Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
1.1 Pendahuluan
1.2 Latar Belakang
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Tujuan
BAB II
2.1 Tinjauan Teori
2.2 Pengertian
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Komplikasi
BAB III
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa
3.3 Intervensi
3.4 Rasional
3.5 Evaluasi
3.6 Patway
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir
menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari
bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat
sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran
alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah
bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-
pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan
masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat
kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh
alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan
perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44
penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan
tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur
21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif
pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan
serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut
yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang
patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak
menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung
sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
(Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman
dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan
pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan
dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.
B. Rumusan Masalah
Apa definisi dari sinusitis?
Apa manifestasi klinis dari sinusitis?
Bagaimana etiologi dari sinusitis?
Bagaimana patofisiologi dari sinusitis?
Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita sinusitis?
Bagaimana penatalaksanaan dari sinusitis?
Apa saja komplikasi dari sinusitis?
Bagaimana woc (web of caution) dari sinusitis?
Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita sinusitis?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktik dokter
sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan
tersering di seluruh dunia. Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus
paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan
infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai
semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Yang paling sering terkena ialah sinus
etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sphenoid lebih
jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum Highmore, letaknya dekat akar gigi
rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinusitis dentogen.
B. Etiologi
Pada Sinusitis Akut, yaitu
1. Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
2. Bakteri
     Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari
sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus,
sehingga terjadi infeksi sinus akut.
3. Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem
kekebalan, contohnya jamur Aspergillus. Pada Sinusitis Kronik, yaitu
1. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh.
2. Alergi
3. Karies dentis ( gigi geraham atas )
4. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
5. Benda asing di hidung dan sinus paranasal
6. Tumor di hidung dan sinus paranasal.
C. Klasifikasi
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu 
1. Sinusitis akut : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3
minggu.
Macam-macam sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal
akut, sinus frontal akut, dan sinus sphenoid akut.
2. Sinusitis kronis : Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8
minggu tetapi dapat juga berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun.
D. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya
klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung
substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema,
mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan
ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap
sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa
pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini
disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi
berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya
perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip
dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
E. Manifestasi Klinis
1. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan,
ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan
bercampur darah.
2. Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan  nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
3. Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah
sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
4. Sinusitis sphenoid akut  
       Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
5. Sinusitis Kronis
Gejala  : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu
terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya
rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering
demam.
F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan
naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda
khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan etmoid anterior
dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid).
Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada
pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius.
Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos
posisi Waters, PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus
besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas
udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila
anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra
keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai
penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau
pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.
Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.
Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret
dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik
lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.
Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui
meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang
sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.
G. Penatalaksanaan
Tujuan terapi sinusitis ialah:
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik
Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehinggan drenase dan
ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut
bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta
membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan
penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau
memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau
jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14
hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic
yang sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.
Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan,
seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan
NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat
antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat
sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz
displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang bermanfaat.
Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang
berat.
Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan
operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah
menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil
yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa:
sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik
disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi
sinusitis serta sinusitis jamur.

H. Komplikasi
Komplikais sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic.
Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik
dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.
Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata
(orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan
maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal,
abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan
Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan
thrombosis sinus kavernosus.
Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa:  Osteomielitis dan
abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan
pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau
fistula pada pipi.
Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan
sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu
dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum
sinusitisnya disembuhkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS

A. Pengkajian
a. Identitas/ biodata klien
    Nama                        : Tn. M
    Tempat tanggal lahir: Surabaya, 18 September 1964
    Umur                        : 46 tahun
    Jenis Kelamin           : Laki-laki
    Agama                      : Islam
    Warga Negara           : Indonesia
    Bahasa yang digunakan: Bahasa Indonesia
Penanggung Jawab
Nama                        : Ny. P
Alamat                     : Jln. Argolawu no.49 Surabaya
Hubungan dengan klien: istri
b. Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tuan M datang ke RS tanggal 18 November 2010 dengan keluhan nyeri
kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai
pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan
semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien
mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan
sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT
sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita
sinusitis.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT. 
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita sinusitis.

g. Keadaan Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih, ventilasi rumah
kurang (tidak adekuat).

B. Observasi
Keadaan Umum
1. Suhu                 : 38ºC
2. Nadi                  : 84 /menit
3. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
4. RR                    : 25 /menit
5. BB                    : 62 kg
6. Tinggi badan     : 170 cm

Pemeriksaan Persistem
B1 (breathing): Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan adanya
secret
kental pada hidung
B2 (blood)       : Normal
B3 (brain)       : Pasien composmentis
B4 (bladder)    : Normal
B5 (bowel)      : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun  dan BB  turun
B6 (bone)        : Kelemahan otot dan malaise

C. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 Datasubjektif: Pasien Inflamasi pada sinus Nyeri
mengeluh nyeri kepala. frontal
Data objektif: Pasien tampak Peradangan
gelisah, didapati skala nyeri 8,
RR= 25 x/ menit.
Nyeri pada kepala
2. Data subjektif: Inflamasi pada sinus Bersihan jalan nafas
frontal tidak efektif
Pasien mengeluh sesak nafas.
 
Data objektif:

Ada retraksi dinding dada,


Produksi secret
penggunaan pernafasan
meningkat
cuping hidung, suara nafas
ronkhi, RR=25 x/menit. Akumulasi secret

  Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Ronkhi

Sesak nafas
3. Data subjektif: Inflamasi Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
Pasien mengeluh tidak nafsu Produksi secret
kebutuhan
makan. meningkat

Data objektif:  Secret terakuulasi


dihidung
Penurunan berat badan dari 63
kg menjadi 62 kg, makanan Hidung tersumbat
yang disajikan tidak pernah
Penciuman terganggu
dihabiskan.
Tidak bisa mencium
aroma makanan

Nafsu makan menurun

Nutrisi tidak terpenuhi


4. Data subjektif: Inflamasi Gangguan istirahat;
tidur berhubungan
Pasien mengeluh tidak bisa Rasa tidak nyaman
dengan hidung
tidur dengan nyenyak. karena hidung
tersumbat (buntu)
tersumbat (buntu)
Data objektif:

Gelisah, lemas, mata cowong,


Tidur tidak nyenyak
tidur kurang dari 6-8 jam
perhari.
5. Data Subjektif: Infeksi saluran Hipertermi
pernafasan atas
Pasien mengeluh kedinginan
Makrofag menangkap
Data Objektif:
benda asing yang
masuk ke tubuh
Suhu tubuh= 38°C

Merangsang
 
pengeluaran mediator
  kimia

Prostalglandin

Peningkatan set. point


Hipotalamus

Suhu tubuh meningkat


D. Diagnosa
1. Nyeri: kepala, tenggorokan berhubungan dengan peradangan pada hidung.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang
mengental.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
nafsu makan menurun.
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi.

E. Intervensi
1. Diagnosa : Nyeri (kepala, tenggorokan) berhubungan dengan peningkatan
tekanan sinus sekunder terhadap peradanggan sinus paranasal.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang atau menghilang dalam
waktu
1x24 jam.
Kriteria hasil :
a) Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau
menghilang
b) RR=16-20 x/menit, Nadi=60-100x/menit, ekspresi wajah klien tidak
menyeringai lagi.
c) Skala nyeri 2
No. Intervensi Rasional
1. Kolaborasi: Obat analgesic dapat menurunkan atau
Berikan obat analgesic menghilangkan rasa nyeri.
2. Mandiri: Teknik distraksi diharapkan bisa
Ajarkan teknik distraksi atau menurunkan skala nyeri setelah
pengalihan nyeri dan teknik relaksasi pengobatan dengan obat analgesic.
3. Mandiri: Observasi dilakukan untuk memastikan
Observasi tanda-tanda vital, keluhan bahwa nyeri berkurang yang ditandai
klien serta skala nyeri dengan RR dalam skala normal.
      2.  Diagnosa  : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret
yang mengental.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu 10-15 menit.
Kriteria hasil    :
a)      Klien tidak lagi menggunakan pernafasan cuping hidung
b)      Tidak adanya suara nafas tambahan
c)      Ronkhi (-)
d)     RR= 16-20 x/menit
e)      Tidak adanya retraksi dinding dada
No. Intervensi Rasional
1. Kolaborasi: Nebulizing dapat mengencerkan secret
Berikan nebulizing. dan berperan sebagai bronkodilator
untuk melebarkan jalan nafas.
2. Mandiri: Mengetahui letak secret dan
Foto thoraks dada serta melakukan mengakumulasi secret di supsternal
clapping atau vibrasi sehingga mudah untuk di drainase.
3. Kolaborasi: Mengeluarkan secret dari paru.
Lakukan suctioning (pada px. yang
mengalami penurunan kesadaran dan
tidak mampu melakukan batuk efektif).
3. Mandiri: Mengeluarkan secret dari jalan nafas
Ajarkan batuk efektif (pada px. yang khusunya pada pasien yang tidak
tidak mengalami penurunan kesadaran mengalami penurunan gangguan
dan mampu melakukan batuk efektif). kesadaran dan bisa melakukan batuk
efektif.
4. Mandiri: Untuk mengetahui perkembangan
Observasi tanda tanda vital kesehatan klien.

3.  Diagnosa : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan nafsu makan menurun.
Tujuan  : Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi dalam waktu 5x24 jam
Kriteria hasil    :
a)     Berat badan klien kembali seperti semula (63kg), BB normal= 63
kg
b)     Makanan yang disajikan selalu dihabiskan
No. Intervensi Rasional
1. Kolaborasi: Dengan menu yang bervariasi, dapat
Sajikan makanan secara menarik menumbuhkan nafsu makan klien
dengan memperhatikan nutrisi yang sehingga kebutuhan nutrisi klien
diperlukan oleh klien. kembali terpenuhi.
2. Mandiri: Mengetahui perkembangan pemenuhan
Catat intake dan output makanan klien. kebutuhan nutrisi klien.
3. Mandiri: Dengan sedikit tapi sering dapat
Anjurkan makan sedikit sedikit tapi mengurangi penekanan pada lambung.
sering.
4. Mandiri: Dengan pemahaman yang baik tentang
Berikan helath education pentingnya nutrisi akan memotivasi untuk
makanan bagi proses penyembuhan. meningkatkan pemenuhan nutrisi.

4.Diagnosa         : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.


Tujuan             : Klien dapat istirahat dan tidur dengan
nyaman.                                    
Kriteria hasil    :
a)      Klien dapat tidur 6-8 jam perhari
b)      Tidak gelisah
c)      Mata tidak cowong
d)     Klien tidak lemas
No. Intervensi Rasional
1. Mandiri: Mengetahui permasalahan klien dalam
Kaji kebutuhan tidur klien pemenuhan kebutuhan ; istirahat klien.
2. Mandiri: Klien dapat tidur dengan tenang.
Ciptakan suasana yang nyaman.
3. Kolaborasi: Agar klien dapat tidur.
Berikan obat tidur

5. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi


Tujuan  : Suhu tubuh kembali dalam keadaan normal
Kriteria Hasil:
a)      Suhu tubuh 36,5-37,5 C
b)      Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab

No. Intervensi Rasional


1. Mandiri: Suhu tubuh harus dipantau secara
Monitoring perubahan suhu tubuh efektif guna mengetahui perkembangan
dan kemajuan dari pasien.
2. Mandiri: Dapat membantu mengurangi demam.
Berikan kompres hangat
3. Kolaborasi: Mengurangi demam dengan aksi
Berikan antipiretik sentralnya pada hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme
dan autodestruksi dari sel-sel terinfeksi.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang sering
ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu
penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang
sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus
etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus mempunyai muara
(ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat dipengaruhi oleh
lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok.
Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
Dalam Consensus International tahun 1995 membagi sinusitis hanya akut dengan
batas sampai 8 minggu yang kebanyakan disebabkan oleh streptococcus
pneumonia  (30-50%) dan kronik yang lebih disebabkan oleh bakteri gram
negative dan anaerob jika lebih dari 8 minggu.

B. Saran
Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan
komplikasi ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan
serangan asma yang sulit diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan
pemberian antibiotic dan dekongestan sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis)
untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi, dan perubahan
menjadi kronik

DAFTAR PUSTAKA

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku


Kedokteran EGC

Higler, AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC


Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Jakarta: Gaya Baru

Anda mungkin juga menyukai