Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION LBM 3

BLOK NEUROMUSKULOSKELETAL 2

Disusun oleh :

NAMA : Isnatiya Noviana


NIM : 020.06.0037
KELOMPOK SGD : 2
KELAS :A
TUTOR : dr. Hj. Suci Nirmala, S. Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjat kan kehadirat tuhan yang mahaesa karena atas
rahmat-nya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah yang berjudul “Small Group
Discussion Lbm 3”.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan sebagai syarat nilai SGD. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. dr. Hj. Suci Nirmala, S.Ked, selaku Fasilitator SGD kelompok 2 yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
3. Keluarga dan teman yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 06 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
- Skenario LBM 3 4
- Deskripsi Masalah 4
BAB II
- Pembahasan LBM 3 6
BAB III
- Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO LBM 3
“Kelemahan Ekstremitas”
Seorang laki-laki berusi 65 tahun datang ke UGD rumah sakit UNIZAR dengan keluhan
kelemahan anggota gerak kanan tiba-tiba sejak tadi pagi setelah bangun tidur. Pasien juga
mengeluh sulit bicara, tapi masih bisa paham pembicaraan. Pasien memiliki Riwayat sakit
jantung. Pada pemeriksaan di dapatkan kondisi umum lemah, kompos mentis, TD 180/100
mmHg, denyut nadi 80x//menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu axila 36,7 C. Didapatkan
hemiparesis dextra kekuatan 3 dan afasia motorik. Apa yang terjadi pada pasien? Apakah
pemeriksaan penunjang yang akan di lakukan?

DESKRIPSI MASALAH
Berdasarkan scenario diatas terdapat pasien lakil-aki berusia 65 tahun datang ke UGD
RS dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan, tiba-tiba sejak tadi pagi setelah pasien ini
bangun tidur. Berdasarkan hasil anamnesa ditemukan pasien mengeluh sulit bicara, namun masih
bisa paham pembicaraan. Berdasarkan Riwayat penyakit pasien, pasien menderita penyakit
jantung. Sudah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum lemah, kompos mentis,
TD 180/100 mmHg, denyut nadi 80x/menit, suhu aksila 36,7 ℃ . Pada hasil pemeriksaan
didapatkan hemiparesis dekstra kekuatan 3 dan afasia motoric.
Gejala dan hasil dari pemeriksaan pasien diskenario mengarah pada suatu penyakit yang
memiliki gejala yang sama seperti yang dialami pasien yaitu penyakit stoke. Stroke ini bisa
dipicu oleh riwayat jantung yang diderita oleh pasien sehingga jika terdapat pernyataan terdapat
kolerasi antara gejala yang dialami pasien sekarang dengan riwayat penyakit jantung pasien
maka jawabanya iya, terdapat kemungkinan. Gejala pasien yang sult bicara tetapi masih bisa
memahami pembicaraan ini tentunya dapat disebabkan oleh stroke, karena stroke merupakan
keadaan ketika defisit neurologis fokal tiba-tiba karena bagian dari otak kehilangan suplai darah.
Kemudian terdapat hasil pemeriksaan CT Scan pada scenario yang mana dapat dilihat adanya
gambaran hipodens pada bagian medial agak kebagian dextra. Gambaran hipodens tersebut
diikuti dengan adanya gambaran hiperdens seperti titik ditengahnya yang mana menandakan
adanya sumbatan pada aliran darah sekitar sana. Kemudian adapun juga dapat dilihat adanya
gambaran hipodens yang merata pada sisi sinistra yang mana hal tersebut berarti telah terjadi
kerusakan pada jaringan otak tersebut. Dengan adanya keluhan yang dialami pria tersebut serta
gambaran CT Scan tadi maka dapat kita curigai bahwa pria ini menderita penyakit stroke.
Pembahasan tentang stroke akan saya bahas pada laporan LBM 3 ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembahasan DD (Stroke, Tumor Paru)
 Stroke
Definisi:
Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian. Stroke merupakan gangguan fungsi otak
yang timbul mendadak karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang
menimbulkan kehilangan fungsi neurologis secara cepat. Dampak dari penyakit stroke
diantaranya keterbatasan aktivitas. (Kemenkes, 2014)
Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke menurut Corwin (2009) ada dua yaitu :
1. Stroke non hemoragik
a. Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah otak perlahan
karena proses arterosklerosis cerebral dan perlambatan sirkulasi serebral.
b. Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi mendadak akibat
abnormalitas patologik pada jantung. Embolus biasanya menyumbat arteri
cerebral tengah atau cabang cabangnya yang merusak sirkulasi cerebral.
(Elizabeth J. Corwin. 2009)
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu. Kejadiannya biasanya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Kesadaran psien umunya dapat menurun. (Elizabeth J.
Corwin. 2009)
Etiologi:
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) stroke biasanya diakibatkan oleh salah satu
dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :
1) Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis, yang merupakan
penyebab paling umum dari stroke. Secara umum, trombosis tidak terjadi secara tiba-
tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah
tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
2) Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral. (Valante dkk, 2015)
3) Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia terutama karena konstriksi
atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. (Valante dkk, 2015)
4) Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Pasien dengan perdarahan dan hemoragi
mengalami penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau
tidak responsif. (Edwarsyah, 2018)
Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi penghentian suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak dalam
gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi. (Edwarsyah, 2018)

Manifestasi Klinis
Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya defisit
neurologist, secaara mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal, terjadinya pada
waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila
embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia > 50 tahun. Menurut WHO dalam
International Statistic Dessification Of Disease And Realeted Health Problem 10th
revitoan, stroke hemoragik dibagi atas Pendarahan Intra Serebral (PIS) dan Pendarahan
Subaraknoid (PSA). (Sacco, 2013)
Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa kelumpuhan wajah atau anggota badan
(hemiparesis yang timbul mendadak), gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota
badan (gangguan hemiparesik), perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium,
letargi, stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan
memahami ucapan), disartria (bicara pelo/cadel), gangguan penglihatan
(hemianopia/monokuler, atau diplopia), ataksia (trunkal/anggota badan), vertigo, mual
dan muntah, atau nyeri kepala. (Sacco, 2013)
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Padila (2015) pemeriksaan penunjang pasien stroke terdiri atas:
1. Diagnostik: Scan kepala, angiografi serebral, EEG44, Fungsi lumbal, MRI, dan
X-ray tengkorak.
2. Pemeriksaan laboratorium: Hitung darah lengkap, kimia klinik, masa protombin,
urinalisis.
 Tumor Paru
Definisi
Tumor otak adalah pertumbuhan sel-sel otak yang abnormal di dalam otak. Tumor
otak primer apabila pertumbuhan sel abnormal terjadi pertama kali di dalam otak bukan
merupakan metasase dari tumor di organ lainnya. Tumor otak mempunyai sifat yang
berlainan dibandingkan tumor di tempat lain. Walaupun secara histologis jinak, mungkin
akan bersifat ganas karena letaknya berdekatan atau di sekitar struktur vital dan dalam
rongga tertutup yang sukar dicapai. (Eric, 2020)
Etiologi
Penyebab terjadinya tumor adalah faktor genetik. Adanya abnormalitas gen yang
mengontrol pertumbuhan sel otak. Kelainan ini dapat disebabkan oleh kelainan yang
langsung mengenai gen atau adanya gangguan pada kromosom yang dapat merubah
fungsi dari gen itu sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan radiasi dan
bahan kimia dapat meningkatkan kejadian timbulnya tumor. Mungkin paparan bahan-
bahan tersebut dapat menyebabkan perubahan struktur dari gen. Terbentuknya tumor
didasarkan atas anggapan bahwa migrasi dan deferensiasi lapisan sel primitif tabung saraf
berubah menjadi medublas yang kemudian berdeferensiasi menjadi 2 bagian yaitu
golongan neuron menjadi neuroblas dan neuron dan golongan glia melalui spongioblas
menjadi astrosit dan oligodendrosit. Lapisan sel tabung saraf dapat juga menjadi sel
ependimal. Tiap-tiap sel ini dapat berubah menjadi neoplastik sehingga meduloblas
menjadi meduloblastoma, neuroblas menjadi neuroblastoma dan ganglioneuroma, astrosit
menjadi astrositoma, oligodendrosit menjadi oligodendroglioma dan sel ependimal
menjadi ependimoma. Tumor yang berasal dari sel glia dinamakan glioma. (Eric, 2020)
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tumor otak meliputi peninggian tekanan intra kranialdan
manifestasi fokal yang diakibatkan oleh tekanan terhadap jaringan disekitar tumor. Gejala
peninggian tekanan intrakranial lebih cepat timbul pada tumor infratentorial
dibandingkan tumor supratentiorial. Karena ruang yang lebih terbatas pada fossa
posterior. Tumor infratentorial mudah menyumbat aliran cairan serebrospinal sehingga
terjadi dilatasi ventrikel. Apabila tekanan intrakranial mencapai atau hampir sama
tekanan arterial sistemik, tekanan arterial sistemik akan meningkat. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya bradikardi, hipertensi dan pernafasan lambat tidak teratur
dikenal sebagai trias cushing. (Eric, 2020)
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien tumor otak yaitu
(Eric, 2020):
1) Pemeriksaan neurologis meliputi kesadaran, pemeriksaan syaraf kranial, tonus otot,
kekuatan otot, pemeriksaan refleks tendon dalam dan superfisial baik yang fisiologis
maupun patologis, pemeriksaan sensibilitas, koordinasi, gangguan gerak (involunter
movement, ataxia).
2) Computed Tomography Scan (CT-Scan)
3) Magnetic resonance imaging (MRI)
4) Ultrasonography kepala dilakukan jika ubun-ubun masih terbuka, atau jika tidak bisa
dilakukan CT-Scan Kepala atau MRI
5) Pemeriksaan Cairan serebrospinal, pungsi lumbal merupakan kontraindikasi bila
ditemukan peningkatan tekanan intrkranial. Namun jika diperlukan bisa dilakukan
dengan hati-hati.
6) Pemeriksaan Patologi Anatomi, pemeriksaan ini dapat menentukan jenis tumor
dengan pasti namun tidak selalu dapat dilakukan biopsi atau operasi terhadap tumor
otak. (Eric, 2020)
2. Penegakan Diagnosis
Dari hasil diskusi kelompok kami yaitu, dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang serta riwayat penyakit pasien dapat kami simpulkan bahwa pasien ini
menderita Stroke Iskemik Kardioemboli Et Causa. Hal yang mendasari kami untuk
menegakkan DX ini adalah dikarenakan pasien memiliki riwayat penyakit jantung, yang
kemudian mengarah kepada terjadinya aterosklerosis, serta serangan yang terjadi pada saat
pasien bangun tidur/saat pasien istirahat yang mana ini merupakan tanda-tanda stroke
iskemik. Untuk menunjang DX juga, dapat dilakukan pencitraan radiologi otak adalah hal
darurat dan esensial untuk evaluasi stroke iskemik akut menggunakan Computed
Tomography (CT) scan non-kontras.
3. Pembahasan DX
Epidemiologi
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 oleh Kementrian Kesehatan RI, 7% atau
sebesar 1.236.825 orang menderita stroke. Jawa Barat merupakan provinsi dengan angka
kejadian stroke terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar 238.001 orang, atau 7,4% dari jumlah
penduduknya. Selain itu, penderita ditemukan paling banyak pada kelompok umur 55-64
tahun. Laki-laki juga lebih banyak mengidap stroke di Indonesia dibandingkan perempuan.
Menurut Sample Registration System (SRS) Indonesia 2014, Stroke merupakan penyakit
yang paling banyak diderita, yaitu sebesar 21,1%. Berdasarkan WHO, stroke merupakan
penyakit dengan angka kematian tertinggi kedua di dunia, dan ketiga dalam menyebabkan
kecacatan. Berdasarkan laporan pola penyebab kematian di Indonesia dari analisis data
kematian 2010, penyebab kematian tertinggi adalah stroke, sebesar 17,7%. (WHO, 2018 dan
RISKESDAS 2013)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Keadaan umum: (Kesadaran, peningkatan pola bicara), Tanda-tanda vital: kenaikan
tekanan darah, suhu dingin.
2) Pemeriksaan mata: gangguan pengelihatan
3) Pemeriksaan leher: kaku kudu
4) Pemeriksaan dada: nafas pendek, perubahan irama jantung.
Patofisiologi
Patofisiologi stroke berbeda berdasarkan jenis stroke, iskemik dan hemorhagik yaitu
(Aninditha & Wiratma, 2017) :
1. Stroke iskemik
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow (CBF)
yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Nilai kritis CBF adalah 23
ml/100 gr/mnt, dengan nilai normal 50 ml/100 gr/mnt. Penurunan CBF di bawah nilai
normal dapat menyebabkan infark. Suatu penelitian menyebutkan bahwa nilai CBF pada
pasien dengan infark adalah 4,8-8,4 ml/100 gr/mnt. Patofisiologi stroke iskemik dibagi
menjadi dua bagian yaitu vaskular dan metabolisme. Iskemia disebabkan karena terjadi
oklusi vaskular. Oklusi vaskular yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh
emboli, thrombus, plak, dan penyebab lainnya. (Aninditha & Wiratma, 2017)
Iskemia menyebabkan hipoksia dan akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi
vaskular yang terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang
muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada otak akan mati dalam
hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke yang tiba-
tiba gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa kerusakan pompa
natrium-kalium yang meningkatkan kadar natrium dalam sel. Hal ini menyebabkan air
tertarik masuk ke dalam sel dan berujung pada kematian sel akibat edema sitotoksik.
Selain pompa natrium-kalium, pertukaran natrium dan kalsium juga terganggu. Gangguan
ini menyebabkan influks kalsium yang melepaskan berbagai neurotransmiter dan
pelepasan glutamat yang memperparah iskemia serta mengaktivasi enzim degradatif.
(Aninditha & Wiratma, 2017)
2. Stroke hemorhagik
Stroke hemorhagik dibagi menjadi pendarahan intraserebral dan pendarahan
subaraknoid. (Aninditha & Wiratma, 2017)
a. Perdarahan intraserebral
Perdarahan masuk ke parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang
merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan tegak lurus menuju
parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Hal ini dapat
disebabkan oleh diathesis perdarahan dan penggunaan antikoagulan seperti heparin,
hipertensi kronis, serta aneurisma. Masuknya darah ke dalam parenkim otak
menyebabkan terjadinya penekanan pada berbagai bagian otak seperti serebelum,
batang otak, dan thalamus. Darah mendorong struktur otak dan merembes ke
sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang
akan bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang meningen. Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala
seperti nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah proyektil. (Aninditha & Wiratma,
2017)
b. Pendarahan subaraknoid
Lokasi pendarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons,
serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga
mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke dalam ventrikel lateral lalu
menyebar melalui sistem ventrikuler ke dalam rongga subaraknoid. Adanya perluasan
inttraventrikuler sering berakibat fatal. (Aninditha & Wiratma, 2017)
Tatalaksana
Stroke dapat dilakukan pengobatan dengan cara (Padila, 2015) :
a. Konservatif
1) Pemenuhan cairan dan elektrolit denganpemasangan infuse
2) Mencegah peningkatan TIK dengan obat antihipertensi, deuritika, vasodiator perifer,
antikoagulan, diazepam bila kejang, anti tukak misal cimetidine, kortikosteroid (pada
kasus ini tidak ada manfaatnya karena pasien akan mudah terkena infeksi,
hiperglikemi dan stress ulcer/perdarahan lambung), dan manitol luntuk mengurangi
edema otak.
b. Operatif:
Apabila upaya menurunkan TIK tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan
evakuasi hematom karena hipertensi intracranial yang menetap akan membahayakan
kehidupan pasien.
c. Pada fase sub akut/pemulihan (>10 hari) perlu :
Terapi wicara, terapi fisik dan stoking anti embolisme.
Faktor Resiko
Faktor resiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat seseorang
mudah terkena serangan stroke. Ada dua faktor resiko yaitu faktor internal yang tidak dapat
di kontrol atau di ubah, seperti faktor keturunan, umur, jenis kelamin, etnis/ras dan faktor
eksternal yang terjadi karena ulah manusia, faktor ini dapat diubah ataupun dikontrol melalui
gaya hidup sehat. (Duca & Jagoda, 2016)
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat stroke diantaranya bisa menyebabkan aspirasi,
paralitic illeus, atrial fibrilasi, diabetus insipidus, peningkatan TIK, dan hidrochepalus.
(Padila, 2015)
Prognosis
Prognosis dari stroke iskemik ini juga tergantung lokasi, gejala yang timbul dan
komplikasi jika ringan maka prognosisnya masih dapat menjadi baik namun jika berat
prognosis bisa menjadi buruk. Perhitungan prognosis stroke dapat dilakukan dengan National
Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS). (Padila, 2015)
KIE
KIE yang dapat diberikan untuk pasien stroke iskemik bisa diingatkan untuk
memperhatikan konsumsi cairan dah nutrisi yang cukup. Biasanya pasien dianjurkan
mengkonsumsi cairan isotonis seperti 0,9% kemudian kebutuhan cairan 39ml/kgBB/hari dan
memeriksa elektrolit. Pada KIE nutrisi pasien dianjurkan kebutuhan kalori 25-30
kkal/kg/hari. (PDSSI, 2008)
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pemaparan diatas, Penyakit yang diderita pasien pada skenario adalah stroke
iskemik cardioemboli et causa. Diagnosa ini didukung dari gejala dan hasil pemeriksaan yang
sudah didapatkan. Seperti yang kita ketahui bahwa stroke iskemik yang terjadi pada pasien ini
disebabkan oleh emboli yang dipicu karna riwayat sakit jantung pasien, emboli ini akan terbawa
oleh aliran darahh yang menuju ke otak sehingga dapat terjadi sumbatan diotak.
Oleh karena itu pasien pada skenario perlu diberikan terapi rTPA untuk mengaktivasi
mekanisme penghilang gumpalan alami tubuh sehingga dapat meningkatkan suplay darah ke
otak. Selain itu pasien juga mengalami hipertensi dan perlu diberikan antihipertensi. Setelah
diberikan beberapa pengobatan yang sudah dijelaskan diatas maka akan dilakukan follow up
untuk mengetahui langkah selanjutnya yang perlu diambil untuk menangani pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aninditha, T1., Wiratma, W2. 2017. Buku Ajar Neurologi. Edisi ke-1. Jakarta.
Duca, A1., Jagoda, A2. 2016. Trasient Ischemic Attacks. Emergency Medical Clinical North Am.
Edwarsyah., Dkk. 2018. Kontribusi Kekuatan Otot Lengan Terhadap Hasil Teknik Angkatan
SNATCH Atlet Angkat Besi Di Sasana HBT (Himpunan Bersatu Teguh) Padang.
Jurnal Menssana, Vol.3 , No.1.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.
Eric, T., Dkk. 2020. Tijauan Patofisiologi Tumor Otak Metastasis Dari Kanker Kelenjar Parotis-
Laporan Kasus. Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. 8 dari 1000 Orang di Indonesia Terkena
Stroke, Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementerian
Kesehatan RI.
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2008. Buku Pedoman Standar Pelayanan Medis
(SPM) & Standar Prosedur Operasional Neurologi. Jakarta.
Sacco, RL., Dkk. 2013. Definition of Struk for the 21st Century: A Statement for Healthcare
Professionals from the American Stroke Association/American Heart Association.
Valente, et al. 2015. Ischemic Stroke Due To Middle Cerebral Artery M1 Segment Occlusion:
Latvian Stroke Register Data. Proceedings of the Latvian Academy of Sciences.

Anda mungkin juga menyukai