P DENGAN
CEDERA KEPALA SEDANG DI RUANG IGD
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah
Menurut europen stroke initiative (2003), Stroke atau serangan otak (brain attack) adalah
defisit neurologis mendadak susunan saraf pusat yang di sebabkan oleh peristiwa iskhemik atau
hemorargik. Sehingga stroke di bedakan menjadi dua macam yaitu stroke hemoragik dan stroke
non hemoragik.
Pada stroke non hemoragik suplai darah ke bagian otak terganggu akibat aterosklerosis
atau bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah. Sedangkan pada stroke hemoragik,
pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah normal dan menyebabkan darah
Stroke non hemoragik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke
otak. Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri
dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak menyadari
bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami kelainan seperti
lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan lain sebagainya
tergantung bagian otak yang mana yang terkena.
Dulu memang penyakit ini di derita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun
keatas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung dan stroke.
Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini
bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern.
(http://siti.staff.ugm.ac.id/)
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke di wilayah
perkotaan di 33 provinsi dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah
tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel
kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan pembunuh utama di kalangan
penduduk perkotaan.
Konferensi Stroke Internasional yang diadakan di Wina, Austria, tahun 2008 juga
mengungkapkan bahwa di kawasan Asia terus meningkatnya jumlah kasus stroke. Untuk
Melihat kompleknya dan komplikasi dari stroke non hemoragik, maka kelompok mengambil
judul makalah ini yaitu Stroke Non Hemoragik untuk dapat meminimalkan dampak negatif dari
stroke non hemoragik dan sebagai kasus kelolaan kelompok dalam praktikum keperawatan
dewasa II.
B. Tujuan
Tujuan dari pada penulisan makalah asuhan keperawatan ini ada dua macam yaitu:
1. Tujuan Umum:
Memberikan gambaran hasil asuhan keperawatan pada klien dengan stroke non hemoragik.
2. Tujuan Khusus:
a. Menjelaskan konsep dasar stroke non hemoragik yang terdiri dari pengertian, etiologi,
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun global,
yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah
Stroke adalah gangguan neurologi yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi
Stroke adalah Infark dari sebagian otak karena kekurangan aliran darah ke otak (Junaidi,
2004).
Stroke adalah gangguan fungsi otak akut yang disebabkan terhentinya suplai darah ke
otak dimana terjadi secara mendadak dan cepat dengan gejala sesuai dengan daerah fokal di otak
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri
sehingga suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan
B. Etiologi
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari salah satu
1. Thrombosis
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal
ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
c) Fibrilasi.
d) Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus
kecil.
pada endocardium.
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar
otak. Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan kehilangan gerak, pikir,
a) Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang kadarnya
berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin
karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium
yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa
b) Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang menuju ke otak.
c) Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan
d) Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak,
yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat
3. Kadar hematokrit normal tinggi (yang berhubungan dengan infark cerebral).
4. Kontrasepsi oral, peningkatan oleh hipertensi yang menyertai usia di atas 35 tahun dan kadar
5. Penurunan tekanan darah yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat menyebabkan
7. Konsultan individu yang muda untuk mengontrol lemak darah, tekanan darah, merokok kretek
dan obesitas.
merokok.
2. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan
4. Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan
berbicara).
6. Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan
7. Kerusakan fungsi kognitif, parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia
urinarius dan defekasi yang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:
1. Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah.
2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
D. Patofisiologi
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis.
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm.
4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis
2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak menjadi
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan
intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun
4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya embolus
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan
jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat
berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran
darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi
E. Pathways
Terlampir
2. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
* Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan.
Marilynn,2000).
G. Komplikasi
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi, deformitas, terjatuh.
4. Hidrosefalus
H. Penatalaksanaan
1. Mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat: misalnya dengan tirah baring,
4. Mencegah pembentukan bekuan darah dan gangguan serebral lainnya, misalnya pemberian
antikoagulan seperti Dicumarol, heparin.
1. Mengeluarkan bekuan darah atau thrombus dari arteri carotis atau vertebra.
3. Melakukan bypass pada arteri yang tersumbat dengan venous graft.
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
bantu napas dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti
ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran (koma).
Pada klien dengan tingkat kesadaran composmentis pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak
ada kelainan. Palpasi thorak didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering
terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan bisa terdapat adanya
Stroke menyebabkan berbagai dfisit neurologis bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Kadang-kadang kontrol sfingter urinarus eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermitten dengan tekhnik steril. Inkotinensia urine yang berlanjut
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual dan muntah pada
fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung
sehingga menimbulkan masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
Stroke dalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter pada
salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
adalah hemiplegia (paralisis pada saah satu) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satusisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien
kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek.
Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus, terutama pada daerah yang menonjol
karena klien stroke mengalami masalah mobillitas fisik. Adanya kesukaran untuk beraktivitas
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
a. Airway:
Pengkajian mengenai kepatenan jalan nafas. Kaji adanya obstruksi pada jalan napas karena
b. Breathing:
pengembangan dada.
c. Circulation:
d. Disability:
Yang dinilai adalah tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil.
e. Exposure
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang
menyeluruh mengenai fisik, fisiologis, social budaya, spiritual kognitif, tingkat perkembangan,
status ekonomi, kemampuan fungsi, dan gaya hidup klien. (Marillyn E. Doengus et al 2000).
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual, muntah pada fase akut.
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise /
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran unutk berkomunikasi
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan atau kekaburan pandangan
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses
Pola tata nilai dan kepercayaan klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku
yang tidak stabil, kelemahan atau kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
Kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara.
3. TTV
a. Kulit
Jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika kekurangn cairan maka turgor
kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubtus terutama pada daerah yang
menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu.
tambahan, pernapasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
Didapatkan penurunan peristaltic usus akibat bed rewst yang lama, dan kadang terdapat
kembung.
Umumnya terdapat terdapat gangguan pada nervus kranialis VII dan XII sentral.
Hampir selalu terjadi kelumpuhan (kelemahan pada salah satu sisi tubuh).
Pada pola fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari
presentasi
a. Apasia motorik
b. Apasia sensorik
c. Apasia total
brachioradialis
2. Test keseimbangan koordinasi ”Ikuti jari saya, tunjuk jari saya, tunjuk hidung sendiri”
a. Test kekuatan otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal atau lunak.
c. Periksa kekuatan otot anggota gerak atas kanan dan kiri dengan cara ;
pemeriksa mencoba menggerakkan, sementara klien mempertahankan, dan klien yang
tahanan ringan.
4 = bisa bergerak melawan tahanan sedang dari pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah, hemoragik,
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penerimaan perubahan sensori transmisi,
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan mobilitas fisik, penurunan kekuatan dan
5. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menelan turun hilang rasa ujung lidah.
K. Intervensi
darah, akibatnya.
b. Gangguan
hemoragik,
perfusi jaringan
vasospasme b. Anjurkan Rasional: Untuk mencegah
dapat diatasi.
cerebral, edema kepada klien untuk perdarahan ulang
a. Klien tidak
c. Observasi dan Rasional: Mengetahui setiap
gelisah.
catat tanda-tanda perubahan yang terjadi pada
b. Tidak ada vital dan kelain klien secara dini dan untuk
c. GCS Motorik:
d. Berikan posisi Rasional: Mengurangi
6, Verbal: 5, Eye:
kepala lebih tinggi tekanan arteri dengan
4
15-30 dengan meningkatkan drainage vena
d. Pupil isokor, letak jantung (beri dan memperbaiki sirkulasi
reflek cahaya (+). bantal tipis). serebral.
e. Tanda-tanda
kali permenit).
pengunjung. TIK.
dalam pemberian
obat
neuroprotektor.
b. Bertambahnya
c. Lakukan gerak Rasional: Memperbaiki
kekuatan otot.
pasif pada fungsi jantung dan
c. Klien
ekstrimitas yang pernapasan.
menunjukkan
sakit.
tindakan untuk
meningkatkan
mobilitas
d. Tinggikan Rasional: Mempermudah
penerimaan tindakan
penurunan persepsi.
b. Tidak terjadi
neurology),
disorientasi
tekanan c. Latih klien Rasional: Agar klien tidak
waktu, tempat,
psikologis untuk melihat kebingungan dan lebih
orang
( penyempitan suatu obyek konsentrasi
persepsi seksama.
disebabkan
klien, seperti
menangis,
bahagia,
bermusuhan,
halusinasi setiap
saat.
kalimat pendek.
kerusakan melakukan
kekuatan dan melakukan kepada klien untuk harga diri dan semangat
b. Klien dapat
c. Hindari Rasional: Klien mungkin
mengidentifikasi
melakukan sesuatu menjadi sangat ketakutan dan
sumber
untuk klien yang sangat tergantung dan
pribadi/komunitas
dapat dilakukan meskipun bantuan yang
untuk
klien sendiri, diberikan bermanfaat dalam
memberikan
tetapi berikan mencegah frustasi, adalah
bantuan sesuai
bantuan sesuai penting bagi klien untuk
kebutuhan
kebutuhan. melakukan sebanyak
pemulihan
atau kontinyu
keberhasilannya.
e. Kolaborasi Rasional: Memberikan
fisioterapi/okupasi mengembangkan
mengidentifikasi kebutuhan
c. BB stabil.
d. Pasien
mengungkapkan
selama dan
sesudah makan.
cairan.
latihan/kegiatan.
Pasien berjenis kelamin laki-laki anak ke tiga dari 3 bersaudara, ayah pasien sudah meninggal
karena usia sudah tua, ibu klien meninggal karena stroke, pasien menikah dengan perempuan
anak pertama dari dua bersaudara, dan mempunyai 3 anak. Anak pertama perempuan, kedua
laki-laki, dan ketiga laki-laki. Pasien tinggal dengan istri mertua perempuan dan ketiga anaknya.
3. Kepala : mesosefal, simetris, tidak ada luka, dan tidak ada jejas
Rambut : pendek, bersih
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokhor
Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak terpasang NGT.
Telinga : tidak ada serumen , bersih
Mulut : keadaan selaput mukosa lembab, tidak terdapat sariawan, mulut bersih, tidak terdapat
bau mulut, tidak ada bengkak pada gusi, bibir agak kering. Leher dan tenggorokan: tidak ada
benjolan pada leher, posisi trakhea di tengah, tidak terdapat pemasangan alat (trakeostomy),
tidak ada pembesaran tonsil (inspeksi), tidak ada nyeri waktu menelan, posisi mulut merot ke
kanan.
4. Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor seluruh lapisan paru
Auskultasi : vesikuler ada
5. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis berada di SIC IV mid klavikula
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
Terapi
1. perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya aliran darah ke otak.
2. kerusakan mobilitas fisik ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan
bisa sedikit digerakkan berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan parestesia.
3. gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya cairan dan serat dalam
tubuh.
4. hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi
C. INTERVENSI
mempertahankan
otot tonus
4. Kolaborasi
dengan ahli
fisioterapi untuk membantu
latihan fisik klien proses
penyembuhan.
5. Berikan obat
sesuai advis dokter
3 gangguan pola Tujuan : 1. monitor TTV untuk
eliminasi setelah diberikan mengetahui
(konstipasi) tindakan perkembangan
berhubungan keperawatan kondisi klien
dengan kurangnya selama 1 kali 1
cairan dan serat jam, diharapkan 2. Anjurkan klien untuk supaya masukan
dalam tubuh klien dapat BAB sering minum air cairan adekuat
KH : putih. membantu
tidak teraba massa mempertahankan
pada abdomen konsistensi feses
yang sesuai pada
usus dan
membantu
eliminasi
karena diet
seimbang tinggi
3. Anjurkan klien untuk
kandungan serat
makan makanan
merangsang
berserat
peristaltik dan
eliminasi reguler
untuk membantu
mempermudah
BAB.
4. Berikan huknah
gliserin
untuk memenuhi
4. Anjurkan klien sering kebutuhan cairan
minum air putih yaitu dan membantu
menurunkan
panas
untuk membantu
proses
5. Kolaborasi dengan penyembuhan
tim medis lain
(dokter) paracetamol
500 mg
D. IMPLEMENTASI
HARI, NO
JAM IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
TANGGAL DX
Senin, 09.00 1 memonitor TTV S:-
16/5/2011 O : TD: 140/80
mmHg, S: 36,8° C,
N: 88 kali/menit,
RR: 20kali/menit.
10.00 1 Melakukan gerak pasif S : klien mengatakan
pada ekstremitas yang mau dibimbing
sakit dalam melakukan
gerakan pasif
O : klien kooperatif
14.00 1 Memonitor TTV S:-
O : TD: 140/80
mmHg, S: 36,8° C,
N: 88 kali/menit,
RR: 20kali/menit.
Selasa, 09.00 1 memonitor TTV S:-
17/5/2011 O : TD: 140/80
mmHg, S: 36,8° C,
N: 88 kali/menit,
RR: 20kali/menit.
09.30 1 Melakukan gerak pasif S : klien mengatakan
pada ekstremitas yang mau dibimbing
sakit dalam melakukan
gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.00 1 Kolaborasi dengan ahli S : klien mengatakan
fisioterapi untuk latihan mau dibimbing
fisik klien dalam melakukan
latihan fisik oleh
fisioterapis
O : klien kooperatif
Rabu, 09.00 1 memonitor TTV S:-
18/5/2011 O : TD: 140/80
mmHg, S: 36,8° C,
N: 88 kali/menit,
RR: 20kali/menit.
09.30 1 Melakukan gerak pasif S : klien mengatakan
pada ekstremitas yang mau dibimbing
sakit dalam melakukan
gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.00 1 Kolaborasi dengan ahli S : klien mengatakan
fisioterapi untuk latihan mau dibimbing
fisik klien dalam melakukan
latihan fisik oleh
fisioterapis
O : klien kooperatif
17.00 1 monitor TTV TD : 140/80 mmHg
S : 38,6°C
N : 88 X/m
RR: 20 kali
Kamis 09.00 1 memonitor TTV S:-
19/5/2011 O : TD: 140/80
mmHg, S: 36,8° C,
N: 88 kali/menit,
RR: 20kali/menit.
10.00 1 Melakukan gerak pasif S : klien mengatakan
pada ekstremitas yang mau dibimbing
sakit dalam melakukan
gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.30 1 Kolaborasi dengan ahli S : klien mengatakan
fisioterapi untuk latihan mau dibimbing
fisik klien dalam melakukan
latihan fisik oleh
fisioterapis
O : klien kooperatif
13.00 1 Memberikan obat S:-
sesuai advis dokter O : klien kooperatif
(aspilet 1x80 mg per
oral, piracetam 1x200
mg per oral, ranitidine,
1x50 mg iv)
Jumat 09.00 1 memonitor TTV S:-
20/5/2011 O : TD: 140/80
mmHg, S: 36,8° C,
N: 88 kali/menit,
RR: 20kali/menit.
10.00 1 Melakukan gerak pasif S : klien mengatakan
pada ekstremitas yang mau dibimbing
sakit dalam melakukan
gerakan pasif
O : klien kooperatif
10.30 1 Kolaborasi dengan ahli S : klien mengatakan
fisioterapi untuk latihan mau dibimbing
fisik klien dalam melakukan
latihan fisik oleh
fisioterapis
O : klien kooperatif
13.00 1 Memberikan obat S : -
sesuai advis dokter O : klien kooperatif
(aspilet 1x80 mg per
oral, piracetam 1x200
mg per oral, ranitidine,
1x50 mg iv)
Senin, 11.30 2 Menentukan faktor- S : klien mengatakan
16/5/2011 faktor yang bahwa kepalanya
berhubungan dengan pusing dengan skala
terjadinya pusing 5
O : klien tampak
kesakitan
12.00 2 Memberikan obat S : klien menanyakan
sesuai advis dokter obat apa itu?
(aspilet 1x80 mg per O : klien kooperatif
oral) dan meminum
obatnya
13.00 2 Mempertahankan tirah S : klien mengatakan
baring posisi setengah
duduk rasa pusing
agak berkurang
O : klien tampak
menahan sakit
Selasa, 11.00 2 Pertahankan tirah S : klien mengatakan
17/5/2011 baring posisi setengah
duduk rasa pusing
agak berkurang
O : klien tampak
menahan sakit
12.00 2 Memberikan obat S : klien menanyakan
sesuai advis dokter obat apa itu?
(aspilet 1x80 mg per O : klien kooperatif
oral) dan meminum
obatnya
12.30 2 Mempertahankan tirah S : klien mengatakan
baring posisi setengah
duduk rasa pusing
agak berkurang
O : klien tampak
menahan sakit
13.00 3 Menganjurkan klien S : klien mengatakan
untuk makan makanan mau makan makanan
berserat yang berserat
O : klien tampak
gelisah
13.30 3 Memberikan huknah S : klien mengatakan
gliserin bersedia untuk di
lakukan tindakan
huknah
O : klien kooperatif
Rabu, 11.00 4 Memonitor TTV S:-
18/5/2011 O : mukosa bibir
agak kering dengan
TD: 140/80 mmHg,
S: 38,6°C,
N : 88 kali permenit,
RR: 20 kali
permenit,
Hemoglobin: 14,00
gr% Leukosit: 13,00
ribu/mmk (H),
Eritrosit: 4,94
juta/mmk.
E. EVALUASI
HARI, NO.
NO EVALUASI TTD
TANGGAL DP
1 Senin, 1 S : klien mengatakan mau untuk melakukan
16/5/2011 ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti
latihan fisik yang dibimbing dengan
fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian
teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien)
2 Kamis, 1 S : klien mengatakan mau untuk melakukan
19/5/2011 ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti
latihan fisik yang dibimbing dengan
fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian
teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien)
3 Jumat , 1 S : klien mengatakan mau untuk melakukan
20/5/2011 ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti
latihan fisik yang dibimbing dengan
fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian
teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien)
4 Sabtu , 1 S : klien mengatakan mau untuk melakukan
21/5/2011 ROM aktif dengan sendiri, dan mau mengikuti
latihan fisik yang dibimbing dengan
fisioterapis
O : klien tampak tenang
A : masalah kerusakan mobilitas fisik sebagian
teratasi
P : lanjutkan intervensi (Melakukan gerak
pasif pada ekstremitas yang sakit
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
latihan fisik klien)
5 Senin, 2 S : klien mengatakan pusing berkurang jika
16/5/2011 dalam keadaan setengah duduk dan setelah
diberi obat oleh dokter
O : klien tampak tenang
A : masalah perubahan perfusi jaringan
serebral sebagian teratasi
P : pertahankan intervensi (menentukan factor
pusing, pertahankan tirah baring, berikan
terapi sesuai advice)
6 Rabu, 2 S : klien mengatakan sudah merasa panas lagi
18/5/2011 badannya
O : suhu tubuh 36,9 ° C.
A : masalah hipertermi teratasi
P : lanjutkan intervensi (monitor TTV)
7 Selasa, 3 S : klien mengatakan setelah dilakukan huknah
17/5/2011 perut klien terasa lega dan BAB bisa lancar
O : klien tampak tenang
A : masalah konstipasi teratasi
P : pertahankan intervensi ( minum air puti
yang cukup, serta makan makanan yang
berserat yang cukup)
8 Rabu, 4 S : klien mengatakan sudah tidak merasa
18/5/2011 demam
O : klien tampak tenang, S : 36,8 ° C
A : masalah hipertermi teratasi
P : pertahankan intervensi (minm banyak,
makan makanan berserat, dan kolaborasi
pemberian antipiretik jika suhu naik dan
kolaborasi pemberian antibiotik)
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 5 hari, penulis akan membahas masalah
keperawatan yang muncul selama pemberian asuhan keperawatan kepada Tn. S dengan
membandingkan teori :
1. perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan terputusnya aliran darah ke otak.
Diagnosa tersebut ditegakkan karena klien klien mengeluh nyeri kepala jika akan duduk dengan
skala 5, dan didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah: 140/80 mmHg,
Suhu: 37 ° C, nadi: 60x/menit, Respiratory Rate: 20 x/menit. Peningkatan tekanan darah yang
meningkat dan mendesak jaringan otak, terdesaknya jaringan otak akan menyebabkan nyeri
kepala yang diperberat saat batuk, mengejan saat buang air besar, dan membungkuk (Barbara C.
Long, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan perfusi jaringan adalah gangguan
aliran arteri, gangguan aliran vena, masalah-masalah pertukaran hipovolemi dan hipervolemi.
Keluarga mengatakan sudah tau kalau hipertensi adalah tekanan darah yang tinggi. Tekanan
darah yang tinggi akan meningkatakan tekanan pembuluh darah ke otak sehingga mendesak
organ yang lain, sehingga kompensasi yang dirasakan adalah nyeri kepala atau kebanyakan
serebral sebagai diagnose pertama . Adapun untuk mengatasi masalah tersebut kelompok
mengimplementasikan memonitor TTV, membantu klien tekhnik relaksasi dan distraksi (tarik
nafas dalam dan mengajak bicara), mempertahankan tirah baring, dan memberikan obat sesuai
advis dokter. Hipertensi merupakan salah satu factor pencetus terjadinya stroke seperti yang di
alami Tn. S untuk itu harus diatasi sesuai intervensi yang ada.
2. kerusakan mobilitas fisik ditandai dengan kaki kanan tidak bisa digerakkan dan tangan kanan
Diagnosa tersebut ditegakkan karena pasien mengeluh pada ekstremitas superior dan inferior
Kekuatan otot: tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 3, Tekanan Darah: 140/80 mmHg,
Suhu: 36,8° C, Nadi: 88 kali/menit, Respiratory Rate: 20kali/menit. Tn S tampak berbaring saja
di tempat tidur, keluarga klien juga mengatakan klien pernah dirawat di RS A 1 bulan yang lalu.
Kelompok memprioritaskan diagnosa tersebut menjadi diagnosa kedua karena setelah diketahui
adanya gangguan mobilitas fisik bisa timbul masal ini yaitu gangguan mobilitas fisik. Adapun
untuk mengatasi masalah tersebut kelompok melaksanakan latihan ROM (Range of Motion)
adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot,
dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara
aktif ataupun pasif (Potter and Perry, 2006). Pada Tn S kelompok melakukan ROM pasif.
Faktor yang mendukung terlaksananya ROM pasif ini adalah klien dan keluarga yang
3. Gangguan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kurangnya cairan dan serat dalam
Diagnosa tersebut di tegakkan karena pada saat pengkajian hari Selasa 17 Mei 2010 klien
mengeluh sudah 4 hari klien belum BAB dan di dapatkan hasil pemeriksaan pada abdomen
teraba massa, bunyi usus: 3 kali permenit, tekanan darah: 145/90 mmHg, nadi:80 kali permenit,
respiratory rate: 24 kali permenit, suhu: 36,8°C.
(1) konstipasi pasca bedah,
(2) tirah baring yangterlalu lama,
penderita usia tua yang melakukan tirah baring, penting untuk menyingkirkan adanya dehidrasi
kelompok lakukan untuk mengatsi masalah ini adalah melakukan huknah gliserin, menganjurkan
asupan cairan melalui air minum secara optimal, dan menganjurkan makan-makanan yang
berserat. Factor pendukung keberhasilan dilakukannya tindakan huknah adalah klien dan
1. hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi (Sylvia, Doengoes, Price, 2001).
Diagnosa tersebut ditegakkan karena pada hari Rabu 18 Mei klien mengatakan badannya panas
dan minumnya sedikit serta didapatkan data mukosa bibir agak kering dengan didapat kan hasil
pemeriksaan fisik TD: 140/80 mmHg, S: 38,6°C, N : 88 kali permenit, RR: 20 kali permenit,
Hemoglobin: 14,00 gr% Leukosit: 13,00 ribu/mmk (H), Eritrosit: 4,94 juta/mmk.
Dari data diatas klien mengalami hipertermi karena adanya infeksi karena didapatkan hasil
laborat pada pemeriksaan lekosit tinggi yaitu 13,00 ribu/mmk pasien merasa baru pada hari itu .
Penyebab demam selain infeksi ialah keadaan toksemia, adanya keganasan atau akibat reaksi
pemakaian obat (Gelfand, et al, 1998). Sedangkan gangguan pada pusat regulasi suhu sentral
dapat menyebabkan peninggian temperature seperti yang terjadi pada heat stroke, ensefalitis,
perdarahan otak, koma ataugangguan sentral lainnya. Pada perdarahan internal saat terjadinya
reabsorbsi darah dapat pula menyebabkan peninggian temperatur (( Andreoli, et al, 1993 ) dalam
pengaruh suhu tubuh terhadap outcome penderita stroke yang Kiking Ritarwan
http://library.usu.ac.id). Tindakan yang dilakukan kelompok dalam mengatasi masalah ini adalah
memberikan kompres air biasa, menganjurkan memakai baju yang tipis, menganjurkan klien
sering minum air putih, dan melakukan kolaborasi dengan tim medis lain (dokter) paracetamol
500 mg per oral. Dan pemberian piracetam 2x120 mg per oraldalam pelaksananya keluarga klien
dank lien kooperatif dan keluarga mau melaporkan setiap keadaan yang dialami pasien.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stroke nonhemoragik adalah stroke yang disebabkan karena sumbatan pada arteri sehingga
suplai glukosa dan oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang
disuplai.
Pada keluarga Tuan S sebenarnya sudah menderita hipertensi dan keluarga tidak memahami itu
serta klien juga merupakan perokok sehingga hipertensi yang merupakan factor risiko terjadinya
stroke terjadi pada Tuan S, keluarga baru menyadari adanya stroke yang terjadi pada Tn. S
setelah tuan S mengalami kelumpuhan. Kondisi klien pada masa post strok 1 bulan yang lalu
adalah Tekanan Darah 140/80 mmHg, suhu 36,8 ° C, nadi 88 X/Menit respiratory rate 20
X/Menit. Kekuatan otot tangan dan kaki kanan 5, tangan dan kaki kiri 3. Setelah dilakukan
motion) pasif. Dalam hal ini kelompok menekankan bahwa pergerakan itu penting supaya klien
tidak mengalami kekakuan sendi dan kekuatan otot tidak menurun, ROM pasif ini juga dapat
dilakukan oleh keluarga pada saat klein bearada di rumah nantinya. Kerena latihan pergerakan
ini sangat penting bagi klien yang mengalami hambatan dalam mobilisasi.
B. SARAN
1. Penerapan ROM pasif sangat perlu diterapakan saat klien berada di rumah nantinya untuk
2. Keluarga melakukan motivasi terhadap klien untuk melaksanakan ROM pasif 3 kali sehari
--------FIKA SAID HOPE USEFUL :) ------------------
Poskan Komentar
Lencana Facebook
Rafika Fi Ka
Buat Lencana Anda
Laman
Beranda
Pengikut
Arsip Blog
► 2013 (2)
► 2012 (18)
▼ 2011 (7)
o ▼ Desember (2)
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN. P
DENGAN...
memori of sidomukti with u all
o ► November (2)
o ► Februari (3)
here I am
rafika
Indonesia
ordinary girl with ordinary life, nursing student, doing my clinical study after my
bachelor graduation, nursing science lovers, love my parents, my little sister, my little
brother, my big family, my friends, and my teacher (patients), I like traveling, meet
another wise people in community :)
Lihat profil lengkapku