Anda di halaman 1dari 10

A.

LATAR BELAKANG
Penyakit Systemic Infark Miokard Akut diklasifikasikan berdasarkan hasil
EKG menjadi Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) dan Infark Miokard
non ST-elevasi (NSTEMI). Pada Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI)
terjadi oklusi total arteri koroner sehingga menyebabkan daerah infark yang
lebih luas meliputi seluruh miokardium, yang pada pemeriksaan EKG
ditemukan adanya elevasi segmen ST, sedangkan pada Infark Miokard non
ST-elevasi (NSTEMI) terjadi oklusi yang tidak menyeluruh dan tidak
melibatkan seluruh miokardium, sehingga pada pemeriksaaan EKG tidak
ditemukan adanya elevasi segmen ST (Alwi, 2009).
Menurut WHO tahun 2008, penyakit jantung iskemik merupakan
penyebab utama kematian di dunia (12,8%) sedangkan di Indonesia
menempati urutan ke tiga. Di negara industri dan negara-negara yang sedang
berkembang Sindrom koroner akut (SKA) masih menjadi masalah kesehatan
publik yang bermakna (O'Gara, et al., 2012). Berdasarkan diagnosis dokter,
prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia pada tahun 2013
diperkirakan sekitar 883.447 atau sebesar 0,5%, sementara berdasarkan
diagnosis dokter ditemukan gejala sebesar 1,5% atau sekitar 2.650.340 orang.
Berdasarkan diagnosis dokter estimasi jumlah penderita di Provinsi Jawa
Barat Sebanyak 0,5% atau sekitar 160.812 orang, sedangkan di Provinsi
Maluku Utara paling sedikit, yaitu 1.436 orang(0,2%).
B. PENGERTIAN
Sindrome koroner akut merujuk pada suatu spektrum dari prsentsai
klinis, mulai dari infarkmiokard dengan ST elevasi (STEMI) hingga infark
miokard tidak disertai ST elevasi (NSTEMI)atau angina tidak stabil (Coven,
2011). Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan penyakit
jantung koroner adalah suatu kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang
terdiri dari infark miokard akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG)
elevasi segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/ STEMI), infark miokard
akut tanpa elevasi segmen ST (Non STEMI) dan angina pektoris tidak stabil
(APTS) (Andra, 2006). Sindrom koroner akut adalah fenomena di mana aliran
darah menuju ke jantung berkurang secara dramatis. Penyakit ini merupakan
ancaman yang serius bagi kehidupan dan kesehatan. Serangan jantung dan
nyeri dada seperti tertindih benda berat merupakan manifestasi yang biasa
terjadi akibat sindrom koroner akut.
NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara pemintaan dan suplai
oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan
menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan.
(Sylvia,2008). NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang
terjadi dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil atau oklusi
parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena aterosklerosis. Hal ini
menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI
sekitar 30% dari semua serangan jantung.

C. ETIOLOGI
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI
terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner, sehingga
terjadi iskemia miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard
dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan
ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan
pelepasan penanda nekrosis.
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan
dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus nonocclusive yang
telah dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan
abnormal dari arteri koroner mungkin juga bertanggung jawab.
a. Faktor Resiko
1) Yang tidak dapat diubah
a) Umur
b) Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
c) Riwayat penyakit jantung coroner pada anggota keluarga di usia
muda (anggota keluarga laki-laki muda dari usia 55 tahun atau
anggota keluarga perempuan yang lebih muda dari usia 65 tahun).
d) Hereditas
e) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
2) Yang dapat diubah
a) Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, Merokok, Diabete, Obesitas,
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b) Minor : Inaktifitas fisik, emosional, agresif, ambisius, kompetitif,
stress psikologis berlebihan
b. Faktor Penyebab
1) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
2) Obstruksi dinamik (spasme coroner atau vasokontriksi)
3) Obstruksi mekanik yang progresif
4) Inflamasi dan atau inflamasi
5) Faktor atau keadaan pencetus

D. PATOFISIOLOGI
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner.
Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak
stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang yang cenderung ruptur mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi.
Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limposit T yang
menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel
sitokin proinflamasi , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang
pengeluaranaseperti TNF hsCRP di hati. (Sudoyo Aru W, 2010)

E. TANDA DAN GEJALA


a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala
yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan
lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
1) Pada manula: bisa kolaps atau bingung
2) Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal
jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Biomarker Jantung:
Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan
yang sangat penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita
Sindroma Koroner Akut (SKA).Troponin T mempunyai sensitifitas 97%
dan spesitifitas 99% dalam mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan
yang minimal sekalipun (mikro infark). Sedangkan troponin I memiliki
nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T dengan troponin I:
1) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu
komponeninhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
2) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi
mengikat tropomiosin.
b. EKG (T Inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T Inverted
dan ST depresi yang menunjukkan adanya iskemia pada arteri koroner.
Jika terjadi iskemia, gelombang T menjadi terbalik (inversi), simetris, dan
biasanya bersifat sementara (saat pasien simptomatik). Bila pada kasus ini
tidak didapatkan kerusakan miokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-
MB (creatine kinase-myoglobin) maupun troponin yang tetap normal,
diagnosisnya adalah angina tidak stabil. Namun, jika inversi gelombang T
menetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan diagnosisnya
menjadi NSTEMI. Angina tidak stabil dan NSTEMI disebabkan oleh
thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat mengalami reperfusi spontan),
atau oklusi yang dapat dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik.
c. Echo Cardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark
1) Area Gangguan
2) Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta.
Freksi pada prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir
diastolik dengan volume akhir sistolik dibagi dengan volume akhir
diastolik. Nilai normal > 50%. Dan apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak
normal.
d. Angiografi koroner (Coronari angiografi)
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila
pasien mengalami derajat stenosis 50% padapasien dapat diberikan obat-
obatan. Dan apabila pasien mengalami stenosis lebih dari 60% maka pada
pasien harus di intervensi dengan pemasangan stent.

G. PATHWAY
Terlampir

H. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya
baik atau compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perusi sistem saraf pusat.
b. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan
mengeluh sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya
ditemukan. Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat
kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat
melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium
yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
c. B2 (Blood)
1) Inspeks : adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi
nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri atas pericardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
2) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa
komplikasi biasanya tidak ditemukan.
3) Auskultasi : tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan
akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa
komplikasi.
4) Perkusi: batas jantung tidak mengalami pergeseran
d. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien,
yaitu wajah meringis, menangis, merintis, merenggang, dan
menggeliat yang merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat
infark pada miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah
takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun saat beraktivitas.
e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan
IMA karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.
f. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi
abdomen ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan
peristaltic usus yang merupakan tanda utama IMA.
g. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering
merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
dan jadwal olahraga teratur. perubahan postur tubuh.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada NSTEMI adalah
sebagai berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah
dan oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari
penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi
asam laktat.
b. Penurunan curah jantung dengan perubahan frekuensi, irama,
konduksi, dan elektrikal.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen

J. FOKUS INTERVENSI
Dx 1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan
oksigen dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan
suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat.

Intervensi:
Intervensi Rasional
Manajemen nyeri:
 Lakukan pengkajian nyeri  Mengetahui
secara komprehensif karakteristik nyeri
(PQRST), observasi tanda secara komprehensif
nonverbal dari  untuk mengetahui
ketidaknyamanan. pengalaman nyeri.
 Gunakan teknik komunikasi  Mengetahui latar
terapeurik belakang budaya yang
 Kaji latar belakang budaya dapat mempengaruhi
yang mempengaruhi nyeri nyeri
 Tentukan dampak nyeri  Menjaga dan
terhadap kualitas hidup meningkatkan kualitas
(contoh: istirahat, makan, hidup
aktivitas).  Mencegah keparahan
 Kontrol lingkungan yang nyeri yang timbul
dapat mempengaruhi  Membantu mengurangi
ketidaknyamanan klien nyeri timbul
terhadap nyeri(ex: suhu  Mengurangi rasa nyeri
ruangan, cahaya,
kebisingan).
 Tingkatkan istirahat dan
tidur
 Kolaborasi pemberian
antibiotik.

Dx.2 Penurunan curah jantung dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi,


dan elektrikal.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Cardiac care :  Mengetahui balance
 Catat urine output
cairan
 Pantau EKG 12 lead
 Mengecek ritme jantung
 Fasilitasi bedrest dan
 Mengistirahatkan pasien
lingkungan yang
 Membantu
tenang
 Posisikan supinasi memaksimalkan pompa
dengan elevasi kepala
jantung
300 dan elevasi kaki
 Mengurangi resiko
 Anjurkan mencegah
valsava maneuver Atau keletihan
mengejan  Memberikan nutrisi
 Berikan makanan  Menmbantu pernafasan
dalam komposisi lunak  Memonitor tanda-tanda
 Berikan oksigenasi dan
vital
medikasi
 Memantau parameter
 Monitor TTV, bunyi
frekuensi, dan irama hemodinamik perjam
jantung
 Monitor parameter
hemodinamik dan
perfusi perifer.

Dx.3 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen
Intervensi:
Intervensi Rasional
Terapi aktivitas:  Mengetahui penyebab
 Tentukan penyebab
intoleransi aktifitas
intoleransi aktivitas
 Memberikan periode
 Berikan periode
istirahat saat istirahat
beraktivitas  Memantau respon kerja
 Pantau respon kerja
kardiopulmonal
kardiopulmona
 Meningkatkan aktifitas
 Tingkatkan aktivitas
secara bertahap secara bertahap
 Ubah posisi pasien  Mencegah terjadinya
secara perlahan dan
dekubitus dan kaku otot
monitor gejala
 Mengurangi keletihan
intoleransi
 Memonitor kemampuan
 Ajarkan klien teknik
mengontrol pernapasan toleransi aktifitas pasien
saat beraktifitas  Memastikan balance
 Monitor dan catat
cairan
kemampuan untuk
mentoleransi aktivitas
 Monitor intake nutrisi
untuk memastikan
kecukupan sumber
energy

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I., 2009. Infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST . In: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Internapublishing,pp. 1741-56.
Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius
Doengoes, E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.III. Jakarta :
EGC
Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th
Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi
2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan
Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica
Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.
8. Vol. 3. Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEPERAWATAN GADAR KRITIS
SEMESTER 1
“ NSTEMI”

Oleh:
Herdika Listya Kurniati
I4B019055

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019

Anda mungkin juga menyukai