PAPER
SOCKET SYNDROME
Disusun oleh :
Yusuf Adhira
120100256
Supervisor :
MEDAN
2017
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Socket Syndrome”
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik senior di
Departemen Ilmu Penyakit Mata RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis
i
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR ISI
Halaman
ii
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tepi Orbita ................................................................................... .......4
Gambar 2.2 Anatomi Dinding Atas Orbita..............................................................5
Gambar 2.3 Anatomi Dinding Lateral Orbita .................................................. .......6
Gambar 2.4 Anatomi Dinding Medial Orbita .................................................. .......7
Gambar 2.5 Anatomi Dasar Orbita .................................................................. .......8
Gambar 2.6 Periorbita dan Septum Orbita ....................................................... .......9
Gambar 2.7 Lig.Whitnall dan Lig.Lockwood .................................................. .....10
Gambar 2.8 Otot-otot Ekstraokuler.................................................................. .....11
Gambar 2.9 Annulus Zinn................................................................................ .....12
Gambar 2.10 Jaringan Lemak Orbita ............................................................... .....12
Gambar 2.11 Sistem Arteri pada Orbita........................................................... .....14
Gambar 2.12 Sistem Vena pada Orbita ............................................................ .....14
Gambar 2.13 Inervasi pada Orbita ................................................................... .....15
Gambar 2.14 Klasifikasi Penutupan Socket ..................................................... .....20
iii
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR TABEL
Halaman
iv
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan paper yang berjudul “Socket Syndrome” ini antara
lain:
1. Membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis Socket Syndrome.
2. Menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik senior di Departemen Ilmu Penyakit
Mata RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3 Manfaat
Hasil paper ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan,
baik bagi penulis maupun pembaca terkait dengan Socket Syndrome, serta dapat
menjadi sumber referensi untuk makalah selanjutnya.
2
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Volume masing- masing orbita pada orang dewasa adalah sekitar 30 cc,
dengan bola mata mengisi sekitar 1/5 bagiannya, jarak antero-posterior adalah
sekitar 40-45 mm pada orang dewasa, yang dipengaruhi oleh jenis kelamin dan
ras. Muara kavum orbita memiliki lebar 35 mm dan tinggi 45 mm. Pengukuran
rata- rata kavum orbita ditunjukkan pada tabel dibawah ini3
Tepi superior
Dibentuk oleh os frontalis, dengan duapertiga bagian lateral
permukaannya tajam, dibandingkan permukaan sepertiga bagian
medial yang lebih tumpul. Pada pertemuan dua area tersebut terdapat
supraorbital notch atau foramen supraorbital yang akan dilalui oleh
pembuluh darah dan saraf supraorbita.5,6
3
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Tepi inferior
Tepi infraorbita yang tajam pada bagian lateral dibentuk oleh os
zigomatikum, dan di bagian medial dibentuk oleh os maksilaris.5,6
Tepi Medial
Pada tepi medial atas orbita dibentuk oleh prosessus maksilaris os
frontalis, sedang pada tepi medial bawah oleh krista lakrimalis
posterior os lakrimalis dan krista lakrimal anterior os maksilaris.6,7
Tepi Lateral
Merupakan bagian terkuat dari tepi orbita, dibentuk oleh prosessus
frontalis os zigomatikum pada bagian bawah dan prosessus
zigomatikum os frontalis pada bagian atas.6,7
1. Atap Orbita
Atap orbita dibentuk oleh komponen os frontal dan ala parva ossis
sphenoidalis. Pada atap orbita ini terdapat struktur yang penting, yakni
fossa glandula lakrimalis, terletak anterolateral dibelakang prosessus
zygomaticus os frontal yang berisi lobus orbitalis glandula lakrimal.
4
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
5
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
6
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
4. Dasar Orbita
Dasar orbita dipisahkan dari dinding lateral orbita oleh fissura orbitalis
inferior dan merupakan atap dari sinus maxillaris. Dasar orbita menukik
turun dari posterior ke anterior kurang lebih 20o, dinding ini terbentuk dari
3 buah tulang :
- Os maxillaris
- Os palatina
- Pars orbita os zygomaticus
Muskulus oblikus inferior muncul dari dasar orbita tepat disebelah lateral
dari pintu masuk kanalis nasolakrimalis, muskulus ini merupakan satu-
satunya otot ekstra okuler yang tidak berorigo pada apex orbita.5,6,7
7
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
a. Periorbita
Periorbita merupakan jaringan periosteal yang menutupi tulang-tulang
orbita. Pada daerah apex orbita, lapisan ini menyatu dengan duramater dan
membungkus nervus optik. Di anterior, periorbita bersambung dengan
septum orbita dan periosteum tulang- tulang wajah. Garis persambungan
lapisan ini pada tepi orbita disebut annulus marginalis. Jaringan periorbita
ini melekat longgar pada orbita, kecuali pada tepi orbita, sutura, fissura,
foramina, dan canalis. Pada prosedur eksenterasi jaringan ini dengan
mudah dilepaskan kecuali pada struktur diatas. 2,5,10
b. Septum Orbita
Merupakan fasia dibelakang bagian muskularis orbikularis yang terletak
diantara tepian orbita dan tarsus, dan berfungsi sebagai pemisah antara
orbita dan palpebra. Septum orbitale ditembus pembuluh darah dan saraf
lakrimalis, yaitu pembuluh dan nervus supratrochlearis, pembuluh-
pembuluh dan nervus supraorbitalis, nervus infratrochlearis, anastomosis
antara vena angularis dan ophtalmika dan muskulus levator palpebra
superior. Septum orbitale superior menyatu dengan tendon dari levator
8
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
9
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
dan lateral, ligamentum ini berfungsi menyokong bola mata dan bagian
anteroinferior orbita.5,6,7
d. Nervus Optik
Segmen infra orbita dari nervus optik, kira- kira berukuran 30 mm, nervus
optik ini lebih panjang dari kedalaman orbita, sehingga memiliki posisi
berbentuk huruf – S, yang memungkinkan n. optik bergerak bebas
mengikuti gerakan bola mata. Nervus optik berdiameter ± 4 mm dan di
selubungi oleh piamater, arachnoid dan duramater, lapisan yang sama
dengan lapisan yang membungkus otak.3,5
e. Otot- otot ekstra okuler
Otot- otot ekstra okuler berperan dalam pergerakan bola mata serta proses
sinkronisasi, terdapat empat buah otot rektus dan dua buah otot obliquus
pada masing- masing mata;
Dari enam buah otot ekstraokuler, lima buah otot berorigo pada pada apex
orbita, satu otot lagi yakni m. obliquus inferior berorigo didasar orbita.
Otot- otot ekstraokular ini berjalan keanterior menuju insersinya pada
bola mata. Pada segmen anterior orbita, otot-otot rektus dihubungkan oleh
membran yang disebut septum intermuscular.3.5
10
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
11
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Gambar 1
12
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
B. Sistem Vena
Vena-vena orbita berkelok-kelok dan saling beranastomose satu dengan yang lain.
Vena-vena tersebut tidak berkatup. Orbita memperoleh drainase oleh vena
oftalmik superior dan inferior kemudian ke sinus kavernosus. Aliran utama vena
orbita terutama berasal dari vena oftalmik superior, yang mulai berjalan pada
kuadran superonasal orbita kemudian ke posterior melalui fissura infraorbitalis
inferior masuk ke sinus kavernosus.3,5
13
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
14
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
15
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi kelahiran anoftalmia umumnya telah diperkirakan 0,2-0,3
per 10000 kelahiran. Data epidemiologis menunjukkan faktor risiko untuk kondisi
ini adalah usia ibu lebih dari 40, kelahiran kembar, bayi dengan berat lahir rendah
dan usia kehamilan rendah. Tidak ada predileksi yang berkaitan dengan ras atau
jenis kelamin dan biasanya anoftalmia terjadi bilateral.2,8
2.2.3 Etiopatogenesis
16
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
17
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
menyebabkan hilangnya mata buatan secara spontan, hingga soket yang sangat
berkontraksi dengan hilangnya lapisan konjungtiva dan pembentukan
symblephara atau bahkan ankyloblepharon. Hal ini membuat pemakaian mata
buatan tidak mungkin.3,4
2.2.5 Diagnosis
18
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
19
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Sulkus Superior Dalam
2. Penutupan forniks
Implan dapat mengekstrusi jika ditempatkan terlalu jauh kedepan atau jika
penutupan Tenon fascia anterior tidak memuaskan. Infeksi pascaoperasi,
penyembuhan luka yang buruk, pencocokan atau penyesuaian prostesis buruk, dan
20
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
titik penekanan antara implan dan prostesis juga dapat menyokong ekstrusi implan.
Implan yang terpajan subyek yang terinfeksi. Meskipun defek kecil diatas implan
berpori jarang dapat menutup secara spontan, sebagian besar paparan harus
ditutupi dengan cangkok potongan kecil sklera atau cangkok jaringan autogenous
untuk mempertimbangkan penyembuhan konjungtiva.3,16,17
4. Penutupan Soket
Penyebab penutupan soket termasuk:
Pengobatan radiasi (biasanya sebagai pengobatan tumor yang
mengharuskan pengangkatan mata)
Enucleation Implan Extrusion (Pembuatan implan sesuai dengan luas
penampang mata yang akan diganti dengan protesa)
Cedera awal yang berat (luka bakar alkali atau laserasi luas)
Teknik bedah yang buruk (pengorbanan atau penghancuran konjungtiva
dan kapsul Tenon yang berlebihan; diseksi traumatis dalam soket
menyebabkan pembentukan jaringan parut yang berlebihan)
Beberapa operasi socket
Pengangkatan penyesuaian atau prostesis dalam waktu lama. 15,16,17
21
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
5. Anoftalmis Ektropion
6. Anoftalmis Ptosis
22
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
diterima karena tidak ada dorongan visual untuk menstimulasi penutupan otot
frontalis untuk mengelevasi kelopak mata.16.17
Klasifikasi :
Pseudoptosis hasil dari kurangnya volume orbital, dan sering mungkin
akibat dari microfthalmos, enopfalmos, ftisis, atau pemasangan prostesis
yang buruk. Pseudoptosis juga dapat menjadi jelas dengan regresi cepat
dari edema atau atrofi jaringan orbital posterior.
Ptosis persistent umumnya dikaitkan dengan kecelakaan atau trauma
bedah (lapisan aponeurotic melekat pada otot levator menjadi disinserted).
mungkin ada juga menjadi miogenic, neurologis, atau penyebab bawaan.
Selain itu, sebuah bola mata superior bermigrasi menyebabkan otot
levator dan tarsus harus didorong ke depan dan ke bawah dapat
menghasilkan sebuah ptosis.
Ptosis temporary paling sering terjadi setelah enukleasi atau eviserasi
selama beberapa minggu pertama sampai beberapa bulan. Hal ini biasanya
disebabkan oleh edema jaringan orbital menekan tepi atas tarsus depan,
kemudian, kelopak atas bergerak anterior atau inferior. Infeksi,
peradangan, dan miopati steroid juga menyebabkan jenis ptosis ini
Ptosis Intermittent mungkin sering menjadi masalah medis sekunder untuk
seperti sindrom Horner sementara, miastenia gravis, atau kelumpuhan
saraf ketiga. Ptosis saat berjalan atau pagi juga mungkin menjadi ptosis
intermiten dan ptosis pseudo-intermiten hasil dari deposit protein pada
permukaan prostesis. Ptosis tipe fatigue hasil dari kelelahan
otot levator dan juga intermiten.
Ptosis progresif dan pseudoptosis mungkin hasil dari ptosis familial
seperti blefarofimosis atau tumor di orbita. Sebuah tumor tumbuh biasanya
akan bermanifestasi secara progresif. Atrofi jaringan lemak orbital
posterior atau regresi cepat dari edema juga dapat memanifestasikan
dirinya sebagai progresif ptosis.16,17
23
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Lash margin entropion, trikiasis, dan ptosis dari bulu mata yang umum di
socket syndrome. Penutupan forniks atau jaringan cicatricial dekat margin bulu
mata berhubungan dengan kelainan ini. Insisi tarsal horisontal dan rotasi dari
margin bulu mata dapat memperbaiki masalah. Dalam kasus yang lebih parah,
pemisahan margin kelopak mata pada garis abu-abu dengan cangkok membran
mukosa ke margin kelopak mata dapat memperbaiki entropic lash margin.3,17
8. Optik Kosmetik
Gaya kerangka dan lensa berwarna yang dipilih untuk kacamata dapat
membantu menyamarkan sisa defek pada soket direkonstruksi. Lensa plus
(cembung) atau lensa minus (cekung) mungkin ditempatkan di kacamata di depan
prostesis untuk mengubah ukuran menurut penglihatan dari prostesis. Prisma pada
kacamata dapat digunakan untuk mengubah posisi vertikal dari prostesis.3,17
2.2.7 Prognosis
24
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 3
KESIMPULAN
25
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
26
PAPER NAMA : YUSUF ADHIRA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 120100256
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
14. Ando, A., Cruz, A.A., Management of Enophthalmus and Superior Sulcus
Deformity Induced by the Silent Sinus Syndrome. Aesthetic Plastic Surgery.
Doi: 10.1007/s00266-004-0118-1.
15. Eo, D., Kim, Y., Woo, K.I., Surgical Rehabilitation for Anophthalmic
Sockets Devoid of Orbital Implant. Journal of Cranio-Maxxilo-Facial
Surgery. Elsevier. 2017.
16. Quaranta-Leoni, F.M., Treatment of the Anophthalmic Socket. Curr Opin
Ophthalmol. Lippincot Williams&Wilkins. 2008.
17. Shah, C.T., Hughes, M.O., Kirzhner, M., Anophthalmic Syndrome: A
Review of Management. Ophthal Plast Reconstr Surg. 2014. Doi:
10.1097/IOP.0000000000000217.
27