Anda di halaman 1dari 62

SPONDILITIS TB

Elisda Yusra 1840312605


Pembimbing
dr. Rizki Ramadian, Sp.OT(K) M.Kes

BAGIAN ILMU BEDAH


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
Pendahuluan
• Tuberkulosa (TB) adalah suatu penyakit
menular yang dapat berakibat fatal. Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberculosa atau Tubercle bacillus

• Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal juga


dengan spondilitis tuberkulosa
DEFINISI
• Spondilitis tuberkulosa (Pott’s disease) merupakan
penyakit infeksi disebabkan Mycobacterium
tuberculosa yang mengenai tulang belakang
• Terdapat :
- penyempitan ruang diskus intervertebralis dan
badan vertebra yang berdekatan
- runtuhnya elemen tulang belakang
- wedging anterior yang menyebabkan kifosis
- pembentukan gibbus
Epidemiologi
• Spondilitis tuberkulosa merupakan 50% dari
seluruh tuberkulosis tulang dan sendi yang terjadi.
• Di Ujung Pandang insidens spondilitis tuberkulosa
ditemukan sebanyak 70% dan Sanmugasundarm
juga menemukan persentase yang sama dari
tuberkulosis tulang dan sendi.
• Spondilitis tuberkulosa terutama ditemukan pada
kelompok umur 2 -10 tahun dengan perbandingan
yang hamper sama antara wanita dan pria
Etiologi
Spondilitis TB disebabkan oleh bakteri:

• Mycobacterium tuberculosis
Faktor Resiko

Resiko ●
Terpajan dengan orang
dengan TB aktif
infeksi TB
Resiko ●


USIA
Gizi

sakit TB Imun

Patogenesis
Gambar 2.1. Alur Patogenesis Perjalanan Tuberkulosis 2
Penyebaran ke Vertebra

•Spondilitis TB merupakan hasil dari fase reaktivasi.


Vertebra yang paling sering  Torakolumbal.
•Masuk melalui 3 jalur:
1.Jalur arteri
2.Jalur Vena
3.Jalur perkontinuitatum
• Perjalanan penyakit spondylitis TB dibagi dalam 5
stadium:
1.Stadium implantasi
2.Stadium destruksi awal
3.Stadium destruksi lanjut
4.Stadium gangguan neurologis
5.Stadium deformitas residual
1.Stadium implantasi
Stadium destruksi awal
Stadium destruksi lanjut
Stadium gangguan neurologis
Stadium gangguan neurologis
Stadium gangguan neurologis &
deformitas
Manifestasi Klinis
• Nyeri punggung
• Deformitas tulang belakang (kifosis)
• Defisit neurologis (paraplegia, paresis, impaired sensation)
• Cold abscess
• Nyeri tekan
• Spasme otot
• Gerakan spinal yang terbatas
• Gejala umum ( demam, keringat malam, penurunan berat badan, lemah,
cepat lelah)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• LABORATORIUM

1. Laju Endap Darah (LED)


2. Tuberculin skin test / Mantoux test
3. Pewarnaan Ziehl-Nielsen, Media Loweinstein-Jensen
4. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Gold Standard

CT scan - guided needle biopsy


merupakan modalitas gold
standard untuk diagnosis
histopatologis awal dari
spondylitis TB
Radiologi
• Foto polos : deformitas yang tampak seperti kifosis,
fraktur
• CT scan : lesi diskus intervertrabralis dan abses
paravertebral.
• MRI merupakan pemeriksaan radiologis terbaik
untuk memvisualisasikan keterlibatan soft tissue dan
canalis spinalis. MRI digunakkan juga untuk deteksi
dini spondylitis TB
Radiographs: Erosions

• Lucent area in lateral aspect of adjacent vertebral bodies (erosions)


• Loss of intervertebral disk space
• Central lucency with surrounding sclerosis suggesting chronic infection
Radiographs: Endplate
Destruction
Radiographs: Osteosclerosis
Radiographs: Atypical feature
Features on CT Scan
• Soft tissue findings
- abscess with calcification is diagnostic of spinal
TB; CT is excellent modality to visualize soft tissue
calcifications
• Pattern and severity of bony destruction
- Pattern of vertebral body destruction-
framentary, osteolytic, localized and sclerotic
• Used to guide needle in percutaneous needle
biopsy of paraspinal abscess
CT : Calcification

Noncontrast axial CT
Large psoas abscess with central calcification; these
features are highly diagnostic of spinal TB
CT: Bony Destruction

Noncontrast axial CT
Extensive vertebral body destruction causing
bony fragments
MRI : Features
• Highly sensitive and specific for spinal TB
• Provides early detection
• Best to distinguish exact extent of spinal cord and soft tissue
involvement

• Features
- Edema of vertebrae and disk space
- Signs of spinal compromise i.e. cord compression
- Note: poorly visualizes calcification in abscesses
MRI: Spinal Cord Involvement

Sagittal T2W (Images 1-3) and axial T1W(image 4)


High intensity activity in T12 to L3 vertebrae indicative of infection. Complete
destruction of vertebral bodies with osseous retropulsion into the spinal canal,
causing cauda equina. On axial view, note destruction of vertebral body with loss
of circular shape
MRI : Gibbus Formation

“Gibbus formation” in the thoraco-lumbar region of a patient with spinal TB


(left). MRI shows spinal TB at T10-T12. Spinal TB causes the destruction,
collapse of vertebrae, and angulation of verteral column.
Differential Diagnosis
KOMPLIKASI

• Spinal cord injury


• Sebab: tekanan ekstradural sekunder dari pus
tuberkulosa, sekuestra tulang, sekuester dari
diskus intervertebralis
• Ruptur abses paravertebral  Sepsis
PENATALAKSANAAN
• TUJUAN
1.Eradikasi infeksi
2 .Menghentikan/memperbaiki deformitas kifosis
3. Mencegah/mengobati defisit neurologis

• Prinsip Pengobatan
• 1. Pemberian obat antituberkulosis (OAT).
• 2. Dekompresi medulla spinalis.
• 3. Menghilangkan/ menyingkirkan produk infeksi.
• 4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft
1.Terapi konservatif

• a. Tirah baring (bed rest).


• b. Memberi korset yang mencegah gerakan
vertebra/ membatasi gerak vertebra.
• c. Memperbaiki keadaan umum penderita.
• d. Pengobatan antituberkulosa .
Terapi OAT
Spondilitis tuberkulosa kategori 1
1. Fase terapi intensif/ inisial kombinasi OAT:
2RHEZ
2. Fase terapi lanjutan kombinasi OAT: 7RH

Jenis Obat Tiap Tiap 3xseminggu Dosis per


hari/mg hari/mg mg Kg BB
BB<50 kg BB>50 kg
R-Rifampicin 450 600 600 10 (8-12)
H-INH 300 400 600 5 (4-6)
E-Ethambutol 1000 1500 1500 15 (15-20)
Z-Pyrazinamide 1500 2000 2000 25 (20-30)
S-Streptomycin 750 1000 - 15 (12-18)
T-Thiazetazone - - 100 2.5
2. Terapi operatif
A. Tanpa komplikasi neurologis

• Kerusakan tulang progresif meskipun terapi OAT


• Kegagalan dalam terapi konservatif.
• Evakuasi abses paravertebral
• Alasan teknik: ketidakstabilan tulang belakang, kifosis.
• Pencegahan kifosis parah pada anak-anak
• Large paraspinal abscess
B. Dengan komplikasi neurologis
• -Komplikasi saraf baru atau perburukan atau
kurangnya perbaikan dengan pengobatan
konservatif.
• -Paraplegia onset cepat atau paraplegia
parah.
• -Late-onset paraplegia.
• -Neural arch disease.
• -Nyeri paraplegia pada geriatri
• -Spinal tumor syndrome
Laporan Kasus
Identitas Pasien
• Nama pasien : An. AJ
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 16 tahun
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Jl Jorong, Silawai Timur Pasaman Barat
• Tanggal MRS : 21-05-2019
• Tanggal pemeriksaan : 25-05-2019
• RM : 01.04.98.33
• Keluhan Utama
Nyeri anggota gerak bagian bawah sejak 1 bulan
yang lalu.
RPS
• Nyeri anggota gerak bagian bawah sejak satu bulan yang lalu.
• Nyeri yang dirasakan disertai dengan lemah anggota gerak bagian bawah
sejak satu bulan yang lalu.
• Nyeri yang dirasakan dari pinggang hingga kedua tungkai, nyeri hilang
timbul, tidak berkurang dengan perubahan posisi.
• Pasien merasakan adanya bengkak pada pada punggung setelah operasi
tumor ginjal 1 bulan yang lalu.
• Bengkak awalnya kecil, lama-kelamaan semakin membesar. Pasien
mengaku bengkak yang muncul tersebut tidak terasa nyeri, tidak
memerah, dan tidak pernah pecah.
• ± pasien mengeluh terdapat benjolan yang berisi bernanah dari luka
bekas operasi dan telah pecah. Pada ketiak sebelah kiri pasien terdapat
benjolan kecil (bisul) yang tampak berisi nanah yang telah pecah.
• Riwayat demam (+), pasien tidak menderita
batuk, pilek, maupun sesak nafas.
• Berat badan menurun ±10kg, nafsu makan
menurun, mual dan muntah tidak ada.
• BAK dan BAB normal.
• Pasien menagalami kesulitan untuk duduk,
pasien dapat berjalan dengan dibantu tongkat.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tumor ginjal tiga bulan yang lalu dan
telah dilakukan operasi satu bulan yang lalu.
• Riwayat Penyakit Keluarga
-Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
yang sama seperti pasien.
-Riwayat penyakit batuk-batuk lama dalam
keluarga dan orang di sekitar pasien disangkal
• Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan
Kebiasaan
Pasien adalah seorang pelajar dan pernah
tinggal di pesantren.
Pemeriksaan Fisik Umum
• Keadaan Umum : Sakit sedang
• Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
• Tinggi badan : 155 cm
• Berat badan : 35 kg
• Gizi : Kurang
• TekananDarah : 120/80 mmHg
• Nadi : 83 kali/menit
• Nafas : 19 kali/menit
• Suhu : 37,5 ºC
• Nyeri: VAS 6
Status Generalisata

• Kepala : Normocepal
• Mata : Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik,
• Telinga : Tidak ditemukan kelainan
• Hidung : Tidak ditemukan kelainan
• Kulit : Turgor kulit baik
• Gigi dan mulut : Tidak ditemukan kelainan
1.Paru
• Inspeksi : Simetris, kiri = kanan,
• Palpasi : Fremitus kiri = kanan
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
2. Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari LMCS sinistra RIC V
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, irama regular, murmur (-), Gallop
(-)
Abdomen :
• Inspeksi : Distensi (-), Jejas (-)
• Palpasi : Muscle rigid (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas(-)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) N
 
Anggota gerak : ASIA score
Lower R/L
Hip flexor 4/4
Knee extensor 4/4
Ankle flexor 4/4
Long toe extensors 4/4
Ankle plantar flexor 4/4
• Status lokalis Regio Vertebrae
I : Gibbus (+) Benjolan di vertebrae lumbal
setinggi L3-L4 sewarna dengan kulit sekitarnya
Flank bekas luka operasi et flank dextra
Pal : teraba keras, fluktuasi (-), nyeri tekan (-),
ukuran 3cm x 4 cm.
Foto Klinis
• Diagnosis Kerja
Paraplegia inferior ec susp spondilitis
tuberkulosis
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium Hematologi
• Hb : 13,8 g/dl
• Leukosit: 14,430 /mm3
• Trombosit : 523,000 /mm3
• Hematokrit : 42 %
• PT : 11,9 detik
• APTT : 35,9 detik
• Kesan : leukositosis, trombositosis, APTT diatas
nilai rujukan
Radiologi
• Diagnosis
Paraplegia Inferior ec Spondilitis TB L3-L4
 
• Tatalaksana
• Terapi:
- IVFD Tutofusin 8jam/kolf
- PCT 3X 500 mg
- Vit. B6 1x 10mg
- OAT
• Rifampicin 1 x 450 mg
• INH 1 x 300 mg
• Pirazinamid 1 x 1000 mg
• Ethambutol 1 x 750 mg
• Rencana operasi : Stabilisasi Dekompresi 
Prognosis

• Quo ad vitam : dubia ad bonam


• Quo ad sanam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam: dubia ad bonam
Pembahasan
• Pada kasus ini, pasien laki-laki 16 tahun
didiagnosis paraplegia inferior ec spondilitis
TB Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
anamnesa
• Kelemahan dan nyeri anggota gerak bawah
- Usia
- Trauma (-)
- Nyeri hilang timbul
• Terdapat beberapa manifestasi sistemik infeksi TB yang
ditemukan pada pasien, antara lain demam selama
sebulan terakhir, serta berat badan yang cenderung turun
dengan nafsu makan yang berkurang.

• Selain itu ditemukan juga keluhan utama berupa


munculnya benjolan di punggung sejak sebulan yang lalu.
Seperti telah dijelaskan gejala atau tanda pada TB sistem
skeletal bergantung pada lokasi kelainan, kelainan pada
tulang belakang disebut gibbus, menampakan gejala
benjolan pada tulang belakang yang umumnya seperti
abses tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda peradangan.
Warna benjolan sama dengan sekitarnya, tidak nyeri
tekan, dan menimbulkan asbes dingin. Dan adanya lemah
dan nyeri pada anggota gerak bawah.
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas
normal, status gizi pasien gizi kurang, pada pemeriksaan
fisik kepala dan leher didapatkan tidak ada pembesaran
kelenjar limfe koli, dan pada pemeriksaan vertebrae
didapatkan gibbus pada vertebrae lumbal 3-4. Dari hasil
pemeriksaan penunjang didapatkan rontgen thoraks hasil
dalam batas normal. Pada rontgen thorakolumbal
didapatkan hasil spondilitis TB vertebrae lumbal 3-4.
Timbulnya paraplegia dan paraestesia femur bagian
anterior menandakan adanya suatu proses pada medula
spinalis penderita setinggi L3-L4.
• Terapi pada penyakit spondilitis tuberkulosis adalah terapi
konservatif dan terapi pembedahan. Terapi konservatif
bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum dan
eliminasi kuman penyebab dengan kombinasi antibiotik.
Terapi konservatif juga bertujuan untuk mempersiapkan
pasien yang akan dilakukan tindakan bedah. Tata laksana
TB sistem skeletal adalah dengan empat atau lebih OAT,
yaitu rifampisin, isoniazid, prazinamid dan etambutol.
Rifampisin dan isoniazid diberikan selama 12 bulan,
sedangkan pirazinamid dan etambutol selama 2 bulan
pertama.

Anda mungkin juga menyukai