Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept.

2012) ISSN: 2301-928X D-271

Analisis Survival Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Laju Kesembuhan Pasien
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di
RSU Haji Surabaya dengan Regresi Cox
Riska Y. Farifah dan Purhadi
Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail : purhadi@statistika.its.ac.id

AbstrakTahun 2010, DBD di Indonesia merupakan suatu kitnya DBD di DKI Jakarta dengan menggunakan metode regresi
penyakit yang tergolong pada kejadian luar biasa (KLB) dengan logistik biner oleh [4], faktor yang berpengaruh adalah pendidi-
jumlah kejadian sebanyak 156.086 kasus dan kematian sebanyak kan kepala rumah tangga dan saluran pembuangan air limbah
1.358. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26.059 kasus dan 233
kematian terjadi di Jawa Timur. Untuk mengurangi angka dengan ketepatan klasifikasi 96%. Peneliti [5], menganalisis ten-
kematian akibat DBD, maka penelitian ini akan memodelkan tang faktor-faktor yang mempengaruhi laju kesembuhan pasien
waktu survival pasien penderita DBD yang dirawat di RSU Haji demam berdarah di RS Pamekasan Madura dengan menggunakan
Surabaya dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi laju analisis bayesian mixture survival. Hasil dari penelitian pada
kesembuhan pasien menggunakan analisis survival regresi cox komponen mixture pertama faktor yang mempengaruhi adalah
dengan distribusi Weibull. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh jenis kelamin, kadar hematokrit pasien dan jumlah trombosit pa-
informasi bahwa dari 66 pasien sebesar 67% (44) pasien laki-
laki, 50% (33) pasien berusia 0-14 tahun, 70% (46) pasien sien < 50.000/l, 50.000/l - 100.000/l, 100.000/l - 150.000/l
dengan jumlah trombosit di bawah normal (< 150.000/mm3) serta dan mixture kedua yang berpengaruh adalah jenis kelamin pasien,
faktor-faktor yang mempengaruhi laju kesembuhan pasien pen- kadar hematokrit serta jumlah trombosit 50.000/l-100.000/l.
derita DBD adalah usia dan trombosit di bawah normal. Ketika Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengguna-
antar pasien jumlah trombositnya sama, maka risiko untuk kan analisis survival regresi cox untuk menganalisis laju kesem-
sembuh dari pasien yang berusia satu tahun lebih tua akan lebih buhan pasien penderita DBD di RSU Haji Surabaya. Karena ber-
lama dari pada yang berusia satu tahun lebih muda dan ketika
usia pasien sama, dengan jumlah trombosit di bawah normal dasarkan penelitian yang dilakukan oleh [6], dengan mengguna-
akan mencapai sembuh lebih lama daripada pasien dengan kan regresi cox menghasilkan analisis yang lebih baik dibanding-
jumlah trombosit yang normal. kan de-ngan menggunakan Random Survival Forests (RSF) un-
tuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi kelangsungan
Kata KunciDBD, regresi cox, survival, Weibull hidup dari 279 pasien kanker payudara di Turki.

II. TINJAUAN PUSTAKA


I. PENDAHULUAN Beberapa hal yang akan dibahas pada bab ini adalah anali-
sis survival, regresi cox, dan tinjauan non statistik yaitu ten-
D EMAM berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit
demam akut yang disebabkan oleh virus dengue. Dimana
virus tersebut masuk ke dalam peredaran darah melalui gigitan
tang demam berdarah.
A. Analisis Survival

nyamuk Aedes Aegypti [1]. Di Indonesia DBD merupakan pe- Analisis survival merupakan suatu metode statistik yang
nyakit dengan jumlah pasien tertinggi kedua setelah penyakit berkaitan dengan waktu, yaitu dimulai dari time origin atau
diare yang dirawat di rumah sakit, termasuk pada kejadian luar start point sampai pada suatu kejadian khusus (failure
biasa (KLB) dan merupakan kejadian tertinggi di ASEAN. event/end point). Salah satu analisis survival yang digunakan
Tercatatat bahwa sebanyak 156.086 kasus dan 1.358 kematian adalah regresi cox, yaitu suatu regresi yang digunakan untuk
terjadi pada tahun 2010 [2]. Dari jumlah tersebut, sebanyak analisis data dengan variabel dependennya berupa waktu sur-
26.059 kasus dan 233 kematian terjadi di Jawa Timur, dimana vival. Waktu survival tersebut diperoleh dari suatu pengama-
kasus tersebut terjadi hampir di seluruh wilayah, yaitu sebesar tan terhadap obyek yang dicatat waktu dari awal kejadian
80% wilayah terjangkit DBD [3]. Untuk mengurangi angka sampai terjadinya peristiwa tertentu, yaitu kegagalan dari se-
kematian akibat DBD, maka peneliti akan melakuakan tiap obyek yang disebut dengan failure event [7]. Kegagalan
pemodelan antara waktu survival dengan faktor yang diduga yang dimaksudkan antara lain adalah kematian karena penya-
mempengaruhinya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan kit tertentu, keadaan sakit yang terulang kembali setelah pen-
mengenai DBD adalah faktor risiko yang mempengaruhi terjang- gobatan atau munculnya penyakit baru.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-272

Tiga faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan dapat dilakukan uji distribusi data dengan menggunkan pen-
waktu survival adalah : dekatan Anderson Darling [11]. Rumusnya adalah sebagai
1. Waktu awal (time origin/starting point) suatu keja- berikut.
dian. 1n
2. Failure event dari keseluruhan kejadian harus jelas. A2 n 2i 1ln F( Xi ) ln(1 F( X n1i )) (6)
n i1
3. Skala pengukuran sebagai bagian dari waktu harus
Suatu data dikatakan mengikuti distribusi Weibull ketika nilai
jelas.
Anderson-Darling yang diperoleh adalah yang terkecil,
Apabila waktu sampai terjadinya kegagalan tidak
dibanding dengan nilai Anderson-Darling pada distribusi yang
diketahui sampai batas waktu tertentu, maka menggunakan
lain. Untuk mendapatkan estimasi parameter pada regresi cox,
selisih waktu mulai dilakukannya pengamatan sampai waktu
maka dapat menggunkan metode MLE dengan fungsi
terakhir penelitian, maka data tersebut termasuk data tersensor
likelihood-nya adalah sebagai berikut.
(censored data). Menurut [8], data tersensor merupakan suatu
pengamatan waktu survival tidak sampai pada failure event,
L
n

exp ' x t (7)
penyebabnya adalah :
1. Lost of follow up
t 1 lR t exp x l
l
'

2. Drop Out Setelah fungsi likelihood terbentuk, maka selanjutnya
3. Termination of the study membuat fungsi ln-likelihood dan mencari turunan pertama
serta kedua disamadengankan dengan nol. Karena estimasi
B. Regresi Cox parameter yang diperoleh implisit, maka digunakan metode
Regresi cox merupakan salah satu analisis survival yang iterasi numerik, yaitu metode NewtonRaphson [7]. Apabila
g adalah vektor berukuran px1 yang merupakan turunan
sering digunakan. Metode ini pertama kali dikenalkan oleh
Cox dan responyang digunakan adalah data yang diperoleh da-
ri perhitungan waktu suatu peristiwa tertentu (waktu survival). pertama fungsi ln L() terhadap parameter . H adalah
Misalnya data tentang waktu pasien menderita penyakit terten- matrik hessian berukuran pxp yang berisi turunan kedua dari
tu, dimana perhitungannya dimulai dari awal sakit hingga ter- fungsi likelihood yang ditransformasikan ke ln-likelihood,
jadi pada kejadian khusus, yaitu seperti kematian, sembuh atau maka estimasi parameter pada iterasi ke (l+1) adalah sebagai
kejadian khusus lainnya [9]. Regresi cox ini tidak mempunyai berikut.
g
asumsi mengenai sifat dan bentuk sesuai dengan distribusi ( l 1) 1 (8)
normal seperti asumsi pada regresi yang lain, distribusi yang (l )
H (l ) (l )

digunakan adalah sesuai dengan respon yang digunakan [10].


Pada penelitian ini menggunkan distribusi Weibull, sebab dis- Iterasi akan berhenti jika, (l 1) (l ) , dimana me-
tribusi tersebut mempunyai hazard rate yang proporsional. rupakan suatu bilangan yang sangat kecil.
Model dari regresi cox adalah sebagai berikut. Pengujian signifikansi parameter baik secara serentak
maupun secara parsial dilakukan untuk mengetahui apakah
h(t ) h0 (t ) exp 'x (1) parameter yang diperoleh signifikan atau tidak. Berikut adalah

hipotesis dari pengujian secara serentak.
Dimana h0 (t ) merupakan fungsi baseline hazard yang Uji Hipotesis :
diperoleh dari fungsi hazard pada distribusi Weibull dua H0 : 1 = 2 = ... = p = 0
parameter dengan fungsi densiti, fungsi kumulatif, fung- H1 : paling sedikit ada satu k 0, dengan k = 1, 2, ..., p
Statistik Uji : G 2 ln
2
si survival dan fungsi hazard secara berturut-turut adalah
sebagai berikut. Daerah kritis : tolak H0 jika G 2 p2, atau p-value <
1
t t Sedangkan untuk uji parsial, hipotesisnya adalah
f t | , exp (2) Uji Hipotesis :
H0 : k = 0
H1 : k 0
t t
F t | , f (t | ) dt 1 exp (3) Statistik Uji :
0 k2
W2
t (4)

SE k2
S t | , f (t | , ) dt exp Daerah kritis : tolak H0 jika W 2 2,1 atau p-value <
t
Seleksi model terbaik pada pemodelan ini dapat dilakukan
(5) dengan menggunakan kriteria Akaike Information Criterion
(AIC) pada metode backward. Nilai AIC yang terkecil adalah
h (t | , ) merupakan fungsi baseline hazard pada regresi model yang terbaik. Nilai AIC dapat diperoleh dari
cox. Untuk mengetahui apakah waktu survival (variabel de- AIC 2k 2 L (9)
penden) yang digunakan adalah berdistribusi Weibull, maka
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-273

C. Laju Kesembuhan Pasien III. METODOLOGI PENELITIAN


Laju kesembuhan pasien, dapat dilihat dari nilai hazard ra- Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data re-
tio atau odds ratio. Nilai tersebut merupakan ukuran yang un- kam medis mengenai waktu survival yang diperoleh dari pa-
tuk mengetahui tingkat risiko (kecenderungan) yang dapat di- sien DBD periode tahun 2011 yang dirawat di RSU Haji Sura-
lihat dari perbandingan antara individu dengan kondisi varia- baya dengan jumlah pasien sebanyak 66 pasien. Variabel de-
bel independen X pada kategori sukses dengan kategori gagal penden yang digunakan adalah waktu survival (T) dan varia-
[12]. Misal X adalah variabel independen dengan dua kategori bel independennya adalah usia (X1), jenis kelamin (X2), he-
yaitu 0 dan 1. Hubungan antara variabel X dengan hazard rate moglobin (X3), leukosit (X4), hematokrit (X5), dan trombosit
atau h(t) dinyatakan dengan h0 (t | x) = h0 (t )e x maka : (X6) dibagi menjadi dua kategori, yaitu 1 adalah di bawah
normal (< 150.000/mm3) dan 2 adalah normal (150.000-
Individu dengan x = 1, fungsi hazardnya : 400.000/mm3). Berikut adalah langkah analisisnya.
.1 a. Melakukan analisis statistika deskriptif untuk mengetahui
h0 (t | x 1) = h0 (t )e = h0 (t )e
karakteristik penderita penyakit demam berdarah dengue
Individu dengan x = 0, fungsi hazardnya : (DBD).
.0
h0 (t | x 0 ) = h0 (t )e = h0 (t ) b. Melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju
Hazard ratio untuk individu dengan x = 0 dibanding x = 1 kesembuhan pasien.
adalah : c. Menghitung nilai odds ratio untuk mengetahui laju ke-
sembuhan pasien penderita penyakit DBD.
h0 (t | x 0) h0 (t )
hazard ratio e (10)
h0 (t | x 1) h0 (t )e IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAM
Nilai tersebut mempunyai arti bahwa tingkat kecepatan terja- A. Analisis Statistika Deskriptif
dinya failure event pada individu dengan kategori x = 0 adalah Analisis ini digunakan untuk menunjukkan karakteristik

sebesar e kali dari individu dengan kategori x = 1. Sedang- dari pasien penderita penyakit DBD.

kan untuk variabel prediktor kontinu, e mempunyai arti bah-
wa perbandingan antara individu dengan nilai X lebih besar 1 1. Waktu survival, Hemoglobin, Leukosit, dan Hematokrit
satuan dibanding individu lain. Analisis statistika deskriptif untuk waktu survival, hemog-
lobin, leukosit, dan hematokrit adalah mean, standar deviasi,
D. Demam Berdarah nilai minimum dan nilai maksimum. Berikut adalah hasilnya.
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit Tabel 1, memberikan informasi bahwa nilai rata-rata lama
demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, dimana virus rawat inap (waktu survival) pasien adalah 6 hari dengan stan-
tersebut masuk ke dalam peredaran darah manusia melalui dar deviasinya sebesar 2 hari. Rawat inap paling sebentar
gigitan nyamuk dari genus Aedes. Aedes aegypti adalah jenis adalah 2 hari dan paling lama adalah 10 hari. Rata-rata
nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab DBD hemoglobin adalah 13,979, leukosit adalah 4.377/mm3 dan
[1]. Penyakit ini dapat didiagnosis dengan melihat gejala awal hematokrit adalah 40,558%. Rata-rata dari ketiga variabel
yang muncul, seperti demam tinggi dan munculnya ruam. tersebut masih dalam kondisi normal, akan tetapi, tidak semua
Gejala tersebut ada kesamaan dengan gejala dari penyakit pasien yang menderita DBD kondisinya normal semua, dapat
malaria, leptospirosis, maupun demam tifoid, maka untuk dilihat dari nilai minimum dan maksimumnya, dimana nilai
mendapatkan ketepatan diagnosis yang lebih tinggi umumnya Tabel 1.
dilakukan berbagai uji laboratorium, seperti menghitung Analisis deskriptif waktu survival, hemoglobin, leukosit, dan hematokrit
jumlah antibodi terhadap virus dengue, dan penghitungan Variabel Mean StDev Min Max
darah lengkap (hemoglobin, leukosit, hematokrit, dan Waktu survival 5,5 1,638 2 10
trombosit). Hemoglobin (Hb) adalah protein kompleks yang
Hemoglobin 13,979 1,930 9,1 18,6
ada dalam eritrosit mengandung zat besi dan berwarna merah.
Leukosit 4.773 2.322 1.610 11.240
Kadar hemoglobin yang normal untuk perempuan adalah 11,4
sampai 15,1 g/dl, sedangkan untuk laki-laki adalah 13,4 hematokrit 40,558 5,324 25,9 51,6
sampai 17,7 g/dl. Leukosit atau sel darah putih adalah sel
darah yang mengandung inti, dengan batas normal bagi terendah untuk hemoglobin adalah 9,1 g/dl, leukosit
perempuan adalah 4300-11300/mm3, untuk laki-laki adalah 1.610/mm3 dan hematokrit 25,9%. Ketiga nilai tersebut tergo-
4300-10300/mm3. Hematokrit adalah suatu angka yang me- long pada kondisi dibawah normal dan nilai maksimumnya
nunjukkan prosentase zat padat dalam darah terhadap cairan adalah 18,6 g/dl untuk hemoglobin, 11.240/mm3 untuk
darah. Keadaan normal he-matokrit pada tubuh manusia ada- leukosit, 51,6% untuk hematokrit. Apabila pasien A kadar
lah antara 38 sampai 42% un-tuk perempuan dan 40-47% leukositnya normal, belum tentu hemoglobin dan
untuk laki-laki. Trombosit, merupakan bagian terkecil dari hematokritnya normal. Dikatakan menderita DBD, selain
unsur seluler pada sumsum tulang dan penting dalam proses dilihat dari trombosit yang dari hari ke hari terus turun, juga
pembekuas serta hemostatis. Dalam kondisi normal, jumlah dapat dilihat berdasarkan peningkatan kadar hematokrit lebih
trombosit untuk perempuan dan laki-laki adalah antara dari 20%. Sebab, apabila terjadi peningkatan lebih dari 20%,
150000-400000/mm3. maka akan terjadi peningkatan permeabilitas dan perembesan
darah [2].
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-274

2. Usia dilakukan dengan menggunakan statistik uji Anderson-


Demam berdarah dengue (DBD) dapat terjadi pada setiap Darling. Berikut adalah hasil analisisnya.
individu. Menurut Kemenkes RI (2010), penyakit ini sering Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Anderson-Darling yang
terjadi pada kelompok usia muda (0-14 tahun). Berikut adalah paling kecil adalah pada distribusi Weibull dua parameter,
jumlah pasien penderita DBD berdasarkan kelompok usia. yaiut sebesar 1,354. Sehingga dapat dikatakan bahwa data
Usia pasien penderita DBD 0-14 tahun adalah sebesar waktu survival pasien penderita DBD berdistribusi Weibull.
50%, sehingga terdapat 33 pasien penderita DBD yang
usianya 0-14 tahun. Untuk di Surabaya, DBD tidak hanya
menyerang usia muda saja, akan tetapi juga menyerang
kelompok usia produktif (15-59) tahun. Hal tersebut berbeda
dengan karakteristik kejadian DBD di seluruh Indonesia,
dimana paling banyak terjadi pada usia 0-14 tahun.

3. Jenis Kelamin
Berikut adalah persentase jenis kelamin pasein penderita Gambar. 3. Trombosit pasien penderita DBD
DBD yang di rawat di RSU Haji Surabaya.
Gambar 2 di atas, terlihat bahwa sebanyak 67% laki-laki
dan 33% perempuan. Maka dari 66 pasien penderita DBD, C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Kesembuhan Pa-
laki-laki sebanyak 44 pasien dan perempuan sebanyak 22 Tabel 2.
pasien. Pengujian Distribusi Data terhadap Waktu Survival
Distribusi Anderson-Darling (adj)
2-Parameter Wibull 1,354
2-Parameter Lognormal 1,889
Exponential 15,395
Loglogistic 1,552
3-Parameter Weibull 1,356
3-Parameter Lognormal 1,359
3-Parameter Exponential 9,062
3-Parameter Loglogistic 1,400
Smallet Extreme value 2,040
Normal 1,365
Logistic 1,418

Gambar 1. Usia pasien penderita DBD sien Penderita DBD


Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi laju
4. Trombosit kesembuhan pasien, maka dilakukan pemodelan antara waktu
Trombosit dalam kondisi normal 150.000-400.000/mm3. survival dengan variabel prediktor yang digunakan. Berikut
Tanda-tanda ketika seseorang terkena DBD adalah ketika jum- adalah pemodelan dengan semua variabel prediktor.
lah trombosit dalam tubuh kurang dari 150000/mm3. Berikut Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel yang signifikan terhadap
adalah analisis untuk trombosit dari pasien penderita DBD. model adalah usia dan trombosit, dengan nilai signifikansi
Pada penelitian ini, trombosit di bawah normal (kurang dari kurang dari alpha ( =0,05). Berikut adalah pengujian
150000/mm3) dari pasien lebih besar dari trombosit yang signifikansi parameternya.
normal (150.000-400.000/mm3) yaitu sebesar 70%. Sehingga,
dari 66 pasien penderita DBD sebanyak 46 pasien jumlah
trombositnya di bawah normal, dan sisanya sebanyak 20 pa- Tabel 3.
sien dengan jumlah trombosit normal. Hal tersebut dapat Nilai wald chi-square variabel prediktor
dilihat pada Gambar 3. Variabel DF Wald Chi-Square Sig
Usia 1 5,6929 0,0170
JK 1 0,4123 0,5208
Hemoglobin 1 2,7414 0,0978
Leukosit 1 0,0226 0,8805
Hematokrit 1 3,5004 0,0614
Trombosit 1 5,8987 0,0152

1. Uji Serentak
Uji serentak ini digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen yang digunakan pada model berpengaruh
Gambar. 2. Jenis kelamin pasien penderita DBD
signifikan secara bersama-sama. Berikut adalah hasilnya.
B. Pengujian Distribusi Data H0 : 1 = 2 = ... = p = 0
Pengujian tersebut dapat digunakan untuk mengetahui dis- H1 : paling sedikit ada satu k 0, dengan k = 1, 2, ..., 6
tribusi yang paling sesuai (Law dan Kelton, 2000). Uji distri- : 0,05
busi data pada variabel dependen (T) atau waktu survival ini G2 : 17,248
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-275

62, = 1,635 yang mempengaruhi laju kesembuhannya dapat diketahui me-


lalui nilai hazard ratio (odds ratio) tiap variabel yang
Keputusan : tolak H0, karena nilai statistik uji G 2 62, signifikan. Berikut adalah nilai hazard ratio.
Sehingga, paling sedikit ada satu variabel independen yang Tabel 6.
berpenaguh secara signifikan terhadap model. Nilai hazard ratio pada usia dan trombosit di bawah normal

2. Uji Parsial
Variabel DF Estimate ( ) Hazard ratio e

Untuk mengetahui variabel independen mana yang ber- Usia 1 0,0055 1,0055
Trombosit (1) 1 0,1541 1,1667
pengaruh signifikan terhadap model, maka langkah selanjut-
nya adalah melakukan uji parsial terhadap parameter-
1. Laju Kesembuhan Pasien berdasarkan Usia
parameternya. Berikut hipotesis dan hasilnya.
H0 : k = 0 Dari Tabel 6, dapat diperoleh informais bahwa risiko untuk
H1 : k 0 sembuh ketika usia pasien satu tahun lebih tua adalah sebesar
: 0,05 1/1,0055 atau 0,9945 kali dari pasien yang berusia satu tahun
lebih muda. Sehingga, dapat dikatakan bahwa semakin tua usia
12, = 0,00393214 seorang pasien, maka untuk mencapai sembuh semakin lama.
wilayak kritis : Tolak H0 jika hitung
2
12, 2. Laju Kesembuhan Pasien berdasarkan Trombosit
Hasil pegujian secara parsial berdasarkan Tabel 3, parameter Laju kesembuhan pasien dengan jumlah trombosit di
yang signifikan adalah usia dan trombosit. Hal tersebut dapat bawah normal dibandingkan dengan yang normal adalah
dilihat dari nilai hitung yang lebih besar dari nilai
2
tabel
2
. 1/1,1667 atau 0,8572, maka laju kesembuhan pasien dengan
jumlah trombosit di bawah normal adalah 0,8572 kali jumlah
Kriteria kebaikan model berdasarkan nilai AIC yang
trombosit normal. Sehingga laju kesembuhan pasien penderita
diperoleh adalah 4,0001. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
DBD dengan jumlah trombosit dibawah normal cenderung
Estimasi parameter untuk masing-masing variabel berdasarkan
lebih lama apabila dibandingkan dengan pasien yang memiliki
model terbaik adalah.
jumlah trombosit normal.
Sehingga model terbaiknya dapat dituliskan sebagai berikut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 4.
Nilai AIC untuk mendapatka model terbaik
Variabel AIC Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah rata-
Semua Variabel Independen 12,0004 rata lama rawat inap dari 66 pasien penderita DBD adalah selama
Tanpa Leukosit 10,0004 6 hari, dengan rawat inap paling sebentar adalah selama 2 hari
Tanpa Leukosit dan Jenis Kelamin 8,0003 dan paling lama adalah 10 hari. Terdapat 33 pasien penderita
Tanpa Leukosit, Jenis Kelamin dan Hemoglobin 6,0001
Usia dan Trombosit 4,0001 DBD dengan kelompok usia muda (0-14 tahun), 44 pasien berje-
nis kelamin laki-laki, dan 46 pasien jumlah trombositnya kurang
dari 150000/mm3 dengan 1 pasien yang dirawat kurang dari 4
hari, 29 hari dirawat 4-6 hari dan 16 pasien dirawat lebih dari 6
Tabel 5. hari. Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi laju kesem-
Estimasi parameter regresi cox pada model terbaik buhan pasien adalah usia dan trombosit kurang dari 150000/mm3.
Variabel DF Estimate Wald Chi-Square Sig Risiko sembuh pasien dengan usia satu tahun lebih tua akan lebih
Intercept 1 1,5875 575,85 <0,0001 lama dari pada usia yang lebih muda dan risiko untuk mencapai
Usia 1 0,0055 4,4667 0,0346 sembuh pasien dengan trombosit di bawah normal juga akan
Trombosit(1) 1 0,1541 4,9333 0,0263 lebih lama dari pada yang normal. Oleh karena itu, sebaiknya
Trombosit(2) 0 0,0000 . . pihak rumah sakit selain memberikan penanganan yang intensif
Scale 1 0,2484
Shape 1 4,0265 kepada pasien yang trombositnya di bawah normal juga pada usia
yang lebih tua.

DAFTAR PUSTAKA
t
h ( t ) exp ' x
[1] Wikipedia. (2012). Demam Berdarah. Diakses pada 27 Januari 2012,
4 , 0265 dari http://id.wiki-pedia.org/wiki/Demam_Berdarah
4 , 0265 t
h t
[2] Kementrian Kesehatan RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010.
Diakses pada 27 Januari 2012, dari http://www.depkes.go.id
0 , 2484 0 , 2484
/downloads/Profil_Kesehatan_Indonesia_2010.pdf
exp 0 , 0055 usia 0 ,1541 trombosit (1) [3] Dinkes Jatim. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2010. Di-
akses pada 27 Januari 2012, dari http://dinkes.jatimprov.go.id/user-
file/dokumen/1321926974_Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_20
D. Laju Kesembuhan Pasien 10.pdf
Untuk mengetahui laju kesembuhan pasien penderita DBD [4] Ratnasari, A. (2010). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Terjangkitnya
Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Daerah Endemis (Dki Jakarta)
yang dirawat di RSU Haji Surabaya berdasarkan faktor-faktor
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-276

(Unpublished final project). Institut Teknologi Sepuluh Nopember,


Surabaya
[5] Amalia, S. (2010). Analisis Survival Dan Faktor-Fakor Yang Mempen-
garuhi Kesembuhan Pasien Demam Berdarah Dengan Menggunakan
Bayesian Mixture Survival. (Unpublished final project). Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
[6] Omurlu, I. K., Ture, M., Tokatli, F. (2009). The Comparisons of Random
Survival Forest and Cox Regression analysis with Simulation and an
Application Related to Breast Cancer. Journal International of Expert
Systems with Applications, 36, 8582-8588
[7] Collet, D. (1994). Modelling Survival Data in Medical Reseach. Lon-
don: Chapman and Hall.
[8] Le, C. T. (1997). Applied Survival Analysis. New York: John Wiley and
Sons, Inc.
[9] Cox, D. R. (1972). Regression Model and Life Table. J Roy Stat Soc B,
34, 187-202
[10] Ahmed, F. E., Vos, P. W., dan Holbert, D. (2007). Modeling Survival in
Colon Cancer : A Metodological Review. Molecular Cancer, 6, 15
[11] Law, A. M., & Kelton, D. W. (2000). Simulation Modelling Analysis (3th
ed.). New York: MacGraw-Hill
[12] Hosmer, D.W., Lemeshow, S. dan May, S. (2008). Applied Survival
Analysis. Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey

Anda mungkin juga menyukai