Anda di halaman 1dari 43

STIKes HARAPAN BANGSA

LEMBAR KERJA MAHASISWA KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas LKM Gerontik

Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Kelas 5 B

Koordinator : Dwi Novitasari., S.kep., Ns., M.Sc

Pengajar : Dwi Novitasari., S.kep., Ns., M.Sc

Disusun oleh :

BERLIAN NURHUDA SRIKUNING

(16144014399013)

PROGRAM STUDI D III ILMU KEPERAWATAN

PURWOKERTO

(OKTOBER, 2018)
LEMBAR KERJA MAHASISWA 4

1. Jelaskan pengertian dari stroke!


Jawab :
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global,
akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan atau sumbatan dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, dapat sembuh sempurna, dengan cacat, atau
kematian. (Junaidi, 2011)

2. Jelaskan tentang tipe stroke hemoragik!


Jawab :
Menurut Arya (2011), stroke hemoragik dibagi menjadi dua kategori yaitu :
a. Stroke Hemoragik Intraserebral (SHI)
Yaitu perdarahan terjadi dalam jaringan otak. Adapun gejala klinisnya seperti
nyeri kepala berat, lemah , muntah, dan adanya darah pada rongga subarakhnoid pada
pemeriksaan fungsi lumbal merupkan gejala penyerta yang khas. Penyebab yang
paling utama dari SHI pada lansia yaitu hipertensi, robeknya pembulu darah,
rusaknya formasi/bentuk pembuluh darah, tumor, gangguan pembekuan darah dan
sebab lain yang tidak diketahui.
Pada perdarahan intrakranial, bisa terjadi penurunan kesadaran sampai koma,
kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh,gangguan pernafasan atau
gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi kebingungan hilang
ingatan terutama pda usia lanjut.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Merupakan keadaan yang akut. Perdarahan ini terjadi pada ruang
subarakhnoid (ruang sempit antar permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak). Darah dirongga subarakhnoid merangsang selaput otak dan menimbulkan
meningitis kimiawi.
Darah yang sampai vertikel (rongga-rongga kecil) dapat mengumpul dan
mengakibatkan hidrosefalus akut penderita PSA mengeluh nyeri kepala yang hebat
,juga dijumpai nyeri dipunggung ,rasa mual,muntah dan rasa takut. Dampak yang
paling mencelakakan dari PSA yaitu apabila perdarahan pembuluh darah itu
menyebabkan cairan yang mengelilingi otak dan mengakibatkan pembuluh darah
disekitarnya menjadi kejang, sehingga menyumbat pasokan darah ke otak.

3. Jelaskan tentang tipe stroke non hemoragik!


Jawab :
Stroke non hemoragik berdasarkan lokasi penggumpalan, yaitu:
a. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan di tempat
lain seperti di jantung dan sistem vaskuler sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat
terjadi pada penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan
dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau
menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium, infark
kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung ini
menyebabkan curah jantung berkurang dan serangan biasanya muncul disaat
penderita tengah beraktivitas fisik seperti berolahraga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat dibagi
menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis) merupakan 70%
kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk
sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika
aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator
penyakit atherosclerosis.

4. Jelaskan etiologi stroke pada lansia!


Jawab :
a. Hipertensi,
Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat
mengganggu aliran darah cerebral.
b. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang
diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu
dapat menimbulkan perdarahan.
c. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada
kelainan jantung dan pembuluh darah.
d. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya
peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral
dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang
terjadi pada pembuluh darah serebral.
e. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah
otak.
f. Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun.
g. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya
embolus dari lemak.
h. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak.
i. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.
j. Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak.

5. Jelaskan tanda dan gejala stroke hemoragik pada lansia!


Jawab :
Gejala yang muncul karena serangan stroke hemoragik dapat berbeda-beda, tergantung
seberapa besar jaringan yang terganggu, lokasi, serta tingkat keparahan perdarahan yang
terjadi.
Gejala stroke hemoragik intraserebral (perdarahan otak), di antaranya adalah:
a. Sakit kepala berat
b. Mual dan muntah
c. Penurunan kesadaran
d. Kejang
Gejala lainnya yang dapat terjadi adalah lemah, kelumpuhan pada satu sisi tubuh,
gangguan berbicara, mata tidak dapat digerakkan menuju arah tertentu, gangguan
penglihatan, dan terlihat bingung. Sementara itu, stroke hemoragik subarachnoid
(perdarahan subarachnoid) ditunjukkan dengan gejala awal berupa penglihatan ganda
dan sakit kepala yang terjadi tiba-tiba. Gejala tersebut terjadi sebelum pembuluh darah
pecah. Setelah pecahnya pembuluh darah, beberapa gejala yang dapat muncul antara
lain:
a. Nyeri di daerah wajah atau sekitar mata
b. Penglihatan kabur
c. Leher kaku
d. Penurunan kesadaran
Gejala pada perdarahan subarachnoid dapat memburuk dalam waktu 24 jam, di mana
cairan serebrospinal mengiritasi selaput pelindung otak (meningens) sehingga
mengakibatkan gejala kaku leher, nyeri punggung, pusing, serta dapat diikuti
dengan muntah. Gejala perdarahan berat hingga penurunan kesadaran dapat terjadi
secara mendadak, sehingga penderita harus segera dilarikan ke rumah sakit. Tidak jarang
penderita menjadi koma atau bahkan meninggal sebelum sampai di rumah sakit.

6. Jelaskan tanda dan gejala stroke non hemoragik pada lansia!


Jawab :
1) Tanda Dan Gejala Stroke Non Hemoragik
Tanda dan gejala yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari berat
ringanya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala yang umum
dijumpai :
a. Gangguan motorik
1.) Tonus abnormal (hipotonus/hipertonus)
2.) Penurunan kekuatan otot
3.) Gangguan gerak volunter
4.) Gangguan keseimbangan
5.) Gangguan koordinasi
6.) Gangguan ketahanan
b. Gangguan sensorik
1.) Gangguan propioseptik
2.) Gangguan kinestik
3.) Gangguan diskriminatif
c. Gangguan kognitif, memori dan atensi
1.) Gangguan memori
2.) Gangguan atensi
3.) Gangguan inisiatif
4.) Gangguan daya perencanaan
5.) Ganguan cra menyelesaika suatu masalah
d. Gangguan kemampuan fungsional
1.) Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan. Toileting,
berpakaian.

7. Jelaskan komplikasi stroke pada lansia!


Jawab :
a. Infeksi saluran kencing, tidak dapat menahan kencing (inkontinensia urine) dan
tidak dapat melakukan kegiatan seksual (disfungsi seksual)
b. Perdarahan disaluran cerna
c. Depresi
d. Aritmia (detak jantung tidak beraturan) dan infark miokardial (kematian sel-sel
jantung)
e. Pneumonia dan edema paru
f. Disfagia (kesulitan menelan) dan aspirasi
g. Trombosis vena

8. Jelaskan pemeriksaan diagnostik stroke pada lansia!


Jawab :
a. Laboratorium : mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolestrol,
dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
b. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
c. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergeernya struktur
otak
d. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu

9. Jelaskan penatalaksanaan medis stroke pada lansia!


Jawab:
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
a. Posisi kepala dn badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
oksigen sesuai kebutuhan
c. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
d. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan katerisasi
g. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonik
h. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipsi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
i. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
Penatalaksanaan spesifik berupa :
a. Stroke non hemoragik : asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, oobat
hemoragik
b. Stroke : mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan,
menurunkan TIK yang tinggi

10. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan stroke!


Jawab :
a. Aktivitas dan istirahat
1.) Data subyektif
a.) Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis
b.) Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
2.) Data obyektif
a.) Perubahan tingakt kesadaran
b.) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paralysis (hemiplegia),
kelemahan umum
c.) Gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
1.) Data subyektif
a.) Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung, endokarditis bacterial), polistemia.
2.) Data obyektif
a.) Hipertensi arterial
b.) Disritmia, perubahan EKG
c.) Pulsasi : kemungkinan bervariasi
d.) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
1.) Data Subyektif
a.) Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
2.) Data obyektif
a.) Emoi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan, kegembiraan
b.) Kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
1.) Data subyektif
a.) Inkontinensia urine, anuria
b.) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus
(ileus paralitik)
e. Makan atau minum
1.) Data subyektif
a.) Nafsu makan hilang
b.) Nausea/ vominuts menandakan adanya PTIK
c.) Kehilangan sensasi lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
d.) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam daerah
2.) Data obyektif
a.) Problem dalam mengunyah (menurunya reflek palatum dan faring)
b.) Obesitas (faktor resiko)
f. Sensori neural
1.) Data subyektif
a.) Pusing/syncope (sebelum CVA/sementara selama TIA)
b.) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid
c.) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
d.) Penglihatan berkurang
e.) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral (sisi yang sama)
f.) Gangguan rasa pengecapandan penciuman
2.) Data obyektif
a.) Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan
tingkah laku (latergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
b.) Ekstremitas : kelemahan/paralysis (kontralateral pada semua jenis stroke,
genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
(kontralateral)
c.) Wajah : paralisis/parese (ipsilateral
d.) Afasia
e.) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengarn, stimuli taktil
f.) Apraksia : kehilangan kemampuang menggunakan motorik
g.) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatai dan tak bereaksi pada sisi ipsi
lateral
g. Nyeri/kenyamanan
1.) Data subyektif
a.) Sakit kepala yang bervariasi intesitasnya
2.) Data obyektif
a.) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/faisal
h. Respirasi
1.) Data subyektif
a.) Perokok (faktor resiko)
b.) Tanda : kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit atau tidak teratur, suara nafas terdengar ronchi
i. Keamanan
1.) Data obyektif
a.) Motorik : masalah dengan penglihatan
b.) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
c.) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
d.) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
e.) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri.
j. Interaksi sosial
1.) Data obyektif
a.) Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
k. Pengajaran/pembelajaran
1.) Data subjektif
a.) Riwayat hipertensi keluarga, stroke
b.) Penggunaan kontrasepsi oral

11. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan stroke (definisi, batasan
karakteristik, faktor yang berhubungan, atau faktor risiko)
Jawab :
a. Perubahan perfusi jaringan serebral
1.) Definisi : beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan
2.) Batasan karakteristik :
a.) Perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori
b.) Perubahan respon sensorik/motorik, kegelisahan
c.) Defisit sensoi, bahasa intelektual dan emosional
d.) Perubahan TTV
3.) Faktor yang berhubungan : terputusnya aliran darah : penyaklit oklusi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
b. Ketidakmampuan mobilitas fisik
1.) Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah
2.) Batasan karakteristik :
a.) Ketidakmampuan dalam bergerak pada lingkungan fisik
b.) Kelemahan
c.) Keterbatasan rentang gerak sendi
d.) Penurunan kekuatan otot
3.) Faktor yang berhubungan : kelemahan neuromuskular, ketidakmampuan
dalam persepsi kognitif
c. Gangguan komunikasi verbal
1.) Definisi :penurunan, kelambatan, kelambatan, atau ketiadaan kemampuan
untuk menerima, memproses, mengirim, dan atau/atau menggunakan sistem
simbol.
2.) Batasan karakteristik :
a.) Gangguan artikulasi
b.) Tidak mampu berbicara / disartria
c.) Ketidakmampuan moduasi wicara, mengenal kata, mengidentifikasi objek
d.) Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komperhensif
3.) Faktor yang berhubungan : gangguan sirkulasi serebral, gangguan
neuromuskuler. Kehilangan tonus otot fasial/mulut, kelemahan umum/letih.

12. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan stroke (klafisikasi dan
indikator)
Jawab :
a. DX 1 :
Tujuan pasien/kriteria hasil :
1.) Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran , kognisi dan fungsi
sensori/motorik
2.) Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
3.) Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran/ kekambuhan
b. DX 2 :
Tujuan pasien/ kriteria hasil :
1.) Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian
tubuh
2.) Menampakan kemampuan perilaku / teknis aktivitas sebagaimana
permulaanya
3.) Terpeliharanya intregitas kulit
c. DX 3 :
Tujuan pasien/ kriteria hasil :
a.) Pasien mampu memahami problem komunikasi
b.) Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
c.) Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
d.) Menggunakan sumber bantuan dengan tepat

13. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan stroke (klafisikasi dan
aktifitasnya)
Jawab :
a. DX 1 :
1.) Monitor dan catat status neurologis secara teratur
2.) Monitor tanda-tanda vital
3.) Evaluai pupil, ukuran, bentuk kesamaan, dan reaksi terhadap cahaya
4.) Bantu untuk mengubah pandangan, misalnya pandangan kabur, perubahan
lapang pandang/persepsi lapang pandang
5.) Bantu meningkatkan fungsi termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan
fungsi
6.) Kepala dielevasikan perlahan pada posisi netral
7.) Pertahankan tirah baring, sediakan lingkungan yang tenang, atur kunjungan
sesuai indikasi
8.) Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
9.) Berikan medikasi sesuai indikasi
10.) Antifibrilotik (aminocaproic)
11.) Antihipertensi
12.) Vasodilator perifer (cyclandelete, isoxsuprine)
13.) Manitol
b. DX 2 :
1.) Ubah posisi tiap dua jam (prone, supine, miring)
2.) Mulai latihan aktif/ pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
3.) Topang ektremitas pada posisi fungsional, gunakan food board pada saat
selama periode paralysis flaksid. Pertahankan kepala dalam keadadaan netral
4.) Evaluasi pengguanaan alat bantu pengatur posisi
5.) Bantu meningkatkan keseimbangan
6.) Konsul ke bagian fisioterapi
7.) Bantu dalam memberikan stimulasi elektrik
8.) Gunakan bed air/bed khusus sesuai indikasi
c. DX 3 :
a.) Bantu menentukan derajat disfungsi
b.) Sediakan bel khusus jika diperlukan
c.) Sediakan metode komunikasi alternative
d.) Antisipasi dan sediakan kebutuhan pasien
e.) Bicara langsung pada pasien dengan perlahan dan jelas
f.) Bicara dengan nada normal
g.) Konsul dengan ahli terapi wicara

14. Jelaskan pengertian dari alzeimer!


Jawab :
Penyakit Alzheimer adalah kondisi kelainan yang ditandai dengan penurunan daya ingat,
penurunan kemampuan berpikir dan berbicara, serta perubahan perilaku pada penderita
akibat gangguan di dalam otak yang sifatnya progresif atau perlahan-lahan.
15. Jelaskan etiologi alzeimer pada lansia!
Jawab :
Alzheimer disebabkan oleh adanya protein dalam darah atau biasa disebut ApoE
(apolipoprotein E), yang digunakan tubuh untuk menggerakan kolesterol dalam darah.
Pada beberapa kasus, ada jenis ApoE yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit
Alzheimer.
16. Jelaskan tanda dan gejala alzeimer pada lansia!
Jawab :
1. Gangguan daya ingat
Penderita alzheimer kerap lupa kejadian yang baru terjadi, lupa janji, dan
membicarakan hal yang sama berulang kali. Hal ini terjadi berulang kali, hingga
kadang membuat orang lain kesal.
2. Sulit focus
Orang dengan alzheimer sulit melakukan pekerjaan sehari-hari. Mereka juga butuh
waktu lebih lama menyelesaikan pekerjaan.
3. Sulit melakukan kegiatan familiar
Penderita alzheimer sulit melakukan tugas sehari-hari. Mereka juga kesulitan
melakukan hal yang biasa seperti mengemudi, menulis, atau menghitung.
4. Disorientasi
Penderita alzheimer biasanya lupa tanggal dan hari penting. Mereka juga tidak tahu
sedang berada dimana dan bagaimana jalan pulang.
5. Kesulitan memahami visuospasial
Penderita alzheimer kesulitan membaca, menentukan jarak, membedakan warna, dan
tidak mengenali wajah sendiri. Umumnya mereka tidak mengenali suatu benda hingga
salah sebut, atau tidak pas meletakkam sesuatu.
6. Gangguan komunikasi
Penderita alzheimer kesulitan berbicara dan mencari padanan kata yang tepat. Mereka
juga kerap berhenti di tengah pembicaraan, dan bingung melanjutkannya.
7. Menaruh barang tidak pada tempatnya
Orang dengan alzheimer kerap lupa dimana meletakkan sesuatu. Terkadang mereka
menuduh orang lain memindahkan dan mencuri barang tersebut.
8. Salah membuat keputusan
Penderita alzheimer kerap berpakaian tidak serasi, dan tidak bisa merawat diri dengan
baik.
9. Menarik diri dari pergaulan
Penderita alzheimer tidak bersemangat untuk bersosialisasi. Mereka juga cenderung
mengurung diri.
10. Perubahan perilaku dan kepribadian
Emosi penderita demensia mudah berubah mulai dari bingung, curiga, depresi,
takut, hingga menjadi kembali ramah. Mereka juga sangat bergantung pada orang
lain.
17. Jelaskan pemeriksaan diagnostic alzaimer pada lansia !
Jawab :
a. Pemeriksaan neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi.
Secara umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya
berkisar 1000 gr (850-1250gr).Beberapa penelitian mengungkapkan atropi lebih
menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan korteks oksipital,
korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh (Jerins 1937).
b. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi pemeriksaan
neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya gangguan fungsi
kognitif umum danmengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi. Test psikologis
ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa bagian
otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,
perhatian dan pengertian berbahasa.
c. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita alzheimer antemortem.
Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab
demensia lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi
kortikal menyeluruh danpembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran
marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini. Tetapi gambaran ini juga
didapatkan pada demensia lainnya seperti multiinfark, parkinson, binswanger
sehingga kita sukar untuk membedakan dengan penyakit alzheimer.
d. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada
penyakit alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis
yang non spesifik.
e. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah,
metabolisma O2, dan glukosa didaerah serebral. Up take I.123 sangat menurun
pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi
dan selalu dan sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.
f. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita alzheimer. Kelainan ini
berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua
pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
g. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer.
Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit
demensia lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE,
fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skreening antibody yang
dilakukan secara selektif.

18. Jelaskan penatalaksanaan medis alzeimer pada lansia!


Jawab :
Ada tiga bentuk penangan yang dapat diberikan kepada pasien Alzheimer,
yaitu :
a. Pharmaceutical
Ada beberapa obat yang dapat memelihara kemampuan berpikir, kemampuan
berbicara dan ingatan pasien Alzheimer. Obat-obat tersebut yaitu :
1) Tacrine
Obat ini efektif dalam meningkatkan kemampuan mengingat pasien, tetapi
obat ini hanya dapat diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai
sedang. Efek samping yang ditimbulkan berupa mual, muntah, diare, nyeri
perut, gangguan pencernaan, ruam-ruam pada kulit. Selain itu, obat ini juga
bersifat hepatotoxicity karena dapat meningkatkan enzim hati (alanine
aminotransferase atau ALT). Oleh karena itu, obat ini jarang digunakan karena
harus melakukan tes darah setiap minggu untuk memonitor kadar ALT.
2) Donepezil (Aricept).
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek
samping obat ini lebih sedikit daripada tacrine. Obat ini tidak menimbulkan
peningkatan kadar ALT dan efek samping terhadap perut juga sedikit.
3) Rivastigmine (Exelon)
Obat ini dapat membantu meningkatkan aktifitas pasien seperti makan sendiri,
memakai baju sendiri, mengurangi behavioral symptoms (delusi dan agitasi),
dan meningkatkan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, dan berbicara).
Rivastigmine (Exelon). Obat ini dapat membantu meningkatkan aktifitas
pasien seperti makan sendiri, memakai baju sendiri, mengurangi behavioral
symptoms (delusi dan agitasi), dan meningkatkan fungsi kognitif (berpikir,
mengingat, dan berbicara).
4) Galantamine (Reminyl)
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat ringan sampai sedang. Efek
samping obat ini juga sedikit.
5) Memantine (Namenda)
Obat ini diberikan pada pasien Alzheimer derajat berat. Obat ini melindungi
neuron dari peningkatan jumlah glutamate. Efek samping yang ditimbulkan
adalah neurotoxic. Kadang-kadang obat ini dikombinasikan dengan donepezil.
Selain pemberian obat, terapi penggantian estrogen pada pasien wanita
postmenopause juga dapat mengurangi risiko menurunnya fungsi kognitif.
Pemberian pengobatan alternatif seperti ginkgo biloba juga dapat memelihara
fungsi kognitif.Pemberian NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drug)
dapat mengurangi risiko terkena penyakit Alzheimer, tetapi obat ini kurang
efektif untuk mencegah dan memperlambat progresivitas penyakit Alzheimer.
Antioksidan seperti vitamin E dapat menghambat kerusakan oksidatif dan
melindungi otak dari radikal bebas. Antioksidan dapat menghambat efek
toksik dari beta-amyloid.Obat antidepresan, antipsikotik, dan sedatif dapat
digunakan untuk menangani behavioral symptoms seperti agitasi, agresi,
wandering, dan penyakit tidur.
b. Psychosocial intervention
Terapi ini bertujuan agar penderita Alzheimer menjadi lebih mengenal, lebih
siap menghadapi penyakitnya, dan lebih dapat memanage dirinya sendiri.Intervensi
psikososial dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu :
1) Pendekatan prilaku, yaitu dengan mengidentifikasi dan menurunkan masalah
prilaku pasien seperti mengompol dan wandering.
2) Pendekatan emosi, meliputi reminiscence therapy (bermanfaat untuk kognitif
dan mood pasien), validation therapy, supportive psychotherapy, sensory
integration disebut juga snoezelen, dan simulated presence therapy
3) Pendekatan kognitif, yaitu dengan melatih kemampuan berpikir pasien,
mengenal lingkungan pasien, dan berusaha mengingatnya.
4) Pendekatan stimulasi orientasi, yaitu dengan terapi kesenian, terapi musik,
terapi binatang peliharaan, beraktifitas, dan rekreasi.
c. Caregiving
Caregiving diperlukan ketika pasien telah mengalami kesulitan dalam
beraktifitas setiap hari seperti sulit menelan dan bergerak. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi progresivitas penyakit dan menghindari penyakit penyerta lainnya
(malnutrisi dan infeksi).
19. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan alzeimer!
Jawab :
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk menerima
pertolongan kesehatan adalah penurunan daya ingat, perubahan kognitif, dan
kelumpuhan gerak ekstermitas.
b. Riwayat penyakit saat ini
Pada anamnesis, klien mengeluhkan sering lupa dan hilangnya ingatan yang baru.
Pada beberapa kasus, keluarga sering mengeluhkan bahwa klien sering mengalami
tingkah laku aneh dan kacau serta sering keluar sendiri tanpa meminta izin pada
anggota keluarga yang lain sehingga sangat meresahkan anggota keluarga yang
menjaga klien. Pada tahap lanjut dari penyakit, keluarga sering mengeluhkan
bahwa klien menjadi tidak dapat mengatur buang air, tidak dapat mengurus
keperluan dasar sehari-hari, atau mengenali anggota keluarga.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi. Diabetes
melitus, penyakit jantung, penggunaan obat-obatan anti-ansietas (benzodiazepin),
penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama, dan riwayat
sindrom Down yang pada suatu saat kemudian menderita penyakit alzheimer pada
usia empat puluhan.
d. Riwayat keluarga
Penyebab penyakit alzheimer ditemukan memilki hubungan genetik yang jelas.
Diperkirakan 10-30% klien alzheimer familiar (FAD). Pengkajian adanya anggota
generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus diperlukan untuk
melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepatt progresifnya
penyakit.
e. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan
hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak
berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif. Perubahan yang
terpenting pada klien dengan penyakit alzheimer adalah penurunan kognitif dan
penurunan memori (ingatan).
f. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum
Klien dengan penyakit alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran
sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya
perubahan pada tanda vital meliputi brakikardi, hipotensi, dan penurunan
frekuensi pernapasan.
2. B1 (Breathing)
1. Gangguan fungsi pernapasan berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan
saluran napas.
2. Inspeksi, didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum,, sesak napas, dan penggunaan otot
bantu napas.
3. Palpasi, traktil premitus seimbang kanan dan kiri.
4. Perkusi, adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
5. Auskultasi, bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan inaktivitas.
3. B2 (Blood)
Hipotensi postural berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
4. B3 (Brain)
Pengkajian B3(brain) merupakan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah
laku.
5. B4 (Bladder)
Pada tahap lanjut, beberapa klien sering berkemih tidak pada tempatnya,
biasanya yang berhubungan dengan penurunan status kognitif pada klien
alzheimer. Penurunan reflekss kandung kemih yang bersifat progresif dan
klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postiral. Selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermiten denga teknik steril.
6. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Karena
penurunan aktivitas umum, klien sering mengalami konstipasi.
7. B6 (Bone)
Pada tahap lanjut biasanya didapatkan adanya kesulitan untuk beraktivitas
karena kelemahan umum dan penurunan status kognitif menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adaanyaa gangguan
keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan disebabkan karena
perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan akan
memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.
g. Tingkat kesadaran

1. Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan
status kognitif klien.
2. Pemeriksaan fungsi serebri.
Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan
penurunan memori baik jangka pendek maupun memori jangka panjang.
h. Pemeriksaan saraf kranial

1 Saraf 1 : biasanya pada klien dengan penyakit alzheimer tidak ada kelainann
dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
2 Saraf ll : hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat
usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
3 Saraf lll, lV, Vl : pada beberapa kasus penyakit alzheimer biasanya tidak
ditemukan adanya kelainan pada nervus ini.
4 Saraf V : wajah simetris dan tidak ada kelainan pada nervus ini.
5 Saraf Vll : persepsi pengecapan dalam batas normal.
6 Saraf Vlll : adanya tuli konduktif dan tuli persepsi berhubungan dengan proses
senilis dan penurunan aliran darah regional.
7 Saraf IX dan X : didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang
berhubungan dengan perubahan status kognitif.
8 Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan tranpezius.
9 Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi indra pengecapan normal.
i. Pemeriksaan refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer, sering didapatkan bahwa klien kehilangan
refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri klien akan berdiri dengan
kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.
Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan
atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
j. Sistem sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyakit alzheimer mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada
merupakan hasil dari neuropati perifer yang dihubungkan dengan disfungsi kognitif
dan persepsi klien secara umum.

20. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan alzeimer (definisi, batasan
karakteristik, faktor yang berhubungan, atau faktor risiko)
Jawab :
a. Defisit perawatan diri (makan, minum, berpakaian, higiene)
Definisi : merupakan gangguan kemampuan melakukan aktivitas yang terdiri
dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau kebersihan diri secara
mandiri
Batasan karakteristik :
1. ketidakmampuan untuk mandi
2. ketidakmampuan untuk berpakaian
3. ketidakmampuan untuk makan
4. ketidakmampuan untuk toileting
Faktor yang berhubungan : perubahan proses pikir
b. Perubahan nutrisi:kurang dari kebutuhan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
a. Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
b. Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended
Daily Allowance)
c. Membran mukosa dan konjungtiva pucat
d. Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
5. Luka, inflamasi pada rongga mulut
6. Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
7. Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
8. Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
9. Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
10. Miskonsepsi
11. Kehilangan BB dengan makanan cukup
12. Keengganan untuk makan
13. Kram pada abdomen
14. Tonus otot jelek
15. Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
16. Kurang berminat terhadap makanan
17. Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
18. Diare dan atau steatorrhea
19. Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
20. Suara usus hiperaktif
21. Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor yang berhubungan : intake tidak adekuat, perubahan proses pikir
c. Koping individu tidak efektif
1. Definisi : Koping individu tidak efektif adalah kerusakan perilaku-perilaku
adaptif dan kemampuan memecahkan masalah dari seseorang didalam
memenuhi kebutuhan dan peran hidup.
2. Batasan karakteristik :
a. Gangguan tidur
b. Penyalahgunaan bahan kimia
c. Penurunan penggunaan dukungan social
d. Konsentrasi yang buruk
e. Kelelahan
f. Mengeluhkan ketidakmampuan koping
g. Perilaku merusak terhadap diri/orang lain
h. Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
3. Faktor yang berhubungan : perubahan proses pikir dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.

21. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan alzeimer (klafisikasi dan
indikator)
Jawab :
a. DX 1
Tujuan : Dalam waktu 2×24 jam terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan
perawatan diri dengan Kriteria hasil :
1) Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri
2) Mengidentifikasi personal/keluarga yang dapat membantu.
b. DX 2
Tujuan : Dalam waktu 2×24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan Kriteria
hasil :
1) Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
2) Memperlihatkan kenaikan
3) Berat badan sesuai dengan pemeriksaan laboratorium.
c. DX 3
Tujuan : Dalam waktu 2×24 jam koping individu menjadi efektif dengan Kriteria
hasil :
1) Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi
2) mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi
3) mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
22. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan alzeimer (klafisikasi dan
aktifitasnya)
Jawab :
a. DX 1

1) Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam melakukan ADL


2) Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu
3) Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas
4) Rencanakan tindakan untuk defisit motorik seperti tempatkan makanan dan peralatan
didekat klien agar mampu sendiri mengambilnya
5) Modifikasi lingkungan
6) Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur
7) Kaji kemampuan komunikasi untuk BAK. Kemampuan menggunakan urinal, pispot.
Antarkan ke kamar mandi billa kondisi memungkinkan
8) Identifikasi kebiasaan BAB. Anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas
9) Kolaborasi Pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar
10) Konsul ke dokter terapi okupasi
b. DX 2
1.) Evaluasi kemampuan makan klien
2.) Observasi/timbang berat badan jika memungkinkan
3.) Manajemen mencapai kemampuan menelan
1.) Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada lidah, ragu-ragu dalam
memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk
bolus.
2.) Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.
3.) Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan.
4.) Klien diajarkan untuk meletakkan makanan diatas lidah, menutup bibir
dan gigi dan menelan.
5.) Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian kesisi lain.
6.) Untuk mengontrol saliva, klien dianjurkan untuk menahan kepala tegak
dan menbuat keadaan sadar untuk menelan.
7.) Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu.
8.) Berikan makanan kecil daan lunak.
4.) Memonitor pemakaian alat
5.) Kaji fungsi sistem gastrointestinal yang meliputi suara bising usus, catat terjadi
perubahan dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan
pergerakan usus misalnya diare, konstipasi
6.) Anjurkan pemberian cairan 2500cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung
7.) Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan seperti serum,
transferin, BUN/creatine dan glukosa.

c. DX 3
1) Bina hubungan saling Percaya dengan menggunakan Komunikasi Yang
terapeutik:
a.) Sapa pasien dengan ramah tamah baik verbal maupun nonverbal
b.) Perkenalkan diri dengan sopan
c.) Bantu pasien menentukan tujuan yang realistis dan mengenali ketrampilan
dan pengetahuan pribadi
d.) Gunakan komunikasi empatik, dan dorong pasien/keluarga untuk
mengungkapkan ketakutan, mengekspresikan emosi, dan menetapkan
tujuan
e.) Jelaskan tujuan pertemuan
f.) Beriperhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien,serta melakukan hal
yang di sukainya seperti olahraga.
g.) memberikan pujian yang wajar dalam keberhasilan klien

23. Jelaskan pengertian dari hipertensi!


Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter
merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung
memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada
bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-
biliknya dengan darah.
24. Jelaskan klasifikasi hipertensi!
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain

25. Jelaskan etiologi hipertensi pada lansia!


Penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunya kontraksi dan volumenya
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, dalam hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
f. Faktor keturunan
g. Umur
h. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
i. Ras (ras kulit lebih banyak dari kulit putih)
j. Kebiasaan hidup (pola hidup)

26. Jelaskan tanda dan gejala hipertensi pada lansia!

Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya mengalami
gejala ringan. Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:

a) Sakit kepala

b) Pusing

c) Penglihatan buram

d) Mual

e) Telinga berdering

f) Kebingunganyeri dada

g) Sulit bernafas

h) Darah dalam urin


27. Jelaskan pemeriksaan diagnostik hipertensi pada lansia!
Jawab :
a. Haemoglobin/hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia
b. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal glukosa hiperglikemi (diabetes
melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan peningkatan katekolamin
(meningkat hipertensi)
c. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama atau menjadi efek
samping terapi diuretik
d. Kalium serum
Peningkatan kadar kalium serum dapat menyebabkan hipertensi
e. Kolestrol dan trigleserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pecetus untu adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
f. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
h. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dana tau adanya diabetes
i. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urine
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti parenkim ginjal, batu
ginjal/ureter
l. Foto dada
Menunjukan obstruksi klasifikasi pada area katub, perbesaran jantung
m. CT scan
untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. Ekg
Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan kondukdi,
peninggian gelombang P adalah salah satu dini penyakit jantung hipertensi.

28. Jelaskan penatalaksanaan medis hipertensi pada lansia!


Jawab :
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan mencegah morbilitas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
a. Terapi tanpa obat
1.) Diet
a.) Retriksi garam secara moderat dari 10gr/menjadi 5 gr/hari
b.) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh
c.) Penurunan berat badan
d.) Penurunan asupan etanol
e.) Berhenti merokok
2.) Latihan fisik
Latihan fisik yang dimaksudkan yaitu olah raga isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, renang, dll.
3.) Edukasi psikologis
a.) Tekhnik biofeedback : suatu tekhnik yang dipakai untuk menunjukan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang sadar oleh subyek
dianggap tidak normal.
b.) Relaksasi : suatu prosedur untuk tekhnik yang bertujuan mengurangi
ketegangan atau kecemasan usupaya rileks.
c.) Pendidikan kesehatan : tujuanya untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaanya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan obat
1.) Step 1 : obat pilihan pertama, diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
2.) Step 2 : dosis obat pertama dianikan diganti jenis lain dari obat pilihan pertam
dan ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca
antagonis, alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3.) Step 3 : obat ke-2 diganti ditambah obat ke-3 jenis lain
4.) Step 4 : pemberian obatnya ditambah obat ke-3 dan ke -4, re-evaluasi dan
konsultasi follow-up untuk mempertahankan terapi, untuk mempertahankan
terapi jangka panjang memerluka interaksi dan komunikasi yang baik antara
pasien dan petugas kesehatan dengan car pemberian pendkes.

29. Jelaskan pengkajian keperawatan pada lansia dengan hipertensi!


Jawab :
a. Pengkajian umum
1.) Identitas
2.) Riwayat atau adanya fktor resiko
a.) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b.) Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3.) Aktivitas/istirahat
a.) Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
b.) Frekuensi jantung meningkat
c.) Takipnea
4.) Integritas ego
a.) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik
b.) Faktor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan)
5.) Makanan dan cairan
a.) Makanan yang disukai, dapatmencakup makanan tinggi garam, tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol,
b.) Mual, muntah
c.) Perubahan berat badan akhir-akhir ini meningkat
6.) Nyeri atau ketidaknyamanan
a.) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
b.) Nyeri hilang timbul pada tungkai
c.) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
d.) Nyeri abdomen
b. Pengkajian persistem
1.) Sirkulasi
a.) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler
b.) Episode palpitasi, persipirasi
2.) Eliminasi
a.) Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obstruksi atau
riwayat gagal ginjal masa lalu
3.) Neurosensori
a.) Keluhan pusing
b.) Berdenyut, sakit kepala suboksipital
4.) Pernapasan
a.) Dipsnea saat berkaitan dengan aktivitas/kerja
b.) Takipne, ortopne, dpsnea noroktunal paroksmal
c.) Batuk dengan/ anpa sputum
d.) Riwayat merokok

30. Jelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hipertensi (definisi, batasan
karakteristik, faktor yang berhubungan, atau faktor risiko)
Jawab :
a. Nyeri akut : sakit kepala Nyeri akut : sakit kepala

1) Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan


yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6bulan.
2) Batasan karakteristik :
a) Perubahan selera makan
b) Perubahan tekanan darah
c) Perubahan frekuensi jantung
d) Perubahan frekuensi pernapasan
e) Perilaku distraksi
f) Mengekspresikan perilaku
g) Mengekspresikan perilaku
h) Masker wajah
i) Laporan isyarat
j) Diaforesis
k) Sikap melindungi area nyeri
l) Fokus menyempit
m) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
n) Dilatasi pupil
o) Melaporkan nyeri secara verbal
p) Fokus pada diri sendiri
q) Gangguan tidur
3) Faktor yang berhubungan : peningkatan tekanan vaskuler serebral
b. Resiko penurunan curah jantung
Definisi : ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Batasan karakteristik :
Perubahan frekuensi irama jantung
Perubahan perload
Perubahan aferload
Perubahan kontraktilitas
Perilaku/emosi (ansietas, gelisah)
Faktor yang berhubungan : vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler.
c. Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang haru yang ingin
dilakukan.
Batasan karakteristik :
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
Respon frewkensi jantung abnormal terhadap aktivitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencermikan iskemia
Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
Dipsnea saat beristirahat
Menyatakan rasa letih
Menyatakan rasa lemah
Faktor yang berhubungan : ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.

31. Jelaskan NOC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan hipertensi (klafisikasi
dan indikator)
Jawab :
a. DX 1 : Pain Level, Pain control
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama..x24 jam nyeri dapat teratasi
dengan Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal
b. DX 2 : Cardiac Pump effectiveness, Circulation Status, Vital Sign Status
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…x24 jam, pasien tidak terjadi
penurunan curah jantung dengan Kriteria Hasil :
1. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran
c. DX 3 : Energy conservation, Self Care : ADLs
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama...x24 jam,pasien menunjukan tidak
terjadi intoleransi aktivitas dengan Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

32. Jelaskan NIC untuk diagnosa keperawatan pada pasien dengan hipertensi (klafisikasi dan
aktifitasnya)
a. DX 1 : Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
b. DX 2
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5. Catat edema umum
6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur.
10. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
c. DX 3
1. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi
2. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Instruksikan pasien tentang penghematan energy
4. Kaji respon pasien terhadap aktifitas
5. Monitor adanya diaforesis, pusing
6. Observasi TTV tiap 4 jam
7. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore.

33. Jelaskan pengertian dari congestive heart failure (CHF)!


Jawab :
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu keadaan dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan
ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan
keseluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya
mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang
melemah tidak mampu memompa dengan kuat.sebagai akibatnya, ginjal sering
merspon dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan
cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainya
sehingga tubuh klien menjadi bengkak (Udjianti, 2010).

34. Jelaskan etiologi CHF pada lansia!


Gagal jantung kongestif (CHF) adalah kondisi di mana jantung tidak memompa darah
yang cukup ke organ tubuh dan jaringan lain. Ketika salah satu atau dua bagian jantung
tidak memompa darah keluar, darah akan menumpuk dalam jantung atau menyumbat di
organ atau jaringan, menyebabkan darah menumpuk di sistem peredaran darah.
35. Jelaskan tanda dan gejala CHF pada lansia!
1. CHF kronik. Meliputi:
- Anoreksia, Nokturia
- Edema perifer
- Hiperpigmentasi ekstremitas bawah
- Kelemahan
- Hepatomegali, Asites
- Dyspnoe
- Intoleransi aktifitas
- Kulit kehitaman
2. CHF Akut. Melip[uti :
- Ansietas
- Peningkatan berat badan
- Restletness
- Nafas pendek, Bunyi krekels, Fatigue, Takikardia
- Penurunan resistensi vaskuler
- Distensi vena jugularis
- Dyspnoe, Ortopnoe
- Batuk
- Wheezing bronchial, Sianosis
- Denyut nadi lemah dan tidak teraba
- Penurunan urine
- Delirium
- Sakit kepala

36. Jelaskan tanda dan gejala gagal jantung kiri pada lansia!
Gagal Jantung Kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :

a. Dispneu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas,
dapat terjadi orthopneu. Beberapa pasien dapat mengalami orhtopneu pada malam
hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)
b. Batuk
c. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi
normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang
terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
d. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

37. Jelaskan tanda dan gejala gagal jantung kanan pada lansia!
Gagal Jantung Kanan
a. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
b. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan
berat badan,
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar.
d. Anoreksia dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
e. Nokturia
f. Kelemahan

38. Jelaskan pemeriksaan diagnostik CHF pada lansia!


1. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis gagal jantung.
Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui sejauh mana gagal jantung
telah mengganggu fungsi-fungsi organ lain seperti hati, ginjal, dll.
2. EKG
Mengetahui hipertropy atrial atau venrtikuler, penyimpamam aksis, iskemia dan
kerusakan pola.
3. ECG
Mengetahui adanya sinus takikardia, iskemi, infark/fibrilasi atrium, venrtikel
hipertropy, disfungsi penyakit katub jantung
4. Rongen dada
Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertropy bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulmonal.
5. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakian jantung
6. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal menunjukkan indikiasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kiri dan kanan, stenosis katub atau insufiensi serta mengkaji potensi arteri
koroner.
7. Elektrolit
Mungkin berubah Karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapy
dieretic
8. Oksimerti nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM
9. AGD
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida
10. Enzim jantung
Meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jaantung. Misal : MCI
(Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH,
isoenzim LDH).

39. Jelaskan penatalaksanaan medis CHF pada lansia!


1. Non farmakologis
a. CHF kronik
- Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
komsumsi oksigenasi melalui istirahat atau pembatasan aktivitas
- Diet pembatasan natrium
- Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek
prostaglandin pada ginjal mengakibatkan retensi air dan natrium
- Pembatasan cairan (± 1200-1500 cc/hari).
- Olah raga secara teratur
b. CHF akut
- Oksigenasi (ventilasi mekanik)
- Pembatasan cairan
2. Farmakologis
Tujuan : Untuk mengurangi afterload dan preload
a. First line drugs; diuretic
Tujuan: Mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti
pulmonal pada disfungsi diastolic
Contoh:
Thizide diuretic untuk CHF sedang, loop diuretic, metalazon(kombinasi loop
diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic
b. Second Line Drugs; ACE inhibitor
Tujuan: Membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.
Contoh:
- Digoxin untuk meningkatkan kontratilitas. Obat ini tidak digunakan untuk
kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk
relaksasi seperti :
- Hidralazin(menurunkan afterload pada disfungsi sistolik)
- Isosorbite dinitrat(mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik,
hindari vasodilator pada disfungsi sistolik)
- Calcium Channel Blocker( untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi
dan pengisian ventrikel) jangan dipakai pada CHF kronik
- Beta Blocker ( sering dikontra indikasikan karena memekan respon miokard.
Digunakan untuk disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemia
miokard, menurunkan TD, hipertropy ventrikel kiri.
3. Pendidikaan kesehatan
a. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan
penanganannya
b. Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF : Pemberian makanan yang banyak
mengandung kalium seperti : pisang, jeruk dll.
40. Pengkajian Keperawatan Pada Lansia Dengan CHF
a. Pengkajian primer
1. Airway
1. Batuk dengan sputum
2. Penggunaan otot bantu pernafasan
3. oksigen
2. Breathing
1. Dipsnea saat istirahat
2. Tidur sambil duduk/ beberapa bantal
3. Circulation
1. Riwayat HT, MCI akut, GJK sebelumnya, penyakit katup jantung,
anemia, syok dll.
2. Tekanan darah, nadi, frewkensi jantung, irama jantung, nadi afical, bunyi
jantung s3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyut nadi
jugularis, warna kulit punggung, kuku pucat dan sianosis, hepar ada
pembesaran, bunyi nafas krekles atau ronchi, edema.
b. Pengkajian sekunder
1. Aktivitas / istirahat
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, gelisah, dipsnea saat istirahat
dan aktivitas, perubahan status mental,tanda vital berubah saat beraktivitas.
2. Integritas ego
Ansietas, stres, marah, takut dan mudah tersinggung
3. Eliminasi
Gejala penurunan jumlah urine, Urine berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare/konstipasi
4. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan,
pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretik
distensi abdomen, edema umum
5. Hygene
keletihan selama perawatan diri, penampilan kurang
6. Neurosensori
Kelemahan, pusing, latergi, perubahan perilaku mudah tersinggung
7. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut/kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
Interaksi sosial
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan

41. Diagnosa Keperawatan Pada Lansia Dengan CHF


a. Penurunan curah jantung
Definisi : Keadaan pompa darah oleh jantung yang tidak adekuat untuk
mencapai kebutuhan metabolisme tubuh
Batasan karakteristik :
1. Perubahan frekuensi irama jantung
2. Perubahan perload
3. Perubahan aferload
4. Perubahan kontraktilitas
5. Perilaku/emosi (ansietas, gelisah)
Faktor yang berhubungan : perubahan kontraktilitas mikardia akibat gagal
jantung kongestive
b. Volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi yang melebihi kebutuhan tubuh
Batasan karakteristik :
1. Mengonsentrasikan asupan makanan pada akhir hari
2. Disfungsi pola makan (misal ; membarengi makan dengan aktivitas lain)
3. Makan sebagai respons terhadap petunjuk eksternal (misal; siang hari,
situasi sosial)
4. Makan sebagai respons terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar (misal
; ansietas)
5. Aktivitas monoton
6. Lipatan otot trisep >15mm pada pria
7. Lipatan otot trisep >25mm pada wanita
8. Berat badan 20% di atas tinggi dan kerangka tubuh ideal
Faktor yang berhubungan : penurunan aliran darah keginjal sekunder terhadap
gagal jantung kongestive
c. Intoleransi aktifitas
Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang haru yang ingin
dilakukan.
Batasan karakteristik :
1. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
2. Respon frewkensi jantung abnormal terhadap aktivitas
3. Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
4. Perubahan EKG yang mencermikan iskemia
5. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
6. Dipsnea saat beristirahat
7. Menyatakan rasa letih
8. Menyatakan rasa lemah
Faktor yang berhubungan : ifusiensi O2 untuk kehidupan sehari-hari

42. NOC Untuk Diagnosa Keperawatan Pada Lansia Dengan CHF


a. DX 1
Penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria :
1. T : 120/80 mmHg
2. R : 18-20 x/menit
3. P : 60-20 x/menit
4. Dan nyeri disekitar dada tidak ada
b. DX 2
Kebutuhan cairan tubuh seimbang dan pembengkakan perut menurun
BAK lancar
Turgor baik
c. DX 3
Dalam waktu bebErapa hari klien dapat melakuakn aktifitas dan dapat
memenuhi perawatan sendiri
Berikan bantuan dalm aktifitas perawtan diri sesuai dengan indikasi

43. NIC Untuk Diagnosa Keperawatan Pada Lansia Dengan CHF


a. DX 1
Observasi tanda-tanda Vital
Atur posisi tidur klien dengan semi fowler
Berikan therapy sesuai advice dokter dalam pemberian obat diuretikus farsix 2
x 1 amp, digoxin 2 x 1 mg, ascardia 2 x 1 mg
Berikan O2
b. DX 2
Tinggikan bagian yang bengkak
Batasi intake cairan dan monitor jumlah intake dan output cairan
Lanjutkan therapy dalam pemberian farsix 2 x 1 amp
c. DX 3
1. Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi
2. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
3. Instruksikan pasien tentang penghematan energy
4. Kaji respon pasien terhadap aktifitas
5. Monitor adanya diaforesis, pusing
6. Observasi TTV tiap 4 jam
7. Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu
istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau
sore
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/stroke-2/beda-gejala-stroke-hemoragik-dan-iskemik/

http://eprints.undip.ac.id/46789/3/Masayu_Prakasita_22010111140160_Lap.KTI_Bab2.pdf
https://www.alodokter.com/stroke-hemoragik.html

https://hellosehat.com/penyakit/gagal-jantung-kongestif/

Anda mungkin juga menyukai