Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN NON-ST SEGMEN ELEVATION MYOCARD


INFARCTION (NSTEMI)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Koordinator : H. Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep
Dosen Pembimbing :

DISUSUN OLEH :
ANGGRIS DWI LESTARI
2350321022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
A. Konsep Teori Penyakit

1. Definisi

Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction atau biasa disingkat NSTEMI

adalah salah satu jenis serangan jantung yang penggolongannya dilakukan

berdasarkan hasil rekam jantung (EKG). NSTEMI juga disebut dengan Sindrom

Koroner Akut (SKA) yang merupakan suatu terminologi yang digunakan dalam

menggambarkan suatu keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi

angina pektoris tidak stabil (unstable angina) infark miokard gelombang non Q atau

infark miokard tanpa elevasi segmen ST, Non-ST Elevation Myocardial Infarction

(NSTEMI) dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi

segmen ST, ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI) (Morton, 2012).

NSTEMI terjadi karena adanya ketidakseimbangan permintaan darah dan suplai

oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner yang akan

menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan

menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia, 2010).
2. Patofisiologi dan Pathway

NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan

kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI

dapat terjadi karena trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis

akut pada arteri koroner disebabkan dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil.

Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai lipid yang besar, densitas otot

polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang

tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol

dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada daerah ruptur plak

dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya proses

inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF α, dan

IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran hs CRP di hati (Sudoyono Aru

W, 2010).
Aterosklerosis Kelainan metabolisme (lemak, Faktor pencetus :
koagulasi darah dan keadaan biofisika, Hiperkolesterolemi, DM
biokimia dinding arteri Merokok, Hipertensi, Usia
Akumulasi /
Lanjut, Kegemukan
penimbunan ateroma
plak di intima arteri

Pembentukan thombus

Penurunan aliran darah


koroner

NSTEMI Kebutuhan oksigen Produksi asam Merangsang


metabolisme laktat nosiseptor

Kontraksi miokard
Angina pektoris

TD naik Timbul perasaan Nyeri akut


Ansietas
khawatur akan kondisi
kesehatan
Cardiac output

Penurunan perfusi Risiko penurunan


jaringan curah jantung
3. Etiologi

NSTEMI disebabkan karena penurunan suplai oksigen dan peningkatan

kebutuhan oksigen miokard yang dialami oleh obstruksi Koroner. NSTEMI

terjadi akibat thrombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner, sehingga

terjadi iskemia miokard dapat menyebabkan jaringan nekrosis miokard dengan

derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada sub endokardium.

Keadaan ini dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun penyebab

pelepasan penanda nekrosis. Penyebab paling umum yaitu penurunan perfusi

miokard penghhasil dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus

non occlusive namun telah dikembangkan daerah plak aterosklerotik terganggu.

a. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah :

1) Umur

2) Jenis kelamin

3) Riwayat penyakit jantung

4) Hereditas

5) Ras

b. Faktor resiko yg dapat di ubah :

1) Mayor : hipertensi, merokok, obesitas, diet tinggi lemak jenuh,

diabetes, kalori, hyperlipidemia,

2) Minor : emosional, agresif, inaktifitas fisik, stress psikologis

berlebihan, ambisius,

c. Faktor penyebab

1) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada

Penyebab yang sering SKA yaitu penurunan perfusi miokard karena

penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus pada plak


aterosklerosis yang robek atau pecah namun biasanya tidak sampai

menyumbat. Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta

komponennya dari plak yang ruptur, yang mengakibatkan infark di daerah

distal, Penyebab keluarnya tanda kerusakan miokard pada banyak pasien.

2) Obstruksi dinamik

Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin

diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri

koroner epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh

hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah dan/atau akibat disfungsi

endotel. Obstruksi dinamik koroner juga mengakibatkan oleh konstriksi

abnormal pada pembuluh darah yang kecil.

3) Obstruksi mekanik yang progresif

Penyebab ke tiga SKA adalah penyempitan begitu hebat namun bukan

karena spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa pasien dengan

aterosklerosis progresif dengan stenosis ulang setelah intervensi koroner

perkutan (PCI).

4) Inflamasi dan infeksi

Penyebab ke empat yaitu inflamasi, disebabkan karena yang terhubung

dengan infeksi, dan mungkin menyebabkan sempitan arteri,

destabilisasi plak, ruptur dan trombogenesis. Makrofag pada limfosit-T

di dinding plak ditingkatkan ekspresi enzim seperti metaloproteinase,

yang dapat berakibat penipisan dan ruptur plak, sehingga bisa

mengakibatkan SKA.
5) Faktor atau keadaan pencetus

Penyebab ke lima SKA yang merupakan akibat sekunder dari kondisi

pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada beberapa penyebab

berupa penyempitan arteri koroner dan mengakibatkan terbatasnya

perfusi miokard, namun mereka biasanya menderita angina stabil begitu

kronik. SKA jenis ini antara lain karena:

a) Peningkatan kebutuhan takikardi, oksigen miokard, seperti

tirotoksikosis dan demam

b) Kurangnya aliran darah koroner

c) Kurangnya pasokan oksigen miokard, seperti pada hipoksemia dan

anemia

4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri di dada, berlangsung selama 30 menit sedangkan pada angina kurang.

b. Selain itu pada angina, nyeri akan hilang saat dibawa beristirahat namun lain

halnya dengan NSTEMI.

c. Sesak Nafas, disebabkan oleh adanya peningkatan mendadak antara tekanan

diastolik ventrikel kiri, disaat itu perasaan cemas juga menimbulkan

hipervenntilasi. Pada infark tanpa gejala nyeri ini, sesak nafas merupakan

tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.

d. Gejala gastrointestinal, meningkatkan aktivitas vagal di sebabkan muntah

dan mual, namun biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi

diafragma pada infak inferior bisa menyebabkan cegukan.

e. Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop danaritmia

ventrikel.
5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)

Segmen ST merupakan hal penting untuk menentukan risiko terhadap

pasien. Pada Trombolisis Myocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi

segmen ST baru yaitu 0,05 mV merupkan predikat outcome yang buruk.

Kauletal meningkat secara progresif yaitu memberatnya depresi segmen ST

maupun perubahan troponin T keduanya memberikan tambahan informasi

prognosis pasien dengan NSTEMI.


b. Pemeriksaan Laboratorium

Troponin T dan Troponin I merupakan tanda nekrosis miokard lebih

spesifik dari pada CK atau CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin

di darah perifer saat 3-4 jam dan dapat tinggal sampai 2 minggu.

6. Penatalaksanaan

Pasien yang mengalami NSTEMI di istirahat ditempat tidur atas pemantauan

EKG untuk memantau segmen ST dan irama jantung. Beberapa komponen

utama harus di berikan setiap pasien NSTEMI yaitu:

a. Istirahat

b. Diet jantung,rendah garam, makanan lunak.

c. Memberi digitalis untuk membantu kontraksi jantung atau memperlambat

frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung menurun.

d. Pemberian diuretic, untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. jika

sudah diresepkan harus diberikan pada waktu siang hari supaya tidak terganggu

istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien perlu dicatat agar

pasien tidak mengalami kehilangan cairan saat diberikan diuretic, pasien juga

perlu menimbang berat badan setiap hari, supaya tiadak terjadi perubahan pada

turgor kulit, perlu di perhatikan tanda-tanda dehidrasi.

e. Morfin, diberikan agar mengurangi nafas sesak pada asma cardial, namun hati-

hati depresi pada pernapasan.

f. Pemberian oksigen

g. Terapi natrium nitropurisida dan vasodilator, obat-obatan vasoaktif merupakan

pengobatan pertama pada pasien gagal jantung dalam mengurangi impedansi

(tekanan) terhadappenyemburan darah oleh ventrikel.


7. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung:

a. Syok kardiogenik

Syok kardiogenik ditandai dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang

berakibat gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan gangguan

pada perfusi jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas

pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah

hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis

vokal di seluruh ventrikel akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau

supply oksigen miokardium.

b. Edema paru

Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun

yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat darinegative menjadi

batas positif. Penyebab kelainan paru yang umum terjadi adalah:

1) Gagal jantung sebelah kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat

peningkatan tekanan kapiler paru yang membanjiri ruang alveoli dan

interstitial.

2) Kerusakan di membrane kapiler paru yaitu disebabkan oleh infeksi

seperti pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya

seperti gas sulfur dioksida dan gas klorin. Masing-masing

disebabkan kebocoran protein plasma atau cairan secara cepat keluar

dari kapiler.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Identitas

1) Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis

kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.

2) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal

pengkajian, diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor rekam medik.

3) Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

4) Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara

kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit. Keluhan klien

pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesak nafas saat beraktivitas atau

tidak.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Provocative, yaitu penyebab atau hal-hal yang mendahului sebelum

terjadi keluhan utama.

b) Qualitas atau quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan,

bagaimana rasanya seberapa sering terjadinya.

c) Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan,

daerah/area penyebaran sampai kemana.

d) Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai

seberapa jauh.

e) Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan.


3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Tanyakan mengenai masalah-masalah kesehatan terdahulu seperti adanya

riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes, perokok hebat, riwayat gagal

jantung, pernah dirawat dengan penyakit jantung, kerusakan katub jantung

bawaan.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita penyakit

sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.

5) Riwayat Psikologis

a) Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain

b) Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi

c) Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain

d) Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga

diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi

diri.

e) Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah

yang dihadapi.

6) Riwayat Sosial

Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi,

lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.

7) Kebiasaan Sehari-hari

Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas seperti bermain dan

personal hygiene.
c. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Inspeksi: simetris/tidak pada kepala, rambut terlihat kering/tidak, warna

rambut hitam atau beruban, adanya hematom/tidak pada kepala, ada/tidak

perdarahan pada kepala. Palpasi: teraba benjolan/tidak pada kepala, rambut

teraba kasar/tidak.

2) Mata

Inspeksi : simetris/tidak antara kanan dan kiri, ada kelainan/tidak pada mata,

reflek pupil terhadap cahaya baik/tidak, konjungtiva anemis, sclera

ikterik/tidak, ada pembengkakan/tidak pada mata. Palpasi : ada nyeri

tekan/tidak dan lepas pada daerah mata, tidak teraba benjolan disekitar mata

3) Telinga

Inspeksi : simetris/tidak kiri dan kanan pada telinga, terjadi

perdarahan/tidak, ada pembengkakan/tidak, dan pendengaran masih

baik/tidak. Palpasi : terasa benjolan/ t i d a k pada daun telinga, tidak ada

nyeri saat diraba bagian telinga, ada perdarahan/tidak pada telinga baik

luar maupun dalam.

4) Hidung

Inspeksi : bentuk hidung simetris/tidak, ada kelainan/tidak pada bentuk

hidung, ada perdarahan/tidak, ada pernapasan cuping hidung/tidak,

terpasang oksigen atau tidak. Palpasi : terasa benjolan/tidak pada hidung.

5) Mulut dan tenggorokan

Inspeksi : mulut terlihat bersih/tidak, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan

usia, mukosa lembab/ kering, terjadi kesulitan menelan/tidak.


6) Thoraks

Inspeksi : dada tampak simetris/tidak, ada lesi/tidak pada thorak, ada

penggunaan otot bantu pernafasan/tidak, ada perdarahan/tidak pada thorak.

Palpasi : teraba benjolan/tidak pada dada, suhu pada thorak teraba

sama/tidak kiri kanan. Perkusi : sonor seluruh lapang paru. Auskultasi :

vesikuler atau terdapat suara tambahan pada thoraks seperti ronkhi,

wheezing, dullness.

7) Jantung

Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas dileher.

Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara tambahan seperti mur-

mur dan gallop.

8) Abdomen

Inspeksi : ada pembesaran abdomen/tidak, ada bekas operasi/tidak, dan

ada/tidak adanya lesi pada abdomen. Auskultasi : bising usus normal/tidak

12x/m. Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani. Palpasi : tidak terasa

adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa tidak terasa,tidak ada nyeri

tekan dan lepas didaerah abdomen.

9) Genitalia

Pasien terpasang kateter/tidak, produksi urin banyak/tidak karena pasien

jantung dapat diuretik.

10) Ekstremitas

Ekstremitas atas : terpasang infus/tidak pada salah satu ekstremtas atas,

ditemukan kelainan pada kedua tangan/tidak, turgor kulit baik/tidak, CRT

normal/tidak, terdapat kelainan/tidak, akral teraba hangat/tidak, ada

edema/tidak. Ekstremitas bawah : ditemukan kelainan pada kedua


kaki/tidak, terlihat edema pada kedua kaki/tidak, ada tanda-tanda varises

atau tidak pada kaki, akral teraba hangat/tidak.

2. Analisa Data

No Data Menyimpang Etiologi Masalah

1. DS : NSTEMI Nyeri akut

- Pasien mengeluh nyeri ↓ (D.0077 Halaman 172)

DO : Kebutuhan oksigen

- Pasien tampak meringis (metabolisme)

- Pasien tampak gelisah ↓

- Frekuensi nadi Produksi asam laktat naik

meningkat ↓

- Kesulitan untuk tidur Merangsang nosiseptor

- Tekanan darah ↓

meningkat Angina pectoris

- Pola napas berubah ↓

Nyeri akut

2. DS : NSTEMI Ansietas

- Klien mengatakan ↓ (D.0080 Halaman 180)

merasa khawatir akan Klien sering mengalami

kondisi kesehatannya keluhan sakit dada

- Klien mengatakan ↓

merasa tidak berdaya Pasien gelisah/khawatir akan

kondisi kesehatannya
DO : ↓

- Tampak gelisah Ansietas

- Tampak tegang

- Sulit tidur

- Frekuensi nadi

meningkat

- Frekuensi napas

meningkat

- Tekanan darah

meningkat

3. Faktor Risiko: NSTEMI Risiko penurunan curah jantung

- Perubahan frekuensi ↓ (D.0011 Halaman 41)

jantung Kontraksi miokard

- Perubahan irama jantung ↓

Vasokontriksi pembuluh

darah

Tekanan darah naik

Cardiac output

Risiko penurunan curah

jantung
3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis. iskemia)

b. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian

c. Risiko penurunan curah jantung dengan faktor risiko perubahan frekuensi dan irama

jantung
4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238 Halaman 201)
dengan agen pencedera keperawatan selama … x 24 Observasi
fisiologis (iskemia) jam, diharapkan tingkat nyeri  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun, dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
hasil :  Identifikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri menurun  Identifikasi respons nyeri non verbal
 Meringis menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Gelisah menurun memperingan nyeri
 Kesulitan tidur menurun  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
 Frekuensi nadi membaik respon nyeri
 Pola napas membaik  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, relaksasi nafas
dalam, hipnosis)
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
 Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314 Halaman 387)
dengan ancaman terhadap keperawatan selama … x 24 Observasi
kematian jam, diharapkan tingkat  Identifikasi saat tingkat kecemasan
ansietas menurun, dengan berubah (mis. kondisi, waktu, stressor)
kriteria hasil :  Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
 Verbalisasi khawatir non verbal)
terhadap kondisi
Terapeutik
kesehatannya menurun
 Ciptakan suasana terapeutik untuk
 Perilaku gelisah menurun
menumbuhkan kepercayaan
 Frekuensi napas menurun
 Temani pasien untuk mengurangi
 Frekuensi nadi menurun
kecemasan, jika perlu
 Pola tidur membaik
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Perasaan keberdayaan
 Dengarkan dengan penuh perhatian
membaik
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan

Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
dialami
 Informasikan secara factual mengenal
diagnosis pengobatan dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
klien, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu

Risiko penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075 Halaman 317)
jantung dengan faktor risiko keperawatan selama … x 24 Observasi
perubahan frekuensi dan jam, diharapkan curah  Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
irama jantung jantung meningkat, dengan curah jantung (meliputi dispnea,
kriteria hasil : kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
 Kekuatan nadi perifer nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
meningkat  Identifikasi tanda/gejala sekunder
 Bradikardia menurun penurunan curah jantung (meliputi
 Takikardia menurun peningkatan berat badan, hepatomegali,

 Gambaran EKG aritmia distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi

menurun basah, oliguria, betuk, kulit pucat)

 Lelah menurun  Monitor tekanan darah (termasuk tekanan

 Edema menurun darah ortostatik, jika perlu)


 Monitor intake dan output cairan
 Dispnea menurun
 Monitor berat badan setiap hari pada
 Tekanan darah membaik
waktu yang sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis.
intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis,
elektrolit, enzim jantung, BNP, NT pro-
BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah aktivitas
 Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat (mis. beta
blocker, ACE inhibitor, calclum channel
blocker, digoksin)
Terapeutik
 Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis,
batasi asupan kafein, natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi gaya hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stres, jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
berat badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output cairan harian
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi jantung
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta :

DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP

PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :

DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai