Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah
memberikan rahmat, hidayah, serta kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah yang berjudul “STRATEGI PROMOSI DAN
KESEJAHTERAAN PADA LANSIA” ini disusun berdasarkan data yang diperoleh oleh
penulis dari berbagai sumber, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan
Gerontik

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi serta menambah wawasan
kepada teman-teman atau pembaca tentang informasi kesehatan pada lansia. Penulis sadar
sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses belajar, bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran dari teman-teman atau pembaca
agar dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam makaah ini.

Manado,9 November 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................


1.2 Rumusan masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Definisi lansia........................................................................................................


2.2 Perubahan pada lansia dalam semua system dan implikasi klinik..........................
2.3 Strategi dalam Pendidikan dan kesejahteraan lansia..............................................
2.4 Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan Pendidikan kesehatan
pada Lansia..................................................................................................................
2.5 Gambaran dengan peran keluarga dalam merawat lansia........................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


3.1 Kesimpulan.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI LANSIA

Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure
tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomenabiologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Lanjut usia merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia
menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998)

Penuaan (ageing) merupakan suatu konsekuensi (proses alamiah) yang tidak dapat
dihindarkan dan pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak seorangpun yang dapat
menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap mulai menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai dewasa, secara alamiah seluruh
komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena
proses penuaan. Penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yang tidak hanya
terkait dengan faktor jasmani, tapi juga psikologis dan sosial. Penuaan itu sendiri adalah
suatu proses alamiah kompleks yang melibatkan setiap molekul, sel dan organ dalam
tubuh.

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita.

Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.Akan tetapi
proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas,
pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun
menurunnya.

Tiga Fase Proses Penuaan

 Fase 1

Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai
berkurang (mulai mengalami penurunan produksi). Polusi udara, diet yang tak sehat dan
stres merupakan serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh. Di fase ini
mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan. Tubuh pun
masih bugar terus. Penurunan ini mencapai 14 % ketika seseorang berusia 35 tahun.

 Fase 2

Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah menurun
sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan. Biasanya pada masa ini,
ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata mulai mengalami rabun dekat) sehingga
perlu tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya atau bila pada usia muda,
kita melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.

 Fase 3

Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa
ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali.perempuan
mengalami masa yang disebut menopause sedangkan kaum pria mengalami masa
andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi kering karena mengalami dehidrasi/kulit
menjadi keriput, terutama di bagian samping dan di bawah mata kita, juga kulit tangan
kita yang tidak sekencang dulu, tubuh juga menjadi cepat lelah.

Karakteristik penyakit lansia di indonesia

1. Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis


2. Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3. Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4. Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal
Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5. Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6. Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7. Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8. Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsbD.
Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Kardiovaskuler

2.2 PERUBAHAN PADA LANSIA DALAM SEMUA SISTEM DAN IMPLIKASI


KLINIK

2.2.1 Perubahan pada Sistem Sensoris Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan


seseorang untuk salinberhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau
membentuk hubungan baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan
masukan sensoris dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami
penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena
kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.Indra yang dimiliki seperti
penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan
integrasi dari persepsi sensori.

2.2.2 Perubahan pada Sistem Integumen

Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatastonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan Permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena- vena tampak lebih menonjol.
Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi
pada area tubuh yang terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan
dan lengan bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat
penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur
kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas
kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor
kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan massa
lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% perdekade.

2.2.3 Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan


metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan
tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita,
vitamin D, dan beberapa hormonlain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga,
mikro- arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan ringan maupun spontan.

2.2.4 Perubahan pada Sistem Neurologis

Berat otak menurun 10–20%. Beratotak ≤ 350 gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun
pada usia 45-50 tahun. Penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan
volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100
million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik
dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron
dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi
penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara
berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang
dendrite dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada
semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk disitoplasma,
kemungkinan berasal dari lisosomatau mitokondria.

2.2.5 Perubahan pada Sistem Kardiovaskular


Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik structural maupun
fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada
perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat berkurang.
Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200 x/menit.
Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.

2.2.6 Perubahan pada Sistem Pulmonal

Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut
berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Penurunan
laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter/dekade.

2.2.7 Perubahan pada Sistem Endokrin

Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas,
kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%,
sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan
“apatheicthyrotoxicosis”.

2.2.8 Perubahan pada Sistem Renal

Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1 juta nefron dan
memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap dekade,
mulai usia 25 tahun. Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron bertugas
sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan mempengaruhi kerja nefron dan
akhirnya mempebgaruhi fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik sistem renal.

2.2.9 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal

Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan gaya
hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara
lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.

2.2.10 Perubahan pada Sistem Reproduksi

 Pria

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat proses
menua :

a. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan


secara berangsur-angsur.
b. Atrofi asini prostat otot dengan area fokus hiperplasia. Hiperplasia noduler
benigna terdapat pada 75% pria > 90 tahun.
 Wanita

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita akibat
proses menua:
a. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi jaringan
payudara dan genital.
b. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah penurunan
massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, peningkatan kecepatan
aterosklerosis.

2.3 STRATEGI DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN


LANSIA

Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan kualitas
dan kelangsungan hidup sehat bagi seluruh warga Amerika (USDHHS, 1998). Dokumen
ini mengindikasikan bahwa aspek terpenting dalam promosi kesehatan lansia adalah
mempertahankan kesehatan dan kemandirian fungsional. Banyak tujuan yang ditetapkan
untuk masyarakat sehat 2000 (USDHHS, 1991) yang dicakupkan ke dalam tujuan
Masyarakat sehat 2010. Ketika merencanakan program promosi kesehatan untuk
komunitas lansia perawat komunitas harus memasukkan area prioritas dan tujuan spesifik
yang terdapat dalam masyarakat sehat 2010. Salah satu tujuan masyarakat sehat 2010
yang dapat diarahkan pada lansia adalah meningkatkan setidaknya 90 % proporsi
individu berusia 65 tahun atau lebih yang telah berpartisipasi pada tahun sebelumnya
pada setidaknya satu program promosi kesehatan terorganisasi.

2.3.1 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia

Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer.
Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah gaya hidup

mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi
kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan
imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal – hal
yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus
ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan. Filner dan
Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai kemampuan lansia untuk
hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta untuk menumbuhkan rasa
percaya diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum, tidak hanya terbebas dari
penyakit. Apabila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih
aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk
mempertahankan kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar
berfokus pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan
masalah kesehatan utama menurut usia (USDHHS, 1998). Secara umum, pelayanan
kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan

1. Meningkatkan kemampuan fungsional


2. Memperpanjang usia hidup
3. Meningkatkan dan menurunkan penderita (O’Malley dan Blakeney, 1994)

Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan suatu


pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan keluarga
serta kelompok dan komunitas.
2.3.2 Intervensi Berfokus – Individu atau Kelompok

Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus – individu atau


keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan keterampilan dan
kompetensi individu atau keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang
memaksimalkan promosi kesehatan dan perilaku proteksi kesehatan. Tujuannya adalah
mendayagunakan lansia dan keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan yang
rasional. Beberapa kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi kesehatan dan
proteksi kesehatan dengan target individu dan / atau keluarga adalah :

a. Skrining kesehatan

b. Modifikasi gaya hidup

c. Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )

d. Konseling

e. Kelompok pendukung

f. Pelayanan kesehatan primer

g. Imunisasi

h. Keamanan di rumah

i. Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan personal atau


bantuan rumah tangga )

j. Makanan yang dikirimkan ke rumah

k. Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah )

l. Manajemen kasus

m. Bantuan pemeliharaan di rumah

2.3.3 Intervensi berfokus pada komunitas

Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang diarahkan


padalansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok lansia yang beragam di
komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas adalah meningkatkan kapasitas dan
ketersediaan komunitas terhadap pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang sesuai
dan dibutuhkan dalam upaya mempertahankan kemandirian dan status fungsional lansia
di komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi tindakan politis dan
partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang memengaruhi lansia di komunitas. Contoh
intervensi berfokus komunitas adalah sebagai berikut :

 Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang menekankan pada


masyarakat lansia
 Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai older
American Month ( bulan lansia Amerika )
 Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti pengembangan
pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs internet
 Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti mempertahankan
atau memperluas tanggunagan medicare untuk pelayanan di rumah
 Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia proyek
pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk
memberikan pelayanan yang komprehensif kepada subkelompok asia
 Aktivitas pencegahan kejahatan
 Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.

2.3.4 Kemitraan dengan Komunitas Lansia

Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru dan
berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang berpotensi meningkatkan
kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan yang efektif perawat
kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan tujuan bersama kelompok lansia
yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam merencanakan promosi kesehatan dan
aktivitas pencegahan penyakit adalah hal yang esensial karena lansia sensitif terhadap
kehilangan potensi kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa
kemandirian mereka akan menngkat. Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja
dengan lansia di komunitas antara lain:

1. Jalankan program ditempat – tempat biasa lansia berkumpul seperti gereja,


senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.
2. Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program
3. Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok
4. Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau penglihatan
tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar, membatasi penggunaan
makalah, penggunaan ruangan yang tenang dan / atau pengeras suara yang
adekuat.
5. Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang cukup untuk
berespons
6. Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi pengalaman hidup
7. Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat
8. Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi
9. Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan rasa nyaman
pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan atau menanyakan informasi
baru atau informasi yang masih meragukan mereka
10. Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
11. Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas serta
kebijakan yang memengaruhi lansia

2.3.5 Kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia dikomunitas

a. Pelayanan Kesehatan

Lansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan pelayanan kesehatan primer


yang teratur untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit kronik
kecacatan serta kondisi yang mengancam hidupnya. Pelayanan promosi kesehatan
yang dapat mendasari intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1. Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin, pneumokokus )
2. Skrining penyakit kronik seperti kanker penyakit kardiovaskuler, dan diabetes.
3. Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang ada ( Pendidikan kesehatan,
manajemen kasus,dan manajemen medikasi).
4. Pengetahuan tentang praktik penggantia dan tangguan biaya ( termasuk biaya
pengobatan alternatif ) dari Medicare/Medicare Managed Care, asuransi
Medicare tambahan, dan program asuransi kesehatan spesifik.
5. Program outreach dan upaya advokasi untuk menjamin akses lansia pada sumber-
sumber yang dibutuhkan; seperti advokasi kesehatan, pelatihan kesehatan, dan
pengendali akses di komunitas, Personel yang ditugaskan bisa karyawan
perusahaan swasta, staf gereja, dan karyawan perudahaan BUMN yang dapat
merujuk lansia kepada sumber-sumber yang ada di komunitas (Florioet al, 1996).
6. Rujukan kepada program bantuan farmasi negara yang ada serta advokasi untuk
membuat program yang mereka butuhkan.
7. Pendidikan mengenai manajemen medikasi ( penjadwalan, kepatuhan, kalender,
dan sebagainya ).
8. Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.
9. One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.
10. Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit kronik.

b. Nutrisi

Nutrisi adekuat adalah hal paling penting bagi lansia dalam


mempertahankan kesehatan, mencegah penyakit, yang memperlambat perkembangan
penyakit kronis yang di derita. Dalam upaya membantu lansia meningkatkan dan
mempertahankan status nutrisinya, pengkajian nutrisi dan membangun kekuatan yang ada
adalah hal yang sangat membantu. Daftar Periksa Skrining Nutrisi ( Nutrision Screning
Checklist ) yang dibuat oleh American Academy of Family Physicians, American
Dietetic Association, dan National Council on Aging ( Nutrition Screning Initiative, 1992
) adalah alat pengkajian nutrisi yang sangat baik. Berikut ini adalah program kemitraan
dalam bidang kesehatan nutrisi yang dapat Anda pertimbangkan.

c. “Makan sehat dan enak!”

Rencanakan kelas atau serial kelas nutrisi yang berfokus pada nutrisi dasar dan
manajemen resiko nutrisi ( rendah garam, rendah lemak, rendah gula, tinggi serat dan
sebagainya ). Apabila kebutuhan terhadap diet gula khusus harus dibahas, pertimbangkan
untuk mengadakan serial kelas dan bentuk kelompok menurut ingkatran kebutuhan diet
spesifiknya. Kelas nutrisi akan lebih efektif jiak penyajiannya sangat interaktif dengan
para partisipan-mencicipi dan berbagi resep, membangun kebiasaan positif yang ada, dan
memasukkan makanan yang etnis. Pemasangan poster dengan tulisan yang besar dan
berwarna-warni serta tayangan video aalah langkah yang tepat. Makalah juga bisa
membantu. Ingat, lansia senang membicarakan dan menceritakan pengalaman hidup
mereka. Berikan hadiah kepda lansia yang menghadiri kelas, seperti tongkat, kanduk
kertas, makaronidan makanan yang tidak cepat membusuk. Dapatkan bantuan hadiah dari
toko yang menjual bahan makanan. Tantangan terbesarnya adalah enumbuhkan minat
para lansia untukmenghadirikelas ini. Pertimbangkan individu dari komunitas atau
kelompok teman sebaya untuk membantu marketing dan program outreach.
d. Olahraga dan Kebugaran

Manfaat olahraga telah dibuktikan sepanjang rentang kehidupan manusia.


Olahraga untuk lansia harus mempertimbangkan kesehatan dan status fungsionalnya. Di
bawah ini adalah beberapa bentuk program olahraga kebugaran.

“DUDUK MENENDANG KE ATAS: OLAHRAGA UNTUK LANSIA”

Ketika mengadakan klinik skrining tekanan darah dipusat nutrisi lansia, perawat
mengobservasi bahwa pengunjung sering kali datang sekitar pukul 8 pagi. Mereka
mengisi waktu dengan duduk-duduk sampai makan siang dihidangkan pada pukul 12
siang. Mereka bermain permainan meja seperti kartu atau domino, tetapi aktivitas fisik
mereka sedikit. Ketika memeriksa tekanan darah, perawat menanyakan tentang aktivitas
fisik yang lansia lakukan dan memperoleh informasi bahwa kebanyakan lansia tidak
merasa aman untuk berjalan di sekitar lingkungan mereka atau mereka belum mengetahui
bentuk lain dari olahraga. Setelah memvalidasi kebutuhan terhadap tipe olahraga ringan
( low-impact ) yang dapat dilakukan dikursi,suatu program dikembangkan dan beberapa
pertisipan dilatih sebagai instruktur olahraga. Rogram tersebut dinamakan “Duduk,
Menendang ke Atas: Olahraga untuk Lansia”. Dengan bimbingan sukarelawan instruktur
olahraga, program telah dimasukkan secara nyata ke dalam jadwal aktivitas sehari-hari.

 Pencegahan jatuh

Jatuh adalah masalah besar pada lansia. Anda mungkin hendak membangun
sebuah tim dengan ahli terapi oku pasional dan ahli terapi fisik untuk mengadakan kelas
pencegahan jatuh pada lokasi tempat para lansia biasa berkumpul ( ya , mungkin saja
anda tidak dapat mempengaruhi para lansia untuk datang mengahadiri kelas ini yang
justru sangat mereka butuhkan; para lansia tersebut berada di rumahanya karena meraka
takut jatuh jika mereka pergi keluar). Beberapa individu dapat memberikan koesioner
mengenai pengkajian jatuh, sebagian lagi dapat melakukan tes keseimbangan,
mendemonstrasikan cara – cara untuk mencegah jatuh dan memberikan konseling
individual mengenai hal – hal yang dapat menyebabkan jatuh. Proyek kolaborasif
multidisiplin ini dapat berdampak sangat besar terhadap masalah yang terkadang
mengakibatkan lansia kehilangan kemandiriannya atau bahkan dapat membawa kepada
kematian. Anda mungkin perlu memasarkan proyek ini serta mendapatkan tempat untuk
skrining, tes keseimbangan, demonstrasi dan konseling. Pertimbangkan untuk memiliki
formulir pernyataan dan persetujuan untuk menjalani tes keseimbangan pada setiap
kejadian jatuh.

 Keamanan komunitas

Dalam upaya menurunkan ketakutan lansia terhadap kekerasan yang sering


menghantui mereka, perawat perlu bekerja sama dengan Lembaga penegak hukum
setempat untuk mengembangkan program komunitas. Prototipe program meliputi
neighborbood crime watch program, citizens on patrol dan program keamanan organisasi
kemasyarakatan lainnya. Lansia membutuhkan pendidikan yang mencakup program
pertahan diri, baik secara fisik maupun secara psikologis. Kampanye media di masyarakat
harus berkonsentrasi pada upaya menumbuhkan kewaspadaan lansia terhadap tipe – tipe
kejahatan spesifik di dalam masyarakat, termasuk frekuensi dan waktu kejadian. Selain
itu, menabungkan cek bulanan untuk menurunkan kerentanan terhadap kejahatan.

 Keamanan berkendara

Seiring dengan peningkatan presentasi lansia di amerika, jumlah pengendara lansia


juga semakin banyak. Derekomendasikan agar pengendara lansia belajar mengemudi
kembali untuk mengakomodasikan perubahan neuromuskular dan sensorik yang terjadi
seiring proses menua. Pengendara lansia dianjurka untuk mengevaluasi kemabli secara
periodik kemampuan mereka dalam mengemudi, termasuk pemerikasaan penglihatan /
pendengaran dan evaluasi perubahan fisik lainnya dapat mempengaruhi mereka dalam
berkendara. AARP mensponsori 55 ALIVE / Mature Driving Program untuk membantu
pengendara yang berusia lanjut meningkatkan kemampuan berkendaranya, mencegah
tabrakan kendaraan dan menghindari pelanggaran lalu lintas (AARP, 1999a) . AARP juga
menerbitkan Older Driver Assesment and Resource Guide ( panduan pengkajian dan
sumber pengemudi lansia) yang disediakan secara gratis. Pengemudi yang berusia lanjut
harus mengacu kepada sumber ini atau sumber lain yang ada di komunitas.

 LEGISLASI SIGNIFIKAN DAN LANSIA AMERIKA

Akhirnya, beberapa bagian legislasi yang penting patut untuk didiskusikan. Dua
bagian penting dari legislasi yang mempengruhi kehidupan lansia di amerika adalah
Social Security Act tahun 1935 dan Older Americans Act (OAA) tahun 1965. Social
Security Act berisi banyak program bagi para lansia, termauk bantuan finansial dan
pelayana kesehatan. Ketentuan utamanya adalah meningkatkan sistem tunjangan bagi
lansia dan memungkinkan negara untuk memberikan santunan kepada tunanetra,
masyarakat yang sudah tua, serta anak – anak cacat dan terlantar. Undang – undang ini
membentuk Social Security Board (badan pengaman social) dan mekanisme untuk
meningkatkan uang pensiun dan tunjangan kesejahteraan. Satu amandemen paling
signifikan muncul pada tahun 1965, yang ditandai dengan berdirinya program asuransi
kesehatan Medicare dan Medicaid. OAA mengarahkan atensi negara kepaa kebutuhan
lansia dan mengesahkan the Administration On Aging Within The Department Of Health
And Human Services. OAA mendanai riset serta pelatihan gerontologi dan memfasiltasi
program lokal, negara, dan nasional guna meningkatkan kualitas hidup lansia. Selama
bertahun – tahun, OAA telah menetapkan bermacam – macam pelayanan untuk lansia,
termasuk Lembaga yang melayani lansia, pusat multiguna lansia, pelayanan nutrisi,
program relawan, pendidikan kesehatan, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan
dirumah, dan aktivitas kesehatan preventif. Legislasi lain yang membantu peningkatan
kualitas hidup lansia adalah The Age Discrimonation Act tahun 1974 yang mencegah
diskriminasi pada lansia dalam pekerjaan dan mencegah pensiun yang dipaksakan ;
research on aging act tahun 1974, yang membentuk National Institute Of Aging dalam
The National Institute Of Health dan American Disabilities Act tahun 1990 yang
menjamin hak – hak warga amerika yang mengalami kecacatan.

2.3.6 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia

Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat
ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi di kalangan lansia – penyakit
jantung, kanker dan stroke merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Namun
gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang mengalami
penyakit kronis secara bertahap telah digantikan oleh konsep baru seperti masa tua
dengan penuh kesuksesan ( misalnya kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap
proses penuaan ) dan penurunan morbiditas ( misalnya penundaan awitan
terjadinyaNpenyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap akhir kehidupan ).
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan juga
merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional untuk
lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang dapat
diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan
kesehatan.

2.3.7 Promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan

Penelitian terbaru menemukan bahwa lansia tertarik dalam promosi kesehatan


dan banyak lansia pada saat ini mempraktikan lebih banyak perilaku promosi kesehatan
daripada kelompok usia yang lebih muda. Ketika ditanyakan perilaku apakah yang
mereka inginkan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya lansia
menyebutkan hal – hal seperti tetap aktif dan memelihara pandangan positif terhadap
kehidupan olahraga, nutrisi, istirahat dan relaksasi memantau tekanan darah dan
pemeriksaan kesehatan dan disiplin diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak
terlalu berat. Hal – hal tersebut sebenarnya mewakili suatu kombinasi perilaku promosi
kesehatan dan perlindungan kesehatan ( pencegahan ) Menurt pender promosi kesehatan
adalah pola multidimensional dari tindakan dan persepsi yang berasal dari dalam diri
sendiri yang dapat membantu memelihara atau meningkatkan kesehatan aktualisasi diri
dan pemenuhan kebutuhan individu. Perilaku – perilaku tersebut misalnya melakukan
aktivitas fisik dan mental secara teratur memperoleh nutrisi istirahat dan relaksasi yang
adekuat dan memelihara jaringan dukungan sosial; semua itu merupakan perilaku
promosi kesehatan karena dapat mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan
seseorang.

Promosi kesehatan untuk lansia, tidak difokuskan pada penyakit atau


ketidakmampuan terapi lebih pada kekuatan dan kemampuan lansia tersebut. Promosi
kesehatan berusaha untuk memaksimalakan potensi lansia dan meminimalkan efek
penuaan. Aktivitas promosi kesehatan utama yang tepat untuk lansia adalah aktifitas fisik,
mental, dan sosial secara teratur, nutrisi adekuat, pengendalian berat badan dan
menejemen stres. Penemuan ini menunjukkan kesempatan yang unik bagi profesi
keperawatan. Perawat memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas kehidupan dalam
porsi yang penting bagi populasi dengan menggunakan kerangaka kerja promosi
kesehatan untuk mengorganisasikan dan memberikan asuhan keperawatan bagi lansia.
Pendekatan ini mendorong perawat untuk memandang lansia secara positifuntuk
mengidentifikasi dan membangun kekuatan daripada memusatkan pada keterbatasan dan
masalah. Periilaku perlindungan kesehatan adalah aktifitas yang diarahkan untuk
mengurangi resiko individu terhadap perkembangannya penyakit tertentu. Misalnya
pemeriksaan kesehatan secara teratur dan penggunaan obat – obatan secara tepat
merupakan perilaku perlindungan kesehatan. Beberapa perilaku ada yang termasuk
promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan. Misalnya, olah raga secara teratur
merupakan perilaku untuk melindungi kesehatan jika dilakukan untuk mengurangi resiko
seseorang menderita penyakit kardiovaskuler, depresi, diabetes melitus pada saat dewasa
akibat obesitas dan osteoporosis. Pembatasan diet khusus, seperti diet rendah kolesterol
atau diet tinggi serat merupakan perilaku untuk perlindungan kesehatan melawan
penyakit kardiovaskular dan beberapa jenis kanker. Penjelasan selengkapnya tentang
perlindungan kesehatan terhadapmasalah – masalah yang sering terjadi pada lansia

2.3.8 Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia

Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.

1. Azaz

a. Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that Have Been Added to
Life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi, perawatan,
pemenuhan diri, dan kehormatan.
b. b. Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add Life to the Years,
Add Health to Life, and Add Years to Life. Yaitu meningkatkan mutu kehidupan
lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

2. Pendekatan

Menurut WHO (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Menikmati hasil pembangunan.


2. Masing-masing lansia memiliki keunikan.
3. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.
4. Lansia turut memilih kebijakan.
5. Memberikan perawatan dirumah.
6. Pelayanan harus dicapai dengan mudah.
7. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi.
8. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia.
9. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya.
10. Lansia beserta keluarga aktif memeliharan kesehatan lansia.

3. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu
peningkatan (promotion), pencegahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan, serta pemulihan.

a. Promotif

Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk
menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan
proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan
masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma social. Upaya
promotif dilakukan untuk membantu orang-orang mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan
seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:

 Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi jatuh, mengurangi


bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan
mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
 Meningkatkan kemanan ditempat kerja yang bertujuan untuk
mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan menigkatkan penggunaan
system keamanan kerja.
 Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan untuk
mengurangi penggunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi
di rumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya,
serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
 Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang bertujuan untuk
mengurangi karies gigi serta memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Penyampaian 10 prilaku yang baik pada lansia, baik perorangan maupun
kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut:
 Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
 Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa percaya diri
dengan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
 Menjalin hubungan teratur dengan keluarga dan sesama.
 Olahraga ringan setiap hari.
 Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan banyak minum
(sebaiknya air putih).
 Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
 Meminum obat sesuai anjuran dokter.
 Kembangkan hobi atau minat sesuai kemampuan.
 Tetap memeliharan dan bergairah dalam kehidupan seks.
 Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur.

Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.

 B-Berat badan berlebihan harus dihindari.


 A-Atur makanan yang seimbang.
 H-Hindari factor resiko penyakit jantung iskemik dan situasi menegangkan.
 A-Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan kegiatan atau hobi yang
bermanfaat.
 G-Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
 I-Ikuti nasihat dokter.
 A-Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala

b. Preventif

 Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.


 Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,
 terdapat factor resiko, tidak ada penyakit dan promosi kesehatan.

Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut.

- Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.


- Konseling : berhenti merokok dan minum beralkohol.
- Dukungan nutrisi.
- Exircise.
- Keamanan didalam dan disekitar rumah.
- Manajemen stress.
- Penggunaan medikasi yang tepat.
 Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis,
dan mengidap factor resiko. Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah
sebagai berikut.
- Control hipertensi.
- Deteksi dan pengobatan kanker.
- Screening : pemeriksaan rectal, mammogram, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
 Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan
cacat; mencegah cacat bertambah dan ketergantungan; serta perawatan bertahap,
tahap (1) perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat jalan, dan (3)
perawatan jangka panjang.

Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.

- Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi rehabilitasi dan


membatasi ketidakmampuan akibat kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau
inkontinensia urine/fekal.
- Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan berfungsi.

2.4 ASPEK ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN


PENDIDIKAN KESEHATAN PADA LANSIA

2.4.1 ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA

Pembangunan di segala bidang menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang


semakin membaik, dan usia harapan hidup makin meningkat, serta jumlah lanjut usia
makin

bertambah. Untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut usia tersebut, oleh pemerintah


Bersama dengan masyarakat telah di gerakkan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut
usia dalam bentuk :

 perlindungan sosial
 bantuan sosial
 pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
 pelayanan kesehatan
 pemberdayaan lanjut usia agar mereka siap di dayagunakan sesuai kemampuan
masing-masing.
 mendorong agar lanjut usia bergabung dengan organisasi sosial atau organisasi
lanjut usia atau organisasi masyarakat lainnya.
Upaya diatas akan lebih ditingkatkan lagi di masa mendatang, baik ditujukan bagi
lanjut usia potensial dan lanjut usia yang tidak potensial. Di samping perbaikan di bidang
kesejahteraan sosial, atau globalisasi di bidang komunikasi, informasi, transportasi dan
pendidikan niscaya menimbulkan pengaruh luar yang mengikis budaya masyarakat yang
selama ini ada terhadap hubungan antar-anggota keluarga mereka, termasuk yang
tergolong lanjut usia. Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin melemah dan
keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga kecil, terlebih lebih dalam masyarakat
industri di mana lanjut usia terpisah dari anggota keluarga lainnya akibat urbanisasi.
Anggota keluarga yang berusia lanjut kurang di perhatikan dan terpaksa hidup sendiri
dalam kesepian. Dengan demikian, budaya "tiga generasi di bawah satu atap" makin sulit
di pertahankan , karena ukuran rumah di perkotaan semakin sempit, sehingga kurang
memungkinkan para lanjut usia tinggal di rumah bersama anak, menantu dan cucunya.

Menggabungkan diri dengan organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan


belum membudaya dan melembaga, sehingga pembinaan terhadap lanjut usia secara
kelompok sulit dilakukan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu di lakukan upaya
khusus yang dasarnya telah dirumuskan dalan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dan Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3796.

A. KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, baik material maupun spritual, yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketenteraman lahir batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik sebaiknya bagi diri ,
keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia.

Kesejahteraan sosial lanjut usia meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Pelayanan keagamaan dan mental spritual

2. Pelayanan kesehatan

3. Pelayanan kesempatan kerja

4. Pelayanan pendidikan dan pelatihan

5. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana dan pemukiman

6. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum

7. Perlindungan sosial.

8. Bantuan sosial

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia
tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, ketrampilan, pengalaman, usia,
dan kondisi fisiknya, serta terselanggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut
usia. Upaya ini bertujuan memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, serta
mewujudkan kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan
kekerabatan serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. TEORI SOSIAL TENTANG PENUAAN

1. Teori Interaksi Sosial (sosial exchange theory)

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961)
dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial di dasarkan atas hukum
pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa
kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosial nya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-
menukar

Menurut Dowd (1980), interaksi di antara pribadi dan kelompok merupakan


upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan kerugian sehingga
sesedikit mungkin. Kekuasaan akan timbul akibat seseorang atau kelompok mendapatkan
keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya.

Pada lanjut usia, kekuasaan dan prestisenya berkurang yang menyebabkan interaksi sosial
mereka berkurang juga. Yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk
mengikuti perintah.

Pokok-pokok social exchange theory adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya


masing-masing
b. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu
c. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seseorang aktor mengeluarkan
biaya
d. Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya
kerugian
e. Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

2. Teori penarikan diri (disengagement theory)

Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal, dab pertama
kali diperkenalkan oleh Cumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang diderita lanjut
usia dan menurunnya dera kesehatan mengakibatkan seorang lanjut usia secara perlahan-
lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat
juga mempersiapkan kondisi agar para lanjut usia menarik diri. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas.

Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu :

a. Kehilangan peran (loss of roles)


b. Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship)
c. Berkurangnya komitmen (reduced commitment to sosial mores and values)
Menurut teori ini, seseorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses penuaan
yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri
pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.

Pokok-pokok disengagement theory adalah:

a) pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa pensiun. Pada wanita
terjadi pada masa perang dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak
menginjak
dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah
b) lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat hal ini, karena lanjut usia dapat
merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh
kerja yang lebih luas
c) tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
 proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
 proses tak dapat dihindari
 hal ini di terima lanjut usia dan masyarakat

Teori ini mempengaruhi kebijakan negara terhadap lanjut usia, antara lain di Amerika
Serikat.

3. Teori aktivitas (activity theory)

Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) yang
menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia

merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut


selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas lebih penting dibandingkan kuantitas aktivitas
yang dilakukan. Dari satu segi aktivitas lanjut usia dapat menurun, akan tetapi di lain segi
dapat dikembangkan, misalnya peran baru lanjut usia sebagai berikut :

 relawan

 kakek atau nenek

 ketua rukun warga

 seorang duda atau janda, karena ditinggal wafat pasangan hidupnya

Dari pihak lanjut usia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan
perilaku mereka semasa mudanya.

Pokok-pokok teori aktivitas adalah :

a) moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan


sepenuhnya
dari lanjut usia di masyarakat
b) kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut usia Penerapan
teori aktivitas ini dalam penyusunan kebijakan terhadap lanjut usia sangat positif,
karena memungkinkan para lanjut usia berintegrasi sepenuhnya di masyarakat.
4. Teori kesinambungan (continuity theory)

Teori ini di anut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia.
Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak
berubah, walaupun ia menjadi lanjut usia.

Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu
pergerakan dan proses yang seara, akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan
pergerakan dan proses banyak arah, tergantung dari bagaimana penerimaan seseorang
terhadap status kehidupannya.

Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah, bahwa sulit memperoleh gambaran
umum tentang seseorang, karena kasus orang per orang sangat berbeda.

Poko-pokok dari continuity theory adalah sebagai berikut :

a. lanjut usia tak disarankan melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, di pilih peran
apa yang harus di pertahankan atau di hilangkan
b. peran lanjut usia yang hilang tak perlu di ganti
c. lanjut usia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi

5. Teori perkembangan (development theory)

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lanjut
usia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu di pahami teori Frued,
Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Frued meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan
psikososial anak dan balita. Havighurtst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas
perkembangan (developmenttasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut
usia, yaitu :

a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis


b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
c. Menemukan makna kehidupan
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
g. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia

Joan Birchenall RN, MEd dan Marry E. Streight RN (1973), menekankan


perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan
sosial seseorang selama fase kehidupannya. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lanjut usia
terhadap berbagai tantangan tersebut, yang dapat positif maupun negatif. Akan tetapi
teori ini tak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang
seharusnya diterapkan oleh lanjut usia tersebut.

Hal-hal yang kurang mendukung dalam penerapan teori ini adadalah :


 Pendekatan yang dipergunakan abstrak
 bila seseorang berbuat kesalahan pada fase sebelumnya, hal tersebut tak dapat
diperbaikinya dalam fase selanjutnya
 tak dapat dilakukan pengujian secara empiris dan cara tak dapat digeneralisasi

Pokok-pokok dalam development theory adalah :

a. Masa tua merupakan saar lanjut usia merumuskan seluruh masa kehidupannya
b. Masa tua merupakan masaa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru
yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda
c. Lanjut usia harus menyesuaikan diri, akibat perannya yang berakhir di dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, di tinggal
mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya

6. Teori stratifikasi usia (age stratifucation theory)

Wiley (1971), menyusun stratifikasi lanjut usia berdasarkan usia kronologis yang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban serta
hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut
adalah struktur dan prosesnya.

1. Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut :

 bagaimanakah peran dan harapan menurut penggolongan usia


 bagaimanakah penilaian strataboleh strata itu sendiri dan strata lainnya
 bagaimanakah terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada
masing-masing strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lanjut
usia

2. Proses mencakup hal-hal sebagai berikut :

 bagaimanakah menyesuaikankedudukan seseorang dengan peran yang ada


 bagaimanakah cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus

Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah :

a. Arti usia dan posisi kelompok usia bagu masyarakat


b. Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
c. Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk Keunggulan
teori stratifikasi usia adalah pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan
dapat di pergunakan untuk mempelajari sifat kelompok lanjut usia secara cohort
serta bersifat makro. Setiap kelompok usia dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan keterikatannya denga kelompok usia lainnnya.

Kelemahannya, teori ini tak dapat di pergunakan untuk menial lanjut usia secara
perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis, serta terkait
dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.

Setelah menelaah bermacam-macam teori penuaan yang berasal dari berbagai


disiplin ilmu, dalam praktek sering di jumpai kesulitan bila diperlukan suatu pandangan
lintas disiplin, terlebih lebih bila hendak diterapkan di Indonesia, mengingat bahwa
kebanyakan teori berasal dari amerika serikat, dan kadang-kadang rak cocok diterapkan
di Indonesia, Asia, arau Eropa.

2.4.2 ASPEK PSIKOLOGIK DAN PERILAKU

Sejak berkembangnya ilmu jiwa/psikologi beraliran psikoanalisa yang dirintis


SIGMUN FREUD, banyak hal baru di temukan. Freud ( 1856 – 1939 ) berpendapat
bahwa jejak jejak permanen dari perilaku tidak hanya di pengaruhi oleh hal hal yang di
sadari manusia, tetapi juga di pengaruhi oleh komponen yang tidak di sadari. Ia
berpendapat, kehidupan kejiwaan seseorang terdiri dari tiga kualitas :

1. Kesadaran atau consciousness-berisi hal hal yang di sadari.


2. Bawah sadar atau subconsciousness-berisi hal hal yang Setiap saat dapat muncul
dan di sadarioleh orang tadi.
3. Ketidaksadaran atau unconsciousness-berisi hal hal yang tidak dapatdan tidak
mungkin muncul dalam kesadaran seseorang

Selanjutnya, dikemukakan bahwa dalam psike/jiwa kita di kenal tiga instansi :

1. Id yang terletak dalam ketidaksadaran manusia dan merupakan tempat dan naluri
yang mempertahankan kehidupan. Naluri / insting hewani ini berprinsip untuk
cepat memperoleh gratifikasi/pemusan dan belum di sentuholeh nilai budaya.
Sebagai contoh, keadaan seperti haus, lapar, keinginan berkumpul, agresi, dan
keinginan seksualdi kelompokan dalam naluri hewaniyang praktis
muncul dalam kehidupanseseorang dan ingin memperolehpemenuhan
segera/pleasure principle
2. Supergo merupakan instansi yang berisi nurani dimana semua nilai luhur yang
diajarkan oleh orang tua, guru maupun ulama/tokoh masyarakat di serap oleh
pribadiseseorang sejak ia mengerti segala hal yang baik dan buruk. Instansi ini
sebagai pengontrol dan berprinsip censoring agar naluri hewani yang
inginmemperoleh pemusan segera itu di salurkan melalui cara yang terhormat
dan tidak sekedar penyaluran sembarangan. Oleh karena itu, antara ig dan
supergo akan selalu terjadi pertentangan. Sering kali pertentangan yang sangat
besar dan tidak memperoleh penyelesaian yang baik akan menyebabkan orang
tadi mengalami kecemasan ataupun gangguan mental lain.
3. Ego/Ich merupakan instansi yang memang terletak dalam dunia “ sadar “ yang
selalu berprinsip realistis. Semua pertentangan antara ig dan supergo di harapkan
dapat diselesaikan oleh Ego sehingga dalam berperilaku sehari hari seorang
dapat di terimaoleh masyarakat sekitarnya sebagai seorang yang wajar dan
normal.

Sebagai contoh, kita tidak dapat membayangkan bila kita dapati seorang seorang
lanjut usia yang berperilaku seenaknya saja, misalnya mau menang sendiri, kalau ada
makanan diMeja langsung mengambil bagian yang enak tanpa mempedulikan orang lain
atau tidak mengacuhkan norma masyarakat dalam bertindak tanduk-tentunya orang
semacam ini di kelompokan dalam lanjut usia yang tidak tahu diri atau psikopat/sosiopat.
Sedangkan budaya kita, dan budaya timur pada umumnya,menginginkan agar setiap
orang tua memperoleh tempat yang terhormat.
Dalam membahas kasus aneh semacam di atas, freud mengungkapkan bahwa perilaku
/kepribadian yang terlihat dari luar sebenarnya merupakan fenomena “ gunung es “
Artinya, interaksi dari banyak hal yang sulit di mengerti yakni tentunya merupakan 90
persen dari keseluruhan isi gunung es tadilah yang berada dalam tak sadar yang ikut
menentukan pribadi orang tadi. Untuk itulah, fenomena aneh atau perilaku yang kurang
dapat di terima masyarakat sering kali perlu dianalisis dengan cermat krena setiap
manusia mempunyai cara tertentu dalam menekan pengalaman hidup yang tidak enak
selama hayatnya ke dalam tak sadar mereka. Mekanisme pertahan/defence mechanism
dalam mengadakan reaksi terhadap problem hidup juga sangat bervariasi, setiap manusia
akan menghadapinya melalui perkembangan kepribadian masing masing.

A. PENGAMATAN PSIKOSOSIAL TERHADAP KEPRIBADIAN

Apabila sigmun freud mendasari pengamatnnya melalui perkembangan libido,


dimana dorongan psikososial manusia di pelajari dan di catat berdasarkan fase fase
perkembangan yang di sebut sebagai fase oral, fase anal, fase phalik, fase laten, dan fase
genital ERIK ERIKSON ( 1902 – 1994 ) mengamatinya dari sudut yang agak berbeda .

Erikson mendasari teorinya melalui observasi bertahun tahun, yang kemudian


Perkembangan kepribadian yang sifatnya berkesinambungan ini memerlukanpentahapan
yang baik. Tiap stadium/tahapan ini perlu di ahkiri dengan diciptakannya suatu kebijakan
dasar/basic virtue . dalam tahapan yang terahkir, yang terdri dari delapan tahap tersebut
dikemukakkan bahwa kebijakan tertinggi yang akan di raih oleh setiap manusia adalah
integritas Ego, yang tidak lain berbentuk suatu keutuhan suatu kebijaksanaan /wisdom .

Secara garis besar Erikson mengatakan bahwa setiap individu yang ingin mencpai
integritas Ego seyogiannya melewati setiap fase kehidupan yang baik, dan setiap penyulit
yang di hadapi oleh manusia dalam mencapai kebijakan dasar dalam setiap stadium tadi
akan mejadi penyulit dalam mencapaikematangan emosional. Kedelapan stadium serta
kebijakan dasar yang terungkapdalam teori Erikson adalah sebagai berikut:

1. Satu tahun pertama kehidupan akan di lewati seorang bayi dengan baik bila ia
memperoleh kasih sayang yang cukup, sehingga ia merasa baha dirinya memang
pantas untuk hidup secara layak. Dalam fase ini, kebijakan dasar yang di capai oleh
bayi tadi adalah basic trust. Apabila seorang bayi tidak memperoleh pemeliharaan
yang baik dari lingkungannya, ia akan tumbuh menjadi orang yang penuh curiga dan
tak akan pernah mempercayai sekelilingnya.
2. Bayi mulai aktif bergerak ke sana ke mari yakni ketika mereka berusia 1 – 3 tahun.
Pada saat seperti ini tebentuklah sikap Autonomy yang mulai memisahkan ogo si
anak terhadap orang tuanya. Ia mulai mencobanya Kebiasannya berjalan dan berlari
tanpa rasa takut. Bila dalam proses ini terjadi hambatan, anak tadi akan berkembang
menjadi anak yang penuh ragu ragu dan malu.
3. 3. Antara 3 – 5 tahun, terbentuk stadium yang di sebut Intiative . pada masa ini
seorang anak seyogiannya merasa bebas untuk berimajinasi, dan mengujinya
dengn kenyataan. Ia akan menirukan orang dewasa dan mulai berusaha untuk
bereperan aktif dalam permainan dengan sebaya. Gangguan dalam stadium ini akan
mengakibatkan anak menjadi mudah menyalahkan diri/kurang berinisiatif.
4. Sejak anak mulai menginjak sekolah ( 6 – 11 tahun ) ia mulai memperoleh
kesempatan yang lebih besar lagi dalam menjalankan peran dan berprestasi.
Kemampuan social dari akademis baik melalui permainan di sekolahpekerjaan
rumah dan angka yang di peroleh di sekolah akan memberikan rasa berharga pada
fase ini di kenal sebagai fase industry. Bila ia tidak dapat bersaing di antara teman
teman, harga dirinya akan tererosi. Di saat ini akan terjadi rasa rendah diri dan
inferiority complex yang dapat berlangsung lama dalam hidup.
5. Identity atau pencapaian identitas ego biasanya terjadi pada usia 15 – 21 tahun,
ketika remaja tadi mulai mengetahui peran gender /kelamin dan mulai tahu antar
kelompok sudah ada yang menjadi pemimpin. Ia meletakan dirinya sebagai salah
satu anggota kelompok dan mengetahui sampai dimana ia di butuhkan oleh teman
dan hubungan mereka dengan kelompok yang lain yang berbeda. Stagnasi dalam
fase ini dapat mengakibatkan hal yang serius. Istila “ krisis identitas “ Yang di
lontarkan oleh Erikson terhadap remaja Amerika Serikat sekitar 25 tahun yang lalu
menjadikan nama Erikson sangat popular di antara paka psikologi dan sosiologi.
6. Intimacy atau keakraban di peroleh pada usia 21 - 40 tahun. Pada fase ini manusia
mulai menginjak dewasa ia mulai memilih teman yang sesuai dengan hasrat dan
kesenangan yang ada pada dirinya. Ia mulai mendalami kehidupan keakraban dengan
teman yang lebih sama idealismenya. Saat ini pulah ia mulai memilih teman hidup
yang kira kira mepunyai pandangan yang sama untuk hari depan. Dalam fase ini, bila
seorang tidak dapat menyesuaikan diri, ia akan menglami keterasingan dalam hidup,
apalagi kalau mengalami pergantian pacar sampai berkali kali dan mengalami
kegagalan.
7. Generatifity ( 40 – 60 th ) suatu fase yang mengantarkan manusia menjadi orang tua
yang baik terhadap anak anak mereka. Hubungan suami istri yang harmonis dan
keberhasilan rumah tangga akan memberikan perasaan yang berhasil sebagai
manusia produktif . sebutan “ kepala rumahtangga “ atau “ ibu “ mencerminkan
peran khsus bagi seseorang dalam masyarakat. Keberhasilan dalam karir atau dalam
mendidik anak akan memberikan rasa bahagia tersendiri. Kesulitan yang di hadapi
dalam masa ini akan menjdikan orang tadi mengalami stagnasi dalam proses
berikutnya dan menyebabkan ia merasa tak mampu dalam mengarungi samudra
kehidupan. Rasa miskin diri dan mengasihani diri secara berlebihan akan menjadi
suatu momok dalam menghadapi masa depan.
8. Ego integrity merupakan muara yang ingin di capai oleh setiap lanjut usia ( di atas
60 tahun ). Untuk itu, mereka yang justru telah mengalami kemudahan fisik dan
merasa bahwa hidup mereka sudah dekat dengan ahkir hayat perlu mengetahui
bahwa pada masa masa semacam ini kasih sayang dalam lingkup keluarga terdekat,
kerabat dan bahkan lingkungan terdekat merupakan sumber kenikmatan tersendiri.
Pada masa ini seorang yang merasa bahwa dirinya di terima dan di hargai oleh
sekelilingnya merupkan anugrah yang tidak mungkin dapat dinilai dengan materi.

Tercapainya masa semacam ini tidak terlepas dari kontinuitas masa lampau. Oleh
karena itu dalam buku ini akan di uraikan berbagai aspek agar para lanjut usia dapat
menyiapkan diri secara lebih mantap apabila “ waktunya sudah sampai “
ketidakberhasilan dalam periode ini akan menyebabkan orang tadi menjadi putus asa dan
justru takut menghadapi kematian
B. PROSES PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA LANJT USIA

Banyak literature mengatakan bahwa masa dewasa sebagai fase perkembangan


kepribadian yang mendarat/plateau dan ini tentunya berbeda dengan perkembangan masa
anak/remaja yang seringkali di gambarkan dalam fase perkembangan/menanjak. Apakah
masa tua di gambarkan dengan grafik yang menurun? Ternyata terdapat berbagai macam
pendapat. Memang ada berbagai fungsi yang terpengaruh oleh kemunduran fisik sehingga
kemampuan dalam bereaksi, seperti reflex maupun kemampuan menjawab dan
menanggapi diskusi, agak menurun – walau persentase menunjukan angka sekitar
sepuluh persen.Sesungguhnya terdapat pula hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa
kemampuan berfikir para lanjut usia masih tetap intact ( penuh ), sedangkan kemampuan
di bidang emosi tentunya banyak di pengaruhi oleh kelambanan yang terjadi karena factor
fisik.

Baik dari teori Erikson maupun dari pengalaman para lanjut usia sendiri terungkap
bahwa kepribadian tetap berkembang dan setiap manusia ingin mencapai dan
mengarahkan hidupnya untuk mencari kesempurnaan/wisdom . oleh karena itu, setiap ada
kesempatan para lanjut usia sering mengadakan introspeksi. Dalam perjalanan hidup tadi,
terjadi proses kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender ( jenis
kelamin ) yang terbaik. Para wanita lanjut usia ternyata menjadi tegar dalam menghadapi
hidup, seolah olah mereka tidak kalah dengan laki laki, apalagi dalam memperjuangkan

Hak hak mereka. Sebaliknya, banyak pria lanjut usia tidak segan segan memerankan
peran wanita seperti mengasuh cucu, menyediakan sarapan pagi, membersihkan rumah
dan lain kegiatan yang biasanya justru di lakuakan oleh pihak perempuan.

Walaupun teori perkembangan kepribadian masih tetap berkembang, kiranya ada


baiknya kita menelaa hasil kelompok ahli dari WHO pada tahun 1959, yang mengatakan
bahwa mental yang sehat/mental health mempunyai cirri cirri sebagai berikut :

1. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan/realitas, walau


realitas tadi buruk.
2. Memperoleh kepuasan dari perjuangannya.
3. Merasa lebih puas untuk member daripada menerima.
4. Secara relative bebas dari rasa tegang dan cemas
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan
6. Menerima kekecewaan untuk di pakai sebagai pelajaran untuk hari depan.
7. Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.

para lanjut usia yang mempunyai mental yang sehat masih dapat melakukan banyak
hal positif. Pengalam hidup mereka yang sering kali tidak terbayar itu patut di ungkapkan
pada generasi muda. Demikian pula, banyak nilai luhur yang mereka hayati dalam
perjuangan hidup tidak

Mustahil dapat memberikan dampak yang positif kepada anak cucu apabila hal ini
dilestarikan.

Selanjutnya terbukti bahwa kelima factor pembentuk kepribadian diatas dapat


berkembang sejak seorang anak menjadi dewasadan akan stabil ketika menginjak usia
tiga pulu tahun. Tentunya hal ini perlu di ketahui oleh setiap orang tua dalam mendidik
anak mereka sehingga kepribadian yang tumbuh sehat sudah di upayakan sejak dini.
Namun ada beberapa hal yang perlu di kemukakan, bahwa kepribadian yang sudah
terbentuk masih dapat berubah, khususnya :

1. Bila orang dewasa tadi mengalami stress kehidupan yang hebat/katastrofik.


Misalnya kehilangan seluruh anggota keluarga karena kecelakaan/bencana alam.
2. Apabila orang tadi mengalami penyakit fisik yang berat seperti stroke, sakit
jantung,lumpuh.
3. Apabila di lakukan intervensi, misalnya dengan psikoterapi yang intensif –
khususnya bagi mereka yang mengidap kelainan kepribadian yang cukup serius.

Jelas bahwa mereka yang mempunyai derajat neurotisisme tinggi akan banyak
mengalami peristiwa hidup yang mengecewakan, dan dalam mengahadapi para lanjut usia
yang tergolong dalam kelompok ini tentunya hal tersebut dapat di perhitungkan sehingga
pada saat nya kita harus merujuk pada ahli yang berwenang/psikoterapist. Walaupun
demikian, kiranya perkembangan kepribadian yang di kemukakan oleh Erikson akan
memperluas wawsan kita agar kita lebih dapat memahami para lanjut usia yang seringkali
menunjukan sifat yang aneh.

2.4.3 ASPEK KESEHATAN

Kesehatan lanjut usia meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial lanjut Usia,dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit,cacat dan kelemahan.Dengan Demikian
untuk pengelolaan kesehatan Lanjut Usia secara terpadu,antara sector kesehatan, sosial,
ekonomi, hukum dengan sektor lain dan masyarakat perlu terusdikembangkan,
sehingga pada ahirnya peranserta Lanjut usia dan keluarganya semakin meningkat.

Menurut INIA (Internation Institute on Agin on aging) Word


health Organization, Malta,(1998),penyebab timbulnnya permasalaha kesehatan lanjut
usia adalah:

1. Umur harapan hidup bertambah panjang


2. Morbiditas meningkat
3. Lanjut usia mengalami beban ganda, yaitu mengidap penyakit infesksi dan kronis.
4. Bertambannya kerusakan yang terjadi,yang terjadi,yang diakibatkan penyakit atau
kecacatan ,menimbulkan ketergantungan lanjut usia.
5. Fakto-faktor lainnya,seperti:
 Psikososial
 Lingkungan,misalnnya polusi.
 Kondisi pemungkiman dan pekerjaan
 Makanan
 Status sosial- ekonomi,misalnya penghasilan
 Perilaku atau adat kebiasaan
 Tingkat pedidikan dan buta huruf
 Stres
 Mekanisme kegiatan untuk mengatasi masalah
 Jaringan sosial
 Status pernikahan Lanjut Usia
 Penilaian terhadap diri sendiri
 Perawatan
 Akses kepala fasilitas kesehatan

Bila tidak diatasi dengan tepat,permasalahan yang harus dihadapi oleh lanjut Usia
akan menimbulkan akibat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Gangguan sistem
2. Timbulnnya penyakit dalam manifestasi klinik
3. Menurut ADL( Activities of Daily Living )

1. Gangguan sistem

Gangguan yang terjadi dapat berubah

 Gangguan sistem muskuluskeletal


 Gangguan sistem Kardiovaskular
 Gangguan sistem pernapasan
 Gangguan sistem pencernaan
 Gangguan sistem urogenitalia
 Gangguan sistem hormonal
 Gangguan sistem saraf
 Gangguan sistem kulit,kuku dan rambut.

2. Timbulnnya penyakit dan manifestasi Klinik pada hakikatnya,penyakit pada Lanjut


Usia sama dengan pada muda usia, akan tetapi karena adannya perubahan pada fungsi
tubuh,struktuk organ,pengaruh obat, frekuensi penyakit dan factor pengaruh dari luar sifat
penyakit pada lanjut usia berbeda (Departement kesehatan Republik Indonesia,1994)
Yaitu:

 Gejala penyakit lebih tersemar,misalnnya nyeri dada pada angina pectoris tak
jelas
 Gejala adiptik bila dibanding usia muda.
 Gejala non spesifik
 Proses penyakit mempengaruhi organ dan psikis.
 Gejala penyakit sering berubah –ubah,karena lanjut usia sering mengidap lebih
dari dua macam penyakit
 Obat –obatan yang diberikan sering menimbulkan interaksi dan menyamarkan
gejala
 Ambang rasa sakit lebih tinggi
 Inaktivitas menyambarkan keluhan sesak nafas atau gejala angina pectoris.

3. Penurunan ADL( Activities of Daily Living )

Yang dimaksud dengan ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari- hari.pada
lanjut usia,ADL dapat terganggu oleh beberapa hal atau keadaan,yaitu:

 Penurunan ADL

Penurunan disebabkan oleh: persendian yang kaku, Pergerakan yang terbatas, Waktu
beraksi lanjut usia yang lambar, Keadaan tidak stabil bila berjalan, Keseimbagan tubuh
yang jelek, Gangguan peredaran darah, Gangguan Penglihatan, Gangguan Pendegaran
Gangguan Pada Perabaan (Tactile Sensory)

Faktor yang mempergaruhi penurunan ADL:

1. Kondisi fisik misalnya penyakit menahun,


2. gangguan mata dan telinga
3. kapasitas mental status mental seperti dihan dan depresi.
4. Penerimaan terhadap berfungsinya anggota tubuh
5. Dukungan anggota keluarga

Untuk mengukur ADL digunakan suatu skala –rating nale-yang didasarkan pada
keterampilan menjalankan fungsi biologis ,yang memerlukan bekerjannya sistemdan
anggota gerak dari lanjut usia tersebut. Rating scale yang digunakan diadaptasikan oleh
shirley s. travis dari index of independence in Activities of Daily living (Sdney Katz)

Tingkatkan yang digunakan dalam pengukuran oleh travis- travis Assessment scale
rating functional Abil-ity Adalah:

Level 0: Mandiri

Level 1: ketergantungan bila mandi

Level 2 : ketergantungan bila mandi dan berpakaian

Level 3: ketergantungan bila mandi,berpakaian dan di toilet

Level 4 : ketergantungan bila mandi, berpakaian ,ditoilet dan berpindah transfer

Level 5: ketergantungan bila mandi,berpakaian,di toilet,transfer,BAB dan BAK

Level 6 : ketergantungan bila mandi,berpakain,ditoilet ,tranfer ,BAB,BAK dan makan.

Tahap yang dilakukan pada perawatan lanjut usia yang mengalami gangguan

ADL adalah sebagai berikut:

 Diukur terlebih dulu fungsi menjalankan kegiatan sehari-hari sekarang


 Tetapkan tujuan perawatan –goal
 Susun rencana perawatan
 Laksanan rencana perawatan
 Evaluasi

Tim rehabilitas ADL Untuk mengembalikan fungsi ADL,diperlukan suatu tim


khusus yang terdiri dari berbagai tenaga profesional dari berbagai disiplin
ilmu.Di inggris ,misalnnya,suatu tim rehabilitasi terdiri dari berbagai unsur (Joan M
Birchenall

1992)

 Geriatric nurse practitioner  Home economist


 Licensed practical nurse. inrehabilitation
 Occupational therapist  Registered profesional nurse
 Registered profesional nurse
 Home – care personnel  Principal informal care giver.
 Respiratory therapist  Anggota keluarga dari lanjut
 Speech –language pathologist usia tersebut
 Medical sosial worker

2.4.4 ASPEK PEMBINAAN KESEHATAN

Tujuan pembinaan kesehatan bagi kaum lanjut usia adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam
masyarakat.

Mereka yang berusia 40-45 tahun (menjelang usia lanjut/masa virilitas) memerlukan
informasi pengetahuan sebagai berikut :

1. Mengetahui sedini mungkin adanya akibat proses penuaan, misalnya adanya


keluhan keluhan : Mudah jatuh atau jatuh berulang kali, Mudah lelah, Nyeri dada,
Berdebar debar, Sesak nafas waktu melakukan kerja fisik dan lain-lain
2. Mengetahui pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala.
3. Melakukan latihan kesegaran jasmani.
4. Melakukan diet dengan menu yang seimbang
5. Meningkatkan kegiatan social di masyarakat.
6. Meningkatkan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa.

Mereka yang berusia 55-64 tahun (masa preseniun memerlukan informasi


pengetahuan mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.


2. Perawatan gizi /diet menu seimbang.
3. Kegiatan olahraga/kesegaran jasmani.
4. Perlunya berbagai alat bantu untuk tetap berdayaguna.
5. Pengembangan hubungan social di masyarakat
6. Peningkatan hubungan social dimasyarakat
7. Peningkatan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa.

Mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan kelompok risiko tinggi memerlukan
informasi pengetahuan sebagai berikut :

1. Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktivitas


didalam
rumah maupun diluar rumah.
2. Pemakaian alat bantu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada pada
mereka.
3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4. Perawatan fisioterapi dirumah sakit terdekat.
5. Latihan kesegaran jasmani.
6. Meningkatkan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa.
Secara umum , tindakan – tindakan pencegahan praktis yang kiranya dapat dijalankan
adalah sebagai berikut :

1. Hindari berat badan yang terlalu berat (obesitas atau overweight)


2. Kurangi makan dan pilihlah makanan yang sesuai.
3. Olahraga yang ringan dan teratur harus dilakukan.
4. Factor – factor risiko penyakit jantung iskemik perlu dihindari. Ada 3 macam factor
:
- Factor risiko yang tak dapat dhindari : umur, jenis kelamin, factor keturunan.
- Factor risiko yang sukar dihindari : kepribadian.
- Factor risiko yang dapat dihindari / dibatasi : merokok , hipertensi, diabetes
- mellitus, kelebihan berat badan, hiperkolesterolmia.
5. Menghindari timbulnya kecelakaan – kecelakaan.
6. Tindakan – tindakan mengisi kehidupan.
7. Persiapan menghadapi pension.
8. Pemeriksaan kesehatan secara periodic.

Tujuan pembinaan lanjut usia adalah agar mereka mandiri, berguna dan sejahtera.
Oleh karena itu tentunya kemandirian, kegunaan dan kesejahteraan dapat dijadikan
criteria akan berkualitas hidupnya. Untuk dapat menjalani hidup yang berkualitas
diperlukan bekal. Bagi seorang lanjut usia, bekal ini dapat berupa pengalaman,
pengetahuan dan keahlian, kearifan dan kesehatannya. Seseorang yang menjalani hidup
secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin tua , pengalaman juga semakin banyak,
pengetahuannya makin luas, keahlianya semakin mendalam dan kearifannya semakin
mantap. Namun demikian, kebugaran dan kesehatannya biasanya semakin menurun.
Bersamaan dengan itu,menjelang saatnya memasuki lanjut usia bagi sebagian orang akan
menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan hilangnya kedudukan formal
segala konsekuensinya serta perubahan-perubahan yang terjadi yang dirasakan
sebagai hilangnya teman-teman dalam arti kata yang sesungguhnya.

Kesehatan yang dimaksud disini adalah keadaan sejahtera secara fisik,mental,social


dan tidk sekedar bebas penyakit atau cacat. Kondisi kesehatan inilah yang pada
hakikatnya menjadi penopang untuk mengamalkan pengalaman,ilmu,keahlian dan
kearifan secara optimal. Kesehatan pada dasarnya dipengaruhi oleh empat factor utama
yaitu factor keturunan,lingkungan,upaya kesehatan dan perilaku. Terhadap factor
keturunan tentunya kita tidak bisa berbuat apa-apa,dalam arti bahwa sesuatu yang
diturunkan akan melekat pada diri kita untuk selama-selamanya.dalam hal yang berkaitan
dengan lingkunganya,dalam banyak hal kita sering tidak mempunyai pilihan kecuali kita
bisa memperbaikinya sendri-sendiri maupunsecara kolektif. Upaya kesehatan terutama
menjadi tanggung jawab insitusi kesehatan. Tetapi menyangkut masalah perilaku
sepenuhnya terletak ditangan orang masing-masing.

Dengan perilaku yang sehat, interaksi orang dengan lingkunganya maupun upaya
kesehatan dapat menghasilkan kualitas hidup yang memadai dan mungkin juga umur
panjang. Program tiga sehat pada hakikatnya adalah sebuah program perilaku. Disebut
tiga sehat oleh karena mempunyai tiga komponen, yaitu mental,olahraga dan gizi.
Ketiganya merupakan tritunggal. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal ketiganya
harus dijalankan tanpa mengabaikan salah satu. Sebagai program perilaku, keberhasilan
program ini akan sangat tergantung pada niat dan ketekunan yang menjalaninya.

Pokok-pokok kegiatanya adalah sebagi berikut:

1. Olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu yakni berjalan kaki, kalua
bisa dengan kecepatan 6 km/jam selama 45 menit sampai 1 jam setiap kalinya.
Kecepatan ini disesuaikan dengan kemampuan. Yang terpenting adalah teraturnya
olahraga tersebut dijalankan.
2. Diet denga pedoman sebagai berikut:
a. Susunan makanan yang beraneka ragam,
b. Mengurangi konsumsi gula
c. Mengurangi konsumsi garam
d. Membatasi konsumsi lemak
e. Meningkatkan serat dan pati sebagai sumber kalori
f. Untuk menjaga disiplin, kiat byang dapat dijalankan adalah dengan 3 kali seminggu pada
hari senin,rabu,jumat tidak mengkonsumsi sama sekali makanan hewani. Sedangkan pada
hari-hari lainya berpedoman kepada apa yang disebutkan diatas.

3. Dalam kaitanya dengan mental,diusahakan:

a. Tetap aktif secara mental


b. Tetap aktif dalam kehidupan social
c. Menerima proses menjadi tua dengan ikhias dan menyesuaikan diri
dengan realitas
d. Menjauhi polusi mental
e. Meningkatkan kehidupan spiritual

Dalam konteksnya dengan program tiga sehat ini, kegiatanya olahraga dilakukan
beramai-ramai. Disamping itu, setiap akhir bulan dilakukan diluar tempat yang
rutin,untuk lebih meningkatkan kegairahan fisik maupun mental. Selanjutnya, sekali
dalam sebulan,yaitu setiap hari rabu pertama pada sore hari, dilaksanakan pertemuan
social yang diisi ceramah- ceramah dengan topic yang bervariasi.

Semua kegiatan diatas dilengkapi dengan pemeriksaan kesehatan berkala yang


dilakukan sekali dalam setahun. Evaluasi sementara memberikan kesan sebagai berikut :

a. Program tiga sehat yang diterapkan kepada purnawirawan dan warakauri


dirasakan dapat menggairahkan kehidupannya serta menjadi cara untuk
menghilangkan stress.
b. Dirasakan meningkatnya kebugaran serta menurunnya frekuensi keluhan
sakit yang tidak jelas (masuk angin).
c. Menurunnya kebutuhan akan obat-obatan bagi mereka yang menderita
penyakit tertentu.

2.4.5 ASPEK PELAYANAN KESEHATAN

Seiring dengan peningkatan jumlah dan angka kesakitan usia lanjut, di perlukan
jenis dan kualitas pelayanan kesehatan serta perawatan, baik yang di laksanakan oleh
lanjut usia sendiri, keluarga, pusaka ( Pusat Santunan dalam Keluarga/Home Care), pos
yandu lansia, panti sosial tresna wredha, sasana tresna wredha, maupun yang di
laksanakan si sarana pelayanan kesehatan Tingkat Dasar (primer). Sarana penkes Rujukan
Tingkat Pertama (sekunder) dan sarana pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier).

Melalui pelayanan kesehatan tersebut, yang dikerjakan terpadu dengan pelayanan


keperawatan, pelayanan sosial, ketenagakerjaan, hukum dan bidang-bidang lainnya, di
harapkan angka kesakitan (morbiditas), angka kematian (mortalitas) serta permasalahan
lanjut usia akan semakin menurun. Hal ini akan menunjang tercapainya mutu
kehidupanlanjut usia yang secara fisik, psikis, mental spritual serta sosial.

Pelayanan kesehatan yang di berikan kepada lanjut usia di kelompokkan kedalam:\

a. Upaya peningkatan/promosi kesehatan


b. Upaya pencegahan/prevention
c. Diagnosa dini dan pengobatan/early diagnosis and promis treatmen
d. Pembatasan kecacatan/ disability limitation
e. Upaya pemulihan/rehabilitasi.

Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya merupakan upaya


pencegahan primer (primary prevention).

Untuk meningkatkan kesehatan, Prof. Dr. Slamet Suyono ( rumah sakit cipto
mangunkusumo, 1997) menganjurkan beberapa tindakan, yang di sampaikan dalam
berbentuk pasien: B-A-H-A-G-I-A, yaitu:

 Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi.


 Aturlah makanan hingga seimbang
 Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
 Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat.
 erak badan teratur agar terus dilakukan.
 Iman dan takwa tingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan.
 Awasi kesehatan dengan memriksakan badan secara periodik.

Departemen kesehatan republik indonesia pada tahun 1998 menerbitkan buku


pedoman pemeliharaan kesehatan (BPPK) Usia lanjut, yang memuat beberapa anjuran
untuk tak hidup sehat:

 Perkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengendalikan stres
 Periksaan kesehatan secara berkala
 Makan dan minum
- Kurangi gula
- Kurangi lemak
- Kurangi garam
- Perbanyak buah dan sayur
- Perbanyak susu tanpa lemak dan ikan
- Hindari alkohol
- Berhenti merokok
- Perbanyak minum air putih 6-8 gelas perhari atau sesuai anjuran petugas
- kesehatan.
 Kegiatan fisik dan psikososial:
- Pertahankan berat badan normal
- Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan
- Lakukan latihan kesegaran jasmani sesuai kemampuan, seperti jalan kaki,
senam, berenang dan bersepeda.
- Tingkatkan silaturahmi
- Sempatkan rekreasi dan salurkan hobi secara teratur dan bergairah
- Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan
- Pertahankan hubungan harmonis dalam keluarga
- Tetap melakukan kegiatan seksual dengan pasangan hidup

Upaya pencegahan mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier

1) Upaya pencegahan primer (primary prevention), ditujukan kepada lajut usia yang
sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita penyakit. Upaya ini dapat
digolongkan pada upaya peningkatan.
2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention), ditujukan kepada penderita
tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal
penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.

Menurut departemen kesehatan republik indonesia (1998), keluhan yang perlu di


waspadai adalah:

- Cepat lelah - Nyeri sendi


- Nyeri dada - Gangguan gerak
- Sesak napas - Kaki bengkak
- Berdebar-debar - Kesemutan
- Sulit tidur - Sering haus
- Batuk - Gangguan air besar atau kecil
- Gangguan penglihatan - Benjonan tidak norman atau
- Gangguan pendengaran dafing tumbuh
- Gangguan mulut - Keluarnya darah atau cairan
- Nafsu meningkat atau menurut melalui vagina terus-menerus.
- Nyeri pinggang

3) Upaya pencegahan tersier (testiary prevention), di tunjukan kepada penderita


penyakit dan penderita cacat,yang telah memperlihatkan gejala penyakit.

Upaya dilaksanakan dalam berbagai tahap:

 Tahap I : ketika lanjut usia di rawat di rumah sakit


 Tahap II : ketika lanjut usia pada masa rehabilitasi atau rawat jalan.
 Tahap III : ketika lanjut usia pada saat pemeliharaan jangka panjang

Sarana pelayanan kesehatan yang di pergunakan untuk melayani lanjut usia dapat di
golongkan dalam berbagai tingakatan yaitu:

a. Pelayanan tingkay masyarakat


Pelayanan ditunjukan kepada lanjut usia, keluarga yang mempunyai lansia,
kelompoklanjut usia atau kelompok masyarakat seperti:

1) Karang wredha
2) Pos yandu lansia
3) Day care
4) Lembaga ketahanan masyarakat desa
5) PUSAKA
6) Dana sehat atau jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)

b. Pelayanan tingkat dasar

Pelayanan diselenggarakan pleh berbagai instansi dan swasta serta organisasi


masyarakat, organisasi profesi, dan yayasan seperti

1) Prakter dokter
2) Praktek dokter gigi
3) Balai pengobatan dan klinik
4) Puskesmas
5) Balai kesehatan masyarakat
6) Panti tresna wredha
7) Pusat pelayanan dan perawatan lanjut usia

c. Pelayanan rujukan tingkat I dan II

Pelayanan yang diberikan dapat bersifat sederhana,sedang,lengkap, dan paripurna:

1) Rumah sakit yang memiliki


 Poliklinik
geriatri/gerontologi  Bangsal akut
 Unit rehabilitasi
2) Rumah sakit jiwa
 Ruang rawat
 Laboraturium 3) Rumah sakit khusus lainnya
 Day hospital
4) Sarana tresna werdha
 Unit gawat darurat
 Instalasi gawat darurat 5) hospitium

2.5 GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA

Perlu ada peran yang besar dari keluarga sebagai orang-orang yang sangat dekat
dengan klien untuk bagaimana bisa merawat dengan baik dan bahkan membuat lansia
tersebut menjadi mandiri serta sejahtera di masa tuanya. Peran keluarga secara informal
adalah sebagai motivator, edukator, dan fasilitator bagi lansia (Putra, dkk 2010).

Sebuah keluarga harus menjadi penyemangat kepada lansia untuk menjalani sisa
hidupnya dengan baik. Keluarga harus bisa memberikan informasi kesehatan, sehingga
lansia bisa mengetahui mana hal yang harus atau tidak dilakukan, keluarga juga harus
bias membimbing, membantu serta memenuhi semua kebutuhannya. Tidak kalah
pentingnya fungsi pemeliharaan keluarga yang pada dasarnya berkewajiban untuk
memelihara anggota keluarganya yang sedang sakit, menderita, dan dimasa tua. Fungsi
pemeliharaan ini berbeda-beda di setiap masyarakat. Seiring dengan perkembangan
masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan fungsi
pemeliharaan ini mulai banyak yang diambil alih dan di layani oleh lembagalembaga
pemerintahan maupun masyarakat, seperti rumah sakit dan rumah-rumah yang khusus
melayani orang-orang yang sudah Lanjut Usia seperti Panti Werdha (Suyanto, 2004).

Hal tersebut menyebabkan keluarga hanya memiliki sedikit kesempatan untuk


berkumpul bersama lansia serta hilangnya fungsi perawatan dan tanggung jawab untuk
memberikan perhatian dan perawatan kepada lansia. Sehingga lansia menjadi terlantar
dan merasa terabaikan oleh keluarga baik secara sosial, budaya dan psikologis
(Departemen sosial, 2008). Distribusi frekuensi peran keluarga dalam merawat lansia
dengan ketergantungan menunjukkan sebagian besar memiliki peran baik (58%). Lansia
merupakan anggota keluarga yang mendapatkan hak perawatan oleh anggota keluarga
lainnya, termasuk dari anak-anaknya maupun cucu-cucunya.

Dalam perawatan lansia peran keluarga merupakan support system utama bagi
lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga antara lain menjaga atau
merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi
perubahan status sosial ekternal serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan
spiritual bagi lansia (Padila, 2013).

Peran keluarga adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks keluarga. Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dana masyarakat (Setiadi, 2008). Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
lansia sangatlah penting dalam kehidupan lansia sehari-hari, terutama peran keluarga
sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Lansia yang mendapatkan peran keluarga
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Secara fisik lansia akan mengalami
kemunduran dalam aktifitas, kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik.
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan
juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional
untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang
dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan
kesehatan.

3.2 SARAN

Setelah membaca dan memahami isi makalah ini, diharapkan perawat,mahasiswa


calon perawat atau para pembaca bisa mempelajari dan mengetahui bagaimana
Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan Sehingga bisa menjadi acuan untuk
pembelajaran selanjutnya dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Sosial [Depsos]. (2008). Peta Masalah Anak Jalanan dan Alternatif Model
Hardiwiyanto dan setiabudhi tony (1999). Panduan gerontology : tinjauan dari berbagai
aspek. Jakarta : Gramedia.
Kesehatan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya.
Skripsi.
Lueckenotte (2000). Pengkajian gerontology edisi 2. EGC jakarta.
Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Padila, (2013). Buku Ajar Perawatan Gerontik. Yogyakarta: Nusa Medika.
Pemecahannya Berbasis Pemberdayaan Keluarga. www.depsos.go.id. [Januari 2017]
Putra, H dan Aisyah. (2010). Hubungan Peran Keluarga Dalam Perawatan Kesehatan
Terhadap Status
Reichel William (2000). Geronotologi EDISI 2. EGC Jakarta.
Setiadi, (2008). Konsep dan Perawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha I lmu.
Suyanto , N. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media
Group.
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta
PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA DI RUMAH (STUDI
FENOMENOLOGI)

(Family Experience in Caring For Eldery At Home (Phenomenological Study))

Ninda Ayu Prabasari P; Linda juwita ; Ira Ayu Maryuti

Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Jl. Raya


Kalisari Selatan no. 1 Pakuwon City Surabaya nindaayu@ukwms.ac.id
ABSTRAK
Lansia dalam perawatan di rumah terkadang memerlukan bantuankeluarga sebagai caregiver.
Pengalaman keluarga dalam merawat membutuhkan perhatian dan waktu yang lebih seperti kebutuhan
pemenuhan makan, mandi, berganti pakaian. Keluarga mengungkapkan lansia kadang sikapnya seperti
anak kecil sehingga tidak jarang keluarga bertengkar dengan lansia karena salah paham. Hal inilah yang
membuat keluarga sering salah dalam merespon keadaan karena perubahan pada lansia.
Desain penelitian yang digunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data dengan mengeksplorasi dan
menggambarkan pengalaman keluarga (caregiver) dalam merawat lansia. Populasi penelitian ini
adalah keluarga (caregiver) yang merawat lansia di rumah di Wilayah RW II Kelurahan Gebang
Putih Kecamatan Sukolilo Surabaya. Partisipan adalah subyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah total
responden. Pengumpulan data dilakukan dengan interview kemudian dianalisis menggunakan
metode Collaizi.
Hasil menunjukkan terdapat dua belas tema dalam pengalaman keluarga merawat lansia
yaitu konsep lansia yang dipahami oleh keluarga, kebutuhan dasar dalam merawat lansia,
tujuan merawat lansia oleh keluarga, metode merawat lansia, dukungan social dalam
perawatan lansia, tuntutan perawatan lansia, beban yang dirasakan caregiver, modifikasi dalam
perawata lansia, mekanisme koping keluarga, sumber dukungan keluarga, kualitas hidup lansia
dan keluarga dengan lansia.
Perawatan lansia memerlukan pemahaman yang benar oleh keluarga yang
merawat dan dengan penetapan tujuan yang benar menggunakan metode serta modifikasi
perawatan dan disertai dukungan yang cukup maka lansia akan dapat mencapai kualitas
hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan harapan caregiver untuk perawatan lansia yang berkualitas.
Kata kunci: keluarga, dukungan, caregiver, lansia
ABSTRAC

Elderly care in home sometimes need family assistance as a caregiver.


Family experience in caring elderly requires more time and attention such as feeding needs,
bathing, and changing clothes. Family said sometimes elderly attitudes reveals as like a child
so rarely they have a quarrel due to misunderstanding. This makes the family often wrong in
responding to the situation because of changes in the elderly.
The design study is a qualitative research with a phenomenological approach.
The objective is to get the data to explore and to describe the experiences of family (caregiver)
in treating the elderly. The population was a family (caregiver) who care for the elderly at home
in RW II Gebang Putih Surabaya Sukolilo District. Participants are the subject studied and
considered to represent the entire population. This study used purposive sampling with the total
number of respondents. Data was collected by interview and analyzed used Collaizi methods.
The results showed that there were twelve themes in the family experience
caring for the elderly are the family concept of elderly understandings, the basic requirement in
the care of the elderly, the family purpose of elderly caring, methods of caring for the elderly,
social support in elderly care, the demands of elderly care, the caregivers burden felts, care
modifications in the elderly, family coping mechanisms, family support resources, quality of life
for the elderly and families with elderly.
Elderly care requires a correct understanding by the caregiver and with the correct
goal setting and modification treatment method and accompanied by sufficient support then the
elderly will be able to achieve the quality of life. This is in line with expectations caregiver for
elderly care quality.

Keywords: family, support, caregiver, elderly

PENDAHULUAN Gebang Putih Kecamatan Sukolilo


Surabaya yang memiliki lansia
Dampak kemajuan ilmu
sebanyak 50 orang. Interview yang
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama
dilakukan pada 3 orang keluarga
di bidang kedokteran, berdampak pada
(caregiver) yang merawat lansia di
kualitas hidup meningkat, akibatnya jumlah
rumah/keluarga yang tinggal serumah
penduduk lanjut usia semakin bertambah
dengan lansia yang dirawat, keluarga
banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan
(caregiver) mempunyai pengalaman
pesat (Nugroho, 2008). Usia harapan hidup
yang berbeda. Pengalaman keluarga
penduduk Indonesia semakin meningkat dan
selama merawat lansia membutuhkan
diperkirakan akan mengalami aged population
perhatian dan waktu yang lebih
boom pada dua dekade permulaan abad 21 ini
seperti kebutuhan dalam pemenuhan
(Kementrian Koordinator Bidang
makan, mandi, berganti pakaian.
Pembangunan Manusia dan kebudayaan,
Keluarga mengungkapkan lansia
2009).
kadang sikapnya seperti anak kecil.
Ketika manusia memasuki masa tua, Tidak jarang juga keluarga akan
mereka mulai mengalami perubahan fisik, bertengkar dengan lansia karena
mental sosial dan kesehatan, banyak lansia salah paham. Hal inilah yang membuat
yang merasa sendirian, frustasi, dan keluarga (caregiver) sering salah
kehilangan kepercayaan diri (Osman et al, dalam merespon keadaan karena
2012). Pengaruh yang muncul akibat berbagai tidak mengetahui bahwa ada
perubahan pada lansia tersebut jika tidak perubahan pada lansia.
teratasi dengan baik, cenderung akan Keluarga memiliki peran yang
memengaruhi kesehatan secara menyeluruh. sangat penting dalam perawatan lansia
Kesehatan dan permasalahan fisik yang terjadi yang tinggal di rumah. Penelitian yang
pada lansia erat kaitannya dengan perubahan dilakukan oleh Putra, Hidayat dan
psikososialnya (Yuliati, dkk , 2014). Aisyah (2010, dalam Danang, 2013)
Proses penuaan menyebabkan menyatakan peran keluarga sangat
lansia sulit untuk melakukan Activity Daily memengaruhi terhadap status
Life (ADL) secara mandiri dan menjadi kesehatan lansia, jika peran keluarga itu
tergantung pada orang lain. Banyak lansia baik maka diharapkan status kesehatan
yang sulit beradaptasi dengan proses lansia juga baik dan sebaliknya jika
penuaan, merasa sendirian, frustasi, depresi peran keluarga kurang, maka status
dan kehilangan kepercayaan diri sehingga kesehatan pada lansia juga buruk. Setiap
mempengaruhi kualitas hidup mereka respon perubahan emosi dan perilaku
(Osman et al, 2012). Studi pendahuluan yang yang ditunjukkan keluarga (caregiver)
dilakukan oleh peneliti di RW II Kelurahan dalam merawat lansia akan
memengaruhi perlakuan keluarga yang
merawat terhadap lansia yang dirawat. menggunakan teknik sampling yaitu
Respon ini muncul berupa perubahan emosi purposive sampling. Pada penelitian ini
dan juga perilaku pada lansia. Kelelahan di dapatkan populasi partisipan
selama masa perawatan memberikan sebanyak 50 orang. partisipan pada
pengaruh munculnya respon negatif selama penelitian ini berjumlah 6 orang. Karena
perawatan lansia. Perubahan perilaku pada partisipan ke 6 telah terjadi
keluarga (caregiver) yang merawat akan saturasi data atau data sudah jenuh
memberikan dampak pada kesehatan fisik dan yaitu sudah tidak didapatkan informasi
mentalnya. selama merawat lansia di rumah, atau data yang baru/ berbeda. Proses
koping yang digunakan keluarga adaptif analisis data menggunakan metode
maupun maladaptif.Berdasarkan hal interpretasi data menurut (Collaizi
tersebut maka peneliti melakukan penelitian 1987, Speziale & Carpenter, 2003).
tentang pengalaman keluarga (caregiver)
H
dalam merawat lansia di rumah.
A
BAHAN DAN METODE
S
Desain penelitian ini adalah
I
penelitian kualitatif. Pendekatan
L
fenomenologis digunakan dalam penelitian
Penelitian ini memiliki lima
ini dengan tujuan untuk mendapatkan data
tujuan khusus dan menghasilkan 12
dengan mengeksplorasi dan menggambarkan
tema yang akan dijabarkan sebagai
pengalaman keluarga (caregiver) dalam
berikut:
merawat lansia di rumah (Polit& Beck, 2012).
Pengalaman merawat lansia yang dimiliki oleh 1) Mengidentifikasi pemahaman
setiap keluarga (caregiver) bersifat unik sesuai keluarga (caregiver) tentang lansia
dengan karakteristik keluarga (caregiver) mendapatkan Tema 1: Konsep
masing- masing sehingga fenomena ini tidak Demensia
dapat digambarkan secara kuantitatif.Populasi
pada penelitian ini adalah keluarga (caregiver) 2) Mengidentifikasi cara keluarga
yang merawat lansia di rumah di Wilayah RW (caregiver) dalam merawat lansia
II Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo demensia mendapatkan Tema 2:
Surabaya. Partisipan penelitian adalah subyek Kebutuhan Dasar Merawat Lansia;
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh Tema 3: Tujuan Merawat Lansia; Tema
populasi dengan kriteria inklusi. 4: Metode Merawat Lansia; Tema 5:
Kriteria inklusi dalam penelitian ini Dukungan Sosial Dalam Merawat
adalah sebagai berikut: Caregiver yang Lansia
merawat lansia di rumah; Caregiver yang
3) Mengidentifikasi hambatan yang
tinggal satu rumah; Caregiver yang telah
dialami keluarga (caregiver) selama
merawat lansia di rumah lebih dari 3 bulan;
merawat lansia mendapakan Tema 6:
Caregiver yang bisa berkomunikasi;
Tuntutan Perawatan Lansia; Tema 7:
Caregiver yang bersedia untuk dijadikan
Beban Yang Dirasakan Caregiver Dalam
partisipan penelitian Penelitian ini
Merawat

Beban Caregiver merupakan berhubungan dengan masyarakat


respon multidimensi terhadap stresor fisik, sosial dan masalah financial.
psikologis, sosial, dan financial yang
Melihat dampak yang terjadi
dihubungkan dengan pengalaman caregiver
pada keluarga (caregiver) maka perlu
dalam merawat klien (Maryam, et al 2012).
dilakukan tindakan pencegahan yang
Didukung oleh penelitian Michon, et al
bermanfaat bagi caregiver khususnya
(2005) yang menyampaikan bahwa beban
dalam memberikan respon terhadap
merawat terkait masalah fisik (kelelahan,
lansia yang dirawat. Model teori yang
gangguan tidur), masalah psikologis seperti
dapat digunakan dalam
cemas, khawatir, pesimis, depresi, masalah
mengeksplorasi pengalaman keluarga
sosial oleh karena keterbatasan
(caregiver) dalam perawatan lansia oleh Hasil penelitian sudah sesuai
caregiver adalah konsep teori McCubbin. dengan konsep, tetapi konsep belum
Model ini digunakan karena teori ini memaparkan klasifikasi lansia resiko
menjelaskan tentang stres dan persepsi tinggi atau tidak. Hal ini dikarenakan
yang di hadapi oleh keluarga saat pre banyak lansia yang tinggal bersama
krisis sampai dengan post krisis di mana dengan anggota keluarganya selain
keluarga menemukan adaptasi mekanisme mengalami penurunan fungsi fisiologis,
koping yang dialami/ dihadapi 4) sosial dan psikologis tetapi juga rentan
Mengidentifikasi cara keluarga (caregiver) terhadap penyakit sehingga perlu
mengatasi hambatan selama merawat lansia diidentifikasi adakah lansia beresiko
mendapakan Tema 8: Modifikasi Cara terhadap penyakit atau tidak.
Merawat Lansia; Tema 9: Mekanisme
Karakteristik lansia dalam
Koping; Tema 10: Sumber Dukungan
penelitian ini teridentifikasi dalam tiga
5) Mengidentifikasi harapan keluarga hal yaitu dari segi usia, rentang sehat
(caregiver) dalam merawat lansia sakit dan kebutuhan dasar pada lansia.
mendapatkan Tema 11: Kualitas Hidup Lansia; Maryam (2008) memaparkan
Tema 12 : Keluarga karakteristik lansia meliputi berusia
lebih dari dari 60 tahun, kebutuhan
PEMBAHASAN dan masalah bervariasi dari rentang
Pemahaman Keluarga (Caregiver) sehat sampai sakit dari kebutuhan
tentang Lansia biopsikososial sampai spiritual, serta
Tema 1 : Konsep Lansia dari kondisi adaptif hingga maladaptive
Seseorang dikatakan usia lanjut bila dan lingkungan tempat tinggal yang
seseorang telah mencapai usia 60 tahun bervariasi.
keatas dan memiliki tanda-tanda terjadinya
Tipe lansia yang teridentifikasi pada
penurunan fungsi biologis, psikologis, dan
penelitian meliputi tipe arif bijaksana,
sosial. Hasil penelitian memberikan
tipe mandiri, tipe ketergantungan dan
penjelasan definisi lansia bahwa seseorang
tipe pasrah. Nugroho (2000) dalam
dikatakan lansia bukan hanya dari kronologis
Maryam (2008) menjelaskan tipe lansia
usianya tetapi menunjukkan tugasnya sebagai
yang ada dapat dibagi menjadi lima
orang tua itu juga sudah terpenuhi.
bagian yaitu tipe arif bijaksana, tipe
Penurunan tidak hanya dilihat dari mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah
kemampuan fisiknya tetapi juga kemampuan dan tipe binggung. Dari hal tersebut
sosial dan psikologis, didukung oleh Mubarak dapat dikatakan bahwa terdapat
(2010) menjelaskan pertambahan usia akan persamaan antara hasil penelitian
terjadi perubahan struktur dan fisiologis dari dengan teori yang ada di mana yang
berbagai sel, jaringan, organ dan sistem pada sama pada tipe lansia arif bijaksana, tipe
manusia itu di mana akan terjadi kemunduran mandiri dan tipe pasrah.
fisik dan psikis.
Tipe lansia ketergantungan
Klasifikasi lansia pada penelitian ditemukan pada penelitian berdasarkan
teridentifikasi lansia dibagi menjadi pada lansia yang langsung mengalami
prasenilis, senilis, lansia resiko tinggi, lansia dan keluarga rasakan, keluarga merasa
potensial, dan lansia non potensial. Hasil lansia yang dilakukan perawatan, semua
penelitian menjelaskan lansia potensial kebutuhannya harus dibantu dan
dikatakan sebagai lansia yang masih dapat harus dicukupi oleh anggota
memenuhi kebutuhan hidup sendiri dengan keluarga.Tugas perkembangan lansia
melakukan aktivitas dan bermanfaat untuk pada penelitian teridentifikasi melalui
mencukupi kebutuhan hidupnya, sedangkan bagaimana lansia dapat beradaptasi
lansia yang non potensial dijelaskan semua terhadap penurunan fisiknya,
kebutuhan tergantung dari orang lain. beradaptasi terhadap penurunan
kesehatan, beradaptasi terhadap masa
pensiun dan penurunan pendapatan dan istirahat, mobilisasi atau aktifitas fisik,
beradaptasi terhadap kehilangan pasangan kebutuhan dukungan sosial dan juga jika
hidup. Potter and Perry (2009) memaparkan lansia mengalami masalah kesehatan
tugas perkembangan lansia meliputi dukungan pengobatan harus diberikan
beradaptasi terhadap penurunan kesehatan oleh keluarga atau pemberi perawatan.
dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa Tema 3 : Tujuan Merawat Lansia
pensiun dan penurunan pendapatan, Teridentifikasi dua tujuan yaitu
beradaptasi terhadap kematian pasangan, membantu lansia dan menjaga
menerima diri sebagai individu yang menua, keamanan pada lansia. Tujuan merawat
mempertahankan kehidupan yang lansia yang dilakukan oleh caregiver
memuaskan, menetapkan kembali hubungan menurut Maryam (2008) untuk
dengan anak yang telah dewasa, menemukan menghindari kecelakaan dengan
cara mempertahankan kualitas hidup. perbaikan lingkungan disekitar lansia,
membantu lansia dalam pemenuhan
Cara Keluarga (Caregiver) Dalam Merawat
kebutuhan. Terdapat persamaan antara
Lansia
konsep dengan hasil penelitian. Tujuan
Tema 2 : Kebutuhan Dasar Merawat
dalam perawatan lansia adalah
lansia
membantu lansia dalam memenuhi
Kebutuhan dasar merawat lansia
kebutuhannya dan menjaga lansia
pada penelitian ini teridentifikasi kebersihan
agar tidak mengalami masalah karena
diri (mandi, ganti baju, kebersihan mulut,
sakit atau kecelakaan.
dan eliminasi), nutrisi, istirahat, mobilisasi,
Hal ini didukung Sukmarini
sosial dan pemberian obat. Lueckenotte
(2009) dalam Sarwendah (2013) yang
(2000) perawatan dasar pada lansia
menjelasakan bahwa caregiver adalah
berhubungan dengan aktivitas dasar sehari –
seseorang yang memberikan bantuan
hari bagi lansia yang sebenarnya meliputi
kepada orang yang mengalami
tugas perawatan pribadi setiap harinya
ketidakmampuan dan memerlukan
yang berkaitan dengan kebersihan diri,
bantuan karena penyakit dan
nutrisi, aktivitas lain seperti latihan fisik
keterbatasannya. Hal tersebut
yang bertujuan untuk mempertahankan
memaparkan tujuan perawatan lansia
kualitas hidupnya.
yang dilakukan oleh caregiver adalah
Hasil penelitian memaparkan
untuk membantu lansia yang mengalami
lansia selain memerlukan aktivitas
keterbatasan dan ketidakmampuan
keseharian juga memerlukan istirahat yang
untuk melakukan sesuatu hal.
cukup dalam mendukung kualitas hidupnya
Tema 4 : Metode Merawat Lansia
agar tetap dalam keadaan sehat. Lansia
membutuhkan aktivitas untuk bersosialisasi Metode merawat lansia
dengan orang lain. Lansia yang mengalami dilakukan dengan upaya peningkatan
masalah kesehatan juga memerlukan kenyamanan lansia (menawari hal
perawatan dasar lain yang berguna untuk yang disukai dan penuh perhatian),
meningkatkan kesehatannya yaitu melibatkan keluarga sebagai
pemberian obat. caregiver yang lain selama
perawatan, dan membawa ke
Didukung penelitian Stanley (2005)
pelayanan kesehatan baik itu ke rumah
mengungkapkan pemberi perawatan perlu
sakit ataupun puskesmas/ klinik
memenuhi sebagian besar AKS (Aktivitas
kesehatan terdekat. Videbeck (2008)
Kebutuhan Sehari – hari) pada lansia. Hal
memaparkan metode yang dapat
tersebut menjelaskan pemberi perawatan
digunakan untuk memberikan
harus mengetahui benar tentang kebutuhan
perawatan pada lansia melalui
dasar pada lansia yang dirawat sehingga
pengobatan selain melalui
lansia dapat mencapai kualitas hidup di
pendekatan individu yang dapat
usia senjanya. Kebutuhan yang mendasar
dilakukan dengan intervensi
yang dibutuhkan lansia yang harus dipenuhi
meningkatkan keamanan klien
adalah kebutuhan kebersihan diri, nutrisi,
melalui kerjasama dengan anggota keluarga Tuntutan yang dirasakan oleh
yang ada sebagai caregiver. caregiver dalam perawatan lansia
Metode pemberian perawatan berupa pemenuhan nutrisi (klien
lansia dapat dilakukan dengan pengobatan tidak suka makan, sulit makan,
lansia dibawa ke tempat pelayanan melanggar pantangan makan dan
kesehatan untuk mendapatkan lupa aktivitas makannya),
pengobatan yang sesuai dengan pemenuhan istirahat (tidak mau tidur
masalah yang dialaminya. Mengikut dan pola tidur yang tidak teratur),
sertakan anggota keluarga lainnya pemenuhan eliminasi (pemakaian
sebagai caregiver dapat dilakukan pampers, BAK dan BAB sembarangan),
dalam mengurangi beban bagi caregiver serta pemenuhan kebersihan diri
yang selama ini merawat lansia dalam (mandi). Menurut Maslow dan Suhartini
kurun waktu yang cukup lama, selain (2004) dalam memenuhi tuntutan dari
itu akan semakin meningkatkan rasa lansia, keluarga (caregiver) harus
kekeluargaan diantara anggota keluarga mengetahui tentang apa saja kebutuhan
yang ada. Tema 5 : Dukungan Sosial yang diperlukan oleh lansia yang
Dalam Merawat Lansia dirawatnya.
Keluarga yang berperan sebagai Konsep teori memberikan gambaran
caregiver mendapatkan dukungan dari bahwa dalam perawatan lansia
internal yaitu suami/ istri dan juga dari dibutuhkan kebutuhan fisik juga
eksternal yang berasal dari kakak/ adik ipar, kebutuhan rohani berupa rasa tenang
kakak/ adik kandung, kader lansia, dan akan tempat tinggalnya dan lansia
tenaga kesehatan yang ada. Bentuk dapat merasakan kesehatan melalui
pelayanan medis yang ada. Dalam
dukungan yang didapat berupa dukungan
penelitian teridentifikasi kebutuhan akan
informal yang berasal dari kader posyandu,
istirahat, kebutuhan eliminasi dan
tenaga kesehatan baik itu perawat maupun
kebersihan diri
dokter.
Tema 7 : Beban Yang Dirasakan
Friedman (1998) menjelaskan keluarga
Caregiver Dalam Merawat Lansia
sebagai caregiver mendapat dukungan
internal seperti dukungan istri/suami, atau Beban caregiver dalam perawatan
lansia dapat berasal dari internal dan
dukungan saudara kandung dan dukungan
eksternal. Beban internal dapat berupa
eksternal yang berasal dari luar keluarga.
beban fisik (capek dan pegal) dan beban
Bentuk dukungan teridentifikasi dukungan psikologis (marah) sedangkan beban
informal didapatkan oleh keluarga sebagai eksternal berasal dari perilaku lansia dan
caregiver. pekerjaan ganda yang harus dilakukan
Menurut Suparyanto (2011) dukungan caregiver.
informasional keluarga didapatkan melalui Menurut Mace dan Rabins (2006)
ketersediaan nasehat atau masukan dari menjelaskan bahwa caregiver burden
petugas pelayanan kesehatan terdekat. karena merawat lansia dapat
Dukungan informal yang telah didapatkan menimbulkan dampak fisik, psikologi,
oleh caregiver yang sejalan dengan konsep emosional, sosial dan financial pada
teori adalah yang berasal dari tenaga keluarga yang merawatnya. Keluarga
kesehatan. Hal tersebut tergambar mengalami kelelahan sehingga dapat
pentingnya informasi tentang perawatan muncul stres dan marah, akibat
lansia kepada keluarga pemberi perawatan perubahan perilaku pada lansia maka
lansia tidak hanya informasi lisan tetapi juga keluarga menjadi stres emosional.
informasi tulisan demi meningkatkan kualitas Berdasarkan hal tersebut tergambar
perawatan . antara teori dan hasil penelitian
Hambatan Yang Dialami Keluarga (Caregiver) menunjukkan sedikit perbedaan
Selama Merawat Lansia Konsep menjelaskan disebabkan
Tema 6 : Tuntutan Perawatan Lansa karena karakteristik dari pemberi
perawatan itu sendiri tetapi belum
menyinggung tentang peran ganda dari fokus dengan perhatian dan
pemberi perawatan yang mungkin pada saat menggunakan pemikiran logis.
itu juga memiliki anak yang memerlukan Maladaptive koping termasuk menolak
perawatan khusus dari orang tuanya atau dan menghindar yang cenderung
bahkan memiliki suami yang kurang destruktif atau menghancurkan, makan
mendukung dalam perawatan lansia yang di berlebihan atau tidak makan, bekerja
rawat. berlebihan. Respon maladaftif koping
Cara Keluarga (Caregiver) Mengatasi berupa ketidakmampuan untuk
Hambatan Selama Merawat Lansia. membuat keputusan dan menghindar,
Tema 8 : Modifikasi Cara kerusakan memori dan penilaian,
disorientasi, mispersepsi serius,
Merawat Lansia
ketidakmampuan untuk fokus perhatian
Modifikasi cara merawat lansia pada
dan kesulitan untuk berfikir rasional.
penelitian ini yang dilakukan oleh caregiver
Hal ini didukung penelitian Fauth
melalui aktifitas sosial dan aktivitas fisik.
(2013) menyatakan penggunaan gaya
Suparyanto (2011) menjelaskan bahwa
koping yang jelas berhubungan erat
mengatasi hambatan dalam perawatan lansia
dengan baik atau buruknya kondisi
yang memicu terhindarnya caregiver dari
caregiver. Penggunaan efektif koping
beban perawatan maka keluarga sebagai
cenderung kepada penggunaan
caregiver dapat menggunakan sumber
mekanisme koping adaptif. Hal ini
dukungan penilaian. Konsep memaparkan
mengarah pada problem focus coping
dalam gambaran yang lebih luas tetapi hasil
yang berusaha untuk menyelesaikan
penelitian memberikan penjelasan yang lebih
sederhana di mana cara mengatasi permasalan yang ada. Koping ini tidak
hambatan dalam perawatan lansia keluarga hanya memberikan dampak positif pada
dapat mengikutsertakan lansia dalam aktivitas caregiver tetapi juga dapat mengatasi
sosial berupa kegiatan penggajian dan masalah yang saat ini dihadapi oleh
aktivitas fisik harian dengan cara caregiver yang secara tidak langsung
berolahraga setiap pagi hari. memberikan efek sehat pada kesehatan
Tema 9 : Mekanisme Koping mental dan fisik caregiver.
Mekanisme koping yang digunakan Tema 10 : Sumber Dukungan
teridentifikasi 2 yaitu mekanisme koping Sumber dukungan yang
adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping diterima caregiver teridentifikasi dari
adaptif dilakukan caregiver melalui dua sumber yaitu sumber internal dan
penerapan cara mengontrol emosi, sumber eksternal. Sumber internal
menggunakan pendekatan perluasan caregiver berasal dari suami atau istri
persepsi terutama tentang lansia dengan sedangkan sumber eksternal berasal dari
karakteristiknya, menerima dukungan dari adik/kakak ipar dan juga kakak/adik
orang lain khususnya dari keluarga besar. kandung. Friedman (2010) sumber
Mekanisme koping maladaptif yang dukungan yang didapatkan keluarga
digunakan caregiver adalah dengan sebagai caregiver dapat berasal
menghindar dari lansia dan marah. dukungan internal yang berasal dari
suami/ istri dan sumber dukungan
Stuart (2005) membagi koping menjadi
eksternal yang berasal dari keluarga
adaptif respon koping dan maladaptif
besar. Dari hal tersebut dapat
respon koping. Adaptif koping termasuk
dikatakan bahwa antara konsep dan
penggunaan intelektual, rasionalisasi dan
hasil penelitian menunjukkan kesamaan.
berifat konstruktif dengan kategori berbicara
dengan orang lain, memecahkan masalah Harapan Caregiver Dalam Merawat
secara efektif, teknik relaksasi, latihan Lansia
seimbang dan aktivitas konstruktif yang Tema 11 : Kualitas hidup lansia
memberikan respon berupa mampu Harapan caregiver dalam
mengambil keputusan, kemampuan penuh perawatan lansia khususnya dalam
mengingat, orientasi penuh, persepsi akurat, kualitas hidup lansia yang dirawat
teridentifikasi dalam penelitian ini berupa gangguan psikologis. Karakteristik lansia
aspek kesehatan fisik, aspek psikologis yang dipahami caregiver yaitu lansia
lansia di mana lansia dapat meninggal yang rentan mengalami sakit dan
dengan tenang dan juga aspek lingkungan di memerlukan bantuan khusus.
mana lansia dapat ikut berperan dalam 2) Cara keluarga merawat lansia dan
aktivitas yang berguna dalam lingkungan metode dalam perawatan menentukan
tempat tinggalnya. Maslow dalam Suhartini bagaimana kualitas hidup lansia yang
(2004) menyatakan agar lansia dapat hidup dirawat. keluarga harus mengetahui
mandiri maka lansia harus terpenuhi kebutuhan dasar merawat lansia dan
kebutuhannya yaitu kebutuhan fisik menetapkan tujuan dalam perawatan
(physiological needs), kebutuhan lansia, sehingga tercapai kualitas
ketentraman (safety needs), kebutuhan hidup lansia
sosial (social needs), kebutuhan harga diri melalui perawatan yang baik dan
(esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri benar.
(self actualization needs). 3) Hambatan yang ditemui oleh
Harapan mengenai lansia berperan caregiver dalam perawatan lansia
dalam kegiatan sosial di lingkungannya berupa tuntutan perawatan lansia.
termasuk dalam konsep yaitu kebutuhan Beban internal yang dirasakan
sosial di mana kebutuhan sosial akan caregiver berupa masalah fisik dan
terpenuhi juga kebutuhan akan harga diri psikologis lansia, sedangkan beban
karena melalui aktivitas sosial lansia dapat eksternal berasal dari perilaku lansia
bertemu dengan teman dan berbincang dan juga tuntutan beban pekerjaan
dengan mereka dan juga lansia akan ganda karena selain merawat lansia
mendapatkan kebahagian karena dapat juga merawat anaknya di rumah.
beraktualisasi diri melalui kegiatan yang 4) Caregiver perlu cara dalam
ada. Harapan caregiver memiliki hubungan mengatasi setiap hambatan dalam
dengan kebutuhan lansia yang harus merawat lansia tersebut melalui
dipenuhi sehingga apabila kebutuhan lansia modifikasi cara perawatan,
terpenuhi maka harapan caregiver akan penggunaan mekanisme koping yang
dapat tercapai. sesuai dan juga mencari sumber
Tema 12 : Keluarga dukungan dalam berespon, mengatasi
Harapan caregiver terhadap setiap masalah yang dirasakan dan
keluarga teridentifikasi bahwa antara anggota dihadapi dalam perawatan lansia.
keluarga ada saling gotong royong dan saling 5) Harapan caregiver terhadap
tolong menolong dalam merawat lansia. perawatan yang dilakukan agar
Miller (2000) menyatakan keluarga memiliki semakin berkualitas dalam perawatan
peran penting dalam membantu lansia lansia di mana lansia semakin sehat
untuk memperoleh kondisi optimal karena fisiknya, dan jika lansia meninggal
proses degeneratif dan masalah yang maka lansia dapat meninggal dunia
ditimbulkannya. dengan tenang dan damai. caregiver
Harapan caregiver untuk berharap dukungan dari keluarga besar
memberikan perawatan lansia yang untuk turut serta membantu
berkualitas harus didukung oleh anggota perawatan lansia yang juga merupakan
keluarga yang lain sehingga akan tercapai bagian dari keluarga sehingga
kesatuan dan kebersamaan dalam anggota kebersamaan akan menjadi modal
keluarga. utama perawatan terhadap lansia.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1) Pemahaman caregiver tentang lansia adalah
seseorang yang sudah berusia lanjut dengan Colaizzi, P. F. (1987). Psychological
penurunan fungsi tubuhnya sehingga fisiologis Research As The Phenomenologist
mengalami penurunan dan rentan terhadap Views It In R. Valle & M. King(Eds.),
penyakit, mudah tersinggung dan mengalami Existential Phenomenological
Alternative For Psychology.New York: Oxford Mubarak, WI. (2010). Ilmu
University Press Keperawatan Komunitas Konsep dan
Aplikasi buku 2. Jakarta: Salemba
Danang,R.(2013). Hubungan Peran Keluarga
Medika
Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang
Mengalami Gangguan Fungsi Kognitif Di Nugroho.W. (2008). Keperawatan
Desa Windunegar A Kecamatan Wangon Gerontik Dan Geriatri Ed 3. Jakarta,EGC
Kabupaten Banyumas.
http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/ Osman,A; Jane .L;Courtney.L,et al.
default/files/HALAMAN%20awal% (2012). The Depression Unxiety Stress
20skripsi.pdf. Scales-21(DASS-21):Further
Examnination Of Dimentions, Skill
Friedman,M.M.(2010).Buku Ajar Keperawatan Reliability, And Correlates.Journal Of
Keluarga:Riset, Teori Dan Praktek.Jakarta:EGC Clinical Psikologi Vol 68 ISSUE
12.online library.Wiley.com
Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia Dan Kebudayaan.(2009). Rapat Polit, D.F., & Beck C.T. (2012). Nursing
Koordinasi Strategi Nasional Lanjut Usia 2009- Research: Generating and Assesing
2014. www.kemkepmk.go.id Evidence for Nursing Practice. China:
Lippincott Williams and Wilkins
Maryam,S,&,Eka.S (2008). Mengenal Usia
Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Sarwendah.(2013).Hubungan Beban
Medika Kerja Dengan Tingkat Stress Kerja
Pada Petugas Social Sebagai Caregiver
Meiner, S.E.& Lueckenotte.A.G (2006).
Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
th
Gerontologic Nursing (3 ed). USA: Mosby Mulia DKI Jakarta. www.uinjkt.ac.id
Elsevier. Michon,A.et al.(2005).Dynamic
Process Of Family Burden In Stanley, M., Kathryn A. B., &
Patricia G. Beare., (2005).
Dementia Caregiving: A New Field For Gerontological Nursing : Promoting
Psychotherapeutic Successful Aging with Older Adult.
Interventions.Psycogeriatric Journal vol 5 rd
(3 ed). Philadelphia: F.A Davis
ISSUE 2. www.onlinelibrary.wile y.com
Company.
Miller, C.A. (2004). Nursing for Wellness of
Yuliati;Amalia;Nimal.B;Mary R.
Older Adult: Theory and Practice.
(2014).Perbedaan Kualitas Hidup
Philadelphia: Williams and Wilkins
Lansia Yang Tiggal Di Komunitas
Dengan Di Pelayanan Sosial Lanjut

Usia. www.jurnal.unej.ac.id

Anda mungkin juga menyukai