Anda di halaman 1dari 26

Case Report Session

Obstruksi Saccus Lakrimalis

Disusun Oleh:

Deky Hidayatul Akbar : 1110312043

Hasbiyetil Husni : 1210312061

Cory Dwi Farwami : 1210312107

Gangeswary A/P Bathumalai : 1210314002

Preseptor :

dr. M. Hidayat, Sp.M (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2017

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Case Report Session ini dengan judul

Obstruksi Sakus Lakrimal. Case Report Session ini ditulis dengan tujuan agar dapat

menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca tentang Obstruksi Sakus

Lakrimal dan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menjalankan kepaniteraan klinik di

Bagian Mata RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada pihak

yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama preseptor kami

dr.M.Hidayat,Sp.M (K), yang telah meluangkan waktunya dalam diskusi ilmiah, memberikan

bimbingan, saran, dan perbaikan kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bisa bermanfaat dalam menambah

wawasan penulis dan pembaca tentang Obstruksi Sakus Lakrimal.

Padang, 25 November 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Gambar iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
1.4 Metode Penulisan 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Aparat Lakrimal 2
2.2 Fisiologi 4
2.3 Definisi Obstruksi Sakus Lakrimal 5
2.4 Etiologi dan Patofisiologi 6
2.5 Penegakan Diagnosis 6
2.6 Tatalaksana 13

BAB 3 LAPORAN KASUS 15

BAB 4 DISKUSI 19
Daftar Pustaka 21

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Sistem lakrimal


Gambar 2.2 Anatomi Sistem Drainase Air Mata
Gambar 2.3 Fisiologi Ekskresi Air Mata
Gambar 4. Unilateral delayed dye disappereance test
Gambar 5. Anel Test
Gambar 6. Probing
Gambar 7. Dakriosistografi Kontras
Gambar 8. Skintigrafi
Gambar 9. External dacryocystorhinostomy
Gambar 10. Endonasal dacryocystorhinostomy

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem lakrimal terdiri dari sistem sekresi (produksi) dan sistem ekskresi (drainase)

air mata. Kelainan pada sistem lakrimal dengan gejala mata berair dapat terjadi akibat dua

mekanisme yaitu hipersekresi air mata dan gangguan sistem drainase air mata.1,2 Hipersekresi

air mata terjadi sekunder akibat penyakit pada segmen anterior mata ataupun inflamasi,

sedangkan gangguan drainase terjadi akibat malposisi punctum, obstruksi, ataupun kegagalan

pompa lakrimal.3

Obstruksi dapat terjadi dimana saja di sepanjang sistem drainase air mata, mulai dari

punctum, kanalikuli superior/inferior, kanalikuli komunis, sakus lakrimal, duktus

nasolakrimal, ataupun katup Hasner.3

1.2 Batasan Masalah

Penulisan laporan kasus ini dibatasi pada anatomi dan fisiologi aparat lakrimal,

definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, diganosis, pemeriksaan penunjang, dan

tatlaksana obstruksi sakus lakrimalis.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai

obstruksi sakus lakrimalis dan memahami kasus yang ada, serta membandingkan teori dengan

kasus yang ditemukan.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk pada

berbagai literatur.

1
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Aparat Lakrimal

Sistem lakrimal terdiri dari sistem sekresi (produksi) dan sistem ekskresi (drainase)

air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur

pembentuk cairan air mata, yaitu kelenjar lakrimal dan kelenjar lakrimal aksesorius. Kelenjar

air mata utama, yaitu kelenjar lakrimal menghasilkan volume terbesar air mata. Kelenjar ini

terletak di fossa lakrimalis pada kuadran temporal di atas orbita. Kelenjar lakrimal ini

berbentuk seperti buah kenari dan terletak di dalam palpebra superior. Kelenjar ini dibagi

menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil, dimana setiap

lobus memiliki sistem duktulus tersendiri yang bermuara ke forniks temporal superior1.

Kelenjar lakrimal terdiri dari 2 struktur:

1. Bagian orbita, berbentuk kenari yang terletak di dalam fossa lakrimalis di segmen

temporal atas anterior dari orbita, dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis

dari muskulus levator palpebra.

2. Bagian palpebra, lebih kecil, terletak tepat di atas segmen temporal dari forniks

konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimalis, yang bermuara melalui kira-kira

sepuluh lubang kecil, menghubungkan bagian orbita dan palpebra glandula lakrimal

dengan forniks konjungtiva superior.

Kelenjar lakrimal aksesorius hanya sepersepuluh dari massa kelenjar utama, terdiri

dari kelenjar Krause dan Wolfring yang identik dengan kelenjar utama tetapi tidak memiliki

duktulus. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama forniks superior. Sel

goblet uniseluler yang tersebar di konjungtiva menghasilkan glikoprotein dalam bentuk

musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis di tepi palpebra memberi substansi

2
lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut

membentuk film air mata1.

Gambar 1. Anatomi sistem lakrimal

Komponen sistem drainase lakrimal terdiri dari beberapa struktur berikut :2,3

a. Punctum, terletak di bagian medial pada kedua margo palpebra (superior dan

inferior). Punctum inferior terletak lebih ke lateral dibanding punctum superior.

b. Kanalikuli berjalan vertikal dari punctum membentuk sudut 90 derajat sepanjang

2mm (ampula). Kemudian berjalan secara horizontal ke medial sepanjang 8-10 mm.

Biasanya (90%) kanalikuli superior dan inferior bersatu membentuk kanalikuli

komunis, dan berhubungan dengan sakus lakrimal melalui katup Rosen muller.

Namun pada 10% kasus masing-masing kanalikuli membuka secara terpisah ke dalam

sakus lakrimal. Katup Rosenmuller merupakan struktur yang akan mencegah refluks

air mata dari sakus ke kanalikuli.

c. Sakus lakrimal terletak di fossa lakrimalis diantara anterior dan posterior lacrimal

crest, sepanjang 12-15 mm.

d. Duktus nasolakrimal merupakan sambungan sakus lakrimal ke inferior sepanjang 12-

18 mm. Duktus nasolakrimal berjalan turun dan sedikit ke lateral melewati tulang

3
hidung melalui meatus nasal inferior menuju ke konka inferior. Dktus terbuka dan

dilapisi oleh lipatan mukosa (katup Hasner).

Gambar 2. Anatomi Sistem Drainase Lakrimal2

2.2 Fisiologi

Air mata disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata. Setiap kali berkedip

palpebra menutup mirip dengan risleting – mulai dari lateral, menyebarkan air mata secara

merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi di aspek medial

palpebra. Air mata dalam keadaan normal dihasilkan sesuai dengan kecepatan penguapannya,

sehingga hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air

mata akan masuk ke pungtum sebagian oleh karena hisapan kapiler1.

Menutup mata mengakibatkan bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang mengelilingi

ampula mengencang untuk mencegah air mata keluar. Secara bersamaan, palpebra ditarik ke

arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fasia mengelilingi sakus lakrimal berakibat

4
memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif pada sakus. Kerja pompa

dinamik ini mengalirkan air mata ke dalam sakus. Air mata kemudian melalui duktus

nasolakrimalis akibat pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan, dan masuk ke dalam

meatus inferior rongga hidung. Aliran balik air mata dicegah oleh lipatan-lipatan mirip katup

dari epitel pelapis sakus dan “katup” Hasner di ujung distal duktus nasolakrimal1.

Gambar 3. Fisiologi ekskresi air mata

Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 µm yang menutupi epitel kornea dan

konjungtiva. Film air mata terdiri dari 3 lapisan. Lapisan superfisial adalah film lipid

monomolekular yang berasal dari kelenjar Meibom, berfungsi untuk menghambat penguapan

dan membentuk sawar kedap-air saat palpebra ditutup. Lapisan akuosa di bagian tengah yang

dihasilkan kelenjar lakrimal mayor dan minor, mengandung substansi larut air (garam dan

protein). Lapisan musinosa di bagian dalam, terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel

epitel kornea dan konjungtiva1.

2.3 Definisi Obstruksi Sakus Lakrimalis

Obstruksi sakus lakrimal adalah penyumbatan pada sakus lakrimalis, yaitu saluran

yang mengalirkan air mata dari kanalikuli ke duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal memiliki

panjang 10-12 mm dan terletak di fossa lakrimal diantara anterior dan posterior lacrimal

crest.2,3

5
2.4 Etiologi dan Patofisiologi

Inflamasi, trauma, dan kelainan kongenital dapat menyebabkan gangguan drainase

lakrimal, sehingga menimbulkan epifora, dakriostenosis, dan dakriosistitis. Inflamasi dapat

berasal dari mata, konjungtiva, divertikel sistem lakrimal, infeksi mukosa hidung atau sinus

paranasal yang menyebabkan penyempitan atau obstruksi saluran lakrimal.4

Obstruksi sistem drainase lakrimal secara primer disebabkan oleh inflamasi dengan

penyebab yang tidak diketahui, yang menimbulkan jaringan fibrosis, atau sekunder akibat

infeksi, inflamasi, trauma, keganasan, atau penyebab mekanik.4

2.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis, pasien bisa mengeluhkan mata berair.5 Harus ditanyakan severitas, durasi

dan frekuensi mata berair pada pasien tersebut, dan apakah ada hubungan dengan aktivitas

atau kondisi tertentu. Perlu juga ditanyakan keluhan lain seperti keluarnya sekret atau pus

dari punctum lakrimal. Mata berair unilateral biasanya dapat disebabkan oleh iritasi lokal

atau obstruksi pada saluran lakrimal. Sedangkan mata berair bilateral biasanya berhubungan

dengan alergi atau abnormalitas tear film. Selain itu perlu ditanyakan riwayat trauma pada

mata, riwayat operasi, atau penggunaan obat topikal sebelumnya seperti pilocarpine,

phospoline iodide dan idoxuridine yang dapat menyebabkan stenosis punctal atau kanalikuli.6

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi adanya gangguan

drainase air mata diantaranya adalah :3

a. Pemeriksaan punctum dan palpebra dengan menggunakan slit lamp. Hal ini

berguna untuk menilai apakah ada kelainan pada punktum, perubahan warna

punktum, sekret mukopurulen yang keluar dari punktum, adanya ektropion,

ataupun obstruksi punctum

6
b. Palpasi sakus lakrimalis untuk melihat apakah ada refluks material mukopurulen

pada punctum. Hindari melakukan palpasi pada dakriosistitis akut karena pasien

akan mengeluhkan sangat nyeri. Jarang ditemukan, palpasi pada sakus dapat

mengetahui adanya batu ataupun tumor.

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan:2,3

a. Fluorescein disapperance test / Dye Disappereance Test (DDT)

Pemeriksaan ini berguna untuk menilai adekuat/tidaknya sistem drainase air mata,

terutama pada kasus mata berair unilateral. Biasanya dilakukan pada anak yang

tidak mungkin dilakukan irigasi tanpa sedasi.

Tes ini dilakukan dengan menggunakan larutan fluoresen tetes steril 1 atau 2%

atau strip fluoresen basah. Pemeriksan meneteskan larutan fluoresen ke kedua

konjungtiva forniks, dan amati tear film dengan cobalt blue filter pada slit lamp.

Normalnya, terdapat sedikit atau tidak ada lagi zat yang tersisa setelah 5-10 menit.

Retensi memanjang menunjukkan tidak adekuatnya sistem drainase air mata.

Gambar 4. Unilateral delayed dye disappereance test

b. Irigasi lakrimal atau anel test

Irigasi lakrimal dilakukan jika punktum paten, dengan cara sebagai berikut:

7
- Berikan anestesi lokal ke konjungtiva.

- Masukkan punktum dilator untuk melebarkan orifisium punktum.

- Gunakan kanul lakrimal (ujung tumpul) ukuran 26-27 G dan spuit 1 mL , yang

berisi larutan NaCl, lalu masukkan ke punktum lakrimal superior/inferior

secara hati-hati dengan mengikuti kontur kanalikuli.

- Jika irigasi larutan salin tersebut dapat bebas sampai ke hidung dan tenggorok,

dan dapat dirasakan asin oleh pasien, maka dapat disimpulkan bahwa sistem

lakrimal paten. Kegagalan larutan salin mencapai tenggorok mengindikasikan

adanya sumbatan pada saluran lakrimalis.

- Apabila saat irigasi dilakukan pada punctum superior, lalu terjadi refluks

cairan pada punctum superior maka obstruksi terjadi pada kanalikuli. Namun

saat irigasi dilakukan pada punctum superior, lalu refluks pada punctum

inferior, maka obstruksi dapat terjadi pada sakus lakrimalis ataupun duktus

nasolakrimal.

Berikut merupakan gambaran letak obstruksi pada sistem drainase lakrimal:

8
Gambar 5. Anel test (A) obstruksi total kanalikuli, (B) Obstruksi total
kanalikuli komunis, (C) Obstruksi total duktus nasolakrimalis, (D) Obstruksi
parsial duktus nasolakrimalis, (E) Sistem drainase lakrimal paten.

c. Probing

Probing dilakukan dengan menggunakan Bowman probe kecil (ukuran 00 atau 0)

yang dimasukkan ke punctum superior atau inferior. Tes ini bertujuan untuk

mendeteksi adanya obstruksi pada kanalikuli, dan mengukur jarak sumbatan.

- Hard stop, apabila kanul bisa mencapai medial sakus lakrimal dan berhenti

pada pada permukaan tulang lakrimal. Hal ini dapat menyingkirkan obstruksi

komplit sistem kanalikular.

- Soft stop, apabila kanul berhenti di proksimal perbatasan antara kanalikulus

komunis dan sakus lakrimal. Terasa sensasi menekan spongy di ujung kanul

akibat penekanan kanul pada jaringan lunak kanalikuli komunis.

9
Gambar 6. Kemungkinan hasil probing. (A) Hard stop, (B) Soft stop

d. Dakriosistografi kontras

Dakriosistografi merupakan gold standard pencitraan sistem nasolakrimal,

namun tidak dapat memberikan gambaran struktur jaringan lunak ataupun tulang

disekitar sakus atau duktus nasolakrimal. Pada pemeriksaan ini dimasukkan media

kontras radioopak (ethiodized oil) ke kanalikuli diikuti dengan foto yang diperbesar.

Tujuan dakriosistografi adalah untuk mengkonfirmasi lokasi pasti sumbatan

saluran drainase lakrimal untuk memudahkan operasi, dan menegakkan diagnosis

divertikuli, fistula, dan filling defect (seperti batu, tumor). Infeksi akut merupakan

kontra indikasi dilakukannya dakriositografi. Gambaran normal dakrisistogram dapat

ditemukan pada epifora subjektif/objektif yang menandakan adanya kegagalan pompa

lakrimal.

10
Gambar 7. Dakriosistografi Kontras. (A) Pengisian normal pada kedua saluran, (B)

Pengisian normal pada saluran kiri, obstruksi pada pertautan antara sakus lakrimal

kanan dan duktus nasolakrimal

e. Skintigrafi Lakrimal Nuklir

Dakrioskintigrafi dapat memberikan gambaran fungsi fisiologis drainase

lakrimal dengan memberikan label pada air mata dengan substansi radioaktif dan

mengikuti perjalanannya. Walaupun skintigrafi tidak dapat memberikan visualisasi

anatomi sedetail dakriosistografi, namun skintigrafi berguna untuk mengidentifikasi

lokasi sumbatan partial atau functional block.

11
Gambar 8. Skintigrafi lakrimal nuklir menunjukkan sistem lakrimal kanan normal,

namun terdapat obstruksi pada duktus nasolakrimal.

f. CT Scan dan MRI

CT scan dan MRI berguna pada kasus trauma kraniofasial, deformitas kraniofasial

kongenital, atau pada suspek neoplasma. CT scan lebih superior untuk mengevaluasi

struktur tulang, seperti fraktur, sedangkan MRI lebih superior untuk mengevaluasi

jaringan lunak, seperti suspek tumor. CT scan dan MRI juga berguna untuk

mengevaluasi sinus paranasal atau kelainan pada hidung yang juga dapat

menyebabkan air mata berlebihan.

g. Pemeriksaan nasal internal

Penggunaan nasoendoskopi untuk menilai penyebab obstruksi dari daerah hidung

seperti polip atau deviasi septum.

12
2.6 Tatalaksana

Pilihan tatalaksana tergantung pada letak sumbatan.2,3

a. Obstruksi Kanalikuli

- Canalicular stenting dilakukan pada sumbatan parsial, dengan intubasi

sederhana menggunakan silicone stent dan dibiarkan in situ selama 6 minggu

sampai 6 bulan.

- Canaliculodacryocystorhinostomy dilakukan pada obstruksi total kanalikuli

komunis atau sklerosis sakus lakrimal. Area obstruksi total kanalikuli komunis

diangkat, dan dibuat anastomosis langsung ke mukosa sakus lakrimal atau

mukosa dinding lateral hidung.

- Pada obstruksi berat dan tidak memungkinkan dilakukan anastomose

kanalikuli ke sakus lakrimal, maka tindakan yang dipilih adalah

Conjungtivodacryocystorhinostomy (CDCR) dan insersi lester jones tube

(kaca keras). Ini juga dilakukan pada kegagalan pompa lakrimal (facial nerve

palcy).

b. Obstruksi Duktus Nasolakrimal

- Conventional / external dacryocystorhinostomy (DCR) dindikasikan pada

obstruksi distal sampai medial kanalikuli komunis, dengan membuat

anastomose mukosa sakus lakrimal ke mukosa meatus media nasal.

13
Gambar 9. External dacryocystorhinostomy

- Endonasal dacryocystorhinostomy

Gambar 10. Endonasal dacryocystorhinostomy

14
BAB 3

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 43 tahun

Alamat : Tanah Sirah, Lubuk Begalung, Padang

Pekerjaan : Pedagang

Anamnesis

Seorang pasien perempuan usia 43 tahun datang ke poliklinik mata RSUP DR M. Djamil

Padang pada tanggal 21 November 2017, dengan :

Keluhan Utama :

Mata kanan berair sejak 5 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Mata kanan berair sejak 5 bulan yang lalu, hilang timbul.

 Keluhan mata kanan merah tidak ada, gatal pada mata tidak ada.

 Keluar sekret pada mata kanan tidak ada.

 Keluhan nyeri dan bengkak di sekitar mata kanan tidak ada.

 Pandangan kabur tidak ada.

 Riwayat benda asing masuk ke mata tidak ada.

 Riwayat trauma pada mata dan sekitar hidung tidak ada.

 Pasien sudah memakai kacamata baca sejak 2 tahun yang lalu.

 Pasien sudah berobat ke BKIM Padang sejak 5 bulan yang lalu, dan diberi obat tetes

mata (LFX dan cendolyters). Pasien kontrol teratur setiap bulan, namun tidak ada

perbaikan. Kemudian pasien dirujuk ke RSUP Dr. M.Jamil Padang.

15
Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat kelainan mata sebelumnya tidak ada.

 Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus tidak ada

 Riwayat alergi debu ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :

 Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit ringan

Tekanan darah : dalam batas normal

Frekuensi nadi : dalam batas normal

Frekuensi napas: dalam batas normal

Suhu : afebris

Status Oftalmologikus (21 November 2017)


STATUS
OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa koreksi 20/25 20/25
Refleks fundus (+) (+)
Silia / supersilia Madarosis (-), Madarosis (–),
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Palpebra superior Edema (-) Hematom (-) Edema (-) Hematom (-)

Palpebra inferior Edema (-) Hematom (-) Edema (-) Hematom (-)

Margo Palpebra Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Aparat lakrimalis Anel test di punctum superior: Normal


Regurgitasi (+) di punctum inferior
Anel test di punctum inferior:

16
Regurgitasi (+) di punctum superior
Konjungtiva Tarsalis Hiperemis (-) Papil (-) Hiperemis (-) Papil (-)
Folikel (-) Sikatrik (-) Folikel (-) Sikatrik (-)
Konjungtiva Forniks Hiperemis (-) Papil (-) Hiperemis (-) Papil (-)
Folikel (-) Sikatrik (-) Folikel (-) Sikatrik (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)

Sklera Putih Putih

Kornea Bening Bening

Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Cukup dalam

Iris Coklat , Rugae (+) Coklat, Rugae (+)

Pupil Refleks cahaya (+/+), diameter = 3 Refleks cahaya (+/+), diameter


mm, bulat, letak sentral = 3 mm, bulat, letak sentral

Lensa Bening Bening

Korpus vitreum Jernih Jernih


Fundus :
Media Jernih Jernih
Papil N. Optikus Bulat, batas tegas, c/d= 0,3-0,4 Bulat, batas tegas, c/d= 0,3-0,4
Pembuluh darah aa/vv Aa:vv = 2:3 Aa:vv = 2:3
Retina Perdarahan (-), eksudat (-) Perdarahan (-), eksudat (-)
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Tekanan bulbus okuli Normal (palpasi) Normal (palpasi)
Posisi bulbus okuli Ortho Ortho

Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Gambar

17
Diagnosis Kerja
 Suspek obstruksi sakus lakrimal OD
Pemeriksaan Penunjang
 Probing : Hardstop
 Dakriosistografi
Terapi:
 Cendolyteers eye drop 4 x 1 tetes OD
 Rencana pembedahan

Prognosis :

 Quo ad vitam : bonam

 Quo ad functionam : dubia ad bonam

 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

18
BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien perempuan usia 43 tahun datang ke poliklinik mata RSUP DR M.

Djamil Padang pada tanggal 21 November 2017, dengan keluhan utama mata kanan berair

sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan mata berair dapat disebabkan oleh dua mekanisme yaitu

hipersekresi air mata (hiperlakrimasi) dan gangguan drainase air mata. Hipersekresi air mata

terjadi sekunder akibat penyakit pada segmen anterior mata ataupun inflamasi, sedangkan

gangguan sistem drainase air mata dapat disebabkan oleh malposisi punctum lakrimal,

obstruksi pada sistem drainase mulai dari punctum sampai ke katup Hasner, dan kegagalan

pompa lakrimal sekunder akibat kelemahan palpebra inferior atau kelemahan otot orbikularis

(facial nerve palcy).

Pada pasien ini tidak ditemukan keluhan mata merah dan gatal. Tidak ada sekret yang

keluar dari mata., serta tidak ada nyeri dan bengkak di sekitar mata kanan. Hal ini dapat

menyingkirkan adanya inflamasi / infeksi akut pada mata sebagai penyebab mata berair pada

pasien. Keluhan ini baru dialami pasien sejak sekitar 5 bulan yang lalu, sehingga dapat

dipikirkan kemungkinan adanya obstruksi pada sistem lakrimal yang didapat.

Obstruksi sistem drainase air mata yang didapat, secara primer disebabkan oleh

inflamasi dengan penyebab yang tidak diketahui, yang menimbulkan jaringan fibrosis, atau

sekunder akibat infeksi, inflamasi, trauma, keganasan, atau penyebab mekanik. Namun, pada

pasien ini riwayat infeksi pada mata sebelumnya ataupun trauma pada daerah mata dan

sekitar hidung disangkal.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pada status

oftalmikus juga tidak didapatkan adanya tanda inflamasi akut pada palpebra. Penekanan pada

daerah saccus lakrimalis tidak menyebabkan pengeluaran cairan, mukus, atau pus melalui

19
punctum lakrimal. Pada pasien kemudian dilakukan irigasi atau anel test untuk menilai

patensi saluran lakrimalis. Saat dilakukan anel test pada punctum superior, ditemukan

regurgitasi cairan pada punctum inferior, dan saat dilakukan anel test di punctum inferior

ditemukan regurgitasi pada punctum superior. Hal ini menunjukkan tidak adanya sumbatan

pada kanalikuli superior/inferior sampai kanalikuli komunis, dan diperkirakan lokasi

sumbatan berada pada sakus lakrimal ke bawah.

Pada pasien kemudian dilakukan probing / sondage yang juga berguna untuk

mengetahui level obstruksi dengan menggunakan Bowman probe kecil (ukuran 00 atau 0)

yang dimasukkan ke punctum superior atau inferior. Pada pasien, probe dapat melewati

kanalikuli komunis sampai ke sakus lakrimal dan berhenti pada dinding medial sakus yaitu

struktur tulang lakrimal yang kaku, sehingga disebut juga hard stop. Hasil ini juga

menyingkirkan adanya sumbatan pada kanalikuli komunis.

Untuk memastikan letak anatomi sumbatan, maka pada pasien ini dilakukan

dakriosistografi dengan kontras yang merupakan gold standar pencitraan sistem

nasolakrimal. Tindakan pembedahan yang dilakukan pada kasus obstruksi sakus lakrimal

adalah dakriosistorinostomi yaitu suatu prosedur dengan membuat hubungan antara ductus

nasolakrimalis dan rongga hidung.

20
Daftar Pustaka

1. Riordan-Eva P, Whitcher JP. 2012. Vaughan & Asbury oftalmologi umum. Edisi 17.

Jakarta: EGC.

2. Foster JA, Carter KD, Durairaj VD, Kavanagh MC, Korn BS, Nelson CC, Hartstein ME.

Orbit, eyelid, and Lacrimal System. Basic and clinical science course 2015-2016.

American academy of ophthalmology.2015

3. Bowling B. Lacrimal drainage system. In: Kanski’s Clinical Ophthalmology. A

systematic approach. Elsevier ; Eighth edition; 64-75

4. Ilyas, Yulianti. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

5. Schaefer DP. Acquired etiologies of lacrimal system obstructions. In: Cohen AJ,

Mercandetti M, Brazzo BG. The Lacrimal system. Diagnosis, mangement, and

surgery.United State Of America: Springer.2006:43-66.

6. Amato J, Hartstein ME. Evaluation of the tearing patient. In : Cohen AJ, Mercandetti M,

Brazzo BG. The Lacrimal system. Diagnosis, mangement, and surgery. United State Of

America: Springer. 2006;66-74

21

Anda mungkin juga menyukai