan, dilaksanakan pada
dapat mempengaruhi kesehatan orang- bulan Mei – Juni 2012. Populasi dalam
orang disekitar perokok yang tidak penelitian ini adalah semua siswa SMP
merokok. kelas 1 sampai dengan kelas 3 yang berasal
Prosentase nasional merokok setiap dari 6 SMP Negeri dan 3 SMP Swasta
hari pada penduduk umur lebih dari 10 berjumlah 2418 siswa. Sampel berjumlah
tahun 23,7%, untuk Provinsi Lampung 195 orang dan yang dapat diwawancarai
prosentase penduduk umur >10 tahun yang sebanyak 190 orang yang ditentukan
merokok tiap hari adalah 28,8% dan di dengan rumus Ariawan (1998). Teknik
Kabupaten Way Kanan terdapat 28,8% pengambilan sampel menggunakan
Systematic random sampling. Data hasil

[148]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357

penelitian akan dianalisis secara univariat Analisis Multivariat


dengan distribusi frekuensi, bivariat
dengan uji chi square, dan multivariat Tabel 2: Model prediksi faktor-faktor yang
dengan uji regresi lohistik. berhubungan dengan perilaku
HASIL merokok pada siswa SMP
CI 95,0%
Variabel P OR
Analisis Univariat Lower Upper
pengetahuan .002 5.128 1.842 14.278
Sebagian besar responden tidak sikap .000 36.833 11.667 116.280
merokok (60,5%), sedangkan sebagian
nilai .000 15.288 3.673 63.628
yang lain merokok (39,5%).
pengaruh orang tua .002 5.889 1.904 18.218
Analisis Bivariat pengaruh teman .001 46.674 5.313 410.037

Tabel 1: Hubungan faktor-faktor yang Dari tabel 2 terlihat faktor yang secara
dengan perilaku Merokok pada bersama-sama berhubungan dengan
siswa SMP perilaku merokok pada siswa SMP se
Perilaku Merokok
P OR
Kecamatan Banjit adalah pengetahuan,
Tidak
Variabel Merokok
merokok
∑ % value (CI sikap, nilai, pengaruh orang tua dan
95%)
f % f % pengaruh teman, dengan variabel yang
Pengetahuan paling dominan adalah pengaruh teman
Kurang 58 54,7 48 45,3 106 100 0,000 4,762
Baik 17 20,2 67 79,8 84 100 (2,473 – (OR = 46,674), serta tidak ada variabel
9,172) yang berinteraksi.
Sikap
Setuju 51 86,4 8 13,6 59 100 0,000 28,422
Tidak 24 18,3 107 81,7 131 100 (11,945 PEMBAHASAN
setuju –
67,629)
Nilai-nilai dalam Keluarga Perilaku merokok dikalangan pelajar
Negatif 59 48,4 63 51,6 122 100 0,001 3,044 kita memang sudah tidak dapat ditutupi,
positif 16 23,5 52 76,5 68 100 (1,568 –
5,909) hampir semua pelajar sudah terjangkiti
Iklan perilaku merokok. Pelajar kita sudah
Melihat 7 25,9 20 74,1 27 100 0,179
Tidak 68 41,7 95 58,3 163 100 kehilangan konsep hidup sehat, mereka
melihat banyak melakukan kegiatan yang justru
Uang Saku
mengancam kesehatan mereka.
Banyak 38 70,4 16 29,6 54 100 0,000 6,355
Sedikit 37 27,2 99 72,8 136 100 (3,170 – Siswa SMP adalah adalah masa
12,740) dimana mereka mulai memasuki usia
Pengaruh orang tua
Ada 21 65,6 11 34,4 32 100 0,002 3,677
remaja. Menurut Erickson (dalam
Tidak 54 34,2 104 65,8 158 100 (1,652 – medicine and health) bahwa remaja mulai
ada 8,184)
Pengaruh teman
merokok karena berkaitan dengan adanya
Ada 21 91,3 2 8,7 23 100 0,000 21,972 krisis aspek psikososial yang dialami pada
Tidak 54 32,3 113 67,7 167 100 (4,917 – masa perkembangannya yaitu masa ketika
ada 97,123)
mereka sedang mencari jati dirinya.
Ada beberapa tahapan dalam perilaku
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka
merokok ini, siswa SMP umumnya berada
dapat disimpulkan bahwa secara statistik
pada tahap prepatory, dimana mereka
terdapat hubungan antara faktor-faktor:
mendapatkan gambaran yang
pengetahuan, sikap, nilai-nilai dalam
menyenangkan mengenai merokok dengan
keluarga, iklan, uang saku, pengaruh orang
cara mendengar, melihat, atau dari hasil
tua dan pengaruh teman dengan perilaku
bacaan sehingga menimbulkan niat untuk
merokok pada siswa SMP. Hal ini
merokok, dan selanjutnya akan memasuki
dibuktikan dengan nilai p value hasil
tahap initiation atau tahap perintisan
perhitungan statistik < 0,05.
merokok, yaitu tahapan siswa akan
meneruskan atau tidak perilaku merokok.
[149]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357

Diperlukan peraturan yang membatasi diungkapkan oleh informan 1 dan 2, bahwa


atau bahkan pelarangan terhadap perilaku informasi mengenai bahaya merokok telah
merokok. Contohnya saja di Jakarta dalam disampaikan pada awal proses belajar
peraturan daerah yang telah disahkan tahun mengajar disekolah, disetiap kegiatan
2005 ini terdapat larangan merokok di sekolah pun masih diingatkan kembali
tempat umum serta kewajiban pengelola bahwa telah dipasang poster atau abstrak
gedung menyediakan ruang khusus dan himban secara langsung tentang
merokok bagi perokok. Undang-Undang bahaya merokok agar para siswa dapat
tentang rokok yang ada saat ini membatasi menghindari perilaku merokok.
agar masyarakat tidak mudah Pentingnya membaca dari berbagai
mengkonsumsi rokok dan merokok di sumber buku, majalah atau surat kabar,
sembarang tempat. mendengar melalui radio dan melihat
Pengetahuan sangat penting bagi melalui tayangan televisi akan memberikan
seseorang supaya dapat melakukan hal-hal pembelajaran, agar dapat meningkatkan
penting dalam hidup. Misalnya pengetahuan. Sekolah merupakan tempat
pengetahuan tentang kesehatan sangat yang sangat tepat dalam hal peningkatan
penting agar seseorang dapat pengetahuan, untuk meluruskan setiap
meningkatkan atau mempertahankan informasi dengan mengungkapkan
kesehatan serta mencegah dirinya dari kebenaran melalui penyampaian baik
penyakit. buruknya perilaku merokok serta dampak
Pada hasil analisis bivariat diperoleh besar yang akan ditimbulkan oleh perilaku
gambaran ada hubungan yang bermakna merokok. Kanker merupakan penyakit
antara pengetahuan dengan perilaku mematikan disebabkan oleh merokok yang
merokok pada siswa SMP dan siswa sangat ditakuti oleh kebanyakan orang.
berpengetahuan kurang baik berisiko 4,762 Oleh sebab itu sebaiknya siswa senantiasa
kali untuk merokok dibanding dengan memperhatikan dan melaksanakan arahan
siswa dengan pengetahuan baik. dari kepala sekolah, guru wali kelas
Hasil tersebut sejalan dengan maupun guru bimbingan konseling.
penelitian Rochmayani (2007), Siswanto Setiap orang perlu bersikap terhadap
dan Astuti (2011) yang menyatakan ada sesuatu hal, begitu juga dengan siswa.
hubungan signifikan antara pengetahuan Dalam hal sikap, sebagian besar siswa
responden tentang bahaya merokok dengan telah menunjukkan sikap yang benar.
perilaku merokok pada remaja. Tetapi masih ada sebagian kecil siswa
Pengetahuan merupakan justifed true yang menunjukkan sikap yang salah
believe. Seseorang individu membenarkan terhadap perilaku merokok, hal ini dapat
(justifies) kebenaran atas kepercayaannya disebabkan karena persepsi mereka atau
berdasarkan observasinya mengenai dunia. pengetahuan mereka belum cukup tentang
Jadi bila seseorang menciptakan bahaya merokok.
pengetahuan, ia menciptakan pemahaman Hasil analisis bivariat menyatakan ada
atas suatu situasi baru dengan cara hubungan antara sikap dengan perilaku
berpegang pada kepercayaan yang telah merokok pada siswa SMP. Pada hasil
dibenarkan. Pengetahuan dapat diperoleh diatas ada 18,3% siswa memiliki sikap
melalui pengalaman pengalaman sendiri tidak setuju terhadap perilaku merokok
atau orang lain. Pengalaman yang sudah tetapi mereka tetap merokok, dapat
diperoleh dapat memperluas pengetahuan disebabkan karena terpaksa daripada
seseorang. Pendidikan dapat membawa mereka ikut mengisap asap rokok dan
wawasan atau pengetahuan seseorang menjadi perokok pasif, lebih baik mereka
secara umum, seseorang mempunyai ikut merokok, atau karena paksaan teman
pendidikan lebih tinggi akan mempunyai sehingga karena rasa solidaritas akhirnya
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan ikut merokok. Hasil tersebut didukung
dengan seseorang yang mempunyai dengan penelitian Siswanto dan Astuti
pendidikan lebih rendah. Seperti yang
[150]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357

(2011) yang membuktikan hubungan merokok dengan cara membuat kegiatan-


antara sikap dengan perilaku merokok. kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian
Menurut Allort dalam Notoatmodjo mereka dari perilaku merokok. Dengan
(2007) ada 3 komponen pokok dari sikap, mengadakan kegiatan ekstra kulikuler
yang pertama kepercayaan atau keyakinan, olahraga dilingkungan sekolah, kalau pun
ide, dan konsep terhadap objek. Kedua masih ada yang ketahuan merokok akan
kehidupan emosional atau evaluasi orang diberi sanksi sesuai peraturan yang ada.
terhadap objek, artinya bagaimana Siswa mempunyai sikap setuju,
penilaian siswa terhadap objek dalam hal artinya mereka merasa yakin dan percaya
ini perilaku merokok dan yang ketiga bahwa hal yang dilakukannya adalah hal
kecenderungan untuk bertindak. Hasil yang wajar dan sah-sah saja. Dari sikap
wawancara terhadap siswa yang merokok inilah yang perlu diluruskan oleh pada
mereka menyatakan setuju dan senang kepala sekolah, ataupun guru di sekolah
dengan perilaku merokok, karena menurut melalui kegiatan konseling, dan sebaiknya
mereka merokok itu buat menjadi kegiatan konseling ini rutin dilakukan baik
ketagihan awalnya coba-coba tapi malah kepada siswa yang bermasalah maupun
ketagihan, sehingga jadi kebiasaan. kepada siswa yang tidak bermasalah.
Perilaku merokok yang mereka Nilai-nilai yang ditanamkan dalam
lakukan umumnya dimulai dari melihat keluarga berpengaruh terhadap perilaku
orang tua kemudian coba-coba dan anggota keluarga itu. 64,2% siswa
mendapat dukungan dari teman-teman memiliki nilai negatif dalam keluarga, dan
berupa olok-olok terhadap siswa yang 35,8% siswa memiliki nilai positif dalam
tidak merokok. Dikatakan seperti keluarga. Nilai negatif yang ditanamkan,
perempuan jika anak laki tidak merokok, akan membuat anggota keluarga itu
dan dari pada dijauhi teman mereka lebih cenderung melakukan hal yang negatif,
memilih ikut saja. Mereka juga demikian pula sebaliknya, nilai positif
menyatakan pernah dihukum ketika yang dtanamkan dalam keluarga akan
ketahuan merokok di lingkungan membuat anggota keluarga melakukan hal
sekolah,berupa lari mengelilingi lapangan yang positif.
dan membersihkan lingkungan sekolah Pada hasil analisa bivariat terlihat ada
supaya jera dan tidak mengulangi lagi hubungan yang bermakna antara nilai-nilai
perilaku merokok tersebut. Tetapi rupanya negatif dalam keluarga dengan perilaku
mereka sulit untuk menghilangkan perilaku merokok, dan mereka yang tinggal dalam
yang tidak baik itu. rumah yang memiliki nilai-nilai negatif
Menurut informan 1 dan 2 hukuman akan cenderung berperilaku merokok
diberikan pada anak yang ketahuan sebesar 3,044 kali dibanding dengan
merokok dengan cara dinasehati terlebih mereka yang tinggal dalam rumah yang
dahulu kemudian baru di hukum berddiri memiliki nilai-nilai positif.
didepan kelas atau buat tulisan berlembar Pernyataan tersebut didukung dengan
lembar bahwa anak tersebut tidak akan penelitian Oktavia (2011) dan Siswanto
mengulangi perbuatannya. Harapan yang (2011) yang menyatakan pengaruh
ditanamkan dari hukuman itu adalah siswa keluarga atau nilai-nilai yang ditanamkan
tidak mengulangi lagi perbuatannya. dalam keluarga dengan perilaku merokok
Menurut Kepala sekolah, beliau sudah pada siswa SMA Kota Pandang.
menghimbau kepada siswa-siswa untuk Kehidupan dalam keluarga sangat
tidak merokok di wilayah lingkungan mendukung mental anak. Kehidupan
sekolah, tetapi terkadang ada saja siswa dengan menanamkan nilai-nilai yang
yang kedapatan merokok diingkungan positif tentu akan mengarahkan kepada
sekolah, merokok sebenarnya dapat anak untuk bertingkah laku positif juga.
mengganggu kesehatan orang yang Artinya kerukunan, kesatuan dan
mengkonsumsinya. Disekolah mereka kekompakan dalam keluarga dalam
mengantisipasi supaya siswa mengurangi menghadapi hal apapun, akan membuat
[151]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357

anak merasa punya keluarga sehingga besar-besaran dari rokok ini, maka
tidak perlu mengadukan sesuatu yang semakin banyak pria, wanita, tua dan muda
dialaminya kepada orang lain apalagi yang menjadi perokok.
melarikannya kepada perilaku merokok Kedua pernyataan tersebut tidak
yang jelas akan merugikan dirinya dan sejalan, dan sesuai dengan penelitian
orang lain yang berada disekitarnya. Upaya Oktavia (2011) yang menyatakan bahwa
pencegahan yang telah dilakukan oleh tidak ada hubungan antara iklan dengan
pihak sekolah melalui poster atau abstrak perilaku merokok pada siswa SMA Kota
bergambar yang ditempel di majalah Padang. Kondisi ini terjadi memang karena
dinding sekolah atau himbauan secara siswa lebih banyak bergaul dengan teman-
langsung setelah upacara bendera. teman sebayanya daripada duduk diam
Berbagai iklan diperlihatkan dan dirumah untuk sekadar menonton televisi
ditawarkan melalui televisi, radio, reklame atau mendengarkan radio.
dan sebagainya. Dari hasil analsisi Uang saku diperlukan oleh setiap
univariat dapat dilihat 14,2 % suka melihat orang untuk memenuhi kebutuhannya pada
iklan dan 85,5% siswa tidak suka melihat saat berada dilura rumah. Hasil penelitian
iklan. Hasil tersebut dapat terjadi karena menyatakan 71,6% siswa memiliki uang
iklan kurang menarik dibandingkan dengan saku sedikit, sedangkan 28,4% siswa
sinetron atau film bahkan hiburan musik memiliki uang saku banyak. Analisis
atau komedi, sehingga mereka lebih bivariat menjelaskan ada hubungan yang
memilih menonton acara lain daripada bermakna antara uang saku dengan
melihat iklan. perilaku merokok pada siswa SMP se
Pada hasil analisis bivariat tampak Kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan,
tidak ada hubungan yang bermakna antara dan siswa yang mendapat uang saku
iklan dengan perilaku merokok pada siswa banyak berisiko 6,355 kali untuk merokok
SMP se Kecamatan Banjit Kabupaten Way dibanding dengan siswa yang mendapat
Kanan. uang saku sedikit.
Iklan menawarkan berbagai hal yang Hasil tersebut sejalan dengan
kadangkala tidak masuk logika. Seperti penelitian Oktavia (2011). Berbagai
disebutkan oleh Aditama dalam Sumarna penelitian telah berhasil
(2009), bahwa salah satu faktor lingkungan mengidentifikasikan faktor-faktor yang
penting yang mempengaruhi seseorang berhubungan dengan permulaan perilaku
untuk mulai merokok adalah iklan. Iklan merokok. Ada sejumlah faktor yang
rokok banyak menjual khayalan kompleks dan saling berkaitan, di
kecantikan, kekayaan, kesuksesan, antaranya penerimaan produk tembakau,
pengalaman yang menantang dan promosi pemasaran rokok, kemudahan
sebangsanya telah membuat orang tertarik untuk mendapatkan rokok, adanya contoh
untuk mencoba. Efek iklan yang dari orang dewasa dan kelompok sebaya.
ditayangkan secara berulang-ulang melalui Di antara siswa yang memiliki uang
berbagai media, cukup kuat menghipnotis saku banyak ada yang tidak merokok,
bawah sadar konsumen sehingga percaya mereka lebih memiliki uangnya mereka
pada bunyi iklan. (Depkes RI, 2006) pergunakan untuk jajan makanan yang
Sekitar tahun 1940, dunia periklanan mengenyangkan daripada menikmati rokok
mulai membangun citra yang gemerlap yang merugikan. Hal tersebut didukung
mengenai perokok. Perokok digambarkan oleh pernyataan siswa yang tidak merokok
sebagai pahlawan, pilot yang gagah, yaitu : dirinya tidak mau mencoba karena
tentara yang berani, dokter yang tampan, menurut orang tua mereka merokok
suster dan artis yang cantik melalui banyak merugikan, baik dari sisi kesehatan
berbagai iklan. Bahkan pada sekitar tahun dan maupun ekonomi. Meskipun dikatakan
50-60an, rokok mulai mengincar pasaran banci, tetap dibiarkan saja, karena yang
konsumen remaja terutama para menanggung kerugian adalah diri sendiri.
mahasiswa. Sebagai hasil dari kampanye
[152]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357

Siswa yang mendapat pengaruh dari Pola interaksi dan hubungan dalam
orang tua sebesar 12,1%, sedangkan 87,9% sebuah keluarga merupakan faktor yang
siswa tidak mendapat pengaruh dari orang juga berkontribusi terhadap perilaku
tua. Orang tua memberikan andil besar merokok, misalnya dalam keluarga dengan
kepada kepada setiap anak dalam tingkat peraturan dan pengawasan yang
melakukan suatu hal. Namun pernyataan lebih ketat akan menurunkan tingkat
diatas tidak sejalan, ternyata sebagian perilaku merokok secara signifikan (Guo
besar siswa tidak mendapat pengaruh dari dkk dalam Maman, 2009). Dan
orang tua. peningkatan peraturan dan pengawasan itu
Dari analisis bivariat siswa yang harus dilaksanakan dikeluarga siswa,
mendapat pengaruh orang tua akan dengan cara memberikan pengarahan
berisiko 3,677 kali untuk merokok kepada orang tua atau wali murid ketika
dibandingkan dengan siswa yang tidak pengambilan raport atau saat rapat orang
mendapat pengaruh dari orang tua. tua siswa.
Hasil penelitian ini didukung oleh Dari analisis univariat diperoleh
pernyataan informan 3 dan 4, mereka informasi siswa yang mendapat pengaruh
menyatakan anak-anak mulai merokok dari teman 18,8% dan 83,2% siswa tidak
karena melihat orang tuanya akhirnya mendapat pengaruh dari teman. Di usia
coba-coba dan menjadi ketagihan. remaja, anak akan mempunyai banyak
Hasil ini sejalan dengan penelitian teman dengan latar belakang sosial,
Rochmayani (2007) dan Siswanto (2011), ekonomi, dan budaya yang beragam. Di
dan penelitian lain oleh Komalasari yang antara sekian banyak temannya, ada yang
menyatakan bahwa sikap permisif orang bisa membawa pengaruh positif atau
tua terhadap perilaku merokok merupakan sebaliknya membawa pengaruh buruk.
prediktor terhadap perilaku merokok Dari hasil analisis bivariat dapat
remaja. Menurut para peneliti, masing- dijelaskan ada hubungan bermakna antara
masing orangtua secara independen pengaruh teman dengan perilaku merokok
mempengaruhi kemungkinan anak pada siswa SMP se Kecamatan Banjit
remajanya akan merokok. Seorang ibu Kabupaten Way Kanan, dan siswa yang
yang perokok akan mempengaruhi anak mendapat pengaruh teman berisiko
lelakinya atau anak perempuannya secara membuat siswa berperilaku merokok
seimbang, tetapi kebiasaan ayah merokok sebesar 21,972 kali dibanding dengan
mempunyai pengaruh yang lebih kuat siswa yang tidak mendapat pengaruh
terhadap anak laki-laki daripada teman.
perempuan (ER, 2011). Menurut Shaw dalam Megawati
Salah satu temuan remaja perokok (2009), untuk dapat diterima dan
adalah bahwa anak-anak muda yang bergabung menjadi anggota kelompok
berasal dari rumah tangga yang tidak sebaya, seorang remaja harus bisa
bahagia, dimana orang tua tidak begitu menjalankan peran dan tingkah laku sesuai
memperhatikan anak-anaknya dan dengan harapan dan tuntutan kelompok
memberikan hukuman fisik yang keras sebaya.
lebih mudah untuk menjadi perokok Perilaku merokok yang dilakukan oleh
dibanding anak-anak muda yang berasal anak mungkin merupakan salah satu
dari lingkungan rumah tangga yang pengaruh buruk yang didapat dari teman-
bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, temannya. Berbagai fakta mengungkapkan
Pengantar Psikologi, 1999 : 292) bahwa semakin banyak remaja merokok
Ditemukan juga oleh Helmi dan maka semakin besar kemungkinan teman-
Komalasari (online) bahwa sikap permisif temannya adalah perokok juga dan
orang tua memiliki korelasi yang demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut
signifikan dengan perilaku merokok pada ada dia kemungkinan yang terjadi,
remaja. (Juliansyah, 2010) Pertama, remaja terpengaruh oleh teman-
temannya atau bahkan teman-teman remaja
[153]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357

tersebut dipengaruhi oleh diri remaja Banjit Kabupaten Way Kanan adalah
tersebut yang akhirnya mereka semua pengaruh teman.
menjadi perokok. Diantara remaja perokok Berdasarkan kesimpuln tersebut
terdapat 87% mempunyai sekurang- penulis penyarankan agar siswa agar selalu
kurangnya satu atau lebih sahabat yang membaca buku, majalah, surat kabar,
perokok begitu pula dengan remaja non mendengar dari radio dan melihat tayangan
perokok, (Al. Bachri, 1991 dalam televisi agar memberikan pembelajaran,
Juliansyah, 2010). dan dapat meningkatkan pengetahuan.
Dalam keseharian siswa lebih banyak Selanjutnya perlu peningkatan peran guru
bergaul dengan teman-temannya, baik dalam pengawasan terhadap siswa dan
teman disekolah maupun teman diluar peningkatan kegiatan konseling di sekolah
lingkungan sekolah. Tentu saja banyak baik kepada siswa bermasalah maupun
pengaruh yang diberikan selama bergaul. siswa yang tidak bermasalah, serta perlu
Hal tersebut sesuai dengan informasi yang dilakukan peningkatan peraturan dan
diperoleh dari informan 1 dan 5 yang pengawasan oleh orang tua terhadap
menyatakan lingkungan dan teman-teman perilaku merokok anak.
yang menyebabkan siswa merokok.
Hasil analisis multivariat juga
mengungkap ada hubungan yang bermakna * Staf RSUD Zainal Abidin Pagar Alam
antara pengaruh teman dengan perilaku Kabupaten Way Kanan, email:
merokok, yang berarti pengaruh terman sarinowaykanan@yahoo.co.id
memberikan peluang 46,674 kali kepada ** Dosen tidak tetap pada Jurusan
siswa untuk merokok dan pengaruh teman Kesehatan lingkungan Poltekkes
merupakan variabel yang dominan Kemenkes Tanjungkarang, email:
berpengaruh terhadap perilaku merokok. mei.ahyanti@gmail.com
Kita tidak dapat mengabaikan kuatnya
pengaruh teman bagi seorang remaja.
Pernyataan tersebut didukung oleh
pernyataan Siswanto dan Astuti (2011) DAFTAR PUSTAKA
dalam penelitiannya Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok. Depkes RI, 2006. Panduan Promosi
Hasil wawancara dengan Kepala perilaku Tidak Merokok, Pusat
Sekolah menyatakan ada beberapa siswa Promosi Kesehatan, Jakarta.
mengatakan dirinya merokok dengan
alasan ikut – ikutan dengan teman atau Depkes RI, 2009. Agenda 2009 Ringkasan
supaya gaul denagn teman dan bisa saja hasil Riskesdas 2007, Jakarta.
ikut kebiasaan orang tuanya, artinya bukan
hanya dari pihak sekolah saja yang Juliansyah, Fajar, 2010.
memberikan sanki, tetapi dari pihak http://fajarjuliansyah.wordpress.com/2
keluarga juga harus memberikan 010/02/07/perilaku-merokok-pada-
pengawasan, karena bagaimanapun, remaja/, diakses, 9 Desember 2011,
lingkungan keluarga adalah lingkup pukul 18.51 WIB.
terkecil yang paling mungkin melakukan
pengawasan secara intensif kepada siswa. Komalasari, Dian, dkk. 2000. Faktor-faktor
penyebab perilaku merokok pada
KESIMPULAN remaja, http://avin.staff.ugm.ac.id/
data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa faktor yang paling Megawati, 2008. Remaja merokok karena
dominan berhubungan dengan perilaku meniru, http://ahmadplace.blogspot.
merokok pada siswa SMP di Kecamatan com/2008/09/remaja-merokok-karena-

[154]
Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN 1907 - 0357

meniru.html, diakses 9 Desember Semarang tahun 2007,


2011. http://journal.unnes.ac.id/index.php/ke
mas/article/view/581
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Siswanto, Hadi, dan Sri Astuti, 2011.
Cipta, Jakarta. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok,
Oktavia, Dewi, 2011. Faktor-faktor yang http://hadisis-ganesa.blogspot.com/
berhubungan dengan tindakan 2011/03/faktor-faktor-yang-ber-
merokok siswa laki-laki di SMA hubungan-dengan.html
Negeri Kota Padang Tahun 2011,
Unan, Padang, Sumatera Barat. Sumarna, Riny, 2009. Pengetahuan, Sikap
dan perilaku mahasiswa Ekstensi
Rochmayani, Dewi Sari, 2007. Faktor- angkatan 2007 di FISIP UI tahun
faktor yang berhubungan dengan 2009, FKMUI, Jakarta.
kebiasaan merokok pada remaja (Studi
di Kelurahan Ngaliyan, Kota

[155]

Anda mungkin juga menyukai