Anda di halaman 1dari 36

NERS PENUH KASIH

Jumat, 12 November 2010


ASUHAN KEPERAWATAN AMI (ACUTE MIOKARD INFARK)

2.1 PENGERTIAN
Infark adalah iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian otot.(Sylvia A. price, 2005)
Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung.
(Kapita selekta Kedokteran, 2000)
Infark Myokard Akut (IMA)  adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat aliran
darah ke otot jantung terganggu. (Hudack & Galo 1996).
Infark Miocard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh kerusakan
aliran darah koroner miokard (penyempitan atau sumbatan arteri koroner diakibatkan
oleh aterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan. 
(Carpenito L.J. , 2000).
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Suddarth,
2001)
2.2  ETIOLOGI
a.       Arterosklerosis pembuluh darah koroner
b.      Lesi trombotik
c.       Spasme arteri koronaria
(Elizabeth,BSN.PhD. 2000)
2.3  FAKTOR RESIKO
1.      Tidak dapat dirubah:  Jenis kelamin, Umur, Keturunan.
2.      Dapat dirubah: Kelebihan lemak, seperti: hiperkolesterol, hiperlipidemia,
hiperglitriserida. Perokok, hipertensi, kegemukan/obesitas, diabetus militus, stress,
kurang aktivitas fisik.

2.4  PATOGENESIS
Arterosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat secara
bersama. Arteroma merupakan degenerasai lemak dan infiltrasi zat lemak pada
dinding pembuluh nadi pada arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning keras
bagan lipoid dalam tunika intima arteri sedangkan arteriosklerosis adalah kelainan
dinding arteri atau nadi yang ditandai dengan penebalan dan hilangnnya elastisitas/
pengerasan pembuluh nadi.( M. Dachlan dkk. 2001)
Sebagian besar kasus infark terjadi jika plague arterosklerosis mengalami fisur
atau rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis
sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri
koroner. Selanjutnya pada lokasi rupture plague, berbagai agonis(kolagen, ADP,
eponefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit yang selanjutnya akan memproduksi
dan melepaskan tromboksan A2 (vasokontriktor O2 yang poten). Selain itu aktivasi
trombosit memicu perubahan konformasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah
mengalami konversi fungsinya resptor mempunyai afinitas yang tinggi terhadap sekuen
asam amino pada protein adhesi yang larut/ integrin seperti factor von willebrand dan
fibrinogen dimana keduanya adalah molekul multivalent yang dapat mengikat 2
platelet dan agregasi . Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada
sel endotel yang rusak. Faktor VII dan X diaktivasi mengakibatkan konversi fibrinogen
menjadi fibrin. Fibrin akan berikatan dengan factor VIII yang meningkatkan kekuatan
bekuan ( thrombus).
Penyumbatan arteri oleh thrombus atau emboli menyebabkan penurunan aliran
darah miokard baik inferior maupun lateral pada ventrikel kiri yang tersering. Otot
yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama berlangsung
proses penyembuhan. Mula-mula otot mengalami infark tampak memar dan sianostik
akibat berkurangnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul edema
pada sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung
dilepaskan dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua/ ketiga mulai terjadi proses
degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini, dinding
nekrotik relative tipis. Sekitar minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat
laun jaringan ikat fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan
yang progresif . Pada minggu keenam, jaringan parut terbentuk dengan jelas. Infark
miokard jelas akan menyebabkan fungsi ventrikel menurun karena daya kontraksi otot
jantung terganggu.

2.5  PATOFISIOLOGI
Arteri koroner kiri mempengaruhi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan
atrium kiri. Arteri koroner kanan mempengaruhi sisi diafragma ventrikel kiri, sedikit
bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering
dipengaruhi oleh arteri koroner kanan daripada kiri (cabang sirkumfleks). Pada nodus
AV, 90% dipengaruhi oleh arteri koroner kanan dan 10% dari sisi kiri cabang
sirkumfleks. Kedua nodus SA dan AV juga mendapat darah dari arteri kugel. Jadi
jelaslah obstruksi pada arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior, dan
infark inferior disebabkan oleh obstruksi pada arteri koroner kanan. Tetapi bila
obstruksi telah terjadi di banyak tempat dan kolateral telah terbentuk, lokasi infark
mungkin tidak dapat dicerminkan oleh pembuluh asal yang terkena.
            Infark miokard akan menyebabkan daya kontraksi otot jantung menurun ,
gerakan dinding abnormal, perubahan daya kembang dinding ventrikel, pengurangan
volume sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi, peningkatan volume akhir sistolik dan
akhir diastolik ventrikel dan peningkatan tekanan diastolik ventrikel kiri. Terjadi
peningkatan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi  oleh reflek simpatis
umtuk memperbaiki fungsi ventrikel.Penyempitan vena trjadi untuk mengurangi
kapasitas vena sehingga meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan pengisian
ventrikel. Peningkatan pengisian ventrikel akan meningkatkan kekuatan kontraksi dan
volume ejeksi. Dengan menurunnya fungsi ventrikel maka terjadi peningkatan tekanan
pengisian diastolik dan volume ventrikel akan meregangkan serabut miokardium .
Dengan demikian terjadi retensi natrium dan air oleh ginjal. Maka terjadi pembesaran
ventrikel kiri atau hipertrofi jantung. 

2.7 TANDA DAN GEJALA KLINIS  


a.       Nyeri dada yang tiba-tiba berlangsung terus menerus retrosternal, nyeri akan
semakin berat hingga tidak tertahankan. Nyeri tajam ,tertekan, dan semakin berat
hingga tidak tertahankan menyebar kebahu dan lengan biasanya sebelah kiri. Berbeda
dengan angina yang timbul akibat kerja berat atau emosi tetapi nyeri spontan yang
menetap hingga beberapa jam (lebih dari 30 menit)  / hari dan tidak akan hilang
dengan istirahat maupun nitrogliserin.Beberapa kasus nyeri menjalar ke dagu dan
leher.
b.      Perasaan lemas
c.       Napas pendek
d.      Kulit dingin dan pucat
e.       Pengeluaran urin berkurang
f.       Berkeringat dingin
g.      Pusing/ nyeri kepala ringan
h.      Mual serta muntah
i.        Sangat menakutkan klien
j.        Takikardia
k.      Distensi vena jugularis (pada infark ventrikel kanan)
l.        EKG menunjukkan peningkatan segmen ST, inversi gelombang T dan gelombang Q
yang nyata.

2.8 KOMPLIKASI

a. Infark menyebar ke organ lain

Kontraktilitas berkurang sehingga menimbulkan tromboembolus, tromboembolus ini


akan menyebabkan sumbatan di bagian jantung lain yang tidak terkena infark.

b. Gagal jantung kongestif

Jantung tidak mampu memompa keluar semua darh yang diterimanya. Dapat timbul
pada infark yang cukup luas timbul setelah pengaktifan reflex baroreseptor.
Pengaktifan tersebut mningkatkan aliran darah kebagian jantung yang rusak serta
kontriksi arteri dan arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan darah berkumpul
dijantung yang menimbulkan peregangan berlebihan terhadap sel-sel otot jantung.
Apabila peregangan cukup hebat maka kontraktilitas jantung dapat berkurang karena
sel-sel otot tertinggal pada  kurvapanjang tegangan.

c. Syok kardiogenik

Terjadi apabila curah jantung sangat berkurangdalam waktu lama. Syok kardiogenik
dapat fatal pada waktu infark atau menimbulkan kematian atau kelemahan beberapa
hari atau minggu kemudian akibat gagal paru atau ginjal karena iskemia.

d. Perikarditis

Terjadi beberapa hari setelah infark  dan timbul akibat reaksi peradangan setelah
cedera atau kematian sel. Sebagian jenis perikarditis dapat timbul beberapa minggu
setelah infark dan mencerminkan reaksi hipersensitifitas imun terhadap reaksi
jaringan.

e. Aneurisma ventrikel

Setelah infark kontraktillitas miokardium berkurang akibat timbulnya jaringan parut


sehingga terjadi kelemahan pada otot jantung.

f. Ruptur miokardium

Selama atau setelah infark berlangsung

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG


a.       EKG
Adanya perubahan EKG berupa:
·         Perubahan akut digelombang ST dan T. Dalam 1-2 hari infark gelombang Q terjadi
pendalaman ( significant infark ).
·         Segmen ST ( elevasi )
·         Gelombang T ( meninggi atau menurun )
·          Infark: ST. segmen dan gelombang T dapat kembali normal, perubahan gelombang Q
tetap ada ( Q Patologi ) dapat mendeteksi infark sebelumnya.

b.      Laboratorium : SGOT, LDH, enzim jantung


·               CKMB. Merupakan enzim yang spesifik untuk marker kerusakan otot jantung , enzim
ini meningkat 3 jam bila ada MI dan kembali normal dalam 48-72 jam.
·               cTn T dan cTn I: meningkat setelah 2 jam bila ada MI dan mencapai puncak 10-24
jam adan masih terdeteksi setelah 5-14 hari sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
·               Kreatinin kinase: meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai
puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
·               Lactic dehydrogenase (LDH) : meningkat setelah 24-48 jam  bila ada infark miokard
mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
·               Kadar mioglobin di dalam darah meningkat dimulai pada 1 jam dan memuncak
dalam 4-8 jam setelah infark.
·               Leukosit meningkat dan LED meningkat tanda ini mulai berlangsung 24 jam setelah
infark dan menetap hingga 2 minggu.

c.       Radiologi
Hipertrofi jantung

2.10 PENATALAKSANAAN MEDIS


a.       Penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung membantu
membatasi luas kerusakan.
b.      Resusitasi jantung paru (cardiopulmonary rescucitation) mungkin dilakukan apabila
terjadi fibrilasi ventrikel. Pemulihan diperlukan defibrilasi elektris.
c.       Infus intra vena atau intra koroner segera dengan obat-obatan trombolitik akan
menghancurkan embolus peyebab. Penggunaan obat ini sebaiknya sejak dini
sebaikanya 1 jam setelah infark akan meningkatkan secara dramatis angka harapan
hidup dan pembatasan luas cidera. Obat untuk mencegah bekuan baru yakni heparin
juga diperlukan dan angioplasty juga diperlukan untuk membuka arteri koroner.
d.      Diberikan oksigen( SO2 arteri <90%)untuk meningkatkan oksigenasi darah sehingga
beban atas jantung berkurang dan perfusi sistemik meningkat.Pada sssemua pasien
STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam peertama.
e.       Obat untuk menghilangkan nyeri( morphin atau meperidin)digunakan pula untuk
mengurangi kecemasn pasien karena nyeri akut merangsang perangsangan
simpatisyang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan resistensi
vascular. Morphin juga berfungsi sebagi vasodilator yang akan menurunkan preload
dan afterload.
f.       Nitrat diberikan untuk mengurangi aliran balik vena dan melepaskan arteri-arteri
sehingga preload dan afterload berkurang tetapi aliran arteri koroner meningkat.
g.      Diberikan obat penghambat enzim pengubah angiotensin(ACE Inhibitor) untuk
mengurangi preload dan afterload.
h.      Penghambat beta diberikan untuk menurunkan kecepatan denyut jantung sehingga
kerja jantung berkurang.
i.        Diberikan diuretic untuk meningkatkan aliran darah ginjal. Hal ini mempertahankan
fungsi ginjal dan mencegah kelebihan volume serta timbulnya gagal jantung kongestif.
Peningkatan aliran darah ginjal juga menurunkan pelepasan renin.
j.        Obat-obat inotropikpositif (digitalis) digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas
jantung.
k.      Dapat dipertimbangkan beda pintas arteri koroner apabila infark disebabkan oleh
sumbatan trombotik.
l.        Rehabilitasi jantung setelah infark berupa keseimbangan antara istirahat dan olah
raga dan modifikasi gaya hidup untuk mngurangi resiko arterosklerotik dan hipertensi.
Berbagai obat jantung dapat diresepkan . Hentikan merokok dan dianjurkan
penurunan berat badan serta pengurangan stress.( Elizabeth,

Terapi:
·         Morfin : 5-10 mg dapat diulang  tiap setengah jam sampai maksimum 60mg.
·         Infus dekstrosa 5% 500ml/ 12 jam dan oksigen 4-6L/menit
·         Istirahat fisik dan mental selama 2-3 minggu. Beri sedatif bila perlu, diazepam 5-10
mg iv.
·         Diet cukup sayuran dan defekasi secara teratur bila perlu laksan.
(Agus Purwadianto dkk, 2000)

2.11 NURSING CARE PLAN


DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Nyeri akut Setelah dilakukan 1.   Kaji nyeri secara 1. Perubahan dalam
berhubungan asuhan komprehensif lokasi atau intensitas
dengan agen cidera keperawatan meliputi lokasi, tidak umum tetapi
biologi selama 3 x24 jam karakteristik, durasi, dapat menunjukkan
diharapkan pasien frekuensi dan adanya komplikasi.
mampu mengontrol kualitas nyeri Nyeri cenderung
nyeri dengan konstan, lebih hebat,
kriteria hasil : dan menyebar
§  Pasien melaporkan keatas, nyeri lokal
nyeri berkurang bisa terjadi abses
dengan skala 2 2. Gunakan 2. Meningkatkan
komunikasi istirahat, mengubah
durasi 2 menit
teraupetik untuk focus perhatian
§  Ekspresi wajah dan memberikan pasien tidak pada
informasi tentang nyeri  dan
oral tidak tampak
pengalaman nyeri meningkatkan
menahan nyeri dan mengetahui koping terhadap
respon pasien nyeri
berat
terhadap nyeri.
§  Vital sign dalam 3. Ajarkan teknik 3. Meningkatkan
rentang normal: relaksasi untuk istirahat,
mengurangi nyeri  memusatkan pikiran
S: 36,5ºC-37,5ºC seperti menarik pasien dan
TD: 110/70 mmHg- nafas dalam, meningkatkan
mendengarkan koping terhadap
139/89 mmHg musik atau guided nyeri
Nadi: 60-100 x/ imagery.
4.    Kontrol faktor 4.    Ruangan bising,
menit lingkungan yang suhu kamar yang
RR: 16-24 x/ mnt mempengaruhi panas dan
respon pasien pengunjung yang
terhadap banyak akan
ketidaknyamanan meningkatkan
seperti menjaga suhu respon
ruangan 25º C, jaga ketidaknyamanan
agar ruangan tetap pasien
tengang dan batasi
pengunjung
5.    Monitor vital sign 5.    Nyeri menyebabkan
peningkatan nadi
serta TD  dan
peningkatan TTV
menunjukkan
adanya komplikasi
6. Kolaborasi dengan 6. Membantu
dokter dalam mengurangi nyeri
pemberian sehingga tingkat
analgetik : morphin energi terjaga
3x250 mg.

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “Tn.L” DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER “ACUTE MYOCARDIAC INFARCTION”
DI RUANG ICCU RSUP HARAPAN SEHAT YOGYAKARTA

Tanggal masuk RS                              : 5 Desember 2009


Jam                                                    : 03.00 WIB
Tanggal pengkajian                             : 5 Desember 2009
Jam                                                    : 07.00 WIB

A. PENGKAJIAN

1. BIODATA

a. Identitas klien                        

Nama                                       : Tn “L”
Tempat Tgl Lahir                    : Yogyakarta, 2 Desember 1959
Umur                                       : 50 tahun
Jenis kelamin                           : Laki-laki
Alamat                                                : Jln. Gambiran no 157 Rt. 24, Rw 9
Agama                                     : Islam
Suku                                        : Jawa
Pendidikan                              : Sarjana

b. Identitas penanggung jawab


Nama                                       : Ny “P”
Tempat Tgl Lahir                    : Klaten, 5 Juli 1960
Umur                                       : 49 tahun
Jenis kelamin                           : Perempuan
Alamat                                                : Jln. Gambiran no 157 Rt. 24, Rw 9
Agama                                     : Islam
Suku                                        : Jawa
Pendidikan                              : Sarjana
Hubungan dengan pasien        : Istri Pasien

2. RIWAYAT KESEHATAN

a. Keluhan utama:

Pasien mengeluh nyeri dengan seperti tertekan skala 5 pada dada sebelah kiri yang
menjalar kebahu dan punggung sebelah kiri.

b. Riwayat kesehatan sekarang:

Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan dengan skala 9 pada dada sebelah kiri yang
muncul secara tiba-tiba dan menjalar ke bahu serta punggung kiri sejak 5 jam yang
lalu dan disertai akral dingin, sesak nafas dan nyeri menetap dengan atau tanpa
aktivitas. 10 menit setelah minum obat anti nyeri yang diberikan di IGD dan
beristirahat kondisi pasien mulai membaik, namun ±3,5 jam pasien mengatakan nyeri
timbul kembali. Pasien mengeluh nyeri berat pada dada sebelah kiri  seperti tertekan
yang menetap dengan atau tanpa aktivitas, menjalarbke bahu dan punggung kiri
dengan skala 5, selama 15 menit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan nadi 120x/menit,
pernafasan 26x/menit, suhu 36ºC, tekanan darah 130/90 mmHg, BB 75 kg, TB 170cm.
Di ruang IGD klien mendapat terapi Morphin dan O 2 dengan kecepatan 5 liter/menit
pasien diposisikan semi fowler. Setelah kondisi pasien mulai stabil pasien lalu
dipindah ke ruang ICCU.

c. Riwayat kesehatan dahulu:

Pasien merupakan perokok berat selama 13 tahun yang lalu, senang mengkonsumsi
junk food. Pasien pernah dirawat di rumah sakit karena bronkhitis.

d. Riwayat kesehatan keluarga:

Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit keturunan


jantung, diabetes melitus dan hipertensi.

e. Riwayat kesehatan lingkungan:

Pasien mengatakan dilingkungan tempat tinggalnya juga ada warga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien. Pasien mengatakan tidak pernah ada wabah
penyakit menular yang melanda lingkungan sekitarnya.

f. Genogram
                                                                            

3. POLA FUNGSI KESEHATAN

a. Persepsi terhadap kesehatan:

Pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke rumah sakit dan takut penyakitnya
bertambah berat jika membeli obat tanpa resep dokter. Pasien mengetahui kebiasaan
merokok dan pola makannya memperberat penyakitnya namun pasien sulit mengubah
kebiasaan tersebut.

b. Pola aktivitas latihan:

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √ ü
Eliminasi √ ü
Mobilisasi di tempat tidur √ ü
Ambulansi √ ü
Makan √ ü

Keterangan
0 = mandiri
1 = dibantu sebagian oleh alat
2 = dibantu sebagian oleh orang lain
3 = dibantu alat dan orang lain
4 = ketergantungan penuh

c. Pola istirahat tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit sehari tidur 6-7 jam/hari namun sejak sakit pasien
mengatakan sulit tidur akibat nyeri yang dirasakan.

d. Pola nutrisi metabolik

Pasien mengatakan sebelum sakit sehari makan 4-5 x dengan diet lauk ,jarang makan
sayur serta buah dan suka mengonsumsi junk food (makanan berkolesterol tinggi)
seperti pizza, friedchicken serta suka ngemil. Sejak sakit pasien tidak bisa makan
seperti biasa dan hanya mengkonsumsi diet yang diberikan RS.
Kajian A B C D E
A : Antropometri  BB     : 85 kg
                              TB     : 170 cm
                               IMT  : BB
                                          (TB/100)²
                     
          
 =      75         = 25,95
                                                     (170/100)2 
               
Biomecanical :
Indikator
Nilai Range Kreteria
lab
HGB 10 gr/dl 13,5-18,0  gr/dl Rendah
HCT 34 % 40-50 % Rendah
Albumin 5 gr/dl 3,5-5,0 gr/dl Normal
Kolesterol 299 mg/dl 150-270 mg/dl Tinggi

           
linical       : pasien mengatakan mual dan tampak lemas, ekspresi masih menahan nyeri
iit                  : pasien diberikan diit bubur halus rendah garam rendah lemak  dan air putih
Energi              : pasien terlihat lemas, masih bed rest akibat nyeri dan sesak napas. 
e. Pola eliminasi

Pasien mengatakan sebelum sakit  BAB hanya 1x/hari, konsistensi lembek


warna kuning, bau khas dan  BAK 5-7x/hari warna jernih kekuningan. Saat sakit BAB
pasien 1 x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning bau khas , BAK 2x/hari. ±
100 cc warna kuning.

f. Pola kognitif perceptual

1.      Status mental        : composmentis GCS 13


2.      Bicara                    : mampu berbicara jelas namun suara lemah
dengaran      : pasien mengalami penurunan fungsi pendengaran pada telinga kanan dan kiri
4.      Penglihatan           : pasien mengalami penurunan visus +2 pada mata kanan dan kiri.
Pasien menggunakan kacamata baca.
5.      Vertigo                  : -
ajemen nyeri : pasien meringis kesakitan menahan nyeri sambil memegangi dadanya.

g. Pola konsep diri

1.      Harga diri              : pasien mengatakan tidak malu dengan penyakit yang
dideritanya saat ini.
2.      Ideal diri               : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan segera melanjutkan
pekerjaan yang sudah tertunda akibat sakit.
3.      Identitas diri         : pasien mampu menyebutkan identitas dirinya dengan benar
(nama, umur, dll).
4.      Gambaran diri       : pasien mengatakan cemas dan timbul perasaan takut akan
kematian akibat nyeri berat yang dirasakan hilang setelah minum obat dan  kambuh
beberapa saat kemudian.
5.      Peran diri               : Pasien merasa sedih karena tidak mampu melakukan perannya
sebagai manager perusahaan dan sebagai kepala keluarga dan ayah dari anaknya.
h. Pola koping

Pasien mengatakan dalam mengatasi masalahnya pasien meminta saran dan  dukungan
dari istri dan orang terdekatnya.

i.    Pola seksual reproduksi


Pasien sudah menikah 25 tahun dan memiliki 2 orang anak.

j.    Pola peran hubungan


Pasien adalah suami  dan ayah dari 2 orang anak. Hubungan terbina baik dan pasien
mengatakan selalu dirawat oleh keluarganya dan mendapat motivasi kuat untuk
segera sembuh.

k.      Pola nilai dan kepercayaan


Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien selalu melakukan aktivitas ibadahnya
dengan melaksanakan sholat 5 waktu, namun karena sakit, pasien sulit untuk
melakukan aktivitas ibadahnya seperti biasa.

4. PEMERIKSAAAN FISIK (head to toe)

a)      Keadaan umum


KU:  Kesadaran composmentis
Motorik :5
Verbal   :5
Mata     :4
Pasien tampak gemuk, lemas dan wajah menyeringai menahan nyeri. Penampilan rapi,
bersih dan tidak ada bau tambahan.
b. Tanda-tanda vital

suhu                 : 36 0 C
nadi                 : 120 x/menit
TD                   : 130/90 mmHg
Pernafasan       : 26 x/menit
BB                   : 75 kg
TB                   : 170 cm

a.   Kepala
Inspeksi : Muka simetris,rambut warna putih, kulit kepala bersih, tak ada lesi, wajah
menyeringai menahan nyeri
Palpasi   : Tidak ada nyeri tekan/benjolan/massa pada kulit kepala

      b.   Kulit, Rambut, Kuku


            Inspeksi : Warna kulit sawo matang, pucat dan tidak ada lesi.
                            Rambut jarang, distribusi rata
                            Bentuk kuku covex
            Palpasi  : Kulit  teraba dingin dan lembab
                            Tekxtur                    : kriput
                            Turgor kulit             : elastis
                            Cavilary refill          : kembali dalam 4 detik
c.   Mata
Inspeksi  : Mata simetris ka/ki, menggunakan kaca mata +2, konjungtiva anemis
                 Pupil myosis isokor, sclera putih, mata sayu.
Palpasi    : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata(TIO)

c. Telinga

Inspeksi : Telinga simetris ka/ki, ada serumen, tidak ada lesi


Palpasi   : Kartilago elastis
d. Hidung

Inspeksi : Hidung tampak simetris, tidak ada massa atau benjolan, tidak ada lesi dan              
secret, tidak ada epitaksis.
Palpasi   : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip

e. Mulut

Inspeksi : Simetris, tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, gigi tidak lengkap, terdapat gigi
palsu, tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, warna bibir kehitaman dan gigi kuning
Palpasi  : Tidak ada nyeri tekan pada mulut

f. Leher

Inspeksi : Simetris ka/ki, warna kulit merata, tidak ada pembesaran JVP.
Palpasi   : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

g. Dada

Inspeksi  : Terdapat retraksi dada, tidak ada lesi, napas pendek, Iktus cordis pada interkosta ke 5
Palpasi     : Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada massa pada dada, vokal
                   fremitus ka/ki simetris, terdapat  palpitasi
Pulmo
Perkusi       : Sonor
Auskultasi  : Vesikuler
jantung
Perkusi      : Redup, tidak ada hipertrofi ventrikel
Auskultasi : Bunyi jantung III gallop
h. Abdomen

Inspeksi     : Simetris ka/ki, tidak ada asites


Auskultasi : Bising usus normal 20 x/menit
Perkusi      : Tympani
Palpasi      : Tidak terdapat nyeri tekan dan distensi

i.        Genetalia
Bersih, tidak ada lesi dan tidak terpasang kateter intermiten.
j.        Anus dan Rektum
Tidak terdapat hemoroid baik interna maupun eksterna, tidak ada lesi ataupun
kemerahan.

k. Ektremitas atas dan bawah

                           3           3


                           3           3

Keterangan:
0 = paralisis total
1 = tidak ada gerakan, teraba atau terlihat adanya kontraksi oto
2 = gerakan otot penuh menentang gravitasi dengan sokongan
3 =  gerakan normal menentang gravitasi
4 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit penahanan
5 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan penahanan penuh
- Ekstremitas atas : Tidak mampu bergerak bebas dan lemah, tangan kiri terpasang
infuse Dektrosa 5% 14 tetes/menit, kulit pucat dan dingin.
- Ekstremitas bawah : Tidak mampu bergerak bebas, lemas, tidak ada lesi dan
edema        
5.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.      Tanggal 5 Desember 2009
Ø  EKG jam 13.00 wib
ST elevasi pada lead II, III, aVF
Ø  Pemeriksaan Laboratorium jam 07.30 wib
                                                           

Indikator Hasil Range kriteria


RBC 5,0 jt/µ(mm) 4,5-6,0 Normal
juta/µ(mm)
HGB 10 g/dl 13,5-18,0 g/dl Rendah
HCT 34 % 40-54% Rendah
MCV 82 µ3 80-94 µ3 Normal
MCH 31 pg 27-32 pg Normal
MCHC 36% 33-38% Normal
WBC 6 rb/µL 5-10 rb/µL (mm3) Normal
(mm3)
NEU 50,0 lt 40,0-74,0 lt Normal
PCT 0,155 % 0,150-0,500% Normal
PDW 11,5 % 11,0-18,0% Normal
MPV 7,5 µm3 6,0-11,0 µm3 Normal
PLT 515 103/mm3 150-500 103/mm3 Tinggi
RDW 15,0 % 11,0-16,0 % Normal
MCHC 34,2 gr/dl 32-36 gr/dl Normal
LED 9 mm/jam 0-15 mm/jam Normal
Ø  AGD:
PH      : 6,90
PCO2 : 55 mmHg
PaO2  : 80 mmHg
HCO3 : 24 mEq/L
Be      : +2
Ø  Pemeriksaan enzim jantung
-          CK-MB : 100
-          LDH      : 4000

b.      Tanggal 6 Desember 2009


Ø  EKG jam 08.00 wib
ST elevasi pada lead II, III, aVF

Ø  Pemeriksaan Laboratorium jam 09.00 wib                                                     

Indikator Hasil Range kriteri


RBC 5,5 4,5-6,0 Normal
juta/µ(mm) juta/µ(mm)
HGB 12 g/dl 13,5-18,0 g/dl Rendah
HCT 36 % 40-54% Rendah
MCV 82 µ3 80-94 µ3 Normal
MCH 30 pg 27-32 pg Normal
MCHC 35 % 33-38% Normal
WBC 6 rb/µL (mm3) 5-10 rb/µL Normal
(mm3)
NEU 50,0 lt 40,0-74,0 lt Normal
PCT 0,155 % 0,150-0,500% Normal
PDW 11,5 % 11,0-18,0% Normal
MPV 7,5 µm3 6,0-11,0 µm3 Normal
PLT 509 103/mm3 150-500 103/mm3 Normal
RDW 15,0 % 11,0-16,0 % Normal
MCHC 34,2 gr/dl 32-36 gr/dl Normal
LED 11 mm/jam 0-15 mm/jam Rendah
Ø  AGD:
PH      : 7,23
PCO2 : 48 mmHg
PaO2  : 84 mmHg
HCO3 : 25mEq/L
Be      : +2
Ø  Pemeriksaan enzim jantung
-          CK-MB :120
-          LDH      :4400

c.       Tanggal 7 Desember 2009

Ø  EKG  08.00 wib


ST elevasi pada lead II, III, aVF

Ø  Pemeriksaan Laboratorium 08.30 wib


                                                                       

Indikator Hasil Range kreteria


RBC 5,3 juta/ 4,5-6,0 Normal
µ(mm) juta/µ(mm)
HGB 13,3 g/dl 13,5-18,0 g/dl Rendah
HCT 38,7 % 40-54% Rendah
MCV 82 µ3 80-94 µ3 Normal
MCH 28pg 27-32 pg Normal
MCHC 36% 33-38% Normal
WBC 6 rb/µL (mm3) 5-10 rb/µL (mm3) Normal
NEU 50,0 lt 40,0-74,0 lt Normal
PCT 0,155 % 0,150-0,500% Normal
PDW 11,5 % 11,0-18,0% Normal
MPV 7,5 µm3 6,0-11,0 µm3 Normal
PLT 505 103/mm3 150-500 103/mm3 Tinggi
RDW 15,0 % 11,0-16,0 % Normal
MCHC 34,2 gr/dl 32-36 gr/dl Normal
LED 13 mm/jam 0-15 mm/jam Normal

Ø  AGD:
PH      : 7,35
PCO2 : 45 mmHg
PaO2  : 88 mmHg
HCO3 : 25,2 mEq/L
Be      : +2
Ø  Pemeriksaan enzim jantung
-          CK-MB : 99
-          LDH      : 3899

6.      PENATALAKSANAAN MEDIS


Tanggal 5/12/09- 7/12/09
·         Morfin : 3 X 10 mg : 06.30, 12.00, 19.00
·         Infus dekstrosa 5% , NaCl 0,9 % (2:1) 14 tpm
·         Oksigen 5L/menit
·         Diazepam 1x 7 mg iv: 19.00
·         Heparin : 25 UI/kgBB/jam pemberian dosis dibagi 2 .
B.     ANALISA DATA
Data Fokus:
Data objektif    :   
-    Pasien tampak lemas
-         Wajah menyeringai menahan nyeri
-         Terdapat palpitasi
-         TTV : suhu : 360 C
Nadi : 120 x/menit
TD    : 130/90 mmHg
RR    : 26 x/menit
-         Pasien terpasang binasal O2  5 liter/menit
-         Tangan kiri terpasang infuse Dektrosa 5% 14tetes/menit
-         Konjungtiva anemis
-         Cavilary revil kembali dalam 4  detik
-         Kulit pucat dan dingin
-         Pemeriksaan EKG : ST elevasi di lead II,III , aVF
-          Retraksi dada (+)
-          Bunyi Jantung III gallop
-          AGD: PH      : 6,90
           PCO2 : 55 mmHg
                 PaO2  : 60%
           HCO3 : 24 mEq/L
           Be      : +2
-          PLT  : 515.103 /mm3
-          HGB: 10 g/dl
-          HCT : 34%
-          LED : 9 mm/jam
-          Pasien tampak gelisah
-          Pasien berkeringat dingin
-          Nafas pendek
-          Kekuatan otot:
                           3           3
                           3           3
-           

Data subjektif :
-          P  : Pasien mengatakan nyeri menetap tanpa atau dengan aktivitas
Q  : Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri di dada sebelah kiri dan menjalar ke bahu kiri dan
punggung
S  : Pasien mengatakan skala nyerinya 5
T  : Pasien mengatakan nyeri menetap selama lebih dari 30 menit
-         Pasien mengatakan BAK 2 x/hari ±100cc warna kuning
-         Pasien mengatakan sesak napas
-          Pasien mengatakan cemas dan timbul persaan takut akan kematian akibat nyeri
berat yang dirasakan hilang setelah minum obat dan kambuh beberapa saat kemudian.
C.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO SYMPTOM ETIOLOGY PROBLEM
1 Agen Cidera Nyeri Akut
         Pasien tampak pucat dan Biologi
wajah menyeringai menahan
nyeri.
         Berkeringat dingin
         Gelisah
         Pasien terlihat lemas
        Pemeriksaan EKG : ST elevasi di
lead II,III , aVF
         Vital sign
suhu : 360 C
Nadi : 120 x/menit
 TD     : 130/90 mmHg
            RR     : 26 x/menit

         P: Pasien mengatakan nyeri


menetap tanpa atau dengan
aktivitas
Q  : Pasien mengatakan nyeri
seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri di
dada sebelah kiri dan menjalar
ke bahu kiri dan punggung
S  : Pasien mengatakan skala
nyerinya 5
T  : Pasien mengatakan nyeri
menetap selama lebih dari 30
menit
2 DO : Penurunan Penurunan curah
         Vital sign kontraktilitas jantung
suhu : 360 C myokard
Nadi : 120 x/menit
 TD     : 130/90 mmHg
           RR     : 26 x/menit
         PLT  : 515.103 /mm3
         HCT : 34%
         LED : 9 mm/jam
        Cavilary revil kembali dalam 4
detik
        Napas pendek
        Pasien tampak gelisah
      Terdapat Palpitasi
-       Pemeriksaan EKG (ST elevasi di
lead II,III , aVF)
      Kulit teraba dingin dan pucat
DS:
         Pasien mengatakan BAK 2
x/hari (±100 cc)
         Pasien mengatakan cemas dan
timbul persaan takut akan
kematian akibat nyeri berat
yang dirasakan hilang setelah
minum obat dan kambuh
beberapa saat kemudian
3 DO : Aliran arteri Perfusi jaringan
         Retraksi dada (+) terhambat (perifer dan
         Napas pendek kardiopulmunal)
         Cavilary refill kembali dalam 4 tidak efektif
detik
         Kulit teraba dingin dan pucat
         Ektrimitas lemah
         AGD: PH      : 6,90
           PCO2 : 55 mmHg
                 PaO2  : 60%
           HCO3 : 24 mEq/L
           Be      : +2
       Vital sign
suhu : 360 C
Nadi : 120 x/menit
 TD     : 130/90 mmHg
           RR     : 26 x/menit
DS:
         P: Pasien mengatakan nyeri
menetap tanpa atau dengan
aktivitas
Q  : Pasien mengatakan nyeri
seperti tertekan
R : Pasien mengatakan nyeri di
dada sebelah kiri dan menjalar
ke bahu kiri dan punggung
S  : Pasien mengatakan skala
nyerinya 5
T  : Pasien mengatakan nyeri
menetap selama lebih dari 30
menit
         Pasien mengatakan cemas dan
takut akan kematian karena
kondisi penyakit yang semakin
memburuk

DO :
4 Bedrest Intoleransi
         Pemeriksaan EKG (ST elevasi di aktivitas
lead II,III , aVF)
        Pasien terlihat lemah
        Pasien terpasang binasal O2  5
liter/menit
        Tangan kiri terpasang infuse
Dektrosa 5% 14 tetes/menit

         Vital sign


suhu : 360 C
Nadi : 120 x/menit
 TD     : 130/90 mmHg
            RR     : 26 x/menit
         Pasien mengatakan mengalami
nyeri dada sebelah kiri secara
mendadak dan menjalar ke bahu
sebelah kiri dan punggung
sebelah kiri

5DO : Perubahan status Cemas


         Palpitasi kesehatan
         Pasien tampak gelisah
         Pasien terlihat lemas
         Pasien berkeringat dingin
         Vital sign
suhu : 360 C
Nadi : 120 x/menit
 TD     : 130/90 mmHg
           RR     : 26 x/menit

DS:
         Pasien mengatakan mengalami
nyeri dada sebelah kiri secara
mendadak dan menjalar ke bahu
sebelah kiri dan punggung
sebelah kiri
         Pasien mengatakan cemas dan
takut akan kematian karena
kondisi penyakit yang semakin
memburuk.

6 DO : Hiperventilasi Pola nafas tidak


         Retraksi dada (+) efektif
        Pasien terpasang binasal O2  5
liter/menit
         Nafas pendek
         RR     : 26 x/menit
DS
         Pasien mengatakan sesak
napas.

D.    PRIORITAS MASALAH


1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
2.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas myokard
4.      Perfusi jaringan (perifer, kardiopulmonar) tidak efektif berhubungan dengan aliran
arteri terhambat
5.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bedrest
6.      Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

E.     INTERVENSI
Waktu N
Tgl Jam O
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
D
X
5/12/0 07.00 1 Setelah dilakukan1.   Kaji nyeri 1.Perubahan dalam
9- - asuhan secara lokasi atau intensitas
7/12/0 20.00 keperawatan komprehensif tidak umum tetapi
9 selama 3 x24 jam meliputi dapat menunjukkan
diharapkan lokasi, adanya komplikasi.
pasien mampu karakteristik, Nyeri cenderung
mengontrol nyeri durasi, konstan, lebih hebat,
dengan kriteria frekuensi dan dan menyebar keatas,
hasil : kualitas nyeri nyeri lokal bisa terjadi
§  Pasien abses
melaporkan nyeri 2. Gunakan 2. Meningkatkan
komunikasi istirahat, mengubah
berkurang
teraupetik focus perhatian pasien
dengan skala 2 untuk tidak pada nyeri  dan
memberikan meningkatkan koping
durasi 2 menit
informasi terhadap nyeri
§  Ekspresi wajah tentang
pengalaman
dan oral tidak
nyeri dan
tampak menahan mengetahui
nyeri berat respon pasien
terhadap
§  Vital sign dalam nyeri.
rentang normal: 3. Ajarkan teknik 3. Meningkatkan
relaksasi untuk istirahat, memusatkan
S: 36,5ºC-37,5ºC mengurangi pikiran pasien dan
TD: 110/70 nyeri  seperti meningkatkan koping
menarik nafas terhadap nyeri
mmHg-139/89 dalam,
mmHg mendengarkan
musik atau
Nadi: 60-100 x/ guided
menit imagery.
4.    Kontrol 4.    Ruangan bising, suhu
faktor kamar yang panas dan
lingkungan pengunjung yang
yang banyak akan
mempengaruhi meningkatkan respon
respon pasien ketidaknyamanan
terhadap pasien
ketidaknyaman
an seperti
menjaga suhu
ruangan 25º C,
jaga agar
ruangan tetap
tengang dan
batasi
RR: 16-24 x/ mnt pengunjung
5.    Monitor vital5.    Nyeri menyebabkan
sign peningkatan nadi serta
TD  dan peningkatan
TTV menunjukkan
adanya komplikasi
6. Kolaborasi 6. Membantu
dengan dokter mengurangi nyeri
dalam sehingga tingkat
pemberian energi terjaga
analgetik :
morphin 3x250
mg.
5/12/0 07.00 2 Setelah dilakukan1. Kaji 1. Pelepasan alat
9- - asuhan kemampuan oksigenasi saat makan
7/12/0 20.00 keperawatan toleransi menunjukkan
9 selama ...x24 pasien dalam perbaikan dalam
jam diharapkan pelepasan alat pemenuhan kebutuhan
pasien mampu oksigenasi saat O2 pasien
meningkatkan makan
ventilasi yang 2. Monitor aliran 2. Kelancaran aliran O2
O2 dan kondisi dapat membantu
adekuat dengan
alat proses pemulihan
kriteria hasil: kondisi pasien dengan
terpenuhinya
§  RR dalam rentang
kebutuhan O2 sel atau
normal (16-24 jaringan.
x/mnt) 3. Atur 3. Humidifikasi akan
perlengkapan membantu kelancaran
dan sistem oksigenasi bagi pasien
humidifikasi
4.    Ajarkan 4.    membantu pasien
pasien agar mampu bernafas
pentingnya tanpa menggunakan
alat bantu alat oksigenasi
pernafasan
selain O2
5.
Kolaborasik
5. Pemberian terapi
Penggunaan otot- an dengan
dokter yang tepat dapat
otot bantu terapi O2
membantu proses
pernafasan tidak yang tepat
dalam kesembuhan pasien
tampak (3 point memenuhi
dalam pemenuhan
position) kebutuhan .
oksigen .
Tidak ada retraksi
dada
5/12/0 07.00 3 Setelah dilakukan1. Kaji atau nyeri 1. Adanya nyei dada
9- - asuhan dada ,intensita menunjukkan belum
7/12/0 20.00 keperawatan s, lokasi, efektifnya pompa
9 selama 3x24 jam penyebaran, jantung pasien, dan
diharapkan durasi dan sejauh mana terapi
tingkat faktor yang telah dilakukan
efektifitas pompa predisposisi . berhasil.
jantung pasien 2. Monitor 2. Terapi O2 yang
adekuat dapat
meningkat tingkat
membantu
dengan kriteri efektivitas terpenuhinya
kebutuhan O2 dalam
hasil: terapi O2.
jaringan dan tubuh
§  TD dbn (100/70-
139/89 mmHg) 3.Ajarkan pasien3.      Makanan bercafein,
untuk adalah perangsang
§  Bunyi jantung membatasi langsung pada jantung
abnormal (gallop) intake cafein, yang dapat
sodium,  meningkatkan
tidak ditemukan makanan frekuensi jantung
berkolesterol
dan lemak
tinggi
4. Kolaborasi 4. Antikoagulan dapat
dengan dokter meringankan kerja
§  Kelemahan hebat
dalam jantung
tidak tampak pemberian
antikoagulan
§  Mual (-)
5/12/0 07.00 4 Setelah dilakukan1. Evaluasi nyeri 1. Pompa jantung yang
9- - asuhan dada gagal dapat
7/12/0 20.00 keperawatan intensitas, mencetuskan distres
9 selama 3x24 jam lokasi, durasi, pernafasan dan
diharapkan dan faktor gangguan sirkulasi
pasien dapat pencetus. perifer ditandai
mendemonstrasik dengan kulit pucat dan
an perfusi dingin. Namun dipsnea
jarinngan tiba-tiba/ berlanjut
kembali adekuat menunjukkan
dengan kriteria komplikasi
hasil: tromboemboli paru.
§  Vital sign dalam2. Monitor ritme 2. Memudahkan dalam
dan frekuensi memonitor kondisi
rentang normal
jantung nyeri yang dirasakan
S: 36,5ºC-37,5ºC pasien
TD: 110/70 3. Auskultasi 3. Perubahan dalam

mmHg-139/89 perubahan suara jantung

mmHg bunyi jantung mengindikasikan 

Nadi: 60-100 x/ perbaikan dalam

menit kondisi pasien

RR: 16-24 x/ mnt 4. Berikan pasien 4. Lingkungan yang


§  ECG tidak lingkungan nyaman membantu

menunjukkan yang kondusif peningkatan istirahat

kelainan(ST. untuk istirahat dan penggunaan

elevasi tidak dan proses energi sehingga dapat

ditemukan) penyembuhan mempercepat


penyembuhan
5.    Ajarkan 5.    Latihan aktivitas
pasien untuk dapat membantu
meningkatkan mengurangi penurunan
aktivitasnya fungsi yang terjadi
(seperti akibat bed rest
eliminasi BAB)
Tidak tampak kulit
6.    Kolaborasi 6.    Pemberian obat
dingin dan pucat.
dengan dokter dengan dosis yang
Tidak terdapat
dalam benar dapat
nyeri dada
pemberian membantu
analgetik meringankan gejala
yang dirasakan pasien
5/12/0 07.00 5 Setelah di 1. Bantu pasien 1. Aktivitas ringan
9- - lakukan tindakan mengkaji mampu mencegah
7/12/0 20.00 keperawatan aktivitas stasis vena dan
9 selama 3X24 jam ringan yang edema. Sedangkan
pasien mampu mampu aktivitas berat dapat
meningkatkan dilakukan meningkatkan kerja
aktivitas kriteria miokard dan
hasil sebagai menyebabkan
berikut: komplikasi
        Suara jantung 2. Monitor respon 2. Respon pasien
emosional, terhadap aktivitas
abnormal (BJ III
fisik, sosial dapat menunjukkan
gallop) tak dan spiritual aktivitas oksigenasi
ketika miocard
tampak ketika
beraktifitas
beraktivitas 3. Bantu pasien 3. Aktivitas yang
        Vital sign dalam
untuk bertahap dapat
melakukan meningkatkan fungsi
rentang normal aktivitas fisik jantung dan
keika beraktivitas sehari-hari memberikan kontrol
seperti jantung terhadap
RR:16-24x/menit ambulansi, regangan dan aktivitas
pindah dan tubuh
perawatan diri
secara
bertahap
 4. Anjurkan 4. Dapat meningkatkan
pasien untuk motivasi pasien dalam
melakukan peningkatan fungsi
aktivitas yang kesehatan.
favoritnya.
5. Kolaborasi 5. Aktivitas yang berat
Nadi:60-100x/
dengan ahli dapat meningkatkan
menit
fisioterapi komsumsi oksigen
Suhu: 36,50C –
dalam perifer sehingga
37,50C
menentukan mengurangi masukan
TD: 110/70 -
aktivitas yang oksigen ke miokard
139/89 mmHg
sesuai untuk sehingga infark
     Kelemahan berat
pasien bertambah berat
tak tampak
5/12/0 07.00 6 Setelah dilakukan1.  Kaji tingkat 1. Reaksi fisik yang
9- - asuhan kecemasan dan berlebihan
7/12/0 20.00 keperawatan reaksi fisik menunjukkan tingkat
9 selama 3x24 jam akibat kecemasan yang tinggi
diharapkan kecemasan sehingga harus diatasi
kecemasan 2. Instruksikan 2. Penggunaan teknik
pasien berkurang pasien dalam relaksasi yang tepat
penggunaan dapat meringankan
dengan kriteria teknik gejala penyakit dan
relaksasi yaitu membantu mengurangi
hasil :
menarik nafas kecemasan serta
§  Pasien mampu dalam, meningkatkan istirahat
menggunakan mendengarkan
musik atau
teknik relaksasi guided imagery
untuk 3. Bantu pasien 3. Dengan mengetahui
untuk situasi yang
mengurangi nyeri mengidentifika menciptakan
si situasi yang kecemasan dapat
menciptakan menemukan strategi
kecemasan koping yang tepat .
4. Kolaborasi 4. Meningkatkan
dengan dokter relaksasi/istirahat dan
dalam menurunkan rasa
pemberian cemas.
Pasien mampu
obat anti
membina hubungan
cemas
sosial
Pasien mampu
berkonsentrasi
Tidak tampak

Anda mungkin juga menyukai