Anda di halaman 1dari 9

JIM FKEP Vol. IV No.

FUNGSI KELUARGA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA


FAMILY FUNCTION AND SMOKING BEHAVIORAL FOR ADOLESCENT
1 2
Raihana Irma ; Suryane Sulistiana Susanti
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Keluarga, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh

e-mail: raihana.irma97@gmail.com;suryane.s.susanti@unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Fungsi keluarga merupakan fundamental utama dalam menjalankan keluarga. Saat ini banyak keluarga yang
belum mampu menjalankan fungsi keluarga dengan baik. Prevalensi remaja yang merokok saat ini paling
tertinggi berada pada kategori remaja. Keluarga mempunyai peran penting melalui fungsi keluarga untuk
mencegah perilaku merokok pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan fungsi
keluarga dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Aceh Besar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
correlatif dengan desain cross sectional study. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki
kelas X dan XI di SMA Aceh Besar. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling berjumlah 192
responden. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2019. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
metode self report menggunakan kuesioner Family Assessment Device. Berdasarkan hasil pengolahan data
menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan fungsi keluarga dengan perilaku merokok
pada remaja di SMA Aceh Besar dengan nilai (p-value 0,001). Disarankan kepada keluarga untuk
meningkatkan fungsi peran dan fungsi kontrol perilaku dengan cara pembagian tugas yang rata dan sesuai
dalam keluarga sehingga seluruh fungsi keluarga berjalan dengan baik untuk mencegah perilaku merokok
pada remaja.
Kata Kunci: Fungsi Keluarga, Perilaku Merokok, Remaja

ABSTRACT

Family function is primary foundation in family life. There many families that do not run the family function
nowadyas. As for smoking, the prevalance of smoking in adolescens is seriously high. Thus, family has
important role through family function to prevent adolescens to smoke. The purpose of this research is to
indicate the correlation between family function and smoking behavior on adolescents at Senior High School
in Aceh Besar. The type of this research is a descriptive correlative with a cross sectional study design. The
population of this study is all of male students of the first and second grade students at Senior High School in
Aceh Besar. The sampling technique of this study is collected by using purposive sampling technique to 192
respondents. The data were collected from April 23 to 24, 2019. The data collection technique was conducted
by self report method using Family Assessment Device questionnaire. Based on the result of data processing
using chi-square test, it indicates that there is a correlation between family function and smoking behavior on
adolescents at Senior High School in Aceh Besar with (p-value 0,001). Moreover, it is expected to families to
improve the roles function and behavioral control function through work division among family members.
Thus, family functions can run effectively to prevent smoking behavior in adolescents.
Keywords: Family Function, Smoking Behavior, Adolescents

PENDAHULUAN orang dewasa, tetapi juga telah menjadi gaya


hidup di kalangan para remaja (Rachmat,
Saat ini perilaku merokok dianggap sebagai
Thaha, & Syafar, 2013). World Health
perilaku yang wajar dimasyarakat. Saat ini
Organization (WHO) tahun 2018
perilaku merokok tidak hanya terjadi pada
mengungkapkan jumlah perokok dunia saat

78
ini telah mencapai 1,1 milyar orang. Terdapat dan juga dukungan keluarga yang kurang,
diantaranya 17 juta remaja laki-laki yang sehingga membuat remaja merokok. Perilaku
merokok dan 7 juta remaja perempuan. merokok remaja juga muncul dari pengaruh
Indonesia menjadi salah satu dari 5 negara orang tua dimana orang tua merupakan sosok
konsumen rokok terbesar di dunia setelah atau figure dan contoh bagi anak-anaknya.
negara China, Rusia, Amerika Serikat, dan Hasil penelitian Bala, Senduk, & Boham
Jepang. (World Health Organization, 2018). (2015), salah satu fungsi keluarga yang
mampu mencegah perilaku merokok yaitu
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) fungsi komunikasi dengan menggunakan
tahun 2018, perilaku merokok pada komunikasi terbuka dalam menyampaikan
penduduk Indonesia usia 10 sampai 18 tahun pesan, informasi, nasehat, dan motivasi di
masih belum terjadi penurunan dari 2013 dalam keluarga sehingga bisa mencegah
hingga 2018. Angka ini, bahkan cenderung perilaku merokok pada remaja.
mengalami peningkatan dari 7,2% pada tahun
2013, menjadi 8,8% pada tahun 2016, serta
9,1% pada tahun 2018 (Kementerian Dari beberapa penjelasan diatas, terlihat
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Aceh bahwa keluarga menjadi salah satu faktor
proporsi perokok penduduk umur 10 sampai yang dapat melindungi remaja dari perilaku
18 tahun adalah sebesar 28%. Proporsi merokok. Berdasarkan penelitian Suharyanta,
perokok di Aceh meningkat 3% dari Widiyaningsih, & Sugiono (2018),
sebelumnya di tahun 2013 sebesar 25% mengatakan bahwa terdapat pengaruh peran
menjadi 28% di tahun 2018 (Kementerian orangtua dalam pencegahan perilaku
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). merokok pada anak. Namun demikian
keluarga juga dapat menjadi salah satu faktor
Tingginya kebiasaan merokok dikalangan yang memicu timbulnya perilaku merokok
remaja disebabkan karena rasa ingin tahu pada remaja. Hal ini berdasarkan penelitian
remaja yang tinggi dan juga ingin melakukan Fitria & Sufriani (2018), yang mengatakan
kegiatan seperti orang dewasa (Melda, 2017). bahwa sebanyak 47 anak merokok yang
Hal ini ditambah pula dengan iklan dan disebabkan karena faktor dari orang tua.
promosi yang dilakukan oleh perusahaan
rokok untuk menarik minat terutama remaja Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa
untuk mengkonsumsi rokok (Purnaningrum, keluarga merupakan salah satu faktor yang
Joebagio, & Murti, 2017). Fenomena tersebut dapat melindungi dan menyebabkan
memotivasi banyak negara untuk timbulnya perilaku merokok pada remaja.
memberikan peringatan bahaya merokok Jadi peneliti ingin melihat bagaimana
melalui kebijakan-kebijakan yang akan hubungan fungsi keluarga dengan perilaku
diterapkan. merokok pada remaja
Tingginya angka perokok di Indonesia METODE
disebabkan oleh beberapa faktor, salah
Penelitian ini merupakan penelitian
satunya adalah faktor keluarga. Keluarga
kuantitatif menggunakan metode descriptive
mampu melindungi remaja dari rokok
dan pendekatan cross sectional study dengan
dan keluarga juga berpengaruh terhadap desain penelitian correlational study design
munculnya perilaku merokok pada yang dilaksanakan pada 23-24 April-
remaja. Menurut penelitian Septiana, 2019 di SMA Negeri 1 Montasi Aceh Besar.
Syahrul, & Hermansyah (2016), perilaku Sampel penelitian ini adalah 192 responden
merokok remaja muncul akibat keluarga yang dengan metode total sampling.
tidak utuh, konflik yang terjadi di keluarga,
Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi a. IRT 109 56,8
kuesioner McMaster Family Assesment b. PNS 19 9,9
Device (FAD) yang terdiri atas 51 pertanyaan c. Petani 57 29,7
menggunakan skala Likert dan 4 pertanyaan d. Wiraswasta 5 2,6
untuk perilaku merokok. Penelitian ini e. ALM 2 1,0
dilakukan setelah mendapatkan surat lulus uji
etik dari Komite Etik Penelitian Fakultas 6 Pendidikan Terakhir
Keperawatan Universitas Syiah Kuala Ibu
a. SD 22 11,5
Analisa data menggunakan analisa unvariat
b. SMP 36 18,8
yang bertujuan untuk menjelaskan atau
c. SMA 111 57,8
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
d. S1 22 11,5
penelitian serta menggunakan analisa bivariat
e. S2 1 0,5
untuk melihat hubungan antara variabel
denganmenggunakan uji Chi Square
(Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa
frekuensi tertinggi responden kategori usia
HASIL berada pada usia 16 tahun yaitu sebanyak 73
orang (38 %), kelas tertinggi adalah XI
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
(sebelas) berjumlah 106 siswa (55,2 %),
didapatkan hasil sebagai berikut:
pekerjaan ayah tertinggi adalah petani
Tabel 1. Demografi Responden berjumlah 128 orang (66,7%), pendidikan
terakhir ayah tertinggi adalah
No Demografi f % SMA/MA/Sederajat berjumlah 102 orang
1. Usia (53,1%), pekerjaan ibu tertinggi adalah ibu
a. 15 15 7,8 rumah tangga berjumlah 109 orang (56,8%),
b. 16 73 38,0 pendidikan terakhir ibu tertinggi adalah
c. 17 71 37,0 SMA/MA/Sederajat berjumlah 111 orang
d. 18 31 16,1 (57,8%).
e. 19 2 1,0
2. Kelas Tabel 2. Distribusi perilaku merokok
a. X (Sepuluh) 86 44,8 No Demografi f %
b. XI (Sebelas) 106 55,2 1. Pertama merokok
a. Tidak merokok 106 55,2
3 Pekerjaan Ayah b. SD/MI/Sederaat 20 10,4
a. PNS 28 14,6 c. SMP/MTs/Sederajat 23 12
b. Petani 128 66,7 d. SMA/MA/Sederajat 43 22,4
c. Wiraswasta 20 10,4 2. Status Orangtua
d. Pensiunan 3 1,6 Merokok 126 65,6
e. ALM 13 6,8 a. Ya 66 34,4
4 Pendidikan Terakhir b. Tidak
Ayah 32 16,7 3 Merokok
a. SD 31 16,1 a. Merokok 86 44,8
b. SMP 102 53,1 b. Tidak merokok 106 55,2
c. SMA 23 12,0 4 Jumlah Rokok
d. S1 4 2,1 106 55,2
a. Tidak merokok
e. S2 57 29,7
b. 1-10 batang perhari
5 Pekerjaan Ibu

80
c. 11 – 20 batang 19 9,9 Tabel 4. Fungsi Subvariabel dengan
perhari 10 5,2 perilaku merokok
d. >20 batang perhari No Subvariabel Baik Tidak Baik
Fungsi f % f %
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan Keluarga
bahwa siswa SMA Negeri 1 Montasik 1 Pemecahan 132 68,8 60 31,3
frekuensi tertingi tidak merokok yaitu 106 Masalah
responden (55,2%). Pertama merokok pada 2 Komunikasi 118 61,5 74 38,5
saat SMA/MA/Sederajat yaitu 43 responden
3 Peran 71 37 121 63
(22,4%). Status merokok orangtua berada
pada frekuensi tertingi merokok yaitu 126 4 Respon 152 79,2 40 20,8
orangtua (65,6). Perilaku merokok siswa Afektif
SMA Negeri 1 Montasik berada pada 5 Keterlibatan 117 60,9 75 39,1
kategori tidak merokok 106 responden, Afektif
ringan 57 responden, sedang 19 responden, 6 Kontrol 94 49 98 51
dan berat 10 responden Perilaku
Tabel 3. Fungsi keluarga dengan perilaku 7 Fungsi 120 62,5 72 37,5
merokok Umum
No Fugsi Keluarga f %
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan
1. Baik 146 72,9
komponen fungsi keluarga yang terdiri atas 7
subvariabel. Fungsi pemecahan masalah,
2. Tidak Baik 46 27,1
komunikasi, respon afektif, keterlibatan
Total 192 100
afektif, dan fungsi umum responden berada
Berdasarkan tabel 3 diatas, menunjukkan
pada kategori baik. sedangkan fungsi peran
bahwa mayoritas responden memiliki fungsi
dan kontrol perilaku responden berada pada
keluarga yang baik dengan presentase 72,9%
kategori tidak baik.

Tabel 5 fungsi keluarga dengan perilaku merokok


Perilaku Merokok Total
Fungsi Tidak Ringan Sedang Berat
Keluarga Merokok α p-
f % f % f % f % f % value
Baik 96 50,0 37 19,3 9 4,7 4 2,1 146 76,0
Tidak 10 5,2 20 10,4 10 5,2 6 3,1 46 24,0
baik 0,05 0,001
Total 106 55,2 57 29,7 19 9,9 10 5,2 192 100
Berdasarkan tabel 5 di atas, menunjukkan tersebut < α (0,05), sehingga dapat
bahwa 146 siswa (76%) menjalankan fungsi disimpulkan bahwa, adanya hubungan antara
keluarga pada kategori baik. Hasil uji statistik fungsi keluarga dengan perilaku merokok
fungsi keluarga dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Montasik.
didapatkan p-value = 0,001 dimana nilai
Tabel 6 fungsi pemecahan masalah dengan perilaku merokok
Perilaku Merokok Total
Pemecahan Tidak Ringan Sedang Berat
masalah Merokok α p-
f % f % f % f % f % value
Baik 96 50,0 37 19,3 9 4,7 4 2,1 146 76,0
Tidak baik 10 5,2 20 10,4 10 5,2 6 3,1 46 24,0
Total 106 55,2 57 29,7 19 9,9 10 5,2 192 100 0,05 0,001
Berdasarkan tabel 6 di atas, menunjukkan tersebut > α (0,05), sehingga Ho diterima.
bahwa 132 siswa (68,8%) menjalankan Dapat disimpulkan bahwa, tidak adanya
fungsi pemecahan masalah pada kategori hubungan antara fungsi pemecahan masalah
baik. Hasil uji statistik fungsi pemecahan dengan perilaku merokok pada remaja di
masalah dengan perilaku merokok SMA Negeri 1 Montasik.
didapatkan p-value = 0,607 dimana nilai
Tabel 7 fungsi komunikasi dengan perilaku merokok
Perilaku Merokok Total
Komuni- Tidak Ringan Sedang Berat
kasi Merokok α p-
f % f % f % f % f % value
Baik 96 50,0 37 19,3 9 4,7 4 2,1 146 76,0
Tidak 10 5,2 20 10,4 10 5,2 6 3,1 46 24,0
baik 0,05 0,001
Total 106 55,2 57 29,7 19 9,9 10 5,2 192 100

Berdasarkan tabel 7 di atas, menunjukkan dimana nilai tersebut < α (0,05), sehingga Ho
bahwa 118 siswa (61,5%) menjalankan diolak. Dapat disimpulkan bahwa, adanya
fungsi komunikasi pada kategori baik. Hasil hubungan antara fungsi komunikasi dengan
uji statistik fungsi komunikasi dengan perilaku merokok pada remaja di SMA
perilaku merokok didapatkan p-value = 0,001 Negeri 1 Montasik.

Tabel 8 fungsi peran dengan perilaku merokok


Perilaku Merokok Total
Peran Tidak Ringan Sedang Berat
Merokok α p-
f % f % f % f % f % value
Baik 96 50,0 37 19,3 9 4,7 4 2,1 146 76,0
Tidak 10 5,2 20 10,4 10 5,2 6 3,1 46 24,0
baik 0,05 0,001
Total 106 55,2 57 29,7 19 9,9 10 5,2 192 100
Berdasarkan tabel 8 di atas, menunjukkan nilai tersebut < α (0,05), sehingga dapat
bahwa 121 siswa (63%) menjalankan fungsi disimpulkan bahwa, adanya hubungan antara
komunikasi pada kategori tidak baik. Hasil fungsi peran dengan perilaku merokok pada
uji statistik fungsi peran dengan perilaku remaja di SMA Negeri 1 Montasik.
merokok didapatkan p-value = 0,003 dimana
Tabel 9 fungsi respon afektif dengan perilaku merokok
Perilaku Merokok Total
Respon Tidak Ringan Sedang Berat
Afektif Merokok α p-
f % f % f % f % f % value
Baik 96 50,0 37 19,3 9 4,7 4 2,1 146 76,0
Tidak 10 5,2 20 10,4 10 5,2 6 3,1 46 24,0
baik 0,05 0,001
Total 106 55,2 57 29,7 19 9,9 10 5,2 192 100
Berdasarkan tabel 9 di atas, menunjukkan = 0,001 dimana nilai tersebut < α (0,05),
bahwa 152 siswa (79,2%) menjalankan sehingga dapat disimpulkan bahwa, adanya
fungsi respon afektif pada kategori baik. hubungan antara fungsi respon afektif dengan
Hasil uji statistik fungsi respon afektif perilaku merokok pada remaja di SMA
dengan perilaku merokok didapatkan p-value Negeri 1 Montasik.

Tabel 10 fungsi keterlibatan afektif dengan peri,laku merokok


Perilaku Merokok Total
Keterlibatan Tidak Ringan Sedang Berat
Afektif Merokok α p-
f % f % f % f % f % value
Baik 96 50,0 37 19,3 9 4,7 4 2,1 146 76,0
Tidak baik 10 5,2 20 10,4 10 5,2 6 3,1 46 24,0
Total 106 55,2 57 29,7 19 9,9 10 5,2 192 100 0,05 0,001
Berdasarkan tabel 10 di atas, menunjukkan = 0,001 dimana nilai tersebut < α (0,05),
bahwa 117 siswa (60,9%) menjalankan sehingga dapat disimpulkan bahwa, adanya
fungsi keterlibatan afektif pada kategori baik. hubungan antara fungsi komunikasi dengan
Hasil uji statistik fungsi keterlibatan afektif perilaku merokok pada remaja di SMA
dengan perilaku merokok didapatkan p-value Negeri 1 Montasik.

Tabel 11 fungsi kontrol perilaku dengan perilaku merokok


Perilaku Merokok Total
Kontrol Tidak Ringan Sedang Berat
Perilaku Merokok α p-
f % f % f % f % f % value
Baik 96 50,0 37 19,3 9 4,7 4 2,1 146 76,0
Tidak 10 5,2 20 10,4 10 5,2 6 3,1 46 24,0
baik 0,05 0,001
Total 106 55,2 57 29,7 19 9,9 10 5,2 192 100

Berdasarkan tabel 11 di atas, menunjukkan = 0,060 dimana nilai tersebut > α (0,05),
bahwa 98 siswa (51%) menjalankan fungsi sehingga dapat disimpulkan bahwa, tidak
kontrol perilaku pada kategori tidak baik, adanya hubungan antara fungsi kontrol
Hasil uji statistik fungsi kontrol perilaku perilaku dengan perilaku merokok pada
dengan perilaku merokok didapatkan p-value remaja di SMA Negeri 1 Montasik.

Tabel 12 fungsi umum dengan perilaku merokok


Perilaku Merokok Total
Fungsi Tidak Ringan Sedang Berat
Umum Merokok α p-
f % f % f % f % f % value
Baik 96 50,0 37 19,3 9 4,7 4 2,1 146 76,0
Tidak 10 5,2 20 10,4 10 5,2 6 3,1 46 24,0
baik 0,05 0,001
Total 106 55,2 57 29,7 19 9,9 10 5,2 192 100
Berdasarkan tabel 12 di atas, menunjukkan Wulan (2013), bahwa terdapat hubungan
bahwa 120 siswa (62,5%) menjalankan antara keberfungsian keluarga dengan daya
fungsi umum pada kategori baik. Hasil uji juang belajar remaja. Hal ini disebabkan
statistik fungsi umum dengan perilaku karena perhatian, dukungan, rasa
merokok didapatkan p-value = 0,095 dimana kebersamaan, dan keterlibatan yang
nilai tersebut > α (0,05), sehingga dapat ditunjukkan oleh orang tua terhadap remaja.
disimpulkan bahwa, tidak adanya hubungan Sehingga anak semakin giat dan termotivasi
antara fungsi umum dengan perilaku untuk belajar karena ada dukungan dari orang
merokok pada remaja di SMA Negeri 1 tua.
Montasik.
Penelitian Indrawati & Rahimi (2019), juga
PEMBAHASAN menyimpulkan bahwa terdapat peran yang
signifikan antara fungsi keluarga dan self
Berdasarkan hasil analisa statistik dengan control terhadap kenakalan remaja. Orang tua
menggunakan chi-square disimpulkan harus mengontrol perilaku seluruh anggota
terdapat hubungan bermakna antara fungsi keluarga terutama anak yang memasuki usia
keluarga dengan perilaku merokok pada remaja sehingga tidak terjadi kenakalan
remaja di SMA Negeri 1 Montasik Aceh remaja. Keluarga memberikan dukungan
Besar. Terlihat bahwa fungsi keluarga afektif, suasana yang hangat dalam keluarga,
responden sudah berjalan dengan baik komunikasi yang baik, saling menyayangi,
sebanyak 146 responden dan perilaku perhatian, memberikan motivasi, dan saling
merokok berada pada kategori tidak merokok menghargai. Sehingga, fungsi keluarga
sebanyak 96 responden. Hal ini terlihat berjalan dengan baik dan anak tidak
bahwa keluarga mempunya peran untuk melakukan kenakalan remaja.
mencegah perilaku merokok pada remaja.
Penelitian Gunawan (2013) tentang
Hasil penelitian menunjukkan terdapat komunikasi orang tua, menjelaskan bahwa
hubungan antara fungsi keluarga dengan komunikasi yang efektif dapat membentuk
perilaku merokok pada remaja di SMA Aceh keluarga yang harmonis. Dengan adanya
Besar. Hasil penelitian ini sejalan dengan komunikasi yang efektif diharapkan orang
penelitian Kholifah & Rusmawati (2018) tua dapat mengarahkan remaja untuk
bahwa teradapat hubungan yang positif dan mengambil keputusan, perkembangan
signifikan antara keberfungsian keluarga otonomi, dan kemandirian anak. Komunikasi
dengan kontrol diri remaja pada siswa merupakan faktor yang paling penting untuk
SMAN 2 Semarang. Semakin baik keluarga perkembangan remaja, karena jika
dalam menjalankan fungsi keuluarga maka komunikasi tidak efektif maka akan berakibat
akan semakin tinggi tingkat kontrol diri timbulnya perilaku menyimpang pada
remaja. remaja.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Herawaty &
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitria, M. S., & Sufriani. (2018). Faktor -
Kholifah & Rusmawati (2018) dengan hasil faktor yang berhubungan dengan
terdapat hubungan fungsi peran dengan perilaku merokok pada anak usia
kontrol diri remaja dengan p-value 0,001. Hal sekolah. Jurnal Ilmiah Mahasiswa,
tersebut terjadi karena remaja merasa adil 3(3), 322–329.
akan pembagian tugas yang dia terima,
sehingga membuat remaja merasa nyaman Gunawan, H. (2013). Jenis pola komunikasi
dengan lingkungan keluarga. Keluarga yang orang tua dengan anak perokok aktif di
baik mampu menerapkan pembagian tugas Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu
dan tanggung jawab yang sama rata sesuai Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal
Ilmu Komunikasi, 1(3), 218–233.
dengan kemampuan anggota keluarga.
Remaja yang diberikan tanggung jawab di
Herawaty, Y., & Wulan, R. (2013).
rumah lebih mampu mengendalikan dirinya
Hubungan antara keberfungsian
dengan baik.
keluarga dan aaya juang dengan belajar
Penelitian lainnya dari Septiana, Syahrul, & berdasar regulasi diri pada remaja.
Hermansyah (2016), mengatakan bahwa Jurnal Psikologi, 9(2).
salah satu faktor yang dapat melindungi
remaja dari perilaku merokok ialah faktor Indrawati, E., & Rahimi, S. (2019). Fungsi
afektif yaitu keterikatan dan kehangatan dari keluarga dan self control terhadap
orang tua. Keterikatan dan kehangan yang kenakalan remaja. IKRAITH-
diberikan oleh orang tua merupakan faktor HUMANIORA, 3(2).
pelindung bagi anak untuk menjaga
kesehatan dan mencegah faktor beresiko. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2018). Riset kesehatan dasar tahun
KESIMPULAN 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Republik Indonesia
disimpulkan bahwa terdapat hubungan fungsi
keluarga dengan perilaku merokok pada Kholifah, N., & Rusmawati, D. (2018).
remaja di SMA Aceh Besar. Hal ini Hubungan antara keberfungsian
dikarenakan keluarga memang salah satu keluarga dengan kontrol diri remaja
faktor penentu perilaku merokok pada pada siswa SMAN 2 Semarang. Jurnal
remaja. Diharapkan kepada keluarga untuk Empati, 7(2).
meningkatkan fungsi keluarga supaya
keluarga berjalan dengan baik. Kepada Melda, S. (2017). Faktor-faktor penyebab
remaja merokok (studi kasus remaja
perawat agar meningkatkan peran edukator
laki-laki di Kelurahan Karang Asam
untuk memberikan penyuluhan tentang Ulu Kecamatan Sungai Kunjang Kota
merokok supaya remaja mengetahui bahaya Samarinda). eJournal Sosiatri-
merokok. Sosiologi, 5(4).
REFERENSI Notoadmojo, S. (2012). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Bala, M. E., Senduk, J., & Boham, A. (2015).
Cipta.
Peranan komunikasi keluarga dalam
mencegah perilaku merokok bagi Purnaningrum, W. D., Joebagio, H., & Murti,
remaja di kelurahan Winangun B. (2017). Association between
Kecamatan Malalayang Kota Manado. cigarette advertisement , peer group ,
parental education , family income , and
Jurnal Acta Diurna, IV(3).
pocket money with smoking behavior
among adolescents in Karanganyar
District , Central Java. Journal of
Health Promotion and Behavior, 2(2),
148–158.

Rachmat, M., Thaha, R. M., & Syafar, M.


(2013). Perilaku merokok remaja
sekolah menengah pertama. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(11).

Septiana, N., Syahrul, & Hermansyah.


(2016). Faktor Keluarga yang
Mempengaruhi Perilaku Merokok pada
Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 4(1), 1–14.

Suharyanta, D., Widiyaningsih, D., &


Sugiono. (2018). Peran orang tua ,
tenaga kesehatan , dan teman sebaya
terhadap pencegahan perilaku merokok
remaja. Jurnal Manajemen Kesehatan,
4(1).

World Health Organization. (2018). World no


tobacco day : tobacco heart disease.
Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai