Oleh:
Kelompok I
Kelompok II
Jumlah
A
C
A+C
+
B
D
B+D
Jumlah
A+B
C+D
N
kesenian, setuju dan tidak setuju, dan seterusnya. Tes ini menentukan apakah kedua
kelompok itu berbeda dalam proporsi elemen yang masuk dalam kedua klasifikasi
yang ada.
Untuk data dalam tabel diatas (A, B, C dan D mewakili frekuensi) tes ini akan
menentuan apakah Kelompok I dan Kelompok II secara siginfikan berbeda dalam
proporsi tambah dan kurang yang diterakan atas kelompok-kelompok itu.
Metode
Kemungkinan yang eksak akan mengamati seperangkat frekuensitertentu dalam
tabel 2x2, bila jumlah marginal dianggap tetap, diperoleh dengan distribusi
hipergeometrik :
A +C B+D
(
A )( B )
p=
( AN+B)
( A+C ) ! ( B+ D ) !
(
A ! C ! )( B! D ! )
p=
N!
( ( A+ B ) ! ( C+ D ) ! )
jadi , p=
( A+ B ) ! ( C+ D ) ! ( A +C ) ! ( B+ D ) !
N ! A! B!C ! D !
Kelompok I
Kelompok II
Jumlah
10
4
14
+
0
5
5
Jumlah
10
9
19
indpenden adalah 19. Kemungkinan bahwa kesembilan-belas kasus ini akan jatuh ke
dalam keempat sel sebagaimana yang terjadi, dapat ditetapkan dengan substitusi
harga-harga obsevarsi kedalam rumus :
p=
( A + B ) ! (C + D ) ! ( A +C ) ! ( B+ D ) !
N ! A ! B !C ! D !
p=
10 ! 9 ! 14 ! 5 !
19 ! 10! 0! 4 ! 5 !
p=0,0108
Diperoleh bahwa kemungkinan distribusi frekuensi yang semacam itu terjadi dibawah
H0adalah p=0,0108 .
Contoh di atas itu dapat dikatakan contoh yang sederhana perhitungannya karena
salah satu di antara sel-selnya (sel B) berfrekuensi 0. Tetapi, jika tidak satu pun
diantara frekuensi sel itu 0, haruslah kita ingat bahwa penyimpangan-penyimpangan
yang lebih ekstrem daridistribusi dibawah H0 dapat saja terjadi dengan jumlah
marginal yang sama itu, dan kita harus mempertimbangkan pernyimpanganpenyimpangan yang lebih ekstrem yang mungkin terjadi. Sebab, suatu tes statistik
untuk hipotesis nol yang menanyakan : Berapakah kemungkinan dibawah H 0 untuk
suatukejadian seperti itu, atau kejadian yang bahkan lebih ekstrem ?
Misalnya kita angankan data yang diperoleh dari suatu studi tertentu adalah
seperti tabel.1 dibawah ini
Kelompok I
Kelompok II
Jumlah
1
4
5
+
6
1
7
Jumlah
7
5
12
Dengan jumlah marginal yang tetap sama, dapat terjadi hal yang lebih ekstrem seperti
yang ditunjukkan tabel 2 dibawah ini
Kelompok I
Kelompok II
0
5
+
7
0
Jumlah
7
5
Jumlah
12
Dengan demikian, jika kita ingin menerapkan suatu tes statistik atas hipotesis nol
untuk data yang disajikan dalam tabel 1, kita harus menjumlahkan kemungkinan
terjadinya hal itu dengan kemungkinan hal yang lebih ekstrem yang mungkin terjadi
(ditunjukkan dalam tabel 2). Kita menghitung masing-masing p dengan memakai
rumus
p=
p=
7!5!5!7!
=0,04399
12! 1 ! 6 ! 4 ! 1!
p=
7!5!5!7!
=0,00126
12! 0! 7 ! 5 ! 0 !
( A + B ) ! (C + D ) ! ( A +C ) ! ( B+ D ) !
N ! A ! B !C ! D !
Jadi, kemungkinan munculnya keadaan seperti yang tersaji dalam tabel 1 atau
keadaan
lain
yang
lebih
ekstrem
p=0,04399+ 0,00126=0,04525
(ditunjukkan
artinya
p=0,04525
dalam
tabel
2)
adalah
pergunakan untuk memutuskan apakah data dalam tabel 1 mengijinkan kita menolak
H0.
Jika peneliti cukup puas dengan menggunakan tingkat signifikansi dan bukannnya
harga p yang eksak, tabel I dapat digunakan.Dengan menggunakan tabel itu, peneliti
Untuk suatu tes dua sisi , kita kalikan dua tingkat signifikansi yang diobservasi
dan kita simpulkan bahwa data dalam tabel 1 mengijinkan kita menolak H0 pada
=2 ( 0,05 )=tingkat 0,10.
Contoh :
Dalam suatu studi tentang latar belakang pribadi dan sosial para pemuka gerakan
Nazi, Lerner dan kawan-kawannya membandingkan kelompok elit Nazi dengan
kelompok elit yang mapan dan terhormat pada masyarakat Jerman sebelumnya.Suatu
perbandingan semacam itu menyangkut riwayat karir 15 orang yang merupakan
Kabinet Jerman pada akhir tahun1934. Orang-orang ini dikategorikan dalam dua
kelompok : Nazi dan non-Nazi. Untuk menguji hipotesis bahwa para pemuka Nazi
memilih kerja pada partai politik sebagai karir mereka, sementara para pemuka nonNazi bermula dari pekerjaan-pekerjaan yang lebih konvensional dan stabil, setiap
orang dikategorisasikan menurut pekerjaan yang pertama dalalm karirnya.Pekerjaan
pertama masing-masing orang itu dikelompokkan sebagai pekerjaan stabil atau
administrasi dan komunikasi partai. Hipotesisnya ialah bahwa kedua kelompok itu
akan berbeda dalam proporsi ketercakupan mereka dalam kedua kategori itu.
i.
Hipotesis Nol. H0 :
Para pemuka Nazi dan non-Nazi menunjukkan proporsi yang sama dalam hal
jenis pekerjaan pertama yang mereka miliki.
Hipotesis H1 :
Suatu proporsi yang lebih besar pada pekerjaan pertama para pemuka Nazi
adalah dalam administrasi dan komunikasi partai, dibandingkan dengan
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
Keputusan
Administrasi dan
kommunikasi partai
8
0
8
Jumlah
Nazi
Non-Nazi
Jumlah
p 0,005 . Karena
0,05
9
6
15
dengan mudah diubah seandainya kita benar-benar menarik sampel yang sama denga
ukuran yang sama, dan metode yang sama, dari populasi yang sama. Fisher (1934)
menganjurkan tes ini untuk segala jenis data yang bersifat mebagi dua (dikotomi),
namun anjuran ini telah dipertanyakan oleh ahli-ahli lain.
Namun Tocher (1950) telah membuktikan bahwa suatu modifikasi kecil pada Tes
Fisher akan menghadirkan suatu tes satu-sisi yang paling kuat untuk data dalam tabel
2x2.
Contoh Tocher
Data Observasi
0
5
5
7 2
0 3
7 5
7 56
5 2
12 7
7
5
12
1
4
5
1
7
5
12
Tabel diatas menunjukkan suatu frekuensi (dalam a) dan menunjukkan dua distribusi
lain yang lebih ektrem yang mungkin terjadi dengan jumlah-jumlah marginal yang
sama (b dan c). dengan adanya data observasi (a), hendak kita uji H 0 pada tingkat
=0,05 . Menerapkan rumus p pada data masing-masing tabel dari ketiga tabel
P a=
7 ! 5 ! 5! 7!
=0,26515
12! 2! 5 ! 3 ! 2!
P b=
7!5!5!7!
=0,04399
12! 1 ! 6 ! 4 ! 1!
Pc =
7!5!5!7!
=0,00126
12! 0 ! 7 ! 5 ! 0 !
Dengan demikian,
p=0,31040
Pb
dan
Pc
Pb + Pc =0,04399+0,00126=0,04525
Jika kemungkinan hasil yang lebih ekstrem ini lebih besar dari
(sebagaimana
yang terjadi dengan data ini), maka Tocher menganjurkan perhitungan pembagian
ini :
p
Maka :
0,050,04525
=0,01791
0,26515
Sekarang dapat terlihat suatu tabel angka random dan secara random menarik suatu
angka di antara 0 dan 1. Jika angka random itu lebih kecil dari hasil bagi kita di atas
(yakni jika angka itu lebih kecil dari
dalam kasus ini sangat tidak mungkin bahwa angka yang kita tarik secara random itu
adalah cukup kecil sehingga mengijinkan kita menolak H 0.Namun kemungkinan kecil
yang ditambahkan dalam penolakan H0 ini menjadikan tes Fisher kurang konservatif.
Pengertian intuitif tentang logika dan kekuatan modifikasi Tocher ini dengan
mempertimbangkan apakah arti sebenarnya suatu tes satu-sisi pada
=0,054525
untuk data yang tersaji dalam contoh.Misalkan menolak H0 hanya apabila kasus b
atau c terjadi.Maka sebenarnya bekerja pada tingkat
tingkat
=0,05
0,4525
untuk berpindah ke
sampling-nya.
RINGKASAN PROSEDUR
Langkah-langkah dalam menggunakan tes Fisher :
a. Masukkan frekuensi-frekuensi observasi dalam tabel 2x2.
b. Tetapkan jumlah-jumlah marginal.
Setiap himpunan jumlah marginal adalah N yakni jumlah kasus independen
yang di observasi.
c. Metode untuk menetapkan mungkin atau tidaknya kemungkinan yang eksak :
- Untuk tes signifikansi, pakailah tabel I sebagai acuan.
- Untuk kemungkinan yang eksak, dituntut penggunaan rumus p. dalam
kedua kasus itu, harga yang dihasilkan adalah untuk tes satu-sisi. Untuk
tes dua sisi, tingkat signifikansi yang ditunjukkan oleh tabel I atau harga p
yang dihasilkan dengan penggunaan rumus p harus dikalikan dua.
d. Jika tingkat signifikansi yang ditunjukkan tabel I atau harga p yang dihasilkan
dengan penerapan rumus p sama dengan atau kurang dari , tolaklah H0.
e. Jika frekuensi observasi tidak signifikan, akan tetapi semua hasil yang
mungkin dan yang lebih ekstrem dengan jumlah marginal yang sama ternyata
signifikan, gunakan modifikasi Tocher untu menetapkan mungkin atau
tidaknya menolak H0 untuk suatu tas satu sisi.
Kekuatan
Dengan modifikasi Tocher, tes Fisher adalah yang paling kuat di antara tes-tes
satu sisi (dalam pengertian Neyman dan Pearson) untuk data dari jenis yang
cocok untuk diuji dengan tes ini.
2
TES X UNTUK DUA SAMPEL INDEPENDEN
Fungsi
Kalau dua penelitian terdiri dari frekuensi-frekuensi dalam kategori-kategori
yangt diskrit, tes X
X 2=
i=1 j =1
( Oij E ij )
E ij
Dimana
Oij = jumlah observasi untuk kasus-kasus yang dikategorikan dalam baris ke-i pada
kolom ke-j
Eij
H0
i=1 j=1
X2
kuadrat dengan db = (r-1) (k-1), dimana r = banyak baris , k= banyak kolom dalam
tabel kontingensi.
Untuk mendapatkan frekueni yang diharapkan bagi masing-masing sel
E
( ij) , kalikanlah kedua jumlah marginal bersama pada sebuah sel tertentu, dan
Total
43
52
95
Pada setiap kasus, kita mengalikan kedua jumlah marginal bersama, dan kemudian
membagi hasilnya dengan N untuk memperoleh frekuensi yang diharapkan. Dengan
demikian, misalnya frekuensi yang diharapkan itu dengan untuk sel kanan bawah
pada tabel 6.7 adalah :
E32=
( 52 )(15)
=8,2
95
Tabel 6.8 menunjukkan frekuensi yang diharapkan untuk masing-masing keenam sel
untuk data yang tersaji dalam Tabel 67. Dalam setiap sel frekuensi yang diharapkan
dicetak miring dalam tabel
Selanjutnya , jika frekuensi observasi erat bersesuaian dengan frekuensi yang
diharapkan, perbedaan
(O ij Eij )
X2
X2
hipotesis nol bahwa kedua belah pihak, yang pembagiannya didasarkan atas ciri itu,
bersifat independen satu sama lain. Namun, jika beberapa atau banyak antara selisih-
X2
X2 ,
semakin besar juga kemungkinan bahwa kedua kelompok berbeda dalam klasifikasiklasifikasi yang ada.
Distribusi sampling
X2
X2
observasi sama
dengan atau lebih besar dari harga yang diberikan Tabel C itu, untuk suatu
signifikansi tertentu, pada suatu db tertentu, maka H0 dapat ditolak pada tingkat
signifikansi yang bersangkutan.
Terdapat distribusi sampling yang berbeda untuk setiap harga db. Artinya
untuk data dalam tabel 6.8, r =3 dan k= 2, karena kita mempunyai 3 klasifikasi
X2
adalah :
r
X =
2
i=1 j =1
( Oij E ij )
E ij
+
+
+
+
+
19,9
24,1
16,3
19,7
6,8
8,2
=3,14 + 2,59 + 1,99 + 1,65 + 0,71 + 0,59
= 10,67
Untuk menentukan signifikansi
X 2=10,67
X 2 tersebut
0,01. Oleh krena itu, kita dapat menolak hipotesis nol tentang tidak ada nya
perbedaan pada tingkat 0,01.
Tabel kontingensi 2 x 2. Mungkin penggunaan tes
X2
adalah untuk menguji apakah suatu perincian frekuensi observasi dalam suatu
tabel kontingensi 2 x 2 dapat terjadi di bawah H 0. Kita terbiasa dengan bentuk
tabel semacam itu, Tabel 6.1 adalah suatu contoh. Kalau kita menetapkan tes
X 2 untuk data dengan r dan k sama dengan 2, rumus (6.4) harus dipakai :
N 2
)
2
2
X=
db=1
( A +B)(C + D)( A +C)(B+ D)
N (| ADBC |
Contoh Soal :
Adams mempelajari hubungan antara minat pekerjaan dan pilihan kurikulum
utnuk menafsir tingkat pengunduran diri yang dilakukan mahasiswa yang pandai.
Subyeknya adalah mahasiswa mahasiswa yang memperoleh skor 90% ke atas
pada tes intelegensia yang diadakan untuk memasuki pendidikan tinggi itu, dan
yang mengganti mata kuliah pokok (mayor) mereka yang ditetapkannya pada
waktu mendaftarkan diri. Peneliti membandingkan para mahasiswa cerdas
dengan pilihan kurikulumnya searah dengan yang ditunjukkan sesuai dengan
hasil minat yang disebut Strong Vocational Interest Test (perubahan ini di sebut
positif) dengan para mahasiswa cerdas yang kurikulumnya bertentangan
dengan apa yang disarankan hasil tes minat mereka,. Hipotesis Adams adlah
bahwa mereka yang membuat perubahan kurikulum positif mempunyai frekuensi
lebih besar untuk tetap tinggal di lembaga pendidikan itu.
Jawab:
a. Hipotesis :
H0 : tidak ada perbedaan antara kedua kelompok itu (mereka yang melaksanakan
perubahan kurikulum positif dan yang melaksanakan perubahan kurikulum
negatif ), dalam proporsi anggota anggota-anggota kedua kelompok itu yang
tetap meneruskan belajar di perguruan tinggi.
H1 : proporsi yang lebih besar pada para mahasiswa yang membuat perubahan
kurikulum positif, tatap tinggal di perguruan tinggi, dibandingkan dengan
proporsi mereka yang membuat perubahan kurikulum negatif yang tetap tinggal
melanjutkan studi.
b. Tes Statistik :
Tes
X2
d. Distribusi Sampling
X2
X2
sebesar 2,71
X 2 2,71
Harga
N
N |AD BC|
2
X 2=
( A+ B ) ( C+ D ) ( A +C )( B+ D )
X 2=
80(|(10)(13)(11)(46)|
80 2
)
2
(21)(59)(56)(24)
2
80( 336)
X =
1665216
2
X =5.42
Kemungkinan terjadinya
X 2 5,42
=0,05
suatu tes satu sisi, bagi dua tingkat signifikansi yang ditunjuk. Jika
kemungkinan yang diberikan oleh Tabel C sama dengan atau lebih kecil
daripada , tolaklah H0 dan menerima H1
Kondisi menggunakan tes
Tes
X2
tidak boleh terlampau kecil. Jika frekuensi itu menjadi lebih kecil dari batas
minimal, penggunaan tes ini mungkin menjadi tidak tepat atau tidak bermakna.
Cochran (1954) mengajukan anjuran-anjuran dan nasihat ini :
Kasus 2 x 2. Jika frekuensi-frekuensi ada dalam suatu tabel kontingensi 2 x 2,
X 2 hendaknya dengan mengindahkan
jika semua frekuensi diharapkan adalah lima atau lebih. Jika frekuensidiharapkan yang terkecil kurang dari 5, pakailah tes Fisher.
3. Bila N < 20, gunakanlah tes Fisher untuk kasus apapun.
TES MEDIAN
Fungsi Tes Median
Tes median adalah suatu prosedur untuk menguji apakah dua kelompok
independen berbeda dalam harga-harga tengahnya. Lebih tepatnya,tes median
memberikan informasi mungkin atau tidaknya dua kelompok independen (tidak
mutlak perlu bahwa keduanya berukuran sama) telah ditarik dari suatu populasi yang
mempunyai median sama. Hipotesis-nol nya ialah kedua kelompok itu berasal dari
populasi-populasi bermedian sama. Hipotesis penggantinya mungkin adalah bahwa
median satu populasi berbeda dari median populasi yang lain (tes dua sisi) atau
bahwa median satu populasi lebih besar daripada median populasi yang lain (tes satu
sisi). Tes ini dapat dipergunkan manakala skor untuk kedua kelompok itu setidaktidaknya dalam skala ordinal.
Dasar Pemikiran dan Metode
Untuk melaksanakan tes median, pertama-tama kita temukan median skor untuk
gabungan kelompok (yakni median untuk semua skor dalam kedua sampel).
Kemudian kita bagi dua kedua himpunan skor itu terhadap median gabungan tersebut,
dan kita masukkan data itu ke dalam suatu tabel 2 x 2 seperti tabel 6.10.
Tabel 6.10. Median : Bentuk Isian Data
Kelompok
1
Banyak Skor di atas median
gabungan
A
Banyak skor di bawah median
gabungan
C
Jumlah
A+C
Kelompo
k2
Jumlah
A+B
D
B+D
C+D
N=n1+n2
Oleh karena itu, jika jumlah total kasus dalam kedua kelompok
(n1 +n2 )
kecil,
kita dapat menggunakan tes Fisher untuk menguji hipotesis nol. Kalau jumlah total
Apabila menganalisis data yang terbagi pada median, peneliti harus memakai
panduan berikut ini dalam menjatuhkan pilihan antara tes Fisher dan tex
X2
a. Jika
n1 +n2
dengan koreksi
dengan koreksi
Contoh Soal :
Dalam suatu tes lintas budaya (cross-cultural) mengenai beberapa hipotesis
teori perilaku yang diangkat dari teori psikoanalitik Whiting dan Child mengkaji
hubungan antara praktek-praktek dalam mengasuh anak-anak dengan kebiasaan yang
berhubungan dengan penyakit, di berbagai kebudayaan yang tak kenal baca tulis.
Salah satu hipotesis studi mereka adalah bahwa penjelasan oral tentang penyakit akan
digunakan dalam masyarakat yang sosialisasi dorongan dengan lisan sedemikian rupa
sehingga menimbulkan kecemasan. Hipotesis ini diturunkan dari pengertian tentang
perasaan yang negatif (negative fixation). Ciri-ciri penjelasan oral tentang penyakit
dan sebab musababnya itu sebagai berikurt : sakit sebagai akibat makan racun, sakit
yang berasal dari meminum minuman cairan tertentu, sakit yang diakibatkan oleh
kutukan-kutukan verbal dan mantra-mantra yang diucapkan pihak lain. Penilaian
dalam
musabab penyakit.
: median kecemasan sosialisasi oral dalam masyarakat di mana ada
penjelasan oral mengenai sebab musabab penyakit adalah lebih tinggi
=39 adalah antara 20 dan 40, oleh sebab itu, pilihan kita harus
ditentukan dengan ukuran frekuensi diharapkan yang terkecil, maka kita tidak
dapat menyatakan distribusi samplingnya.
v. Daerah Penolakan.
10,5 sebagai median bagi ke 39 tingkatan itu. Tabel 6.12 menunjukan data yang
diletakkan dalam bentuk isisan tes median. Karena tidak satupun di antara
menggunakan tes
N
N |AD BC|
2
X 2=
( A+ B ) ( C+ D ) ( A +C )( B+ D )
X 2=
39(|(3)(6)(17)(13)|
(20)(19)(16)(23)
39 2
)
2
n1 +n2 >20
, kita dapat
X 2=9,39
Acuan pada tebel C menunjukkan bahwa
X 9,39
dengan db = 1 memiliki
untuk suatu tes satu sisi. Dengan begitu keputusan kita menolak H 0untuk
=0,01 . Kita simpulkan bahwa median kecemasan sosialisasi oral lebih
n1 +n2
SOAL SOAL
TES WILCOXON
Menurut seorang pengamat ekonomi , konstelasi politik di indonesia sedikitnya
akan memberikan pengaruh terhadap pasar keuangan diantaranya perbankan.
berikut ini diberikan data dari 10 Bank swasta dan 8 Bank pemerintah yang
dipilih secara acak. dengan = 1 %
Pasangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
A
5,50
5,75
5,75
6,00
3,00
5,88
6,50
7,30
5,88
6,25
5,50
5,75
6,00
5,75
5,50
5,50
6,25
6,88
B
5,60
5,60
6,00
6,00
5,50
5,75
6,75
7,45
6,00
6,50
5,58
5,88
6,00
6.50
5,50
6,00
6,50
7,30
Penyelesaian :
1. Hipotesis
Ho : p(+) = p(-), pemilu legislatif tidak meningkatkan tingkat bunga deposito
3 bulanan
H1 : p(+) > p(-), pemilu legislatif meningkatkan tingkat bunga deposito 3
bulanan
2. Tingkat signifikansi
: 0,01
Pasanga
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Selisih (d1)
Rank d1
Rank Tanda
5,50
5,75
5,75
6,00
3,00
5,88
6,50
7,30
5,88
6,25
5,50
5,75
6,00
5,75
5,50
5,50
6,25
6,88
5,60
5,60
6,00
6,00
5,50
5,75
6,75
7,45
6,00
6,50
5,58
5,88
6,00
6.50
5,50
6,00
6,50
7,30
-0,1
0,15
-0,25
0
-2,5
0,13
-0,25
-0,15
-0,12
-0,25
-0,08
-0,13
0
-0,75
0
-0,5
-0,25
-0,42
2
6,5
9,5
15
4,5
9,5
6,5
3
9,5
1
4,5
14
13
9,5
12
+
+
-
oleh karena itu dari data diatas diperoleh tanda + yang lebih sedikit, jadi nilai
T adalah jumlah ranking (di) yang positif
T = 6,5+4,5 = 11
Dari tabel diperoleh T = T0,01;15 = 20 ( menggunakan tabel harga kritis T
dalam tes ranking bertanda data berpasangan wicoxon, dan perhatikan tabel
untuk 1 arah atau 2 arah )
3. Kriteria Uji :
Tolak Ho jika T T, terima dalam hal lainnya ,karena T = 11 dan T = 20,
maka T T , artinya Ho diterima
4. Kesimpulan :
Pemilu legislatif tidak meningkatkan tingkat bunga deposito 3 bulanan
TES WALSH
Suatu studi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa kelas 8 SD
dalam megingat susunan arah mata angin yaitu timur, tenggara, selatan, barat
daya, barat, barat laut, utara, dan timur laut. Seorag guru memberikan waktu
selama 30 menit kepadada seluruh siswa untuk menghafalkan susunan arah mata
angin tersebut dengan cara dibuat lagi dan tanpa dibuat lagu. Setelah 30 menit 12
siswa diminta untuk maju kedepan kelas. Dugaannya adalah mereka mempunyai
kesempatan yang sama untuk mengingat susunan arah mata angin dengan cara
dibuat lagu dan tanpa dibuat lagu.
Penyelesaian :
Tabel dengan di yang telah diurutkan
B1 = yang diingat
B2 = yang diingat
subjek
Abi
Bintang
Amel
Aga
Ata
Reza
Baim
Abel
Susi
Sinta
Siska
Cinta
1. Hipotesis :
H 0 : 0=0
H 1 : 1 0
d = B1 - B2
-1
-1
-1
1
2
2
2
3
3
3
4
4
2. Taraf signifikansi
=0,05
3. Stastistik uji : lihat tabel H
4. Kriteria keputusan
H 0 ditolak jika ada diantara nilai-nilai yang dicantumkan dalam kolom
0
dari
5. Perhitungan
- Lihat
tabel
H,
H 1 : 1 0
untuk
N=12
uji
dua
menggunakan
{
}
1
1
min {d , ( d +d ) }=min {2, ( (1 ) +3 ) }
2
2
1
min {2, ( 2 ) }
2
5
min { 2,1 }
1>0
1
1
max d 8 , ( d 5 +d 12 ) =max 3, ( 2+ 4 )
2
2
1
min d5 , ( d 1 +d 8 ) > 0
2
1
max d 8 , ( d 5 +d 12 ) < 0
pada tingkat =0,048
2
-
sisi
dengan
dan
1
max 3, ( 6 )
2
max { 3,3 }
3>0
maka
Karena pada
H0
diterima
1
max d 8 , ( d 5 +d 12 ) H 0
2
1
min d5 , ( d 1 +d 8 ) =1
untuk menolak
2
H0
pada =0,048
6. Keputusan
H 0 ditolak pada =0,048
7. Kesimpulan
Mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk mengingat susunan arah
mata angin dengan cara dibuat lagu dan tanpa dibuat lagu
Responden
1
2
3
4
5
6
7
Petani
24
14
26
20
22
24
13
Bukan petani
13
15
14
13
14
15
16
d
11
-1
12
7
8
9
-3
3. Keputusan pengujian
- Harga n=7, jadi peluang semua kombinasi data adalah sebesar 27 = 128
=0,05
- Taraf signifikansi adalah
jadi banyaknya kemungkinan
sebagian kombinasi da yang akan muncul di daerah penolakan yaitu
sebesar
2n=0,05 27
0,05 128
6,4
Berarti, terdapat sebanyak 6 kemungkinan, karena dilakukan pengujian
dua sisi 6 kemungkinan tersebut terdiri dari 3 kemungkinan positif paling
-
p=
51
48
-42
-47
1
11
-1
-12
-7
-8
-9
-3
-50
6
=0,047
128
H0
4. Kesimpulan
Tidak ada perbedaan jumlah anggota rumah tangga petani dan jumlah anggota
rumah tangga bukan petani.
TES FISHER
Pada suatu penelitian disebutkan bahwa ada kecendrungan para birokratmenyukai
mobil berwarna gelap, dan para akademisi lebih menyukai mobil berwarna terang.
Untuk membuktikan hal itu dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan
sampel secara random. Dari 8 orang birokrat yang diamati, 2 orang menyukai
mobil berwarna terang dan 6 orang menyukai mobil warna gelap. Dan dari 32
orang akademidi yang diamati, 18 orang menyukai warna terang dan 14 orang
menyukai warna gelap. Adakah perbedaan birokrat dan akademisi dalam
penilihan warna mobil dengan taraf signifikansi =0,05 ?
Penyelesaian :
1. Hipotesis :
Ho : tidak terdapat perbedaan antara birokrat dan akademisi dalam memilih
warna mobil
H1 : terdapat perbedaan antara birokrat dan akademisi dalam memilih warna
mobil
2. Kriteria pengujian hipotesis
Ho diterima bila harga P hitung lebih besar dari taraf signifikan yang
ditetapkan
3. Pengujian hipotesis
Karena jumla sampel adalah 40, maka uji eksak fisher dapat dilakukan dengan
=0,05
Table hasil penelitian
Kelompok
Birokrat
Akademisi
jumlah
Terang
2
18
20
Gelap
6
14
20
Jumlah
8
32
40
Tabel ekstrim
Kelompok
Birokrat
Akademisi
jumlah
Terang
0
20
20
Gelap
8
12
20
Jumlah
8
32
40
Kelompok
Birokrat
Akademisi
jumlah
Terang
1
19
20
Gelap
7
13
20
Jumlah
8
32
40
p1=
8 ! 32 ! 20 ! 20 !
=0,001638
0 ! 8 ! 20! 12 ! 40!
p2=
8 ! 32 ! 20 ! 20!
=0,020160
1! 7 ! 19 ! 13 ! 40 !
p= p0 + p1 + p2
0,095670+0,001638+0,020160=0,117558
5. Karena
p=0,117558
diterima
6. Kesimpulan
Tidak terdapat perbedaan antara birokrat dan akademisi dalam memilih warna
mobil
TES MEDIAN
5C
60.0
63.0
63.0
64.0
65.0
66.0
68.0
69.0
70.0
71.0
72.0
72.0
73.0
74.0
75.0
76.0
76.0
78.0
10
78.0
80.0
11
80.0
83.0
12
82.0
84.0
13
83.0
85.0
14
85.0
86.0
15
88.0
89.0
16
90.0
91.0
17
92.0
93.0
18
93.0
95.0
19
94.0
96.0
20
95.0
97.0
21
78.0
80.0
22
76.0
78.0
23
75.0
76.0
24
59.0
74.0
25
58.0
72.0
Penyelesaian :
1. Merumuskan hipotesis
H0 : U 1 = U 2
Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara mahasiswa
semester 5 B dengan mahasiswa semester 5 C terhadap nilai UTS mata
kuliah Statistik II
Ha : U 1
U2
N0
5B
JENJANG
N0
5C
JENJANG
60.0
48
63.0
46.5
63.0
46.5
64.0
45
65.0
44
66.0
43
68.0
42
69.0
41
70.0
40
71.0
39
72.0
37
72.0
37
73.0
35
74.0
33.5
75.0
31.5
76.0
28.5
76.0
28.5
78.0
24.5
10
78.0
24.5
10
80.0
21
11
80.0
21
11
83.0
17.5
12
82.0
19
12
84.0
16
13
83.0
17.5
13
85.0
14.5
14
85.0
14.5
14
86.0
13
15
88.0
12
15
89.0
11
16
90.0
10
16
91.0
17
92.0
17
93.0
6.5
18
93.0
6.5
18
95.0
3.5
19
94.0
19
96.0
20
95.0
3.5
20
97.0
21
78.0
24.5
21
80.0
21
22
76.0
28.5
22
78.0
24.5
23
75.0
31.5
23
76.0
28.5
24
59.0
49
24
74.0
33.5
25
58.0
50
25
72.0
37
R 1= 677.5
R2 = 597.5
3. Menghitung U1 dan U2
1
1
U 1 n1 n 2 n1 n1 1 R1 25.25 .25 25 1 677.5 272.5
2
2
U 2 n1 n2
1
1
n2 n 2 1 R2 25.25 .25 25 1 597.5 352.5
2
2
4. Menghitung Z
Nilai yang digunakan sebagai U adalah U1 karena U1 < U2
1
U n1 n2
2
Z
n1 n2 n1 n2 1 / 12
1
272.5 (25)( 25)
2
25 x 25 25 25 1 / 12
- 40
51.5
Z 0.776699 -0.777
Z
Z0.4570 = 1.96, hal ini berarti -1.96 < - 0.777 < 1.96 sehingga H0 terima.
6. Kesimpulan
Karena H0 diterima , maka dapat diambil keputusan bahwa Tidak
Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara mahasiswa semester 5 B dengan
mahasiswa semester 5 C terhadap nilai UTS mata kuliah Statistik II . Hal ini
juga berarti distribusi nilai dari mahasiswa semester 5 B dengan mahasiswa
semester 5 C terhadap nilai UTS mata kuliah Statistik II adalah berasal dari
distribusi yang sama.
Penyelesaian :
1. Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan antara tikus normal dan tikus yang telah menjalani
operasi dengan keadaan korteks yang tidak baik, dalam hal tingkat belajar
(atau proses belajar ulang) untuk membeda-bedakan keadaan terang
H1 : Kedua kelompok tikus itu berbeda dalam hal tingkat belajar (atau proses
belajar ulang) untuk membeda-bedakan keadaan terang
2. Tes Statistik
Tes Wald-Wolfowitz dipilih sebagai tes menyeluruh untuk perbedaanperbedaan antara dua kelompok itu. Karena , akan digunakan pendekatan
normal. Dan karena cukupkecil, koreksi kontinyuitas akan diadakan.
3. Tingkat signifikansi
Tetapkan 0,01 dan 8 dimana menyatakan tikus yang telah dioperasi dan
dimana menyatakan tikus normal
4. Distribusi sampling
Untuk mengetahui nilai, maka data diurutkan terlebih dahulu. Karena terdapat
angka yang sama antara tikus yang telah dioperasi tikus normal, maka perlu
diperhatikan semua nilai-nilai yang mungkin didapatkan. Dari semua acara
yang mungkin, diperoleh 4 (minimum) dan 6 (maksimum).
-
Pengurutan : r = 4 (minimum)
Tikus
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
6
8
8
14
14
15
15
15
15
15
15
15
16
C
C
C
C
C
C
C
E
E
E
E
E
E
21
21
22
23
23
24
24
24
29
31
45
55
56
C
E
18
20
75
Dengan rumus :
2 n1 n 2
r
+1 0,5
n1 +n2
z=
2 n1 n2 (2n 1 n2 n1n 2)
( n1 +n 2) ( n1 +n 21 )
Pengurutan : r = 6 (maksimum)
Tikus
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
E
6
8
8
14
14
15
15
15
15
15
15
15
16
18
20
C
C
C
C
C
E
C
C
E
E
E
E
E
E
5. Daerah penolakan
Tolak H0 jika pvalue <
6. Keputusan
21
21
22
23
23
24
24
24
29
31
45
55
56
75
Karena untuk semua nilai r yang mungkin pvalue-nya kurang dari , maka
keputusannya adalah menolak H0
7. Kesimpulan
Dengan demikian, cukup bukti untuk mengatakan bahwa kedua kelompok
tikus itu berbeda secara signifikan dalam hal tingkat belajar (atau proses
belajarulang) untuk membeda-bedakan keadaan terang.
Penyelesaian:
1. Hipotesis
Ho : tidak ada perbedaan antara kelompok normal dan DMD
H1 : ada perbedaan perlakuan kelompok normal dan DMD
2. Taraf signifikansi
= 5%
3. Titik kritis
tolak Ho jika p-value <
4. Statistik uji
Subset X (orang normal)
Se
t
Score
D(Xj)
2,3
2,18
2,4
1,9
2,2
2
2,28
0,1646
2,2
2,22
0,0145
2,3
2,3
0,0563
2,4
3
2,22
8
2,1
2,16
2,3
2,32
Score
j)
1
0,0261
,
3
5
7
1
0
6
0
,
5
4
2
1
Wx = 1+2+3+4 = 10
m = 4
Wy = 5+6+7+8 = 26
n = 4
P-value = 0,0143 (Lihat di tabel J Wilcoxon)
5. Keputusan
Karena p-value < , maka tolak Ho
6. Kesimpulan
Dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa variasi reseptor
insulin pada orang normal lebih kecil daripada orang dengan DMD.
kelompok A
Skor untuk 4
kelompok B
Dengan taraf signifikansi () = 0,05. Lakukan pengujian apakah mean skor untuk
siswa yang tidak mengikuti Bimbel lebih kecil dari mean skor untuk siswa yang
mengikuti Bimbel?
Penyelesaian:
1. H0:
A =B
H1:
A < B
( )
n1 +n 2
n1
5. Perhitungan:
=0,05 dan
( ) ( ) ( )
n1 +n 2
n1
4 +6
4
10
4
= 210
( )
n1 +n 2
n1
dan
= 0,05 x 210 =
10,5 sehingga daerah penolakan terdiri dari 10 hasil yang mungkin dan
paling ekstrem dalam arah yang diramalkan.
Tabel : Kesepuluh Hasil yang Mungkin dan Paling Ekstrem dalam Arah
yang Diramalkan.
(Merupakan daerah penolakan untuk Tes Randomisasi jika = 0,05)
Skor
yang
untuk 6 kasus B
5 6 7 8
4 6 7 8
4 5 7 8
3 6 7 8
4 5 6 8
4 4 7 8
3 5 7 8
4 5 6 7
4 4 6 8
3 4 7 8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
untuk 4 kasus A
0
3
4
0
3
4
0
3
4
0
4
4
0
3
4
0
3
5
0
4
4
0
3
4
0
3
5
0
4
5
4
5
6
5
7
6
6
8
7
6
43-11=32
42-12=30
41-13=28*
41-13=28
40-14=26
40-14=26
40-14=26
39-15=24
39-15=24
39-15=24
6. Keputusan: H0 ditolak karena skor skor observasi kita ada dalam daerah
penolakan yaitu yang ketiga dari hasil hasil yang mungkin dan ekstrem
( diberi tanda *).
7. Kesimpulan: Mean skor untuk siswa yang tidak mengikuti Bimbel lebih kecil
daripada mean skor untuk siswa yang mengikuti Bimbel.