Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah
memberikan rahmat, hidayah, serta kesehatan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah yang berjudul “STRATEGI PROMOSI DAN
KESEJAHTERAAN PADA LANSIA” ini disusun berdasarkan data yang diperoleh oleh
penulis dari berbagai sumber, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan
Gerontik
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi serta menambah wawasan
kepada teman-teman atau pembaca tentang informasi kesehatan pada lansia. Penulis sadar
sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses belajar, bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran dari teman-teman atau pembaca
agar dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam makaah ini.
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure
tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomenabiologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Lanjut usia merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia
menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998)
Penuaan (ageing) merupakan suatu konsekuensi (proses alamiah) yang tidak dapat
dihindarkan dan pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak seorangpun yang dapat
menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap mulai menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai dewasa, secara alamiah seluruh
komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena
proses penuaan. Penuaan merupakan suatu proses multidimensional, yang tidak hanya
terkait dengan faktor jasmani, tapi juga psikologis dan sosial. Penuaan itu sendiri adalah
suatu proses alamiah kompleks yang melibatkan setiap molekul, sel dan organ dalam
tubuh.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap
hidup manusia yaitu: bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan
karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan.Akan tetapi
proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan
lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas,
pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun
menurunnya.
Fase 1
Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai
berkurang (mulai mengalami penurunan produksi). Polusi udara, diet yang tak sehat dan
stres merupakan serangan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh. Di fase ini
mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan. Tubuh pun
masih bugar terus. Penurunan ini mencapai 14 % ketika seseorang berusia 35 tahun.
Fase 2
Kedua transisi, yakni pada usia 35-45 tahun. Produksi hormon sudah menurun
sebanyak 25%, sehingga tubuh pun mulai mengalami penuaan. Biasanya pada masa ini,
ditandai dengan lemahnya penglihatan (mata mulai mengalami rabun dekat) sehingga
perlu tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya atau bila pada usia muda,
kita melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.
Fase 3
Puncaknya pada tahap fase klinikal, yakni pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa
ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali.perempuan
mengalami masa yang disebut menopause sedangkan kaum pria mengalami masa
andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi kering karena mengalami dehidrasi/kulit
menjadi keriput, terutama di bagian samping dan di bawah mata kita, juga kulit tangan
kita yang tidak sekencang dulu, tubuh juga menjadi cepat lelah.
Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatastonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan Permukaan dorsalis
tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena- vena tampak lebih menonjol.
Poliferasi abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi
pada area tubuh yang terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan
dan lengan bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat
penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur
kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas
kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor
kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan massa
lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% perdekade.
Berat otak menurun 10–20%. Beratotak ≤ 350 gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun
pada usia 45-50 tahun. Penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan
volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100
million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik
dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron
dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi
penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara
berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang
dendrite dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada
semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk disitoplasma,
kemungkinan berasal dari lisosomatau mitokondria.
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut
berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Penurunan
laju ekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter/dekade.
Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas,
kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%,
sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan
“apatheicthyrotoxicosis”.
Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1 juta nefron dan
memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap dekade,
mulai usia 25 tahun. Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron bertugas
sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan mempengaruhi kerja nefron dan
akhirnya mempebgaruhi fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik sistem renal.
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan gaya
hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara
lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan.
Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat proses
menua :
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita akibat
proses menua:
a. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi jaringan
payudara dan genital.
b. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah penurunan
massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, peningkatan kecepatan
aterosklerosis.
Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan kualitas
dan kelangsungan hidup sehat bagi seluruh warga Amerika (USDHHS, 1998). Dokumen
ini mengindikasikan bahwa aspek terpenting dalam promosi kesehatan lansia adalah
mempertahankan kesehatan dan kemandirian fungsional. Banyak tujuan yang ditetapkan
untuk masyarakat sehat 2000 (USDHHS, 1991) yang dicakupkan ke dalam tujuan
Masyarakat sehat 2010. Ketika merencanakan program promosi kesehatan untuk
komunitas lansia perawat komunitas harus memasukkan area prioritas dan tujuan spesifik
yang terdapat dalam masyarakat sehat 2010. Salah satu tujuan masyarakat sehat 2010
yang dapat diarahkan pada lansia adalah meningkatkan setidaknya 90 % proporsi
individu berusia 65 tahun atau lebih yang telah berpartisipasi pada tahun sebelumnya
pada setidaknya satu program promosi kesehatan terorganisasi.
2.3.1 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan primer.
Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah gaya hidup
mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi
kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan memberikan
imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal – hal
yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus
ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan. Filner dan
Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai kemampuan lansia untuk
hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta untuk menumbuhkan rasa
percaya diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum, tidak hanya terbebas dari
penyakit. Apabila dibandingkan dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih
aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk
mempertahankan kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar
berfokus pada perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan
masalah kesehatan utama menurut usia (USDHHS, 1998). Secara umum, pelayanan
kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan
a. Skrining kesehatan
d. Konseling
e. Kelompok pendukung
g. Imunisasi
h. Keamanan di rumah
l. Manajemen kasus
Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru dan
berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang berpotensi meningkatkan
kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan yang efektif perawat
kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan tujuan bersama kelompok lansia
yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam merencanakan promosi kesehatan dan
aktivitas pencegahan penyakit adalah hal yang esensial karena lansia sensitif terhadap
kehilangan potensi kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa
kemandirian mereka akan menngkat. Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja
dengan lansia di komunitas antara lain:
a. Pelayanan Kesehatan
b. Nutrisi
Rencanakan kelas atau serial kelas nutrisi yang berfokus pada nutrisi dasar dan
manajemen resiko nutrisi ( rendah garam, rendah lemak, rendah gula, tinggi serat dan
sebagainya ). Apabila kebutuhan terhadap diet gula khusus harus dibahas, pertimbangkan
untuk mengadakan serial kelas dan bentuk kelompok menurut ingkatran kebutuhan diet
spesifiknya. Kelas nutrisi akan lebih efektif jiak penyajiannya sangat interaktif dengan
para partisipan-mencicipi dan berbagi resep, membangun kebiasaan positif yang ada, dan
memasukkan makanan yang etnis. Pemasangan poster dengan tulisan yang besar dan
berwarna-warni serta tayangan video aalah langkah yang tepat. Makalah juga bisa
membantu. Ingat, lansia senang membicarakan dan menceritakan pengalaman hidup
mereka. Berikan hadiah kepda lansia yang menghadiri kelas, seperti tongkat, kanduk
kertas, makaronidan makanan yang tidak cepat membusuk. Dapatkan bantuan hadiah dari
toko yang menjual bahan makanan. Tantangan terbesarnya adalah enumbuhkan minat
para lansia untukmenghadirikelas ini. Pertimbangkan individu dari komunitas atau
kelompok teman sebaya untuk membantu marketing dan program outreach.
d. Olahraga dan Kebugaran
Ketika mengadakan klinik skrining tekanan darah dipusat nutrisi lansia, perawat
mengobservasi bahwa pengunjung sering kali datang sekitar pukul 8 pagi. Mereka
mengisi waktu dengan duduk-duduk sampai makan siang dihidangkan pada pukul 12
siang. Mereka bermain permainan meja seperti kartu atau domino, tetapi aktivitas fisik
mereka sedikit. Ketika memeriksa tekanan darah, perawat menanyakan tentang aktivitas
fisik yang lansia lakukan dan memperoleh informasi bahwa kebanyakan lansia tidak
merasa aman untuk berjalan di sekitar lingkungan mereka atau mereka belum mengetahui
bentuk lain dari olahraga. Setelah memvalidasi kebutuhan terhadap tipe olahraga ringan
( low-impact ) yang dapat dilakukan dikursi,suatu program dikembangkan dan beberapa
pertisipan dilatih sebagai instruktur olahraga. Rogram tersebut dinamakan “Duduk,
Menendang ke Atas: Olahraga untuk Lansia”. Dengan bimbingan sukarelawan instruktur
olahraga, program telah dimasukkan secara nyata ke dalam jadwal aktivitas sehari-hari.
Pencegahan jatuh
Jatuh adalah masalah besar pada lansia. Anda mungkin hendak membangun
sebuah tim dengan ahli terapi oku pasional dan ahli terapi fisik untuk mengadakan kelas
pencegahan jatuh pada lokasi tempat para lansia biasa berkumpul ( ya , mungkin saja
anda tidak dapat mempengaruhi para lansia untuk datang mengahadiri kelas ini yang
justru sangat mereka butuhkan; para lansia tersebut berada di rumahanya karena meraka
takut jatuh jika mereka pergi keluar). Beberapa individu dapat memberikan koesioner
mengenai pengkajian jatuh, sebagian lagi dapat melakukan tes keseimbangan,
mendemonstrasikan cara – cara untuk mencegah jatuh dan memberikan konseling
individual mengenai hal – hal yang dapat menyebabkan jatuh. Proyek kolaborasif
multidisiplin ini dapat berdampak sangat besar terhadap masalah yang terkadang
mengakibatkan lansia kehilangan kemandiriannya atau bahkan dapat membawa kepada
kematian. Anda mungkin perlu memasarkan proyek ini serta mendapatkan tempat untuk
skrining, tes keseimbangan, demonstrasi dan konseling. Pertimbangkan untuk memiliki
formulir pernyataan dan persetujuan untuk menjalani tes keseimbangan pada setiap
kejadian jatuh.
Keamanan komunitas
Keamanan berkendara
Akhirnya, beberapa bagian legislasi yang penting patut untuk didiskusikan. Dua
bagian penting dari legislasi yang mempengruhi kehidupan lansia di amerika adalah
Social Security Act tahun 1935 dan Older Americans Act (OAA) tahun 1965. Social
Security Act berisi banyak program bagi para lansia, termauk bantuan finansial dan
pelayana kesehatan. Ketentuan utamanya adalah meningkatkan sistem tunjangan bagi
lansia dan memungkinkan negara untuk memberikan santunan kepada tunanetra,
masyarakat yang sudah tua, serta anak – anak cacat dan terlantar. Undang – undang ini
membentuk Social Security Board (badan pengaman social) dan mekanisme untuk
meningkatkan uang pensiun dan tunjangan kesejahteraan. Satu amandemen paling
signifikan muncul pada tahun 1965, yang ditandai dengan berdirinya program asuransi
kesehatan Medicare dan Medicaid. OAA mengarahkan atensi negara kepaa kebutuhan
lansia dan mengesahkan the Administration On Aging Within The Department Of Health
And Human Services. OAA mendanai riset serta pelatihan gerontologi dan memfasiltasi
program lokal, negara, dan nasional guna meningkatkan kualitas hidup lansia. Selama
bertahun – tahun, OAA telah menetapkan bermacam – macam pelayanan untuk lansia,
termasuk Lembaga yang melayani lansia, pusat multiguna lansia, pelayanan nutrisi,
program relawan, pendidikan kesehatan, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan
dirumah, dan aktivitas kesehatan preventif. Legislasi lain yang membantu peningkatan
kualitas hidup lansia adalah The Age Discrimonation Act tahun 1974 yang mencegah
diskriminasi pada lansia dalam pekerjaan dan mencegah pensiun yang dipaksakan ;
research on aging act tahun 1974, yang membentuk National Institute Of Aging dalam
The National Institute Of Health dan American Disabilities Act tahun 1990 yang
menjamin hak – hak warga amerika yang mengalami kecacatan.
Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat
ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi di kalangan lansia – penyakit
jantung, kanker dan stroke merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat. Namun
gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang mengalami
penyakit kronis secara bertahap telah digantikan oleh konsep baru seperti masa tua
dengan penuh kesuksesan ( misalnya kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap
proses penuaan ) dan penurunan morbiditas ( misalnya penundaan awitan
terjadinyaNpenyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap akhir kehidupan ).
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan juga
merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional untuk
lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang dapat
diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan
kesehatan.
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azaz
a. Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that Have Been Added to
Life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi, perawatan,
pemenuhan diri, dan kehormatan.
b. b. Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add Life to the Years,
Add Health to Life, and Add Years to Life. Yaitu meningkatkan mutu kehidupan
lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu
peningkatan (promotion), pencegahan (prevention), diagnosis dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a. Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk
menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan
proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga professional dan
masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma social. Upaya
promotif dilakukan untuk membantu orang-orang mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta mendukung pemberdayaan
seseorang untuk membuat pilihan yang sehat tentang prilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:
b. Preventif
perlindungan sosial
bantuan sosial
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
pelayanan kesehatan
pemberdayaan lanjut usia agar mereka siap di dayagunakan sesuai kemampuan
masing-masing.
mendorong agar lanjut usia bergabung dengan organisasi sosial atau organisasi
lanjut usia atau organisasi masyarakat lainnya.
Upaya diatas akan lebih ditingkatkan lagi di masa mendatang, baik ditujukan bagi
lanjut usia potensial dan lanjut usia yang tidak potensial. Di samping perbaikan di bidang
kesejahteraan sosial, atau globalisasi di bidang komunikasi, informasi, transportasi dan
pendidikan niscaya menimbulkan pengaruh luar yang mengikis budaya masyarakat yang
selama ini ada terhadap hubungan antar-anggota keluarga mereka, termasuk yang
tergolong lanjut usia. Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga semakin melemah dan
keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga kecil, terlebih lebih dalam masyarakat
industri di mana lanjut usia terpisah dari anggota keluarga lainnya akibat urbanisasi.
Anggota keluarga yang berusia lanjut kurang di perhatikan dan terpaksa hidup sendiri
dalam kesepian. Dengan demikian, budaya "tiga generasi di bawah satu atap" makin sulit
di pertahankan , karena ukuran rumah di perkotaan semakin sempit, sehingga kurang
memungkinkan para lanjut usia tinggal di rumah bersama anak, menantu dan cucunya.
Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial, baik material maupun spritual, yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketenteraman lahir batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik sebaiknya bagi diri ,
keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia.
2. Pelayanan kesehatan
7. Perlindungan sosial.
8. Bantuan sosial
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia
tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, ketrampilan, pengalaman, usia,
dan kondisi fisiknya, serta terselanggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut
usia. Upaya ini bertujuan memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, serta
mewujudkan kemandirian dan kesejahteraannya, memelihara sistem nilai budaya dan
kekerabatan serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961)
dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial di dasarkan atas hukum
pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa
kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
mempertahankan status sosial nya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar-
menukar
Pada lanjut usia, kekuasaan dan prestisenya berkurang yang menyebabkan interaksi sosial
mereka berkurang juga. Yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk
mengikuti perintah.
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal, dab pertama
kali diperkenalkan oleh Cumming dan Henry (1961). Kemiskinan yang diderita lanjut
usia dan menurunnya dera kesehatan mengakibatkan seorang lanjut usia secara perlahan-
lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat
juga mempersiapkan kondisi agar para lanjut usia menarik diri. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu :
a) pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa pensiun. Pada wanita
terjadi pada masa perang dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak
menginjak
dewasa dan meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah
b) lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat hal ini, karena lanjut usia dapat
merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda memperoleh
kerja yang lebih luas
c) tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
proses tak dapat dihindari
hal ini di terima lanjut usia dan masyarakat
Teori ini mempengaruhi kebijakan negara terhadap lanjut usia, antara lain di Amerika
Serikat.
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al (1972) yang
menyatakan, bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia
relawan
Dari pihak lanjut usia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan
merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan
perilaku mereka semasa mudanya.
Teori ini di anut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia.
Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tak
berubah, walaupun ia menjadi lanjut usia.
Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu
pergerakan dan proses yang seara, akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan
pergerakan dan proses banyak arah, tergantung dari bagaimana penerimaan seseorang
terhadap status kehidupannya.
Kesulitan untuk menerapkan teori ini adalah, bahwa sulit memperoleh gambaran
umum tentang seseorang, karena kasus orang per orang sangat berbeda.
a. lanjut usia tak disarankan melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, di pilih peran
apa yang harus di pertahankan atau di hilangkan
b. peran lanjut usia yang hilang tak perlu di ganti
c. lanjut usia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lanjut
usia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu di pahami teori Frued,
Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Frued meneliti tentang psikoanalisa dan perubahan
psikososial anak dan balita. Havighurtst dan Duvall menguraikan tujuh jenis tugas
perkembangan (developmenttasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut
usia, yaitu :
a. Masa tua merupakan saar lanjut usia merumuskan seluruh masa kehidupannya
b. Masa tua merupakan masaa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru
yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda
c. Lanjut usia harus menyesuaikan diri, akibat perannya yang berakhir di dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun, di tinggal
mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lanjut usia berdasarkan usia kronologis yang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban serta
hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut
adalah struktur dan prosesnya.
Kelemahannya, teori ini tak dapat di pergunakan untuk menial lanjut usia secara
perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis, serta terkait
dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.
1. Id yang terletak dalam ketidaksadaran manusia dan merupakan tempat dan naluri
yang mempertahankan kehidupan. Naluri / insting hewani ini berprinsip untuk
cepat memperoleh gratifikasi/pemusan dan belum di sentuholeh nilai budaya.
Sebagai contoh, keadaan seperti haus, lapar, keinginan berkumpul, agresi, dan
keinginan seksualdi kelompokan dalam naluri hewaniyang praktis
muncul dalam kehidupanseseorang dan ingin memperolehpemenuhan
segera/pleasure principle
2. Supergo merupakan instansi yang berisi nurani dimana semua nilai luhur yang
diajarkan oleh orang tua, guru maupun ulama/tokoh masyarakat di serap oleh
pribadiseseorang sejak ia mengerti segala hal yang baik dan buruk. Instansi ini
sebagai pengontrol dan berprinsip censoring agar naluri hewani yang
inginmemperoleh pemusan segera itu di salurkan melalui cara yang terhormat
dan tidak sekedar penyaluran sembarangan. Oleh karena itu, antara ig dan
supergo akan selalu terjadi pertentangan. Sering kali pertentangan yang sangat
besar dan tidak memperoleh penyelesaian yang baik akan menyebabkan orang
tadi mengalami kecemasan ataupun gangguan mental lain.
3. Ego/Ich merupakan instansi yang memang terletak dalam dunia “ sadar “ yang
selalu berprinsip realistis. Semua pertentangan antara ig dan supergo di harapkan
dapat diselesaikan oleh Ego sehingga dalam berperilaku sehari hari seorang
dapat di terimaoleh masyarakat sekitarnya sebagai seorang yang wajar dan
normal.
Sebagai contoh, kita tidak dapat membayangkan bila kita dapati seorang seorang
lanjut usia yang berperilaku seenaknya saja, misalnya mau menang sendiri, kalau ada
makanan diMeja langsung mengambil bagian yang enak tanpa mempedulikan orang lain
atau tidak mengacuhkan norma masyarakat dalam bertindak tanduk-tentunya orang
semacam ini di kelompokan dalam lanjut usia yang tidak tahu diri atau psikopat/sosiopat.
Sedangkan budaya kita, dan budaya timur pada umumnya,menginginkan agar setiap
orang tua memperoleh tempat yang terhormat.
Dalam membahas kasus aneh semacam di atas, freud mengungkapkan bahwa perilaku
/kepribadian yang terlihat dari luar sebenarnya merupakan fenomena “ gunung es “
Artinya, interaksi dari banyak hal yang sulit di mengerti yakni tentunya merupakan 90
persen dari keseluruhan isi gunung es tadilah yang berada dalam tak sadar yang ikut
menentukan pribadi orang tadi. Untuk itulah, fenomena aneh atau perilaku yang kurang
dapat di terima masyarakat sering kali perlu dianalisis dengan cermat krena setiap
manusia mempunyai cara tertentu dalam menekan pengalaman hidup yang tidak enak
selama hayatnya ke dalam tak sadar mereka. Mekanisme pertahan/defence mechanism
dalam mengadakan reaksi terhadap problem hidup juga sangat bervariasi, setiap manusia
akan menghadapinya melalui perkembangan kepribadian masing masing.
Secara garis besar Erikson mengatakan bahwa setiap individu yang ingin mencpai
integritas Ego seyogiannya melewati setiap fase kehidupan yang baik, dan setiap penyulit
yang di hadapi oleh manusia dalam mencapai kebijakan dasar dalam setiap stadium tadi
akan mejadi penyulit dalam mencapaikematangan emosional. Kedelapan stadium serta
kebijakan dasar yang terungkapdalam teori Erikson adalah sebagai berikut:
1. Satu tahun pertama kehidupan akan di lewati seorang bayi dengan baik bila ia
memperoleh kasih sayang yang cukup, sehingga ia merasa baha dirinya memang
pantas untuk hidup secara layak. Dalam fase ini, kebijakan dasar yang di capai oleh
bayi tadi adalah basic trust. Apabila seorang bayi tidak memperoleh pemeliharaan
yang baik dari lingkungannya, ia akan tumbuh menjadi orang yang penuh curiga dan
tak akan pernah mempercayai sekelilingnya.
2. Bayi mulai aktif bergerak ke sana ke mari yakni ketika mereka berusia 1 – 3 tahun.
Pada saat seperti ini tebentuklah sikap Autonomy yang mulai memisahkan ogo si
anak terhadap orang tuanya. Ia mulai mencobanya Kebiasannya berjalan dan berlari
tanpa rasa takut. Bila dalam proses ini terjadi hambatan, anak tadi akan berkembang
menjadi anak yang penuh ragu ragu dan malu.
3. 3. Antara 3 – 5 tahun, terbentuk stadium yang di sebut Intiative . pada masa ini
seorang anak seyogiannya merasa bebas untuk berimajinasi, dan mengujinya
dengn kenyataan. Ia akan menirukan orang dewasa dan mulai berusaha untuk
bereperan aktif dalam permainan dengan sebaya. Gangguan dalam stadium ini akan
mengakibatkan anak menjadi mudah menyalahkan diri/kurang berinisiatif.
4. Sejak anak mulai menginjak sekolah ( 6 – 11 tahun ) ia mulai memperoleh
kesempatan yang lebih besar lagi dalam menjalankan peran dan berprestasi.
Kemampuan social dari akademis baik melalui permainan di sekolahpekerjaan
rumah dan angka yang di peroleh di sekolah akan memberikan rasa berharga pada
fase ini di kenal sebagai fase industry. Bila ia tidak dapat bersaing di antara teman
teman, harga dirinya akan tererosi. Di saat ini akan terjadi rasa rendah diri dan
inferiority complex yang dapat berlangsung lama dalam hidup.
5. Identity atau pencapaian identitas ego biasanya terjadi pada usia 15 – 21 tahun,
ketika remaja tadi mulai mengetahui peran gender /kelamin dan mulai tahu antar
kelompok sudah ada yang menjadi pemimpin. Ia meletakan dirinya sebagai salah
satu anggota kelompok dan mengetahui sampai dimana ia di butuhkan oleh teman
dan hubungan mereka dengan kelompok yang lain yang berbeda. Stagnasi dalam
fase ini dapat mengakibatkan hal yang serius. Istila “ krisis identitas “ Yang di
lontarkan oleh Erikson terhadap remaja Amerika Serikat sekitar 25 tahun yang lalu
menjadikan nama Erikson sangat popular di antara paka psikologi dan sosiologi.
6. Intimacy atau keakraban di peroleh pada usia 21 - 40 tahun. Pada fase ini manusia
mulai menginjak dewasa ia mulai memilih teman yang sesuai dengan hasrat dan
kesenangan yang ada pada dirinya. Ia mulai mendalami kehidupan keakraban dengan
teman yang lebih sama idealismenya. Saat ini pulah ia mulai memilih teman hidup
yang kira kira mepunyai pandangan yang sama untuk hari depan. Dalam fase ini, bila
seorang tidak dapat menyesuaikan diri, ia akan menglami keterasingan dalam hidup,
apalagi kalau mengalami pergantian pacar sampai berkali kali dan mengalami
kegagalan.
7. Generatifity ( 40 – 60 th ) suatu fase yang mengantarkan manusia menjadi orang tua
yang baik terhadap anak anak mereka. Hubungan suami istri yang harmonis dan
keberhasilan rumah tangga akan memberikan perasaan yang berhasil sebagai
manusia produktif . sebutan “ kepala rumahtangga “ atau “ ibu “ mencerminkan
peran khsus bagi seseorang dalam masyarakat. Keberhasilan dalam karir atau dalam
mendidik anak akan memberikan rasa bahagia tersendiri. Kesulitan yang di hadapi
dalam masa ini akan menjdikan orang tadi mengalami stagnasi dalam proses
berikutnya dan menyebabkan ia merasa tak mampu dalam mengarungi samudra
kehidupan. Rasa miskin diri dan mengasihani diri secara berlebihan akan menjadi
suatu momok dalam menghadapi masa depan.
8. Ego integrity merupakan muara yang ingin di capai oleh setiap lanjut usia ( di atas
60 tahun ). Untuk itu, mereka yang justru telah mengalami kemudahan fisik dan
merasa bahwa hidup mereka sudah dekat dengan ahkir hayat perlu mengetahui
bahwa pada masa masa semacam ini kasih sayang dalam lingkup keluarga terdekat,
kerabat dan bahkan lingkungan terdekat merupakan sumber kenikmatan tersendiri.
Pada masa ini seorang yang merasa bahwa dirinya di terima dan di hargai oleh
sekelilingnya merupkan anugrah yang tidak mungkin dapat dinilai dengan materi.
Tercapainya masa semacam ini tidak terlepas dari kontinuitas masa lampau. Oleh
karena itu dalam buku ini akan di uraikan berbagai aspek agar para lanjut usia dapat
menyiapkan diri secara lebih mantap apabila “ waktunya sudah sampai “
ketidakberhasilan dalam periode ini akan menyebabkan orang tadi menjadi putus asa dan
justru takut menghadapi kematian
B. PROSES PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PADA LANJT USIA
Baik dari teori Erikson maupun dari pengalaman para lanjut usia sendiri terungkap
bahwa kepribadian tetap berkembang dan setiap manusia ingin mencapai dan
mengarahkan hidupnya untuk mencari kesempurnaan/wisdom . oleh karena itu, setiap ada
kesempatan para lanjut usia sering mengadakan introspeksi. Dalam perjalanan hidup tadi,
terjadi proses kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender ( jenis
kelamin ) yang terbaik. Para wanita lanjut usia ternyata menjadi tegar dalam menghadapi
hidup, seolah olah mereka tidak kalah dengan laki laki, apalagi dalam memperjuangkan
Hak hak mereka. Sebaliknya, banyak pria lanjut usia tidak segan segan memerankan
peran wanita seperti mengasuh cucu, menyediakan sarapan pagi, membersihkan rumah
dan lain kegiatan yang biasanya justru di lakuakan oleh pihak perempuan.
para lanjut usia yang mempunyai mental yang sehat masih dapat melakukan banyak
hal positif. Pengalam hidup mereka yang sering kali tidak terbayar itu patut di ungkapkan
pada generasi muda. Demikian pula, banyak nilai luhur yang mereka hayati dalam
perjuangan hidup tidak
Mustahil dapat memberikan dampak yang positif kepada anak cucu apabila hal ini
dilestarikan.
Jelas bahwa mereka yang mempunyai derajat neurotisisme tinggi akan banyak
mengalami peristiwa hidup yang mengecewakan, dan dalam mengahadapi para lanjut usia
yang tergolong dalam kelompok ini tentunya hal tersebut dapat di perhitungkan sehingga
pada saat nya kita harus merujuk pada ahli yang berwenang/psikoterapist. Walaupun
demikian, kiranya perkembangan kepribadian yang di kemukakan oleh Erikson akan
memperluas wawsan kita agar kita lebih dapat memahami para lanjut usia yang seringkali
menunjukan sifat yang aneh.
Kesehatan lanjut usia meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial lanjut Usia,dan
bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit,cacat dan kelemahan.Dengan Demikian
untuk pengelolaan kesehatan Lanjut Usia secara terpadu,antara sector kesehatan, sosial,
ekonomi, hukum dengan sektor lain dan masyarakat perlu terusdikembangkan,
sehingga pada ahirnya peranserta Lanjut usia dan keluarganya semakin meningkat.
Bila tidak diatasi dengan tepat,permasalahan yang harus dihadapi oleh lanjut Usia
akan menimbulkan akibat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Gangguan sistem
2. Timbulnnya penyakit dalam manifestasi klinik
3. Menurut ADL( Activities of Daily Living )
1. Gangguan sistem
Gejala penyakit lebih tersemar,misalnnya nyeri dada pada angina pectoris tak
jelas
Gejala adiptik bila dibanding usia muda.
Gejala non spesifik
Proses penyakit mempengaruhi organ dan psikis.
Gejala penyakit sering berubah –ubah,karena lanjut usia sering mengidap lebih
dari dua macam penyakit
Obat –obatan yang diberikan sering menimbulkan interaksi dan menyamarkan
gejala
Ambang rasa sakit lebih tinggi
Inaktivitas menyambarkan keluhan sesak nafas atau gejala angina pectoris.
Yang dimaksud dengan ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari- hari.pada
lanjut usia,ADL dapat terganggu oleh beberapa hal atau keadaan,yaitu:
Penurunan ADL
Penurunan disebabkan oleh: persendian yang kaku, Pergerakan yang terbatas, Waktu
beraksi lanjut usia yang lambar, Keadaan tidak stabil bila berjalan, Keseimbagan tubuh
yang jelek, Gangguan peredaran darah, Gangguan Penglihatan, Gangguan Pendegaran
Gangguan Pada Perabaan (Tactile Sensory)
Untuk mengukur ADL digunakan suatu skala –rating nale-yang didasarkan pada
keterampilan menjalankan fungsi biologis ,yang memerlukan bekerjannya sistemdan
anggota gerak dari lanjut usia tersebut. Rating scale yang digunakan diadaptasikan oleh
shirley s. travis dari index of independence in Activities of Daily living (Sdney Katz)
Tingkatkan yang digunakan dalam pengukuran oleh travis- travis Assessment scale
rating functional Abil-ity Adalah:
Level 0: Mandiri
Tahap yang dilakukan pada perawatan lanjut usia yang mengalami gangguan
1992)
Tujuan pembinaan kesehatan bagi kaum lanjut usia adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya dalam
masyarakat.
Mereka yang berusia 40-45 tahun (menjelang usia lanjut/masa virilitas) memerlukan
informasi pengetahuan sebagai berikut :
Mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan kelompok risiko tinggi memerlukan
informasi pengetahuan sebagai berikut :
Tujuan pembinaan lanjut usia adalah agar mereka mandiri, berguna dan sejahtera.
Oleh karena itu tentunya kemandirian, kegunaan dan kesejahteraan dapat dijadikan
criteria akan berkualitas hidupnya. Untuk dapat menjalani hidup yang berkualitas
diperlukan bekal. Bagi seorang lanjut usia, bekal ini dapat berupa pengalaman,
pengetahuan dan keahlian, kearifan dan kesehatannya. Seseorang yang menjalani hidup
secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin tua , pengalaman juga semakin banyak,
pengetahuannya makin luas, keahlianya semakin mendalam dan kearifannya semakin
mantap. Namun demikian, kebugaran dan kesehatannya biasanya semakin menurun.
Bersamaan dengan itu,menjelang saatnya memasuki lanjut usia bagi sebagian orang akan
menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan hilangnya kedudukan formal
segala konsekuensinya serta perubahan-perubahan yang terjadi yang dirasakan
sebagai hilangnya teman-teman dalam arti kata yang sesungguhnya.
Dengan perilaku yang sehat, interaksi orang dengan lingkunganya maupun upaya
kesehatan dapat menghasilkan kualitas hidup yang memadai dan mungkin juga umur
panjang. Program tiga sehat pada hakikatnya adalah sebuah program perilaku. Disebut
tiga sehat oleh karena mempunyai tiga komponen, yaitu mental,olahraga dan gizi.
Ketiganya merupakan tritunggal. Untuk mendapatkan manfaat yang optimal ketiganya
harus dijalankan tanpa mengabaikan salah satu. Sebagai program perilaku, keberhasilan
program ini akan sangat tergantung pada niat dan ketekunan yang menjalaninya.
1. Olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu yakni berjalan kaki, kalua
bisa dengan kecepatan 6 km/jam selama 45 menit sampai 1 jam setiap kalinya.
Kecepatan ini disesuaikan dengan kemampuan. Yang terpenting adalah teraturnya
olahraga tersebut dijalankan.
2. Diet denga pedoman sebagai berikut:
a. Susunan makanan yang beraneka ragam,
b. Mengurangi konsumsi gula
c. Mengurangi konsumsi garam
d. Membatasi konsumsi lemak
e. Meningkatkan serat dan pati sebagai sumber kalori
f. Untuk menjaga disiplin, kiat byang dapat dijalankan adalah dengan 3 kali seminggu pada
hari senin,rabu,jumat tidak mengkonsumsi sama sekali makanan hewani. Sedangkan pada
hari-hari lainya berpedoman kepada apa yang disebutkan diatas.
Dalam konteksnya dengan program tiga sehat ini, kegiatanya olahraga dilakukan
beramai-ramai. Disamping itu, setiap akhir bulan dilakukan diluar tempat yang
rutin,untuk lebih meningkatkan kegairahan fisik maupun mental. Selanjutnya, sekali
dalam sebulan,yaitu setiap hari rabu pertama pada sore hari, dilaksanakan pertemuan
social yang diisi ceramah- ceramah dengan topic yang bervariasi.
Seiring dengan peningkatan jumlah dan angka kesakitan usia lanjut, di perlukan
jenis dan kualitas pelayanan kesehatan serta perawatan, baik yang di laksanakan oleh
lanjut usia sendiri, keluarga, pusaka ( Pusat Santunan dalam Keluarga/Home Care), pos
yandu lansia, panti sosial tresna wredha, sasana tresna wredha, maupun yang di
laksanakan si sarana pelayanan kesehatan Tingkat Dasar (primer). Sarana penkes Rujukan
Tingkat Pertama (sekunder) dan sarana pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier).
Untuk meningkatkan kesehatan, Prof. Dr. Slamet Suyono ( rumah sakit cipto
mangunkusumo, 1997) menganjurkan beberapa tindakan, yang di sampaikan dalam
berbentuk pasien: B-A-H-A-G-I-A, yaitu:
Perkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengendalikan stres
Periksaan kesehatan secara berkala
Makan dan minum
- Kurangi gula
- Kurangi lemak
- Kurangi garam
- Perbanyak buah dan sayur
- Perbanyak susu tanpa lemak dan ikan
- Hindari alkohol
- Berhenti merokok
- Perbanyak minum air putih 6-8 gelas perhari atau sesuai anjuran petugas
- kesehatan.
Kegiatan fisik dan psikososial:
- Pertahankan berat badan normal
- Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan
- Lakukan latihan kesegaran jasmani sesuai kemampuan, seperti jalan kaki,
senam, berenang dan bersepeda.
- Tingkatkan silaturahmi
- Sempatkan rekreasi dan salurkan hobi secara teratur dan bergairah
- Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan
- Pertahankan hubungan harmonis dalam keluarga
- Tetap melakukan kegiatan seksual dengan pasangan hidup
1) Upaya pencegahan primer (primary prevention), ditujukan kepada lajut usia yang
sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita penyakit. Upaya ini dapat
digolongkan pada upaya peningkatan.
2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention), ditujukan kepada penderita
tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal
penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.
Sarana pelayanan kesehatan yang di pergunakan untuk melayani lanjut usia dapat di
golongkan dalam berbagai tingakatan yaitu:
1) Karang wredha
2) Pos yandu lansia
3) Day care
4) Lembaga ketahanan masyarakat desa
5) PUSAKA
6) Dana sehat atau jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
1) Prakter dokter
2) Praktek dokter gigi
3) Balai pengobatan dan klinik
4) Puskesmas
5) Balai kesehatan masyarakat
6) Panti tresna wredha
7) Pusat pelayanan dan perawatan lanjut usia
Perlu ada peran yang besar dari keluarga sebagai orang-orang yang sangat dekat
dengan klien untuk bagaimana bisa merawat dengan baik dan bahkan membuat lansia
tersebut menjadi mandiri serta sejahtera di masa tuanya. Peran keluarga secara informal
adalah sebagai motivator, edukator, dan fasilitator bagi lansia (Putra, dkk 2010).
Sebuah keluarga harus menjadi penyemangat kepada lansia untuk menjalani sisa
hidupnya dengan baik. Keluarga harus bisa memberikan informasi kesehatan, sehingga
lansia bisa mengetahui mana hal yang harus atau tidak dilakukan, keluarga juga harus
bias membimbing, membantu serta memenuhi semua kebutuhannya. Tidak kalah
pentingnya fungsi pemeliharaan keluarga yang pada dasarnya berkewajiban untuk
memelihara anggota keluarganya yang sedang sakit, menderita, dan dimasa tua. Fungsi
pemeliharaan ini berbeda-beda di setiap masyarakat. Seiring dengan perkembangan
masyarakat yang makin modern dan kompleks, sebagian dari pelaksanaan fungsi
pemeliharaan ini mulai banyak yang diambil alih dan di layani oleh lembagalembaga
pemerintahan maupun masyarakat, seperti rumah sakit dan rumah-rumah yang khusus
melayani orang-orang yang sudah Lanjut Usia seperti Panti Werdha (Suyanto, 2004).
Dalam perawatan lansia peran keluarga merupakan support system utama bagi
lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga antara lain menjaga atau
merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi
perubahan status sosial ekternal serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan
spiritual bagi lansia (Padila, 2013).
Peran keluarga adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks keluarga. Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dana masyarakat (Setiadi, 2008). Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
lansia sangatlah penting dalam kehidupan lansia sehari-hari, terutama peran keluarga
sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Lansia yang mendapatkan peran keluarga
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus
menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan mengakibatkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi
dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Secara fisik lansia akan mengalami
kemunduran dalam aktifitas, kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik.
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan
juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional
untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang
dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam perawatan
kesehatan.
3.2 SARAN
Departemen Sosial [Depsos]. (2008). Peta Masalah Anak Jalanan dan Alternatif Model
Hardiwiyanto dan setiabudhi tony (1999). Panduan gerontology : tinjauan dari berbagai
aspek. Jakarta : Gramedia.
Kesehatan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya.
Skripsi.
Lueckenotte (2000). Pengkajian gerontology edisi 2. EGC jakarta.
Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Padila, (2013). Buku Ajar Perawatan Gerontik. Yogyakarta: Nusa Medika.
Pemecahannya Berbasis Pemberdayaan Keluarga. www.depsos.go.id. [Januari 2017]
Putra, H dan Aisyah. (2010). Hubungan Peran Keluarga Dalam Perawatan Kesehatan
Terhadap Status
Reichel William (2000). Geronotologi EDISI 2. EGC Jakarta.
Setiadi, (2008). Konsep dan Perawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha I lmu.
Suyanto , N. (2004). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media
Group.
Wahyudi Nugroho ( 2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta
PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA DI RUMAH (STUDI
FENOMENOLOGI)
Usia. www.jurnal.unej.ac.id