Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN STEMI

(ST ELEVASI MIOKARD INFARK)


RUANG INTENSIVE CARE UNIT
RSUD DR. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

STASE KEPERAWATAN GADAR DAN KRITIS

LAYNDO DHEANISA RAHMA


G1D011033

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2015
STEMI (ST ELEVASI MIOKARD INFARK)

A. DEFINISI
Infark miokard adalah kematian jaringan miokard yang diakibatkan oleh
kerusakan aliran darah koroner miokard (Brunner & Sudarth, 2002). ST Elevasi
Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat
insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh
banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST
elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner
tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung
yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.

C. ETIOLOGI
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular,
dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
1. Penyempitan arteri koroner nonsklerotik
2. Penyempitan aterorosklerotik
3. Trombus
4. Plak aterosklerotik
5. Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
6. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
7. Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
8. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.

B. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis
arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu
STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi
dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus
mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology
menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap
yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga hanya
mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit
terjadinya sumbatan, infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut
terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari
endokardium ke epikardium menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun
nekrosis miokard sudah komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury terus
berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non
infark mengalami dilatasi (Brunner & Suddarth, 2002).

D. MANIFESTASI KLINIS
Secara khas nyeri dirasakan di daerah perikardial sering dirasakan sebagai suatu
desakan, diperas, ditekan, dicekik, dan nyeri seperti terbakar, rasanya tajam dan menekan
atau sangat nyeri, nyeri terus menerus, dan dangkal. Nyeri dapat melebar ke belakang
strenum sampai dada kiri, lengan kiri, leher, rahang, atau bahu kiri.
Selain itu tanda dan gejala infark miokard (TRIAS) adalah :
1. Nyeri
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya
diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d.Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan
istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan
pengalaman nyeri) (Price, 2005).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Elektrokardiografi
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan
menmghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik
diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan
mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST.
Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk
repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis
terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q
terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi
zona nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjasi lagi.
Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi. Selama
berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan
umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.
Perubahan elektrokardiogram speifik pada infark moikard transmural akut :
Daerah infark Perubahan EKG
Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan resiprokal
Anterior (depresi ST) pada lead II, III, aVF.
Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan resiprokal
Inferior (depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
Lateral Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 – V6.
Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama
Posterior gelombang R pada V1 – V2.
Ventrikel
kanan Perubahan gambaran dinding inferior

b. Enzim-enzim jantung
Pemeriksaan seri enzim-enzim jantung diperoleh dari gambaran contoh darah
tiap 8 jam selama 1 sampai 2 hari. Ketika terjadi cedera jaringan maka banyak protein
terlepas dari bagian dalam sel otot jantung ke dalam sirkulasi, enzim-enzim yang
harus diobservasi adalah kreatinkinase (CK), laktat dehidrogenase (LDH) dan
transaminase oksaloasetat glutamik serum (SGOT)
c. Vektokardiografi
Pengukuran noninvasif aksis listrik untuk kecepatan dan arah konduksi dan
gangguan seperti hipertropi ventrikel kanan dan ventrikel jantung serta blok jantung.
d. Angiografi
Ters diagnostik invasif dengan memasukan katerterisasi jantung yang
memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri koroner besar dan pengukuran
langsung terhadap ventrikel kiri.
e. Skintigrafi talium
Memungkinkan untuk imaging miokard setelah injeksi talium-201, suatu
“cold spot” terjadi pada gambaran yang menunjukan area iskemia (Manjoer, 2001).
G. PATHWAY
Etiologi dan faktor risiko

plak arterisklerosis
rupture atau ulserasi
Kebutuhan oksigen meningkat suplai O2 menurun

Iskemia miokard sesak nafas

Prolonged iskemia metabolisme anaerob Ketidakefektifan


pola napas

Nekrosis miokard asam laktat meningkat nyeri dada

Infark miokard akut akumulasi asam laktat Nyeri akut

Kontraksi miokard menurun kelelahan, kelemahan

Stroke volume menurun


Defisit perawatan diri

Curah jantung menurun

Penurunan curah jantung


H. PENGKAJIAN
A. Wawancara
1. Aktifitas
2. Pola hidup
3. Riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga
4. Pola eliminasi
5. Pola nutrisi
6. Neurosensori
7. Interaksi sosial
B. Pemeriksaan Fisik
1. Airways
2. Breathing
3. Circulation
4. Nadi, TD
5. Edema
6. Gelisah
7. Akral
8. Kulit
9. Bunyi jantung
10. Distensi vena juguler

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 penurunan curah jantung
2 ketidakefektifan pola nafas
3 nyeri akut
4 defisit perawatan diri : ADL
5 kurang pengetahuan
REFERENSI

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medical bedah volume 2. Jakarta : EGC.

Dochterman, J. M. & Bulechek, G. M. (2000). Nursing interventions classification (NIC).


United States of America : Mosby.

Herdman, T. H. (2012). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta :


EGC.

Mansjoer, A., Suprohita., Wardani, W.I., & Setiowulan, W. (2000). Kapita selekta
kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Moonrhead, S., Johnson, M., mass, M. L., & Swanson, E. (2004). Nursing outcome
classification (NOC). United States of America : Mosby.

Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta : EGC.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care Cardiac Care
jantung keperawatan selama … x 24 jam, 1. Evaluasi adanya nyeri dada 1. Untuk mengethui adanya
diharapkan Circulation Status (intensitas,lokasi, durasi) lokasi nyeri yang dirasakan
baik, dengan kriteria : 2. Catat adanya disritmia jantung pasien
1. Tanda Vital dalam rentang 3. Monitor status kardiovaskuler 2. Untuk mengetahui kelainan
normal (Tekanan darah, 4. Monitor balance cairan dari irama jantung
Nadi, respirasi) (5) 5. Atur periode latihan dan istirahat 3. Untuk mengethui status dari
2. Dapat mentoleransi untuk menghindari kelelahan jantung baik dari aliran darah
aktivitas, tidak ada 6. Monitor adanya dyspneu, (nadi)
kelelahan (5) fatigue, tekipneu dan ortopneu 4. Untuk mengethaui adanya
3. Tidak ada edema paru, 7. Anjurkan untuk menurunkan ketidakseimbangan cairan
perifer, dan tidak ada asites stress intake dan output
(5) Vital Sign Monitoring 5. Untuk menjaga tekanan
4. Tidak ada penurunan 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR darah agar stabil
kesadaran (5) 2. Monitor jumlah dan irama 6. Untuk mengethui adanya
jantung pernafasan abnormal
3. Monitor bunyi jantung 7. Untuk mengurangi adanya
4. Monitor frekuensi dan irama faktor dari kelelahan
pernapasan Vital Sign Monitoring
5. Monitor suara paru 1. Untuk mengethui
6. Monitor suhu, warna, dan perkembnagan dari vital sign
kelembaban kulit pasien, stabil atau tidak
7. Identifikasi penyebab dari 2. Untuk mengtehui apakah
perubahan vital sign tidak irama jantung pasien normal
normal atau tidak
3. Untuk mngethui adanya
suara tambahan dari jantung
4. Untuk mengetahaui adanya
tarikan nafas yang tidak
stabil
5. Untuk mengetahui adanya
suara paru yang abnormal
6. Untuk mengetahui adanya
permasalahan di jaringan
perifer
7. Untuk mencari penyebab
lain, seperti nadi meningkat
karena adanya nyeri yang
dirasakan oleh pasien
Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Airway Management Airway Management
efektif keperawatan selama … x 24 jam, 1. Buka jalan nafas, guanakan 1. Untuk memaksimalkan
Faktor yang diharapkan Respiratory status : teknik chin lift atau jaw thrust ventilasi atau suara nafas
berhubungan : Ventilation baik, dengan kriteria : bila perlu pasien
- Hiperventilasi 1. Mendemonstrasikan batuk 2. Posisikan pasien untuk 2. Untuk memberikan rasa
- Deformitas efektif dan suara nafas yang memaksimalkan ventilasi nyaman dan nafas pasien
tulang bersih, tidak ada sianosis 3. Identifikasi pasien perlunya dapat terkontrol
- Kelainan dan dyspneu (mampu pemasangan alat jalan nafas 3. Jika ada masalah pada
bentuk dinding mengeluarkan sputum, buatan pernafasan pasien, alat bantu
dada mampu bernafas dengan 4. Lakukan fisioterapi dada jika nafas sangat dibutuhkan
- Penurunan mudah, tidak ada pursed perlu untuk menjaga pola nafas
energi/kelelaha lips) (5) 5. Auskultasi suara nafas, catat pasien
n 2. Menunjukkan jalan nafas adanya suara tambahan 4. Jika pasien sadar dapat
- Perusakan/pele yang paten (klien tidak 6. Berikan bronkodilator bila perlu dilakukan fisioterapi dada
mahan merasa tercekik, irama nafas, 7. Monitor respirasi dan status untuk mengeluarkan secret
muskulo- frekuensi pernafasan dalam Oksigen yang menghalangi jalan
skeletal rentang normal, tidak ada nafas
- Obesitas suara nafas abnormal) (5) Oxygen Therapy 5. Untuk mengetahui adanya
- Posisi tubuh 3. Tanda Tanda vital dalam 1. Pertahankan jalan nafas yang abnormal suara nfas
- Kelelahan otot rentang normal (tekanan paten 6. Untuk mengencerkan secret
pernafasan darah, nadi, pernafasan) (5) 2. Monitor aliran oksigen jika ada
- Hipoventilasi 3. Pertahankan posisi pasien yang 7. Untuk mengethui kebutuhan
sindrom nyaman dari oksigen
- Nyeri 4. Observasi adanya tanda tanda Oxygen Therapy
- Kecemasan hipoventilasi 1. Jika pasien bernafas spontan,
- Disfungsi 5. Monitor adanya kecemasan pertahankan
Neuromuskuler pasien terhadap oksigenasi 2. Untuk mengetahui kebutuhan
- Kerusakan oksigen
persepsi/kognit 3. Untuk menjaga pola nafas
if pasien, semi fowler
- Perlukaan pada 4. Memonitor respiratory pasien
jaringan syaraf 5. Agar pasien nyaman
tulang menggunakan alat bantu
belakang nafas
- Imaturitas
Neurologis
Nyeri akut NOC: Pain management: 1. Monitoring nyeri dilakukan
Faktor yang Pain level 1. Monitoring nyeri secara untuk mengkaji nyeri, sajuah
berhubungan : komprehensif termasuk lokasi, mana nyeri teratasi. Jika
Agen cedera Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, dengan tindakan yang sudah
(biologi, kimia, fisik, keperawatan selama …. x 24 jam, kualitas dan faktor presipitasi. diberikan nyeri tetap tidak
psikologis) level nyeri menurun, dengan 2. Observasi reaksi nonverbal dari teratasi atau bertambah maka
indikator: ketidaknyamanan. perlu dikaji ulang apakah ada
1. Melaporkan nyeri (5) 3. Ajarkan tentang teknik non penyebab lain dari nyeri
2. Penurunan nafsu makan (5) farmakologi: napas dalam dan 2. Observasi reaksi nonverbal
3. Ekspresi nyeri pada wajah (5) distraksi. adalah salah satu cara untuk
4. Kolaborasi dengan tenaga medis mengetahui pengalaman nyeri
Keterangan: 1 (sangat berat), 2 untuk pemberian analgetik untuk pasien sebelumnya, dan dari
(berat), 3 (sedang), mengurangi nyeri. reaksi verbal ini dapat
4 (ringan), 5 (tidak ada) ditentukan skala nyeri dengan
nyata
3. Teknik napas dalam dan
distraksi adalah salah satu cara
untuk mengurangi nyeri.
Dimna teknik napas dalam ini
akan mentansport oksigen
lebih banyak ke sel-sel
sehingga sel dapat melakukan
metabolisme aerob dengan
maksimal sehingga tidak
terjadi penumpukan asam
laktat yang dapat menimbulkan
nyeri.
Distraksi merupakan
pengalihan fokus dari satu hal
ke hal yang lain. Teknik
distraksi ini diharapkan dapat
focus pasien sehingga gate
control tertutup dan nyeri
menurun
4. Analgetik merupakan obat
yang digunakan untuk
mengurangi nyeri. Dimana
obat nyeri ini biasanya
menghambat pengeluaran
prostaglandin yang dapat
menimbulkan rasa nyeri.
Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan Self Care assistane : ADLs
diri keperawatan selama …. X 24 1. Monitor kemempuan klien untuk 1. Untuk mengetahui apa yang
Berhubungan dengan jam, diharapkan defisit perawatan perawatan diri yang mandiri. harus dilakukan terlebih
: penurunan atau diri : ADL teratasi dengan kriteria 2. Monitor kebutuhan klien untuk dahulu dari yang tidak bias
kurangnya motivasi, hasil: alat-alat bantu untuk kebersihan dilakukan secara mandiri
hambatan 1. Klien terbebas dari bau badan diri, berpakaian, berhias, 2. Mengetahui apa yang belum
lingkungan, (5) toileting dan makan. terpenuhi sehingga dapat
kerusakan 2. Menyatakan kenyamanan 3. Sediakan bantuan sampai klien menyempurnakan alat bantu
muskuloskeletal, terhadap kemampuan untuk mampu secara utuh untuk yang harus dilengkapi
kerusakan melakukan ADLs (5) melakukan self-care. 3. Agar pasien dapat mandiri
neuromuskular, 3. Dapat melakukan ADLS 4. Motivasi klien untuk melakukan 4. Agar pasien tidak tergantung
nyeri, kerusakan dengan bantuan (5) aktivitas sehari-hari yang normal apada bantuan dan alat
persepsi/ kognitif, sesuai kemampuan yang 5. Untuk kegiatan sehari=hari
kecemasan, dimiliki. jika pasien masih dirawat
kelemahan dan 5. Ajarkan klien/ keluarga untuk 6. Untuk melatih kemampuan
kelelahan. mendorong kemandirian, untuk pasien secara mandiri
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
6. Berikan aktivitas rutin sehari-
hari sesuai kemampuan.

Anda mungkin juga menyukai