Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI

SISTEM MATA dan THT II

Nama : Alivia Ayu Pramesti Hariyadi


NIM : 020.06.0003
Kelas :A
Modul : Sistem Mata dan THT II
Dosen : dr. Hilda Santosa, Sp. PA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan
praktikum ”Patologi Anatomi”.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai
praktikum Patologi Anatomi dan syarat mengikuti ujian praktikum. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. dr. Hilda selaku dosen pembimbing praktikum patologi anatomi
kelompok penulis.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan
masukan terkait makalah yang penulis buat.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.

Mataram, 26 Oktober 2022

Penyusun

2
3
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..…1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Masalah 1
1.3 Manfaat Masalah 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
BAB III METODE PRAKTIKUM……………………………………………..7
3.1 Waktu dan Tempat 7
3.2 Alat Dan Bahan 7
3.3 Cara Kerja 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………...8
4.1 Hasil Pengamatan 8
4.2 Pembahasan … 14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 25
DAFTAR PUSTAKA 26

4
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan
energinya dengan cara mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian
diuraikan dalam sistem pencernaan menjadi sumber energi, sebagai komponen
penyusun sel dan jaringan tubuh, dan nutrisi yang membantu fungsi fisiologis
tubuh.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan
makanan yang kita makan. Alat pencernaan makanan dapat di bedakan atas
saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan manusia
memanjang dari mulut sampai anus, terdiri dari mulut (kaum olis), kerongkongan
(esofagus), lambung (ventlikulus), usus halus (intestinum), usus besar (kolon),
dan anus. Kelenjar pencernaan menghasilkan enzim-enzim yang membantu proses
pencernaan kimiawi. Kelenjar air liur, kelenjar getah lambung, hati (hepar), dan
pankreas

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum patologi anatomi kali ini sebagai berikut
1. Mahasiswa mampu menemukan bagian patologi secara histologi pada
masing-masing preparat
2. Mahasiswa dapat membedakan bagian yang abnormal dan bagian yang
normal dari strukur histologi
3. Mahasiswa dapat mengenal beberapa penyakit urogenital
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi struktur penyusun
sistem urogenital.

Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum patologi sebagai berikut
1. Dapat mampu menemukan bagian patologi dari masing-masing preparat

5
2. Dapat membedakan bagian abnormal dan normal dari strukut histologi
3. Dapat mengenal beberapa penyakit urogenital

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

MATA
a. Anatomi Mata
Mata adalah indra penglihatan. Mata memiliki bentuk seperti bola
dengan panjang maksimal 24 mm. Mata dibentuk untuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantara
serabut-serabut nervus opticus, berkas cahaya ini dialihkan ke pusat
penglihatan pada otak. Anatomi organ penglihatan terdiri dari:

Gambar 1. Anatomi mata

1) Sklera
Sklera adalah bagian berwarna putih dari bola mata yang bersama-
sama dengan kornea membungkus dan melindungi bola mata. Sklera
memiliki kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran
tekanan bola mata (Ilyas, 2014).

7
2) Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan
yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis epitel,
membran bowman, stroma, membran descemen dan endotel
(Ilyas,2014).
3) Pupil
Pupil merupakan faktor penting dalam optik dari sistem penglihatan.
Jika terjadi perubahan diameter pupil, tujuannya bukan hanya
mengontrol jumlah cahaya saja, tetapi yang paling penting sebagai
sistem optik (Sitepu, 2008).
4) Lensa Mata
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam
bilik mata belakang yang akan menebal dan menipis saat terjadinya
akomodasi (Ilyas, 2014).
5) Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya (Ilyas, 2014).
6) Uvea
Uvea merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas
iris, badan siliar, dan koroid. Iris mempunyai kemampuan mengatur
secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata. Otot longitudinal
badan siliar yang berinsersi di daerah baji sklera bila berkontraksi akan
membuka anyaman trabekula dan mempercepat pengeluaran cairan
mata melalui sudut bilik mata (Ilyas, 2014).
b. Fisiologi Humor
Akuos Humor akuos merupakan cairan jernih tak berwarna yang
secara aktif disekresi oleh prosesus siliaris. Humor akuos mengisi bilik
mata depan dan belakang, dibentuk oleh plasma darah dan disekresi oleh
epitel siliar tak berpigmen. Volume humor akuos sekitar 250 μL, dan
kecepatan pembentukannya 2,5 μL/menit (Kanski, 2006). Humor akuos

8
akan menjaga bentuk dari mata karena cairan yang dihasilkan akan
membentuk suatu tekanan yang disebut tekanan intraokular. Tekanan
intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akuos dan
hambatan yang terjadi pada jaringan trabecular meshwork (Nastiti, 2015).
Humor akuos diproduksi melalui dua tahap yaitu:
1) Pembentukan filtrasi plasma dalam stroma dari badan siliar.
2) Pembentukan humor akuos dari hasil filtrasi melalui bloodaqueous
barier.
Terdapat dua mekanisme pembentukan humor akuos:
1) Sekresi aktif dari epitel siliar tak berpigmen yang menghasilkan
jumlah yang banyak.
2) Sekresi pasif melalui ultrafiltrasi dan difusi.

Gambar 2. Aliran Humor

Akuos Humor akuos mengalir dari bilik mata belakang melalui pupil ke dalam
bilik mata depan, dan keluar dari mata melalui dua jalur yang berbeda:

9
1) Jalur trabekular (konvensional) dengan jumlah hampir 90% dari
pembuangan akuos.
2) Jalur uveosklera (non konvensional) dengan jumlah 10% sisa dari
pembuangan akuos. Komposisi humor aquos hampir sama dengan
komposisi plasma, yaitu mengandung askorbat, piruvat, laktat, protein dan
glukosa (Kanski, 2006).

Tekanan intraokular pada setiap individu bervariasi. Hal tersebut berhubungan


dengan waktu, denyut jantung, tekanan darah dan pernafasan. Pada saat pagi hari,
tekanan intraokular cenderung lebih tinggi dan menurun saat siang hingga sore
hari. Distribusi tekanan intraokular normal pada populasi berkisar 11-21 mmHg.
Meskipun tidak terdapat batas yang tepat, 21 mmHg dinilai sebagai batas atas
tekanan intraokular dan nilai diatasnya merujuk kearah kecurigaan terhadap
glaukoma (Kanski, 2006).
Anatomi telinga dibagi atas telinga luar,telinga tengah,telinga dalam:
Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
tympani. Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang
diliputi kulit. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
(meatus akustikus eksternus) berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen (modifikasikelenjar keringat = Kelenjar serumen) dan rambut.
Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga
bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua pertiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm. Meatus dibatasi
oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis kelenjar keringat
yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar
apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat
berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen
berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.

10
Gambar 3. Telinga luar, telinga tengah, telinga dalam. Potongan Frontal Telinga

Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
 Batas luar : Membran timpani

 Batas depan : Tuba eustachius

 Batas Bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)

11
 Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.

 Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )

 Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis

horizontal, kanalis fasialis,tingkap lonjong (oval


window),tingkap
bundar (round window) dan promontorium.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut Pars
flaksida (Membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah Pars Tensa (membrane
propia). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi ditengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani
disebut umbo. Dimembran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier.
Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut.
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah
belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun
dari luar kedalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran didalam
telinga tengah saling berhubungan . Prosesus longus maleus melekat pada
membrane timpani, maleus melekat pada inkus dan inkus melekat pada stapes.
Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan
antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada
lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan.

12
Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes
yang mempunyai fungsi konduksi suara. maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh
epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik.
Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga
tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah
yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Gambar 4. Membran Timpani 1,2,3

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran


eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan
antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut
menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras,
membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran
tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan
masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan
yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung

13
atau puncak koklea disebut holikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
dengan skala vestibuli.
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala
timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibuli (Reissner’s
membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada
membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari
sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.

14
Gambar 5. Gambar labirin bagian membrane labirin bagian tulang, Telinga
Dalam
Koklea
bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia
panjangnya 35mm. koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang
mengelilingi sumbunya. Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari
pembuluh darah dan saraf. Ruang di dalam koklea bagian tulang dibagi dua oleh
dinding (septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri dari lamina spiralis ossea.
Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis membranasea.
Ruang yang mengandung perilimf ini dibagi menjadi : skala vestibule (bagian
atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung
koklea. Tempat ini dinamakan helicotrema. Skala vestibule bermula pada fenestra
ovale dan skala timpani berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan
antara lamina spiralis membranasea kearah perifer atas, terdapat membrane yang
dinamakan membrane reissner. Pada pertemuan kedua lamina ini, terbentuk
saluran yang dibatasi oleh:

15
1. membrane reissner bagian atas
2. lamina spiralis membranasea bagian bawah
3. dinding luar koklea

saluran ini dinamakan duktus koklearis atau koklea bagian membrane


yang berisi endolimf. Dinding luar koklea ini dinamakan ligamentum
spiralis.disini, terdapat stria vaskularis, tempat terbentuknya endolimf.

Gambar 6. Koklea
Didalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada
membarana basilaris (lamina spiralis membranasea) terdapat alat korti. Lebarnya
membrane basilaris dari basis koklea sampai keatas bertambah dan lamina spiralis
ossea berkurang. Nada dengan frekuensi tinggi berpengaruh pada basis koklea.
Sebaliknya nada rendah berpengaruh dibagian atas (ujung) dari koklea.

Gambar 7. Organ korti


Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membrane, yaitu membrane
tektoria. Membrane ini berpangkal pada Krista spiralis dan berhubungan dengan
alat persepsi pada alat korti. Pada alat korti dapat ditemukan sel-sel penunjang,

16
sel-sel persepsi yang mengandung rambut. Antara sel-sel korti ini terdapat
ruangan (saluran) yang berisi kortilimf.
Duktus koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus
reunions. Bagian dasar koklea yang terletak pada dinding medial cavum timpani
menimbulkan penonjolan pada dinding ini kearah cavum timpani. Tonjolan ini
dinamakan promontorium.
Vestibulum
Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga
berisi perilimf. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale)
yang berhubungan dengan membrane timpani, tempat melekatnya telapak (foot
plate) dari stapes. Di dalam vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian
membrane sakkulus dan utrikulus. Gelembung-gelembung sakkulus dan utrikulus
berhubungan satu sama lain dengan perantaraan duktus utrikulosakkularis, yang
bercabang melalui duktus endolimfatikus yang berakhir pada suatu lilpatan dari
duramater, yang terletak pada bagian belakang os piramidalis. Lipatan ini
dinamakan sakkus endolimfatikus. Saluran ini buntu.
Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel
penunjang yang letaknya pada macula. Pada sakkulus, terdapat macula sakkuli.
Sedangkan pada utrikulus, dinamakan macula utrikuli.
Kanalis semisirkularisanlis
Di kedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak
lurus satu sama lain. didalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran
yang terbenam dalam perilimf. Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan
dengan antrum mastoideum dan tampak sebagai tonjolan, tonjolan kanalis
semisirkularis horizontalis (lateralis).
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania
media dan tampak pada permukaan atas os petrosus sebagai tonjolan, eminentia
arkuata. Kanalis semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi
sirkularis superior. Kedua ujung yang tidak melebar dari kedua kanalis
semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan bermuara pada vestibulum
sebagai krus komunis.

17
Kanalis semisirkularis membranasea letaknya didalam kanalis
semisirkularis ossea. Diantara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimf.
Didalam kanalis semisirkularis membranasea terdapat endolimf. Pada tempat
melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat sel-sel persepsi. Bagian ini
dinamakan ampulla.
Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada
Krista ampularis yang menempati 1/3 dari lumen ampulla. Rambut-rambut dari
sel persepsi ini mengenai organ yang dinamakan kupula, suatu organ gelatinous
yang mencapai atap dari ampulla sehingga dapat menutup seluruh ampulla.
Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
kekoklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ketelinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimplikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa
pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner
yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan
ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

18
Gambar 8. Fisiologi Pendengaran

19
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu & Tempat
Hari/Tanggal : Senin, 17 Oktober 2022
Waktu : 10.30 – 12.10 WITA
Tempat : Laboratorium Terpadu 1 Fakultas Kedokteran UNIZAR
Alat Dan Bahan
1. Pensil/pena
2. Panduan praktikum
3. Mikroskop cahaya binokuler
4. Preparat Histologi

Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang telah di sediakan di laboratorium terpadu 1.


2. Pastikan mikroskop sudah siap dipakai.
3. Ambil preparat yang telah disediakan
4. Amati menggunakan perbesaran yang telah ditentukan yakni 4x dan 40x
5. Cari bagian patologi yang ada pada preparat kemudian sesuaikan dengan
keadaan patologi yang terdapat di panduan praktikum patologi anatomi
6. Catat hasil dan gambar sesuai dengan yang didapatkan.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan

Sinonasal Papiloma, interveted type

Capillary Hematongioma

Inflammatory Polyp

21
Ear Squamous Cell Carsinoma

Nasopharyngeal Carcinoma

Eyelid Basal Cell Carsinoma (BCC)

Eye Melanoma Maligna

22
Eye Retinoblastoma

Eye Squamous Cell Carsinoma

Pembahasan

23
24
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan serta pembahasan


yang sudah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa masing-masing
penyakit saluran kemih dan genital yang kami amati memiliki struktur
mikroskopik yang berbeda-beda. Setelah melakukan praktikum ini kami
menjadi paham bahwa memang peran pemeriksaan secara patologi anatomi
sangat penting dalam penanganan penyakit sistem urogenital. Terdapat
delapan macam penyakit yang kami amati dalam praktikum ini yaitu
Sinonasal Papiloma, Capillary Hematongioma, Inflammatory Polyp, Ear
Squamous Cell Carsinoma, Nasopharyngeal Carcinoma, Eyelid Basal Cell
Carsinoma (BCC), Eye Melanoma Maligna, Eye Retinoblastoma, danEye
Squamous Cell Carsinoma.

25
DAFTAR PUSTAKA

Chen SL, Hwang CC, Liu YC, Chen WT, Yang SW. Warthin's tumor with
necrotizing tuberculous granulomatous inflammation causing
severe facial nerve adhesion in parotid gland: A case report and
literature review. Medicine (Baltimore). 2020
Psychogios G, Vlastos I, Thölken R, Zenk J. Warthin's tumour seems to be the
most common benign neoplasm of the parotid gland in Germany.
Eur Arch Otorhinolaryngol. 2020
El-Naggar AK, Chan JK, Grandis JR, Takata T, Slootweg PJ, editors. WHO
Classification of Head and Neck Tumors. 4th ed. France: IARC:
Lyon; 2017
Seethala RR. Salivary gland tumors: Current concepts and controversies. Surg
Pathol Clin. 2017
Dunn W, Angulo P, Sanderson S, Jamil LH, Stadheim L, Rosen C, Malinchoc M,
Kamath PS, Shah VH. Utility of a new model to diagnose an
alcohol basis for steatohepatitis. Gastroenterology. 2006
Ferlay J, Shin HR, Bray F, Forman D, Mathers C, Parkin DM. Estimates of
worldwide burden of cancer in 2008: GLOBOCAN 2008. Int J
Cancer. 2010
Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi
9. Singapura: Elsevier Saunders.
Guyton, Arthur C. 2007 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta; EGC
Sheerwood, Lauralee. 2013 . Fisiologi Mnausia . Jakarta; EGC
Loscalzo, J.L. 2009. Harrison’s Manual of Meedicine, 17th Ed, McGrawHill
Medical, New York
Aretnasih, (2013) Anatomi Fisiologi Knee Joint Website:
http://aretnasih.blogspot.com/3013/11/anatomi-fisiologi-knee-
joint.html

26
Syaifuddin. (2013). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
keperawatan dan kebidanan. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran
EGC

27

Anda mungkin juga menyukai