Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurang aliran darah keotak. Penurunann aliran
darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembulu darah diotak. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah keotak berkurang
maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak. Kerusakan otak ini menyebabkan berbagai
gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba,
kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan menelan, dan gangguan keseimbangan.
Semakin luas daerah otak yang mengalami kerusakan, maka akan semakin banyak gejala
yang akan dialami oleh pasien (Dr.Kelana Kusuma Dharma,2018).

Menurut WHO tahun 2014, jumlah penderita stroke perindividu berdasarkan usia dan
jenis kelamin yaitu, perempuan berusia 18-39 sebanyak 2,3% dan usia 40-69 sebanyak 3,3%.
Sedangkan laki-laki yang usianya 18-39 diperkirakan sebanyak 2,4% dan usia 40-69
diperkirakan sebanyak 2,9% (Fahrizal &Darliana 2017).

Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan
perubahan gaya hidup terutama masyarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hasrat mereka
untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh tidak pernah dipikirkan efek bagi
kesehatan jangka panjang.

Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin
kompleks. Salah satu penyakit yabg sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan
faktor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Stroke ?

2. Apa saja klasifikasi Stroke ?

3. Apa saja Etiologi Stroke ?

4. Apa saja manisfestasi klinis Stroke ?

5. Bagaimana patofisiologi Stroke ?


6. Apa saja komplikasi Stroke ?

7. Apa saja pemeriksaan penunjang Stroke ?

8. Apa saja penatalaksanaan Stroke ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Stroke

2. Mengetahui klasifikasi Stroke

3. Mengetahui etiologi Stroke

4. Mengetahui manisfestasi klinis Stroke

5. Mengetahui patofisiologi Stroke

6. Mengetahui komplikasi Stroke

7. Mengetahuu pemeriksaan penunjang Stroke

8. Mengetahui penatalaksanaan Stroke

D. Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami definisi Stroke

2. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi Stroke

3. Mahasiswa dapat memahami etiologi Stroke

4. Mahasiswa dapat memahami manisfestasi Stroke

5. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Stroke

6. Mahasiswa dapat memahami komplikasi Stroke

7. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjnag Stroke

8. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan Stroke


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Stroke
Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurang aliran darah ke otak.
Penurunan aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Ketika aliran darah darah ke otak berkurang maka akan terjadi kerusakan sebagian
darah otak. Kerusakan otak ini menyebabkan berbagai gejala seperti kelumpuhan atau
kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba, kesulitan berbicara,
wajah tidak seimbang, kesulitan menelan dan gangguan keseimbangan. Semakin luas
darah otak yang mengalami kerusakan, maka akan semakin banyak gejala yang akan
dialami oleh pasien (Dr. Kelana Kusuma Dharma, 2018).
Stroke atau serangan otak adalah penyakit yang sangat menakutkan. Saat ini,
stroke merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan
kanker. Stroke juga merupakan penyebab kecacatan serius. Meskipun demikian,
stroke dapat dicegah dengan mengetahui dan menghindari faktor-faktor yang dapat
meningkatkan resiko serangan. Stroke sering terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga
sehingga penting sekali untuk mengenali gejala serangan agar segera mencari
pertolongan medis. Tindakan terapi yang cepat dan tepat dapat menyelamatkan hidup
dan menghindari kecacatan serius pasca stroke (Dr. Lili Indrawati, 2016).
B. Klasifikasi

Menurut Septi Shinta (2011) Stroke di kelompokkan menjadi dua yaitu Stroke
Iskemik (Non Hemorgik) dan Stroke Hemoragik.

1. Stroke Iskemik (Non Hemoragik)

Terjadi apabila salah satu cabang dari pembuluh darah otak mengalami
penyumbatan, sehingga bagian otak yang seharusnya mendapatkan suplai darah
dari cabang pembuluh darah tersebut akan mati karena tidak mendapatkan suplai
oksigen dan aliran darah.

a. Stroke Trombotik yaitu proses terbentuknya thrombus yang membuat


penggumpalan
b. Stroke embolik yaitu tertutupnya pemuluh darah arteri oleh bekuan darah
c. Hipoperfusion sistemik yaitu berkurangnya aliaran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
2. Stroke Hemoragik

Terjadinya karena pecah pembuluh darah di otak terkait dengan terjadinya


peningkatan tekanan darah akibat gesekan dari darah yang mengalir penderita
hipertensi yang bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah.

C. Etiologi
Stroke biasanya disebabkan oleh :
1. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti
disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan
gejala neurologis ssering kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadinya
thrombosis. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Aterosklorosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Menisfestasi klinis
aterosklerosis bermacam- macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut : lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah, okulasi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis,
merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hipoerkogulasi pada polisitema. Darah bertambah kental, peningkatan
viskositas/hematrokit meningkat dapat melambatkan aliran darah.
c. Arteritis (radang pada arteri) maupun vasculitis : arteritis tempolaris,
polyarteritis nodosa.
d. Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan dan traumatik).
e. Gangguan darah : polisitemia, hemoglobinapati (penyakit sel rabit).
2. Emboli serebri
Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat system arteri serebri. Emoli tersebut berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menimbulkan emboli, yaitu :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik, infrak
miokardium fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali mengeluarkan ombolus-ombolus kecil.
Endocarditis oleh bakteri dan nonbakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endokardium. Sumber di jantung fibrilasi atrium
(tersering), infrak miokardium, penyakit jantung reumatik, penyakit katup
jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik.
b. Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis komunis,
arteri vertebralis distal.
c. Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma
3. Hemoragik
Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang
subarachnoid dan hipertensi. Pecahnya pembulu darah otak menyebabkan
perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan
mungkin berniasi otak. Penyebab otak yang paling terjadi :
a. Aneurisma berry, biasanya defek congenital
b. Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
c. Aneurisma mikotik dari vasculitis nekrose dan emboli sepsis
d. Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
e. Rupture asteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
4. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah
a. Hipertensi yang parah
b. Henti jantung paru
c. Curah jantung turun akibat aritmia
5. Hipoksia lokal
a. Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren
(Muttaqin, 2011)
D. Manifestasi Klinis

Menurut Amin (2015) manifestasi klinis yang ada pada penderita Stroke yaitu
mengalami kelemahan dan kelumpuhan, tiba-tiba hilang rasa kepekaan, bicara pelo
atau cadel, gangguan bicara, gangguan penglihatan, mulut mencong atau tidak
simetris ketika menyeringai, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat, vertigo,
penurunan kesadaran, proses kencing terganggu dan mengalami gangguan fungsi
otak.

E. Patofisiologi

Faktor pencetus dari Stroke seperti hipertensi,Dm,penyakit jantung dan


beberapa faktor lain seperti merokok, stress, gaya hidup yang tidak baik dan beberapa
faktor seperti obesitas dan kolestrol yang meningkat dalam darah dapat menyebabkan
penimbunan lemak atau kolestrol yang meningkat dalam darahdikarenakan ada
penimbunan tersebut, pembuluh darah menjadi infark dan iskemik. Dimana infark
adalah kematian jaringan dan iskemik adalah kekurangan suplai O2.Hal tersebut dapat
menyebabkan arterosklerosis dan pembuluh darah menjadi kaku. Arterosklerosis
adalah penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan pembekuan darah di
cerebral dan terjadi lah Stroke non hemoragik. Pembuluh darah menjadi kaku,
menyebabkan pembuluh darah mudah pecah dan mengakibatkan Stroke hemoragik.

Dampak dari Stroke non hemoragik yaitu suplai darah kejaringan cerebral non
adekuat dan dampak dari Stroke hemoragik terdapat peningkatan tekanan
sistemik.Kedua dampak ini menyebabkan perfusi jaringan cerebral tidak adekuat.
Pasokan Oksigen yang kurang membuat terjadinya vasospasme arteri serebral dan
aneurisma. Vasospasme arteri serebral adalah penyempitan pembuluh darah arteri
cerebral yang kemungkinan akan terjadi gangguan hemisfer kanan dan kiri dan terjadi
pula infark /iskemik di arteri tersebut yang menimbulkan masalah keperawatan
gangguan mobilitas fisik. Aneurisma adalah pelebaran pembuluh darah yang
disebabkan oleh otot dinding di pembuluh darah yang melemah hal ini membuat di
arachnoid (ruang antara permukaan otak dan lapisan yang menutupi otak) dan terjadi
penumpukan darah di otak atau disebut hematoma kranial karena penumpukan otak
terlalu banyak, dan tekanan intra kranial menyebabkan jaringan otak berpindah/
bergeser yang dinamakan herniasi serebral.

Pergeseran itu mengakibatkan pasokan oksigen berkurang sehingga terjadi


penurunan kesadaran dan resiko jatuh. Pergeseran itu juga menyebabkan kerusakan
otak yang dapat membuat pola pernapasan tak normal (pernapasan cheynes stokes)
karena pusat pernapasan berespon erlebhan terhadap CO2 yang mengakibatkan pola
napas tidak efektif dan resiko aspirasi (Amin, 2015).

F. Komplikasi

Menurut (Smeltzer & bare,2010) komplikasi Stroke meliputi hipoksia serebral,


penurunan aliran darah serebral dan embolisme serebral.

1. Hipoksia serebral.

Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan kejaringan.


Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian oksigenasi yang ade kuat ke
otak. Pemberian oksigen berguna untuk mempertahankan hemoglobin serta
hematokrit yang akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.

2. Penurunan aliran darah serebral

Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integrasi
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat cairan intravena, memperbaiki aliran
darah dan menurunkan viscositas darah.Hipertensi atau hipotensi perlu di hindari
untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area
cidera.

3. Embolisme serebral

Terjadi setelah imfak miokard atau vibrilasi atrium. Embolise akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah ke serebral.
Distritmia dapat menimulkan curah jantung tidak konsisten, distritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus segera di perbaiki.

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Lukman, Nurna, (2012) pemeriksaan yang dapat dilakukan pada


lansiaStroke sebagai berikut :
1. Angiografi Serebral

Membantu menentukan penyebab Stroke secara spesifik misalnya pertahanan atau


sumbatan arteri.

2. Scan Tomografi Komputer (CT-Scan)

Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya thrombosis, emboli serebral, dan
tekanan normal dan adanya thrombosis, emboli serebral, dan tekanan intracranial
(TIK).Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intracranial. Kadar protein total
meningkat, beberapa kasus thrombosis disertai proses inflamasi.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).

4. Ultrasonografi Doppler (USG doppler)

Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis atau aliran


darah timbulnya plak dan arteriosklerosis).

5. Elektroensefalogram (EEG)

Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi


yang spesifik

6. Sinar tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari


massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral;
klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.

7. Pemeriksaan laboratorium rutin

Berupa cek darah, Gula darah, Urine, Cairan serebrospinal, AGD, Biokimia dara
dan elektrolit.

H. Penatalaksanaan

Penderita Stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses rawat jalan
di luar rumah sakit, memerlukan perawatan dan pengobatan terus menerus sampai
optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Pengobatan pada Stroke non
hemoragik dibedakan menjadi:

1. Pengobatan umum

Untuk pengobatan umum ini dibedakan menjadi 5B , yaitu :

a. Breathing

Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru cukup baik.Fungsi
paru sering terganggu karena curah jantung yang kurang, maka jantung harus
dimonitor dengan seksama. Pengobatan dengan oksigen hanya perlu jika kadar
oksigen dalam darah berkurang.

b. Blood
1) Tekanan darah

Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke
otak.Pada fase akut pada umumnya tekanan darah meningkat dan secara
spontan akan menurun secara gradual. Pengobatan hipertensi pada fase
akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru menambah iskemik
lagi.

2) Komposisi darah

Kadar Hb dan glukosa harus di jaga cukup baik untuk metabolisme


otak.Bila terdapat polisitemia harus di lakukan hemodilusi. Pemberian
infuse glukosa harus di hindari karena akan menambah terjadinya asidosis
di daerah infark yang mempermudah terjadinya edem dan karena
hiperglikemia menyebabkan perburukan fungsi neurologis dan keluaran.
Keseimbangan elektrolit harus di jaga.

c. Bowel

Defekasi dan nutrisi harus di perhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena


akan membuat lansia gelisah. Nutrisi harus cukup, bila perludiberikan melalui
nasogastic tube

d. Bladder
Miksi dan balance cairan harus di pehatikan. Jangan sampai terjadi retensio
urine. Bila terjadi inkontinensia, untuk laki-laki harus di pasang kondom
kateter,kalau wanita harus di pasang kateter tetap

e. Brain

Edema otak dan kejang harus di cegah dan di atasi.Bila terjadi edema otak,
dapat di lihat dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya bradikardi atau
dengan pemeriksaan funduskopi, dapat di berikan manitol. Untuk mengatasi
kejang-kejang yang timbul dapat diberikan diphenylhydantion atau
carbamazepine.

2. Pengobatan khusus

Pada fase akut pengobatan di tujukan untuk membatasi kerusakan otak


semaksimal mungkin agar kecatatan yang di timbulkan menjadi seminimal
mungkin.Untuk daerah yang mengalami infark, kita tidak bisa berbuat banyak,
yang penting adalah menyelamatkan daerah di sekitar infark yang disebut daerah
penumbra. Neuron-neuron didaerah penumbra ini sebenarnya masih hidup, akan
tetapi tidak dapat berfungsi oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah
inilah yang harus diselamatkan agar dapat berfungsi kembali, untuk keperluan
tersebut maka aliran darah harus diperbaiki.

Menurut hukum hagen-poisseuille, viskositas darah memegang peranan


penting. Viskositas darah dipengaruhi oleh :

a. Hematrokit
b. Plasma fibrinogen
c. Rigiditas eritrosit
d. Agregasi trombosit
3. Terapi farmakologi
a. Trombolisis
Satu-satunya obat yang diakui FDA sebagai standar adalah pemakaian r-TPA
(recombinant- Tissue plasminogen Activitor) yang di berikan pada penderita
Stroke iskemik dengan syarat tertentu baik iv maupun arterial dalam waktu
kurang dari 3 jam setelah onset Stroke.
b. Antikoagulan
Obat yang di berikan adalah heparin atau heparinoid (fraxiparine).Efek
antikoagualan heparin adalah inhibisi terhadap faktor koagulasi dan mencegah
atau memperkecil pembentukan fibrin dan propagasi trombus. Antikoagulasia
mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi trombus.
Antikoagulansia masih sering di gunakan pada penderita Stroke dengan
kelainan jantung yang dapat menimbulkan embolus.

c. Anti agregasi trombosit

Obat yang di pakai untuk mencegah penggumpalan sehingga mencegah


terbentuknya trombus yang dapat menyumbat pembuluh darah.Obat ini dapat
digunakan pada TIA. Obat yang banyak digunakan adalah asetosal (aspirin)
dengan dosis 40mg-1,3 gram/hari. Akhir-akhir ini di gunakan tiklodipin
dengan dosis 2 x 250 mg.

d. Neuroprotektor

Mencegah dan memblok proses yang menyebabkan kematia sel-sel terutama


di daerah penumbra. Berperan dalam menginhibisi dan mengubah reverbilitas
neuronal yang tergangguakibat ischemic cascade.Obat-obat ini misalnya
puracetam, citikolin, nimodipin, pentoksifilin.

e. Anti edema

Obat anti edema otak adalah cairan hiperosmolar , missalnya manitol 20%,
larutan gliserol 10%. Pembatas cairan juga dapat membantu.Dapat pula
menggunakan kortikosteroid.

4. Terapi Non farmakologi


a. Terapi menggenggam bola

Terapi ini berpengaruh untuk meningkatkan kekuatan otot pada ekstermitas


atas, sehingga dapat terjadi peningkatan pada kekuatan otot.Terapi ini juga
pernah di teliti oleh Chaidir &Zuardi (2014) di RSSN Bukit Tinggi.

b. Latihan keterampilan motorik

Latihan-latihan ini dapat membantu meningkatkan kekuatan dan koordinasi


otot lansia kembali.Biasanya orang yang melakukan terapi ini adalah orang
yang otot lidahnya melemah. Terapi ini bias memperkuat otot lansia untuk
berbicara atau menelan.

c. Terapi mobilitas

Alat bantu dalam terapi mobilitas itu alat bantu berjalan, tongkat, kursi roda,
atau penahan pergelangan kaki. Penyangga pergelangan kaki dapat
menstabilkan dan memperkuat pergelangan kaki lansia untuk membantu
mendukung berat badan lansia saat lansia belajar berjalan kembali.

d. Terapi constraint induced

Terapi ini di lakukan oleh anggota tubuh lain yang tidak terkena dampak dari
kondisi ini. Anggota tubuh yang tidak terkena harus membantu anggota tubuh
lain untuk meningkatkan fungsinya. Terapi stroke ini kadang-kadang di sebut
terapi penggunaan paksa.

e. Terapi Range of motion (ROM)

Latihan dan perawatan ini bertujuan untuk mengurang kekegangan oto


(kelenturan) dan membantu lansia mendapatkan kembali gerak tubuh yang
lentur.
PENUTUP

Kesimpulan

1. Kejadian stroke iskemik akut lebih banyak terjadi pada kelompok usia > 55 tahun,
jenis kelamin laki-laki, dan faktor risiko terbanyak adalah hipertensi.
2. Derajat gangguan fungsi motorik yang lebih banyak didapatkan adalah derajat
gangguan fungsi motorik berat
3. Tidak terdapat hubungan antara faktor risiko hipertensi, diabetes melitus,
dislipidemia, penyakit jantung, merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, dan stres
dengan derajat gangguan fungsi motorik pada pasien stroke iskemik akut
4. Tidak terdapat hubungan antara jumlah faktor risiko stroke dengan derajat
gangguan fungsi motorik pada pasien stroke iskemik akut

Saran

1. Pemeriksaan motorik dilakukan tidak pada fase akut, mengingat banyaknya


komplikasi yang terjadi.
2. Pertimbangkan pengaruh faktor risiko mayor dan minor

Anda mungkin juga menyukai