4. Patofisiologi
Aterosklerosis adalah suatu proses pembentukan plak yang terus berlangsung di
dalam dinding pembuluh darah arteri (terutama ukuran sedang dan besar). Proses
ini terjadi sepanjang waktu dan sering tanpa menimbulkan gejala. Proses
aterosklerosis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko koroner yang meliputi
hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes dan merokok. Semua bentuk sindroma
koroner akut ditandai oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan
oksigen miokard dan adanya beberapa faktor yang memberikan peranan dalam
ketidakseimbangan ini. Penyebab paling sering penurunan perfusi miokard
adalah penyempitan pembuluh darah koroner akibat pembentukan trombus yang
tidak oklusif sebagai respon terhadap pecahnya plak aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah. Pecahnya plak aterosklerosis mencetuskan adesi platelet dalam
sirkulasi, diikuti aktivasi dan agregasi platelet. Agregasi platelet menyebabkan
pembentukan trombus yang menimbulkan oklusi parsial dan secara klinik
dikenal sebagai angina tak stabil dan bila menetap dalam waktu lama
menimbulkan infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI).
Trombus yang menyebabkan oklusi total akan memberikan manifestasi sebagai
infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI).
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi koroner. Trombosis
akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tak stabil. Plak
yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot
polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang
tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol
dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat
dijumpai sel makrofag dan limposit T yang menunjukkan adanya proses
inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti IL-6.
Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP di hati.
Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang
memiliki gejala dengan onset baru angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih
baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu istirahat. Pada
pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG) segmen ST merupakan hal penting
yang menentukan risiko pada pasien. Pada Trombolysis in Myocardial (TIMI) III
Registry, adanya depresi segmen ST baru sebanyak 0,05 mV merupkan predictor
outcome yang buruk. Kaul et al. menunjukkan peningkatan resiko outcome yang
buruk meningkat secara progresif dengan memberatnya depresi segmen ST
maupun perubahan troponin T keduanya memberikan tambahan informasi
prognosis pasien-pasien dengan NSTEMI. Pada pemeriksaan laboratorium
Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard lebih spesifik
dari pada CK dan CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin pada darah
perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2 minggu (Anderson Jeffry L,
2007)
8. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya PJK.
Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-
tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau
serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan
gambaran yang berbeda
b. Pemeriksaan laboraturium.
Pemeriksaan enzim jantung : Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida
sebagai faktor resiko. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung
c. Foto rontgen dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada
koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat
dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja
PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya biasanya
jantung terlihat membesar.
d. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
e. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase
AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
9. Pencegahan
Berikut adalah beberapa tips berguna untuk mencegah penyakit jantung
koroner:
a. Pola makan sehat
Terapkan menu makan yang kaya serat dan cukup nutrisi, perhatikan
pula cara pengolahannya, sebaiknya hindari makanan yang diolah
dengan cara digoreng di
dalam banyak minyak, sebaliknya olah makanan dengan cara ditumis,
direbus atau dikukus. Jika harus mengolah makanan dengan cara
menggoreng, sebaiknya gunakan minyak zaitun daripada minyak goreng,
sebab minyak zaitun memiliki kandungan lemak yang rendah. Hindari
makanan makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi,
misalnya seafood – kandungan kolesterol tinggi di dalamnya dapat
membahayakan jantung. Pilih produk makanan yang rendah lemak atau
bahkan tanpa lemak. Konsumsi susu, keju atau mentega yang rendah
lemak. Selain lemak, hindari juga makanan yang mengandung gula yang
tinggi, misalnya soft drink. Konsumsi karbohidrat secukupnya karena
secara alami tubuh akan memproses karbohidrat menjadi gula dan
lemak. Mengkonsumsi oat atau gandum dapat membantu menjaga
kesehatan jantung.
b. Berhenti Merokok
Siapapun tahu bahwa rokok sangat buruk untuk kesehatan jantung, oleh
karena itu, hentikan kebiasaan merokok anda segera agar jantung anda
tetap sehat.
c. Hindari stress
Saat seseorang mengalami stres, otak memerintah tubuh untuk
mengeluarkan hormon kortisol untuk mengatasinya namun jika hormon
ini diproduksi berlebihan dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi
kaku, hormon norepinephrine juga akan diproduksi oleh tubuh untuk
mengatasi stres, namun jika diproduksi berlebihan dapat mengakibatkan
tekanan darah meningkat
d. Obesitas
Jaga pola makan agar tidak berlebihan sehingga anda terhindar dari
kegemukan, seseorang dengan lingkar pinggang lebih dari 80 cm
memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena serangan jantung koroner.
Selain itu, obesitas atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan
resiko terkena tekanan darah tinggi dan diabetes. Diabetes merupakan
salah satu faktor yang mempercepat terjadinya penyakit jantung
koroner selain dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
e. Olahraga teratur
Lakukan olahraga kardio seperti jogging, berjalan kaki, renang atau
bersepeda. Jenis olah raga tersebut dapat menguatkan kerja otot
jantung dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh.
f. Konsumsi antioksidan
Radikal bebas yang berasal dari polusi udara, asap rokok dan asap
kendaraan bermotor dapat menyebabkan endapan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan penyumbatan, radikal bebas dalam tubuh
dapat dihilangkan lewat konsumsi antioksidan dimana antioksidan
bekerja menangkap radikal bebas dalam tubuh dan membuangnya.
Antioksidan bisa diperoleh dari berbagai macam sayuran dan buah.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai dua
kegiatan pokok, yaitu :
A. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasi, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboraturium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit, dan doagnosa medis.
2. Keluhan utama : CAD terjadi penumpukan plak pada arteri koroner menjadi
menyempit mengakibatkan otot jantung melemah, dan menimbulkan komplikasi
seperti gagal jantung dan aritme (ganguan irama jantung) mengakitkan polah
nafas tidak efektif.
3. Riwayat kesehatan sekarang : berisi tentang terjadinya penyakit NSTEMI,
penyebab terjadi penyakit NSTEMI adanya nyeri di bagian dada.
4. Riwat kesehatan duluh : adanya riwayat peyakit NSTEMI atau penyakit-
penyakit lainnya, tindakan medis yang perna didapat maupun obat-obatan yang
biasa digunakan oleh penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga : dari genogram keluarga biasanya terdapat salah
satu anggota keluarga juga menderita NSTEMI atau penyakit keturunan yang
dapat menyebabkan terjadinya insulin misal hipertensi, jantung.
6. Riwayat psikososial : meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
B. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,
tainggi badan, berat badan, dan tanda tanda vital (TTV)
2. Kepalah dan leher kaji bentuk kepalah, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi kental, gigi mudah goyah, gusih mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
3. Sistem integumen : turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman,
kelembaban dan suhu kulit didaerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit, tekstur rambut dan kuku.
4. Sistem pernafasan adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
Coronery Artery Disease (CAD).
5. Sistem kardioveskuler : perfusi jaringan menurun
6.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunitas terhadap proses kehidupan/malasalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervesi dan aktivitas keperawatan perluh
ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan
penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas,
diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan menetapkan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
a. Diagnosa keperawatan : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
penurunan aliran darah miokardium, peningkatan kerja jantung
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kerja jantung berkurang dan gangguan rasa nyaman nyeri berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil : klien mengatakan nyeri berkurang /hilang, sesak berkurang/hilang.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital 5 menit selama 1. Mengetahui tingkat nyeri yang dialami
serangan angina pasien dari data objektif dan mengetahui
tingkat kerja
jantung.
2. Kaji dan catat respon pasien /efek 2. Mengetahui kinerja obat dalam
obat. tubuh.
3. Kaji dan catat skala dan lokasi nyeri 3. Mengetahui skalah nyeri yang dialami
. pasien, guna untuk menentukan tindakan
yang dilakukan, apakah harus dibantu
dengan tindakan farmakoterapi.
4. Tinggikan tepat tidur bila klien sesak. 4. Mengurangi gaya gravitasi pada
dada pasien dan memperluas
pengembangan paru
5. Pantau irama jantung 5. Menentukan kinerja jantung,
apakah normal atu tidak.
6. Pertahankan lingkungan tenang dan 6. Memberikan rasa nyaman pada pasien
nyaman. agar pasien bisa mengurangi rasa stres
yang dapat
memicu nyeri
8. Pantau perubaan dari EKG 8. Mengetahui jantung gelombang listrik
9. Berikan makan lembut, biarkan klien 9. Mengurangi aktivitas pasien yang bisa
istirahat selama 1 jam setelah menyebabkan kinerja jantung
nakan meningkat
jaringan.
Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan di laksanakan sesuai dengan inervensi.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan
baik yang dilakukan secara mandiri maupun kalaborasi dan rujukan
Evaluasi
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan
melihat perkembangan klien. Evaluasi klien dilakukan berdasarkan kriteria yang telah di
tetapkan sebelumnya pada tujuan.
DAFTAR PUSTAKA