Anda di halaman 1dari 1

ANALISIS RESIKO BUILD 0N-HAZARD DENGAN HIRAC

PADA PROYEK PEMASANGAN KACA GEDUNG


DI PT JAGAT INTERINDO
Muhammad Novran Jamil1, Dr. Ir. M Yudi Masduky Sholihin, MBA.,MM.,MSc.2
1
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila, Jakarta
Email : muhammad.novran22@gmail.com

Abstrak
Permasalahan K3 di indonesia masih terabaikan, hal ini ditunjukan dengan angka kecelakaan yang masih tinggi. Jasa Konstruksi merupakan tempat yang rentan terjadinya kecelakaan kerja, PT
Jagat terindo adalah perusahaan konstruksi dan manufaktur yang bergerak dalam pemasangan kaca. Pekerjaan yang dilakukan perusahaan ini sangat beresiko tinggi, dikarenakan menggunakan
alat berat dalam ketinggian tertentu, dikarenakan pemahaman mengenai K3 kurang di kuasai oleh para pekerja maka diperlukan pengendalian bahaya. Penelitian ini menggunakan metode FTA
(Failure Tree Analysis) dan HIRAC untuk dapat mengendalikan potensi bahaya tersebut. Dalam hasil analisis statistik dengan koefisien determinan R2 0,75 menunjukan 75% tingkat resiko tinggi
sedangkan koefisien korelasi R = 0,87 menunjukan keterkaitan sangat tinggi terhadap proses dan resiko kecelakaan kerja. Kesimpulan yang didapat adalah setiap proses memiliki lebih dari 2 resiko
kecelakaan kerja sehingga disarankan melakukan perketatan aturan wajib pengunaan APD (Alat Pelindung Diri) kepada para pekerja.

Kata kunci: HIRAC, Resik

PENDAHULUAN
Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia masih terabaikan, hal A) Proses angkut kaca
ini ditunjukkan dengan angka kecelakaan yang masih tinggi dan tingkat kepedulian dunia usaha terhadap Pengendalian resiko berdasarkan hirarki pengendalian (hyerarchy of control)
keselamatan kerja yang masih rendah. Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan Berikut adalah pengendalian berdasarkan rekomendasi dari penulis pada proses angkut kaca:
proyek-proyek kontruksi. 1.Jalur tidak steril : pengendalian yang disarankan adalah menberikan jalur khusus untuk mengangkut
kaca dari pengangkutan sampai ke gudang penyimpanan dan menggunakan APD yang tepat.
Bidang jasa konstruksi merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat
2.Penggunaam APD tidak sesuai : pengendalian yang disarankan adalah dengan mengadakan
rentan terhadap kecelakaan. Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu proyek kontruksi
pemeriksaan rutin terhadap para pekerja untuk selalu menggunakan APD yang lengkap.
antara lain, faktor perilaku pekerja kontruksi yang cenderung kurang memperhatikan ketentuan standar
3.Bekerja tidak sesuai jobdes : pengendalian yang disarankan adalah selalu mengawasi para pekerja agar
keselamatan kerja, pemilihan metode kerja yang kurang tepat, perubahan tempat kerja, peralatan yang
melakukan pekerjaan yang benar dan tepat.
digunakan dan faktor kurang disiplinnya para pekerja didalam mematuhi ketentuan mengenai Keselamatan
4.Tertimpa kaca : pengendalian yang disarankan adalah melakukan metode yang tepat saat mengangkat
Dan Kesehatan Kerja (K3) yang antara lain mengatur tentang pemakaian alat pelindung diri (Wulfram I.
kaca dan menggunakan APD yang tepat.
Ervianto,2005). Dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja sebagaimana disebutkan,
5.Terjatuh dari ketinggian : pengendalian yang disarankan adalah selalu memakai bodyhernes saat bekerja
menunjukkan bahwa kecelakaan kerja terjadi umumnya lebih disebabkan oleh kesalahan manusia (human
di ketinggian dan selalu mengecek gondola dan tali gondola sebelum dan sesudah menaiki gondola.
eror).
Pada proses pengakutan kaca ini setidaknya harus mengerahkan 6-8 orang untuk selalu bergantian dan
Secara singkat pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia, khususnya dalam
bergiliran untuk mengangkat kaca, dari mobil pengangkut ke gudang penyimpanan, dan para pekerja harus
penyelenggaraan proyek kontruksi terutama bagi pekerja kontruksi masih perlu ditingkatkan karena sampai
senantiasa dalam keadaan fit karena kaca tersebut berbobot lumayan berat antara 10-30 kg kalau yang
saat ini dalam suatu proyek kontruksi pelaksanaan K3 pada pekerja masih belum optimal, selain disebabkan
ukurannya besar, dan rata-rata usia para pekerja diproses angkut kaca ini berkisar dari 25-35 tahun yang
oleh human eror seperti disebutkan diatas, kurang optimalnya pelaksanaan K3 juga dipengaruhi oleh faktor
artinya usianya masih cukup untuk mengangkut kaca yang lumayan berat, lalu dibutuhkan kerja sama tim yang
ketersediaan alat dan penerapan alat yang tepat pada para pekerja untuk pekerjaan kontruksi.
baik antar para pekerja, karena kalau salah dalam metode pengangkutan bisa-bisa kaca tersebt pecah dan
PT Jagat Interindo merupakan perusahaan kontruksi dan manufaktur yang bergerak dalam bidang
dapat mengakibatkan kerugian non fisik berupa uang dan fisik yang berupa tangan tergores atau bahkan bisa
pemasangan kaca dan bingkainya , perusahaan ini menghasilkan salah satu produk yang berupa kaca untuk
berbuah dijahit karena tergores kaca.
bagian luar Gedung , sebelum pemasangan kaca langka yang harus dilakukan adalah memasang almunium
B) Pemasangan kaca
(mullion) yang dirangkai sedemikian rupa untuk menyatukan kaca satu demi satu dengan perekat (sillent)
1.Terjatuh dari ketinggian : pengendalian yang disarankan adalah selalu memakai bodyhernes saat bekerja
hingga membentuk rangkaian kaca yang menyelimuti permukaan/sisi-sisi luar gedung.
di ketinggian dan selalu mengecek gondola dan tali gondola sebelum dan sesudah menaiki gondola
Pekerjaan ini sangat beresiko karena bekerja di ketinggian dan banyak menggunakan alat berat, selain
2.Penggunaam APD tidak sesuai : pengendalian yang disarankan adalah dengan mengadakan
alat berat ada juga alat-alat perkakas seperti gerinda , tank , kop kaca dan perkakas lainnya. Oleh karna itu
pemeriksaan rutin terhadap para pekerja untuk selalu menggunakan APD yang lengkap
pengetahuan di bidang k3 harus sangat di kuasai oleh pekerja/tukang dan HSE di proyek tersebut , di proyek
3.Terjepit kaca : pengendalian yang disarankan adalah dengan menggunakan APD yang tepat agar
ini sedang membangun gedung yang bernama proyek Citra Towers , dengan ketinggin 29 lantai, bisa di
terhindar dari terjepit oleh kaca contohnya sarung tagan dan sepatu safety
bayangkan jika bekerja di ketinggian tersebut dan tidak di lengkapi oleh APD yang lengkap dan pengetahuan
4.Tergores kaca : pengendalian yang disarankan adalah selalu menggunkan sarung tangan dan sepatu
yang minim tentang k3 , akan sangat berbahaya bagi para pekerja tersebut.
safety agar tidak tergores saat pemasangan kaca
Karena hal tersebut maka disini saya akan mencoba untuk melakukan riset tentang potensi-potensi
5.Terkena debu : pengendalian yang disarankan adalah selalu menggunakan masker wajah dan hidung
tempat yang berbahaya bagi para pekerja dengan menggunakan metode HIRAC dan bagaimana cara
agar tidak menghirup debu-debu.
pengendaliannya tesebut. [1]
Pada proses pemasangan kaca ini dibutuhkan tenaga ahli yang sudah terlatih bekerja diatas
ketinggian dan selalu mengutamakan keselamatan kerja, oleh karna itu yang bekerja di proses pemasangan
METODE PENELITIAN
kaca ini adalah orang-orang terpilih yang sudah lama dibidangnya, usia rata-rata dari pekerja di proses
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
pemasangan kaca ini adalah 25-30 tahun, karna dibutuhkan kerja fisik dan mental, karna bekerja di
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,
ketinggian 10-100 meter, mental dan ketelitian jadi hal yang utama dari proses pemasangan kaca ini dan
atau penghubungan dengan variabel yang lain, penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada
selalu mengutamakan keselamatan, karna nyawa tidak ada harganya.
pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI BAHAYA PEMASANGAN KACA Dari data hasil penelitin dapat dianalisa melalui uji statistik korelasi terhadap kecelakaan kerja setiap
Identifikasi bahaya adalah dasar dari pengelolaan keselamatan kerja modern, yang didalam perusahaan priode dan usulan kecelakaan kerja untuk periode 2020, pada gambar grafik berikut ini:
program pengelolaan ini disusun berdasarkan tingkat risiko yang ada
di lingkungan kerja. Dengan harapan dapat menghilangkan atau meminimalkan sampai batas yang dapat Tabel Kecelakaan Kerja
diterima dan ditoleransi baik dari kaidah keilmuan maupun tuntuan hukum dari setiap bahaya yang ada dengan
kondisi bagaimanapun. Berikut ini proses mengidentifikasi bahaya dimulai pada Stasiun penerimaan kaca
(angkut kaca) yang berfungsi untuk menerima bahan baku kaca yang nantinya akan di pasang di proyek Citra
Tower :
1. Angkut kaca
Pada bagian angkut kaca dilakukan kegiatan pengangkutan yang mana kaca di bawa dan di turunkan dari
mobil pengangkut dan di bawa ke gudang penyimpanan yang berada di lt dasar gedung tersebut.
2. Pemasangan kaca
Pada bagian pemasangan kaca ini, pertama kaca di pasang ke mullion (frame kaca), lalu setelah di pasang
ke mullion kaca di tempelkan ke gedung bagian luar dengan menggunakan breket dan double tape khusus
kaca. Grafik jumlah kecelakaan kerja setiap periode
3. Pembersihan kaca dari sisa double-tape dan lainnya
Pada bagian pembersihan kaca ini harus ekstra hati-hati karena pembersihan ini dilakukan diatas gondola
dengan ketinggian kurang lebih 10-30 lantai dan di lakukan manual dengan alat pembersih seperti
kanebo, sabun cair dan alat lainnya.
PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIANNYA MENGGUNAKAN HIRAC
Risiko merupakan kombinasi dari probability (Aspek Kemungkinan) dan Severity (Aspek Kerugian) dari
suatu kejadian membahayakan yang terjadi. Penilaian Risiko ini ditujukan untuk menyusun prioritas
penanganan bahaya yang mempunyai risiko tinggi, kemudian yang lebih rendah tingkat bahayanya dan
seterusnya.
PENGENDALIAN RISIKO (RISK CONTROL)
Setelah mengetahui tingkat risiko pada Risk Assesment adalah pengendalian risiko yang mengikuti
standar HIRARKI untuk menentukan pengendalian risiko. Dimana ada 5 elemen yaitu Eliminasi, Subtitusi, Dari Gambar Grafik tersebut menunjukan bahwa koefisien korelasi tersebut angkanya dibawah tabel
Rekayasa Teknik, Adminitrasi dan APD. validasi yang seharusnya sebesar 0,8783 untuk yang signifikansinya 0.1, maka dilakukan simulasi untuk
usulan kecelakaan kerja di periode 2020
ELIMINASI
SARAN
1. Saran dari peneliti adalah harus ditingkatkan lagi kerja sama antara manajemen dan HSE untuk selalu
SUBTITUSI
mengawasi para pekerja di PT Jagat Interindo, dan selalu mengawasi APD yang selalu digunakan para
REKAYASA ENGINEERING
pekerja agar bekerja lebih aman dan terjamin.
2. Di perketat lagi aturan wajib APDnya di daerah-daerah tertentu yang berpotensi rawan kecelakaan.
PENGENDALIAN
ADMINISTRATIF
DAFTAR PUSTAKA
(APD/PPE)
[1]Anonim, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. “Ketenagakerjaan”
[2]Suma'mur, Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : Toko Gunung Agung, 2014
[3]Suma'mur, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1984.
[4]Sarinah Sihombing dan R.Simon Gultom. Manajemen Sumber Daya Manusia. STMT Trisakti : IN
Hierarki Pengendalian Risiko
MEDIA. 2013.
PERHITUNGAN RISIKO [5]Winarsu, Tulus. Statistik dalam Penelitian Psikologi. Malang : Universitas Muhammadiya Malang, 2006.
[6]Anonim , Undang-Undang No.1 Tahun 1970. “Keselamatan Kerja”
Setelah mengetahui pengendalian dari metode HIRARC ditemukan bahwa terdapat risiko yang paling
[7]Winarsu, Tulus. Statistik dalam Penelitian Psikologi. Malang : Universitas Muhammadiya Malang Press,
tinggi terjadi pada saat proses pembersihan kaca yaitu iritasi, perlu adanya identifikasi terhadap proses
permbersihan kaca dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) 2008.
[8]Anonim, Undang-Undang No. “Pokok-Pokok Kesehatan”
USULAN PERBAIKAN [9]Suma'mur, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan Ke 2. Jakarta: PT. Gunung Agung, 1984.
Identifikasi sumber bahaya dalam metode HIRAC adalah dasar dari pengelolaan keselamatan kerja [10]Kementrian Kesekertariaan Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2012.
modern, yang didalam perusahaan program pengelolaan ini disusun berdasarkan tingkat risiko yang ada di “Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
lingkungan kerja. Dengan harapan dapat menghilangkan atau meminimalkan sampai batas yang dapat [11]Darmawi, Herman. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara, 2010.
diterima dan ditoleransi baik dari kaidah keilmuan maupun tuntuan hukum dari setiap bahaya yang ada dengan [12]Soeripto, IR. Job Safety Analysis. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Volume XXXI : No. 1997
kondisi bagaimanapun, IBPR harus merupakan bagian dari menejmen keseluruhan perusahaan untuk [13]Suma'mur, Kecelakaan Kerja dan Pencegahannya. Jakarta: CV. Haji Masagung, 2001.
mengendalikan kerugian dari biaya tambahan akibat kecelakaan, pada dasarnya Identifikasi bahaya adalah [14]Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : HARAPAN PRESS. 2008
usaha-usaha mengenal dan mengetahui adanya bahaya pada suatu sistem (peralatan, unit kerja, prosedur) [15]Hendri, Jhon. Risert Pemasaran Merancang Kuesioner. Depok : Universitas Gunadarma, 2009.
serta menganalisa bagaimana terjadinya. Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengetahui adanya bahaya [16]Haming Mardifin. Fault Tree Analysisi. Jakarta : Majalah Usahawan dan Lembaga Manejemen., 2003
dan menentukan karakteristiknya (Operasional Procedure No.31519). [17]Vesely. W.E, Goldberg. F.F. Robert. N.H, Haasl, D.F. Fault Tree Handbook, United Kingdom : System
Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau And Reliability Researc. 1981.
kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin [18]Gazpersz, Vincent. All-In-One Integrated Total Quality Talent Management. Jakarta : PT. Percetakan
timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008). DKU.
Hasil penelitian dan identifikasi bahaya dengan metode HIRAC di PT. Jagat interindo pada bagian
pemasangan dan pengolahan kaca di mulai dari sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai