Oleh :
Noufal Riandi Khairul
Andi Ridho Azmi
Satia Bama T Karappiah
M Zharfan Suchyar
Dosen Pakar :
Dr. dr. Hendriati, Sp.M (K)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Diagnosis
dan Etiologi Epifora” tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dr. dr. Hendriati, Sp.M(K) selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan saran dalam penyusunan
makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan informasi
mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan Miopia Patologis. Dengan
demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
proses pembelajaran serta diharapkan mampu berkontribusi dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 6
2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimal...................................... 6
2.2. Etiologi........................................................................................ 14
2.3. Patofisiologi................................................................................. 16
2.4. Kelainan pada Sistem Drainase Lakrimal.................................... 17
2.5. Gejala Klinis................................................................................ 21
2.6. Diagnosis..................................................................................... 21
2.7. Diagnosis Banding....................................................................... 22
2.8. Penatalaksanaan........................................................................... 22
2.9. Komplikasi................................................................................... 24
2.10. Prognosis.................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 26
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Mata yang berair seringkali menyebabkan frustasi baik bagi dokter maupun pasien
lakrimal terdiri atas struktur yang terlibat dalam produksi dan drainase air mata.
Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai bahan cairan
disebabkan oleh gangguan dalam keseimbangan antara produksi air mata dan
langkah awal yang perlu dipastikan adalah apakah epifora ini dikarenakan oleh
peningkatan produksi air mata (lakrimasi) ataukah penurunan pada drainase air
mata. Hal-hal seperti trikiasis, benda asing superfisialis, malposisi dari kelopak
mata, penyakit pada tepi kelopak mata defisiensi dan ketidakstabilan pada air
mata, dan iritasi pada nervus kranialis V bisa menjadi penyebab pada peningkatan
produksi air mata yang abnormal. Jika kondisi-kondisi tadi tidak ada, maka
4
abnormalitasnya pada drainase dari air mata merupakan kemungkinan
penyebab utama. Epifora dapat disebabkan hambatan pada semua titik sistem
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Cabang tunas dan saluran ini membentuk duktus dan alveoli. Kelenjar
minggu setelah lahir. Ini menjelaskan mengapa bayi yang baru lahir tidak
6
Gambar 2.1 Aparatus Lakrimal (Christine Grallap, 2010)
Kelenjar lakrimalis utama terdiri dari bagian orbital atas dan bawah
palpebral. Bagian orbital lebih besar, bentuk seperti almond dan terletak di
fossa kelenjar lakrimal pada bagian luar dari pelat orbital tulang frontal.
7
Bagian palpebra ukurannya lebih kecil dan hanya terdiri dari satu
atau dua lobul. Terletak pada bagian orbital yang terpisah oleh otot levator
orbital.(3)
awah dari kelenjar utamau untuk menuju bagian lateral forniks superior.
Satu atau dua saluran juga terbuka pada bagian lateral forniks inferior. (3)
Aliran lakrimal :
1. Punktum Lakrimal. Terdapat 2 buah, bulat atau oval pada kelopak atas
dan bawah, sekitar 6 hingga 6,5 mm, pada bagian temporal kantus
dalam. (3)
Fossa lakrimal dibentuk oleh tulang lakrimal dan processus frontal dari
maxilla. Terdiri dari 3 bagian: fundus, badan, dan leher (yang akan
8
4. Duktus nasolakrimal. Panjang sekitar 15-18 mm. Terdiri dari banyak
c. Air mata
epitel kornea dan konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (1)
9
dan membentuk sawar kedap-air saat palpebra ditutup.
10
glandular (acini dan duktus), jaringan penghubung dan puncta.(3)
cabang arteri ophtalmik. Suplai saraf : (1) sendorik dari saraf lakrimal,
Kelenjar yang berbentuk almon ini di bagi oleh kornu lateral aponeurosis
levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang
11
menempuh suatu jaras rumit cabang maxillaris nervus trigeminus.
Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar utama, tetapi tidak memiliki
kelenjar sebasea meibom dan zeis di tepian papebra memberi lipid pada
air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga
Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan
ritsleting mulai dari lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas
12
palpebra. Pada kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang
kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus orbikuaris pra tarsal yang
sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus, yang
aliran balik udara dan airmata. Yang paling berkembang di antara lipatan
ini penting karena bila tidak berlubang pada bayi, menjadi penyebab
13
Gambar 2.6 Sistem eksresi air mata
2.2 Etiologi
Epifora bisa didapatkan karena hambatan pada semua titik sistem darinase
stenosis parsial atau obliterasi total dari lumen duktus yang merupakan
hasil dari inflamasi yang idiopatik dan fibrosis dari duktus nasolarimal.(2)
14
Selain itu abnormalitas sekresi lakrimal dan sistem drainase juga disebabkan
oleh:
Obstruksi ini menjadi masalah klinis hanya pada 2-6 % full term
kanalisasinya pada periode bayi baru lahir dan bisa memberikan tanda
ada, fistula kongenital dari sakus lakrimal, yang juga bisa disebut
15
sampai hambatan pada meatus inferior hidung.(1)
obstruksi duktus nasolakrimal pada orang dewasa atau usia tua. Terjadi
c. Infeksi
2. Dacryocystitis
16
2.3 Patofisiologi
terjadi pada usia paruh baya dan wanita usia tua. Dengan menggunakan CT scan,
nasolakrimal bagian bawah dan duktus nasolakrimal bagian tengah yang lebih
Selain itu, faktor menstruasi dan fluktuasi hormon dan status imunitas penderita
dan duktus lakrimal. Sehingga, fossa nasolakrimal pada wanita yang sudah kecil
yang terkelupas.(2)
Bakteri, viru, jamur, dan parasit bisa menjadi penyebab obstruksi drainase
lakrimal karena infeksi. Infeksi virus yang paling umum adalah infeksi herpes.
Obstruksi terjadi oleh karena kerusakan pada substansi propia dari jaringan elastik
canaliculi dan atau lengketnya membran yang inflamasi pada epitel permukaan
batu (dacryolith). Obstruksi oleh karena parasit jarang, namun pernah dilaporkan
bahwa terdapat pasien dengan Ascaris lumbricoides, yang masuk ke dalam sistem
17
2.4 Kelainan pada sistem drainase lakrimal
kanalisasi dukuts nasolakrimalis terjadi hingga 87% pada bayi yang baru
lahir, namun kondisi ini akan membaik secara spontan pada akhir bulan
duktus nasolakrimalis.(8)
edema, dan rasa tidak nyaman di dalam tendon kantus medialis pada
kronis, gejala yang dapat ditemukan hanya epifora dan bulu mata yang
18
kotor, namun bisa saja ditemukan sekret mukoid yang keluar dari
kantung lakrimal.(8)
Gambar 2.8 Dacrocystisis akut fase infantil pada bayi akibat kongenital anomali
obstruksi duktus nasolakrimalis.(10)
19
b. Kelainan Kanalikuli
dan disebabkan oleh infeksi virus, seperti virus varisela zoster, virus
sikatrik.(8)
muncul pada pasien adalah mata merah dan iritasi disertai discharge.
total maka discharge tidak akan muncul keluar melalui puncta meski
20
diambil untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut guna
kultur.(8)
Gejala klinis yang muncul yaitu berupa air mata yang keluar berlebih. Bisa
2.6 Diagnosis
untuk menegakkan diagnosis. Riwayat penyakit sinus, operasi sinus, trauma okuli
dapat mengindikasikan masalah obstruksi. Selain itu, nanah dan perdarahan pada
tear film dapat mengindikasikan infeksi maupun keganasan. Gejala terkait seperti
nyeri, gatal, rasa terbakar akan sangat berguna apabila ditemukan pada anamnesis
21
Gambar 2.10 Alur diagnosis epifora.(9)
Entropion / Ekstropion
Trichiasis
Stenosis punctum
Dacrocystisis Akut
Meibomianitis / Blepharitis
Allergic rhinitis
Konjungtivitis virus
22
2.8 Penatalaksanaan
tenaga kesehatan dalam menelusuri penyebab utama dari epifora itu sendiri.
Penatalaksanaan dan evaluasi dari epifora dimulai dari menjelaskan kepada pasien
tentang keseimbangan air mata normal dan menegaskan bahwa kerusakan pada
satu sistem pada mata akan memicu kerusakan pada bagian mata lainnya. Berikut
Penyebab Penatalaksanaan
intubasi silikon
Obstruksi kanalikuli
membuang konkresi/massa.
NLDO dacryocystorhinostomy
23
Fungsi lacrimal-pump yang buruk/
dari obstruksi.(5)
2.9 Komplikasi
b. Kanalikulitis(8)
d. Selulitis preseptal.(8)
24
2.10 Prognosis
sesuai dengan etiologi penyebab. Prosedur dan tindakan yang sesuai dengan
25
DAFTAR PUSTAKA
dan orbita dalam buku ajar ilmu kesehatan mata. Airlangga University press.
Desember 2019.
http://emedicine.medscape.com/article/1210141-overview#a4
3. Ululil CW, Ratna M, Retna GD, Ilhamiyati. 2013. Buku Ajar Kepaniteraan
4. Sullivan JH, Shetlar DJ, John PW. Palpebra, Apparatus Lakrimalis, dan Air
Mata dalam Vaugan dan Asbury: Oftalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit Buku
http://emedicine.medscape.com/article/1210252-overview#a4
7. Reza MV, Sullivan JH. Lacrimal Apparatus. In: Vaughan & Asbury’s General
Company;2013. p. 79 – 81.
8. Kristina PM, Richard MJ. The tearing patient: Diagnosis and management.
26
9. Strange GR, Ahrens WR, Schafermeyer R W, Wiebe RA. Pediatric Emergency
https://pedclerk.bsd.uchicago.edu/page/congenital-nasolacrimal-duct-
obstruction
27