PAPER
ANISOKORIA
Disusun oleh :
VINCENT TANDIONO
150100010
Supervisor :
dr. Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M
MEDAN
2020
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
kasih, berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Anisokoria”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di
Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
ii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
iii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
iv
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
TINJAUAN PUSTAKA
Pupil merupakan bagian dari mata yang dibentuk oleh iris dan adanya
aktivitas dari otot siliaris. Iris merupakan perpanjangan dari badan siliar ke
anterior dan mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang
berbentuk bulat di bagian tengahnya. Bagian tengah ini disebut dengan pupil.
Pupil memiliki fungsi untuk mengontrol banyaknya cahaya yang masuk kedalam
bola mata yang dipengaruhi oleh iris karena di dalam stroma iris terdapat sfingter
dan otot-otot dilator. Fungsi kontrol banyaknya cahaya yang masuk agar mata
mendapatkan fungsi visual terbaik dalam berbagai derajat intensitas cahaya. Pupil
juga memiliki fungsi sebagai penghubung cairan aqueous antara anterior chamber
dan posterior chamber.8
2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
1. Muskulus sfingter pupil (sirkularis): merupakan otot dengan lebar 0,75 mm dan
tebal sekitar 0,15 mm. Jaringan ikat kolagen terletak di depan dan di belakang
serabut otot dan beriktan dengan akhir muskulus dilator pupil. Otot ini memiliki
fungsi untuk melakukan konstriksi pupil (miosis) yang dipengaruhi oleh saraf
parasimpatis (N, III).9
2. Muskulus dilator pupil (radial): merupakan lapisan tipis yang letaknya di
bagian anterior stelah lapisan epitel posterior dari iris. Otot ini mempunyai
ketebalan 4 μm, lebar 7 μm dan panjang 60 μm. Otot ini memiliki fungsi untuk
mendilatasikan pupil (midriasis) yang dipengaruhi oleh saraf simpatis.9
Ukuran pupil normal berbeda-beda bergantung umur dan pada satu orang
dengan orang lainnya. Normalnya diameter pupil berkisar antara 3-4 mm dan
cenderung membesar pada anak-anak. Namun seiring pertambahan usia pupil
akan semakin mengecil. Ukuran pupil bervariasi antara 2-8 mm bergantung
terhadap input cahaya yang masuk. Pada keadaan adaptasi gelap (mesopic) ukuran
diameter pupil mencapai 8 mm dan pada keadaan adaptasi terang (scotopic)
ukuran diameter pupil mengecil hingga 2 mm. Pada prinsipnya ukuran pupil
ditentukan oleh keseimbangan antara konstriksi akibat aktivasi parasimpatis
melalui nervus kranialis III dan dilatasi akibat aktivasi simpatis.2,10
3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
2.3 Anisokoria
2.3.1 Definisi dan Epidemiologi
Anisokoria merupakan kondisi di mana kedua pupil memiliki ukuran yang
berbeda. Adanya ketidaksamaan ukuran pupil menandakan adanya gangguan
asimetris terhadap output otonom (simpatis dan parasimpatis) pada iris. Kondisi
seperti ini bisa menunjukkan adanya kegawatdaruratan yang sedang berlangsung
dan membutuhkan penanganan segera. Sekitar 20% populasi memiliki perbedaan
ukuran pupil kanan dan kiri yang minim yaitu kurang dari 1 mm. Kondisi seperti
ini masih dapat dikatakan sebagai anisokoria fisiologis atau dikenal juga dengan
anisokoria esensial.5,6,7
Pada kondisi anisokoria fisiologis, ukuran relatif sama pada keadaan
terang maupun redup. Anisokoria fisiologis dapat terjadi pada mata kanan
kemudian selanjutnya berubah pada mata kiri. Penyebab dari kondisi ini sendiri
7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
2.3.2 Klasifikasi
Berdasarkan letak lesi, anisokoria dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Lesi pada saraf parasimpatetik
a. Kelumpuhan Nervus III bersamaan dengan saraf parasimpatetik.
Akibat kelumpuhan timbuk gejala seperti pupil midriasis dan biasanya
disertai dengan disfungsi nervus III lainnya seperti ptosis dan terbatasnya
gerakan bola mata. Pemeriksaan yang menyeluruh terhadap gerakan bola mata
perlu dilakukan. Ketika menghadapi kondisi anisokoria dengan keterlibatan
nervus III, perlu juga dicurigai adanya lesi kompresi sehingga pemeriksaan
imaging seperti CT-scan atau MRI perlu dilakukan. Biasanya kondisi anisokoria
akut karena kelumpuhan nervus III akan memberikan respon terhadap pemberian
pilocarpine 1% dalam 3-7 hari.1
b. Disfungsi otot sfingter pupil.
Penyebab dari defek pada pupil bisa karena trauma langsung yang dapat
merusak otot sfingter pupil dan menyebabkan midriasis yang didahului oleh
miosis. Kondisi seperti ini sering terjadi bersamaan dengan trauma kapitis
sehingga sering salah diagnosis sebagai herniasi pada otak. Penyebab lainnya
adalah iskemia pada iris akibat adanya peningkatan akut TIO, sindroma
iridokornea endotel, operasi segmen anterior, dan infeksi (Herpes Zoster).
Penanganan berupa bedah rekonstruksi dapat dijadikan pertimbangan untuk
kondisi seperti ini.1
c. Midriasis farmakologi.
Penyebabnya adalah penggunaan inhibitor parasimpatis seperti obat
golongan antikolinergik dan simpatomimetik. Contoh golongan antikolinergik
adalah atropin, scopolamine patch dan tanaman sepertti Belladonna serta
inhalansia antikolinergik (Ipratropium, tiotropium). Midriasis karena penyebab
farmakologi ditandai dengan pupil yang dilatasi, tidak reaktif terhadap
rangsangan cahaya dan stimulasi objek yang dekat.1
8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
d. Pupil tonik.
Penyebabnya adalah karena kerusakan pada ganglion siliaris atau nervus
siliaris pendek. Pupil tonik yang sifatnya idiopatik atau dikenal dengan pupil
Adie merupakan kondisi yang sering menyerang wanita muda dan biasanya
bersifat unilateral. Pada bilateral pupil tonik, gangguan sistemik otonom
mungkin dijumpai seperti diabetes mellitus, sifilis, disotonomia, amyloidosis,
sarcoidosis , HIV neuropati dan sindroma paraneoplastik. Pupil tonik
dikarakteristikkan dengan (1) reaksi yang lambat terhadap cahaya dengan
adanya gangguan pada sfingter iris, (2) parese akomodasi pada fase akut, (3)
cholinergic supersensitivity, (4) disosiasi objek dekat dengan cahaya.1
Konstriksi pupil lebih hebat pada pupil tonik dibandingkan mata normal
dan dapat mengakibatkan nyeri karena spasme otot siliaris. Pada pemeriksaan
slit lamp dapat terlihat beberapa segmen sfingter berkonstriksi, dengan refiksasi
pada penglihatan jauh dan redilatasi pupil yang lambat. Anisokoria dapat terlihat
pada respon akomodasi, dimana pupil yang tonik, setelah upaya akomodasi,
fokus ulang terhadap penglihatan jauh dapat terhambat.1
9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
2.3.3 Etiologi
Penyebab yang sering mengakibatkan anisokoria adalah karena adanya
perdarahan intrakranial yang disebabkan oleh trauma kepala, tumor otak atau
abses. Adanya massa baik itu darah maupun tumor pada intrakranial dapat
meningkatkan tekanan intrakranial serta intraokular dan kadang bisa dijumpai
penekanan pada nervus III sehingga terjadi anisokoria. Adapun penyebab lain dari
anisokoria bermacam-macam yaitu:18
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
Anamnesis
Anamnesis yang tepat dan terarah dapat memprediksi onset dari anisokoria
dan berkaitan dengan etiologinya. Apabila pernah dilakukan pemeriksaan
sebelumnya juga bisa menjadi tambahan informasi karena pada beberapa kasus
gejala mungkin tidak terdeteksi. Anisokoria kronik tanpa adanya gejala mungkin
mengarah kepada anisokoria fisiologis. Tetapi apabila disertai dengan gejala
seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran dan defisit neurologis fokal, maka bisa
mengindikasikan adanya kegawatdaruratan seperti adanya massa intrakranial.20
Anamnesis menyeluruh tentang riwayat pembedahan, trauma pada kepala
atau mata dan gangguan pada mata perlu ditanyakan untuk mengetahui etiologi
anisokoria. Penggunaan obat topikal tetes mata bisa menjelaskan terjadinya
anisokoria farmakologis.20
Pemeriksaan Pupil
Dalam melakukan pemeriksaan pupil ada beberapa komponen yang dinilai yaitu
ukuran, bentuk, isokori, reaksi terhadap cahaya langsung atau tidak langsung dan
reaksi akomodasi dan konvergensi.21
• Tentukan ukuran pupil kiri dan kanan. Normalnya ukuran pupil adalah 3-4
mm.
• Melihat bentuk pupil kiri dan kanan kemudian bandingkan kedua bentuk
apakah isokor atau anisokoria.
• Menilai reaksi pupil terhadap cahaya dengan cara:
• Menyinari salah satu mata.
• Melihat reaksi pupil pada mata yang disinar (refleks cahaya langsung).
• Melihat reaksi pupil pada mata kontralateral (refleks cahaya tidak
langsung).
Interpretasi:
• Refleks dikatakan normal apabila terjadi konstriksi pada mata yang
disinari dan mata kontralateral.
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
A B
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
Pemeriksaan Penunjang
Apabila anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah ke adanya pupil
Argyll Robertson maka, pemeriksaan VDRL dan FTA-ABS untuk skrining dan
konfirmasi sifilis diperlukan. Lumbar punksi untuk VDRL, FTA-ABS, protein
total dan hitung sel diindikasikan untuk evaluasi neurosifilis.20
Penggunaan modalitas seperti CT-scan atau MRI tergantung pada
penyebab yang mendasari anisokoria. Pada kondisi anisokoria yang disebabkan
oleh Horner's Syndrome dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan MRI. Pada kasus
diseski karotis dapat digunakan Magnetic Resonance Angiography (MRA),
angiografi kontras atau USG Doppler, bergantung pada segmen yang terlibat.23
2.3.5 Tatalaksana
Tatalaksana terhadap anisokoria bergantung dengan penyebabnya.
Anisokoria fisiologis umumnya asimtomatis dan tidak memerlukan intervensi.
Ansikoria akibat trauma mungkin memerlukan tindakan pembedahan untuk
koreksi defek struktural. Anisokoria karena kondisi okular lainnya seperti uveitis
atau glaukoma akut mungkin bisa ditatalaksana secara medikamentosa saja.
Anisokoria farmakologis dapat sembuh dengan menghentikan agen yang memicu.
Pupil tonik dapat ditangani dengan kacamata dan pilocarpine untuk konstriksi
pupil. Penyebab jinak dari sindrom Horner dan kelumpuhan saraf okulomotor
dapat dilaukan observasi saja dengan harapan gejala mengalami resolusi sebagian
atau seluruhnya.20
Konsultasi dengan neurologist atau neuro-ophthalmologist
direkomendasikan untuk kasus atipikal, seperti ganglionopathy otonom autoimun
dan sefalgia otonom trigeminal. Namun, penyebab yang mengancam jiwa seperti
stroke, aneurisma, perdarahan, diseksi, dan tumor harus disingkirkan dan
ditangani dengan tepat melalui intervensi bedah atau medis.20
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
BAB 3
KESIMPULAN
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : VINCENT TANDIONO
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 150100010
SUMATERA UTARA
20