Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AIK IV
“ INTERRELASI KEBENARAN AL-QURAN DAN IPTEKS “
DAN
“ BUKTI- BUKTI ILMIAH KEBENARAN AL-QURAN DALAM
BIDANG KESEHATAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7
FRANNY. J SENDUK (2001099)
VENESIA. V SURAPATI (2001086)

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Al Qur’an yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara lisan & berangsur -angsur antara
tahun 610 & 632 atau selama kira-kira 22 tahun, dimana pada masa itu umat
manusia khususnya penduduk Mekkah & Madinah masih dalam kegelapan &
buta huruf, telah membuktikan kebenaran wahyunya melalui konsistensinya &
kesesuainnya dengan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) yang
ditemukan manusia pada masa yang jauh setelah kematian Muhammad
SAW.Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,
sebagaimana terdapat di dalam Al Qur’an & As sunnah sangat ideal & agung. 
Dewasa ini, ilmu pengetahuan & teknologi (IPTEK) sudah semakin berkembang.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, manusia memang perlu mengenbangkan
IPTEK dalam kehidupan yg semakin modern. Perkembangan IPTEK dpt
memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai saran modern industi,
komuikasi & transportasi, misalnya terbukti sangat
 bermanfaat. Namun, di sisi lain IPTEKS tidak jarang berdampak negatif karena
merugikan & membahayakan kehidupan dan martabat manusia. Bom atom telah
menewaskan ratusan ribu orang di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia
II tahun 1945. Selain itu tdk sedikit yg
memanfatkan teknologi internet sebagai sarana untuk melakukan kejahatan
dunia maya (cyber crime), pornografi, kekerasan, & perjudian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interrelasi Kebenaran Al-Qur’an dan IPTEKS

Interrelasi berasal dari dua kata yaitu inter dan relasi. Inter adalah bentuk terikat diantara
dua sedangkan relasi adalah hubungan atau berhubungan. Jadi interrelasi merupakan
hubungan antara dua masalah yang saling terikat. Dalam pembahasan ini berkenaan dengan
“hubungan kebenaran Al-Qur’an dan ipteks.
Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yangkita peroleh dari mempelajari sejarah
turunnya. Ini sesuai pula dengan PenegasanAl-Quran: Petunjuk bagi manusia,
keteranganmengenai petunjukserta pemisah antara yang hak dan batil. (QS 2:185).

B. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan


Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan Penghormatan Yang tidak
ditemukan bandingannya dalam Kitab-kitab Suci Yang LainSebagai bukti, Al-Quran
menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat
beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan pengetahuan.Di dalam sebagian besar
ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan kepada manusia,
Allah berfirman:
"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS 96:5)
"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan mempunyai
ilmu." (QS 58:11)
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?"
(QS 39:9)
Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang kemuliaan ilmu. Dan
dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait yang kedudukannya mengiringi
Al-Quran terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung banyaknya tentang anjuran untuk
mencari ilmu, arti penting dan kemuliaannya.Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk
manusia tidak saja untuk kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan kehidupan di
dunia. 
Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu sarana manusia untuk menuju
kehidupan di dunia lebih baik.Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput memberikan
petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia.
Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan ayat yang
membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana cara kerja Alam dunia
ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-Qur'an memberikan gambaran kepada
manusia untuk memperhatikan alam sekitarnya. Selain itu, biasanya ayat-ayat yang
membahasnya diawali maupun diakhiri dengan sindiran-sindiran seperti; "apakah kamu
tidak memperhatikan?", "Apakah kamu tidak berpikir?", "Apakah kamu tidak
mendengar?", "Apakah kamu tidak melihat?".Sering pula di akhiri dengan kalimat seperti
"Sebagai tanda-tanda bagi kaum yang berpikir", "Tidak dipahami kecuali oleh Ulul
Albaab".Demikianlah Mukjizat terakhir Rasul, yang selalu mengingatkan manusia untuk
mendengar, melihat, berpikir, merenung, serta memperhatikan segala hal yang diciptakan
Allah di dunia ini.
Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10 Masehi di
Timur Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada
riset (dengan cara mendengar, melihat, memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan)
dan mengimplementasikannya dalam bentuk alat-alat maupun metode yang berguna bagi
kehidupan manusia. 
Membuka kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan mendapati  begitu
banyak sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu pengetahuan dan teknologi.  Pada masa
itu, dunia di luar Islam diselubungi kegelapan Ilmu.Perdukunan, mantra dan jampi-jampi
menjadi jalan untuk pengobatan. Namun berbeda di dunia Islam, seorang Ibnu Sina telah
mengembangkan berbagai metode pembedahan manusia, dialah sang bapak kedokteran
modern.Karya monumentalnya,Alqanun fi At Tib (yang diterjemahkan ke Eropa menjadi
CANON), menjadi rujukan utama dunia kedoktekan sampai  abad ke 19. 

Kita juga harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah mengembangkan
metode Al-goritma.  Kenapa disebut Al-goritma? Al-goritma merupakan aksen eropa dari
nama al-khawrizmi. Seperti ilmuwan lainnya, Ibnu Sina menjadi  Avecina, Ibnu Rusyd
menjadi Averoes.  Dan masih banyak lagi penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa
itu seperti, metode fotografi paling awal yang disebut ruang gelap, jam air, piston.
Namun alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali mengapresiasi
kandungan Al-Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak paham bahasa Al-Qur’an
(Bahasa Arab), meskipun hanya sebatas pemahaman tingkat dasar. Akibat tidak paham
bahasa Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an hanya sebatas ritual saja (meskipun begitu
dasyatnya Al-Qur’an, sehingga orang yang tidak paham maksudnya pun dapat menjadi
tenang hatinya). Bahkan banyak generasi muda yang enggan untuk sekedar menyentuhnya,
apalagi untuk membacanya. Hal ini tidak lain disebabkan oleh minimnya pengetahuan
generasi muda Islam tehadap bahasa Al-Qur’an.
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak
atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi yang lebih
utama adalah melihat : adakah Al qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu
pengetahuan atau mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur
melalui sumbangan yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode
yang dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan social
yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau negative) terhadap
kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan ilmiahnya tidak
mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari masyarakat dimana ia hidup.
Mereka memberikan tantangan kepadanya atas dasar kepercayaan agama. Akibatnya,
Galileo pada akhirnya menjadi korban penemuannya sendiri.

Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknyayang terulang


sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an yang menganjurkan
untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan sebagainya, sebagaimana dikemukakan
oleh ayat-ayat yang menjelaskan hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1.   Subjektivitas (a) suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79); (b)
taqlid atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ; 2:170).
2.   Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS 10:36).
3.   Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan
(baca antara lain QS 21:37).
4.   Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran)
(baca antara lain QS 7:146).
Di samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :
1.   Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36), dalam arti
tidak menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah mengetahui dulu persoalan (baca
antara lain QS 36:17), atau menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca antara lain, QS
10:39).
2.   Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam dalam
pribadi tokoh yang paling diagungkan.Ayat- ayat semacam inilah yang mewujudkan iklim
ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam
dalam berbagai disiplin ilmu. “tiada yang lebih baik dituntun dari suatu kitab akidah
(agama) menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak menetapkan
suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk menggunakan akalnya atau
membatasinya menambah pengetahuan selama dan dimana saja ia kehendaki. Dan inilah
korelasi pertama dan utama antara Al qur’an dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Korelasi
kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam sekian banyak ayat
Al qur’an yang berbicara tentang alam raya dan fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut
sebagian nya telah diketahui oleh masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka
ketahui itu masih sangat terbatas dalam perinciannya.

C. Bukti Ilmiah Alquran dalam Bidang Kesehatan


1. Tentang Kebersihan Diri
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Maidah : 6)
"Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah kamu menjaga
kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang yang suci."
(HR. Baihaqi).

"Diriwayatkan dari Sa'ad bin Al-Musayyib dari Rasulullah Saw. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah swt. itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha bersih
yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Mahaindah
yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu. Dan jangan
meniru orang-orang Yahudi." (HR. Tirmizi)."

Seseorang yang tidak menjaga kebersihan tubuh dan pakaiannya akan menimbulkan
bau yang tidak sedap dari dirinya. Apabila tidak menjaga kebersihan seluruh tubuhnya
atau hanya sebagian yang dibersihkannya maka tidak akan luput dari bau yang tidak
sedap tersebut, apalagi, seseorang yang sama sekali tidak memperhatikan kebersihan
seluruh tubuhnya.  Tubuh yang banyak bergerak dan bersentuhan dengan hawa panas
niscaya akan mengeluarkan keringat dari seluruh bagian tubuhnya.  Hal ini
menimbulkan bau yang tidak sedap.  Bau keringat yang keluar dari beberapa bagian
tubuh ada yang lebih tajam daripada keringat yang keluar di bagian lain. Oleh karena
itu, bagian yang menyengat tadi harus diperhatikan secara khusus misalnya daerah
ketiak.

Selain itu,  harus diperhatikan juga kebersihan dari mulut, gigi, gusi, dan lidah.  Kita
makan berbagai jenis makanan semuanya melewati mulut, gigi, dan gusi. Apabila ada
sisa makanan yang tertinggal/menempel di sela-sela gigi maka menjadi lahan subur
bagi bakteri, akibatnya menimbulkan aroma yang tidak sedap.  Juga akan menimbulkan
kerusakan gigi dan terganggunya gusi akibat sisa makanan yang membusuk.

2. Tentang Manajemen Stres


"Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang lebarnya (seluas)
langit dan bumi yang disediakan bagi orang yang bertakwa, yaitu orang yang
menginfakkan (hartanya) di waktu lapang atau susah, dan orang-orang yang menahan
amarah, dan bersikap pemaaf kepada manusia, dan Allah mencintai orang-orang yang
berbuat baik". (Q.S Ali Imran:133-134)
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sahabat Nabi Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhu berkata: Tidak ada luapan yang lebih
besar pahalanya di sisi Allah selain daripada luapan kemarahan yang ditahan oleh
seseorang hamba demi menggapai wajah Allah (riwayat al-Bukhari dalam Adabul
Mufrad)Sahabat Nabi Ibnu Umar radhiyallaahu 'anhu berkata: Tidak ada luapan yang
lebih besar pahalanya di sisi Allah selain daripada luapan kemarahan yang ditahan oleh
seseorang hamba demi menggapai wajah Allah." (riwayat al-Bukhari dalam Adabul
Mufrad)

"Barangsiapa yang menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, Allah


akan panggil ia di hadapan para makhluk pada hari kiamat, hingga Allah menyuruhnya
untuk memilih bidadari (terbaik) yang ia inginkan," (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu
Majah, dan Ahmad)
"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat. Orang yang kuat adalah yang mampu
menahan dirinya di saat marah." (HR. Al Bukhari)
Hasil penelitian dari University of California San Diego tahun 2012 menyebutkan
bahwa orang-orang yang dapat menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang
lain memiliki resiko lebih rendah untuk terjadinya hipertensi. Pada penelitian tersebut
sebanyak  200 sukarelawan diminta memikirkan ketika temannya menyinggung
perasaannya. Separuh diperintahkan untuk berpikir  mengapa hal tersebut bisa
membuatnya marah, dan separuh lainnya didorong untuk memaafkan kesalahan
tersebut.

Pakar Psikologi di Virginia Commonwealth University AS, Worthington Jr,


mempublikasikan hasil penelitiannya pada 2005 di jurnal ilmiah Explore, tentang
hubungan antara memaafkan dan kesehatan yang hasilnya adalah bahwa sikap
memaafkan mendatangkan manfaat kesehatan. Dengan menggunakan tekonologi
canggih, terungkap perbedaan pola gambar otak orang pemaaf dan yang tidak
memaafkan.

Orang yang tidak memaafkan atau terbawa kemarahan dan dendam ditemukan
mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh, tekanan darah lebih tinggi, ketegangan
otot dan detak jantung.

Sebaliknya, sikap memaafkan meningkatkan pemulihan penyakit jantung dan pembuluh


darah, mengurangi stress, dan hubungan suami istri menjadi lebih baik.

3. Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita


“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik
ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.” (QS. Al
Alaq:15-16)
Ungkapan “ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka” dalam ayat di atas
sungguh menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan
mengungkapkan bahwa bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi
khusus otak, terletak pada bagian depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu
menemukan fungsi bagian ini selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al
Qur’an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang
tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan daerah frontal cerebrum (otak
besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and Physiology, yang berisi temuan-
temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan: Dorongan dan
hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi frontal,
dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…(Seeley, Rod R.; Trent D.
Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St.
Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L. Strominger; and R. J.
Demarest, 1991, The Human Nervous System, Introduction and Review, 4. edition,
Philadelphia, Lea & Febiger , s. 410-411)
Buku tersebut juga mengatakan: Berkaitan dengan keterlibatannya dalam
membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga diyakini sebagai pusat fungsional
bagi perilaku menyerang…(Seeley, Rod R.; Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996,
Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s.
211.
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan
memulai perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan
dusta.
Jelas bahwa ungkapan “ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka” benar-benar
merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan
selama 60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur’an sejak dulu.

4. Sidik Jari
Setiap manusia memiliki ciri sidik jari yang unik dan berbeda antara satu orang dengan
lainnya. Keunikan sidik jari baru ditemukan pada abad 19. Sebelum penemuan itu, sidik
jari hanya dianggap sebagai lengkungan biasa yang tidak memiliki arti.
Alquran surat Al Qiyaamah ayat 3-4 menjelaskan tentang kekuasaan Allah untuk
menyatukan kembali tulang belulang orang yang telah meninggal, bahkan Allah juga
mampu menyusun kembali ujung-ujung jarinya dengan sempurna.
QS Al Qiyamah ayat 3-4:
“Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya?”
“Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan
sempurna.”

5. Kelahiran Manusia
“Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah
kamu perhatikan nutfah (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang
menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?” (QS. Al Waqi’ah:57-59)
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak
ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil
bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya
sebagai berikut:
1.      Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya.
2.      Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3.      Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4.      Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur’an diturunkan, pasti mengetahui
bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani laki-laki yang terpancar selama
persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir sesudah jangka waktu sembilan bulan
tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan
lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar
pengertian orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu
pengetahuan abad ke-20.

6. Setetes Mani
Dalam ilmu pengetahuan modern diteliti bahwa selama persetubuhan seksual, 250 juta
sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan
perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari
250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah
dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan
manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani
yang dipancarkan?” (QS. Al Qiyamah:36-37)

7. Campuran Dalam Air Mani


Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari
campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi
semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma,
menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan
pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta ini, yang ditemukan
oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai
cairan campuran:
“Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami
hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.” (QS. Al Insan:2)
8. Jenis Kelamin Bayi
Penelitian sebelumnya diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu.
Atau setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-
sel lelaki dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam Al
Qur’an, yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan
“dari air mani apabila dipancarkan”.
“Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani,
apabila dipancarkan.” (QS. An Najm:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi
molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al
Qur’an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari
tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom
yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua
kromosom ini disebut “XY” pada pria, dan “XX” pada wanita. Pembentukan seorang
manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang
pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel
kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom
X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda,
satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur
berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom
Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria. Jadi, jenis kelamin bayi bergantung
pada jenis kromosom kelamin pada sperma yang membuahi sel telur, apakah X atau Y.
Dengan kata lain, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin
bayi adalah air mani, yang berasal dari ayah. Jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis
kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita. Tak satu pun
informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-20.
Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak
wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi
perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, Al Qur’an telah
mengungkapkan informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan
menyatakan bahwa wanita bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani
dari pria.

9. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim


Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan
lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan
segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal
daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan
mikroskop.
Pada tahap awal perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang
menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Zigot
terlihat seperti sekerat daging. Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap
pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh
menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith
L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A.
Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the
Qur’an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur’an and
Sunnah, s. 36)

Informasi ini, yang ditemukan oleh embriologi modern, ternyata telah dinyatakan
dalam Al Qur’an 14 abad yang lalu. Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari
Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu,
Allah menggunakan kata “‘alaq” dalam Al Qur’an:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah.” (Al ‘Alaq:1-3)

Arti kata “‘alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu
tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang
menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Tentunya bukanlah suatu kebetulan bahwa sebuah kata yang demikian tepat digunakan
untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu. Hal ini sekali lagi membuktikan
bahwa Al Qur’an merupakan wahyu dari Allah, Tuhan Semesta Alam.

10. Pembungkusan Tulang oleh Otot


Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an adalah
tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut
bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah
otot yang membungkus tulang-tulang ini.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik” (QS. Al Mu’minuun:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim
ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot
dalam embrio terbentuk secara bersamaan.

Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan
dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang
dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap
bahwa pernyataan Al Qur’an adalah benar kata demi katanya. Penelitian di tingkat
mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan
cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut.

Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang
terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang
ini.

Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut: Dalam
minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai
bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan,
otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing
Human, 6. edition,1998.)

Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam Al


Qur’an, benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern. Tahapan-tahapan
perkembangan bayi dalam rahim ibu dipaparkan dalam Al Qur’an. Sebagaiman
diuraikan dalam ayat ke-14 surat Al Mu’minuun, jaringan tulang rawan pada embrio di
dalam rahim ibu mulanya mengeras dan menjadi tulang keras. Lalu tulang-tulang ini
dibungkus oleh sel-sel otot. Allah menjelaskan perkembangan ini dalam ayat: “…dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging”.

11. Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim


Dalam Al Qur’an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam
rahim ibunya. “… Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan
yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan?” (QS. Az Zumar:6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia
diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi
modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga
daerah yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi
yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan
dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama
dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:

“Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu
pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke
delapan sampai kelahiran.” (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s.
64.)

Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi.
Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana
berikut:
1.      Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah
segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring
pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri
mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
2.      Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut
sebagai “embrio”. Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari
lapisan- lapisan sel tersebut.
3.      Tahap Fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai “fetus”. Tahap ini dimulai
sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus
tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan
dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah
nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan
berlanjut hingga minggu kelahiran.

Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan
setelah serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun
sebagaimana sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam
ayat-ayat Al Qur’an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian
rinci dan akurat diberikan dalam Al Qur’an pada saat orang memiliki sedikit sekali
informasi di bidang kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an bukanlah
ucapan manusia tetapi Firman Allah.

12. Air Susu Ibu


Air susu ibu adalah suatu campuran ciptaan Allah yang luar biasa dan tak tertandingi
sebagai sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir, dan sebagai zat yang
meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi yang
dibuat dengan teknologi masa kini tak mampu menggantikan sumber makanan yang
menakjubkan ini.

Setiap hari ditemukan satu manfaat baru air susu ibu bagi bayi. Salah satu fakta yang
ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama
dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in
Infant Nutrition, http:// www.icr.org/pubs/imp-259.htm)

Allah memberitahu kita informasi penting ini sekitar 14 abad yang lalu, yang hanya
diketahui melalui ilmu pengetahuan baru-baru ini, dalam ayat-Nya “…menyapihnya
dalam dua tahun…”.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman:14)

                                                                                     

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Al Qur’an sebagai kitab suci ummat Islam, seringkali diragukan dalam hal
keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan. Hal ini tentulah menjadi suatu tantangan
tersendiri bagi ummat islam untuk menelaah lebih jauh kandungan dan isi dari kitabnya
tersebut.
Sebenarnya, bila kita telaah ayat per ayat dalam Al Qur’an, keraguan akan keabsahan dan
kualitas materi kitab ini bisa terjawab dengan mudah. Maka, hanya orang-orang yang
mengamati dan memperhatikan Al Qur’an dengan cermatlah, yang akan mendapatkan
tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kebenaran Al Qur’an pada setiap penemuan
ilmiah yang diperoleh oleh manusia.
Al Qur’an menganjurkan manusia untuk mencari ilmu pengetahuan yang terdapat di
langit dan bumi. Namun tentulah hal tiu jangan sampai menyimpang dari apa yang telah
digariskan dan dibatasi oleh Allah SWT sebagaimana tetera dalam Al Qur’an.
Beberapa bukti autentik dari penelitian-penelitian ilmiah tentang alam yang telah
dilakukan sampai saat ini, setidaknya telah menjadi bukti bahwa kandungan Al Qur’an
tentang ilmu dan fenomenanya sangatlah benar apa adanya. Maka, sebaiknya mulai saat
ini seluruh umat islam dan seluruh kamu ilmuan sadar, bahwa kandungan Al Quran
tentang ilmu pengetahuan tidak dapat diragukan lagi. Dan tentulah hal ini ditujukan pada,
penguatan akan adanya pencipta Al Qur’an itu sendiri, yang tiada lain adalah Allah SWT.

B. SARAN
Mungkin inilah yang bisa kami sampaikan pada penulisan tugas
makalah“Intererrelasi dan Bukti Kebenaran Al-Qur’an dan Ipteks ”. Meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengambil manfaat dan ilmu dari tulisan ini.
Masih banyak kesalahan dari penulisan yang saya tuliskan, karena saya hanyalah manusia
yang adalah tempat salah dan dosa, dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
Dengan selesainya makalah ini kami berharap dapat mendekatkan diri  kepada sang
Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya yang telah mengutus orang
pilihan-Nya kepada kita, dan tak lupa kami sebagai manusia yang tak luput dari salah
tentunya meminta maaf atas ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini karena kami
sadar kita masih dalam tahap belajar.

DAFTAR PUSTAKA
1.    Kalra S, Magon N, Malik S. Patient-centered care and therapeutic patient education: Vedic
inspiration. J Midlife Health. 2012;3:59--60.
2.    http://www.bacaanmadani.com/2017/02/
3.    https://rumaysho.com/634-nikmat-sehat-dan-waktu-luang-yang-membuat-manusia-
tertipu.html
4.    https://muslim.or.id/10924-dan-jika-aku-sakit-dialah-yang-menyembuhkanku.html
5.    https://bersamadakwah.net

Anda mungkin juga menyukai