Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Koordinator : H. Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep
Dosen Pembimbing :
DISUSUN OLEH :
ANGGRIS DWI LESTARI
2350321022
1. Definisi
berdasarkan hasil rekam jantung (EKG). NSTEMI juga disebut dengan Sindrom
Koroner Akut (SKA) yang merupakan suatu terminologi yang digunakan dalam
angina pektoris tidak stabil (unstable angina) infark miokard gelombang non Q atau
infark miokard tanpa elevasi segmen ST, Non-ST Elevation Myocardial Infarction
(NSTEMI) dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi
oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh arteri koroner yang akan
menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan (Sylvia, 2010).
2. Patofisiologi dan Pathway
dapat terjadi karena trombosis akut atau proses vasokontriksi koroner. Trombosis
akut pada arteri koroner disebabkan dengan adanya ruptur plak yang tidak stabil.
Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai lipid yang besar, densitas otot
polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang
tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol
dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada daerah ruptur plak
inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF α, dan
W, 2010).
Aterosklerosis Kelainan metabolisme (lemak, Faktor pencetus :
koagulasi darah dan keadaan biofisika, Hiperkolesterolemi, DM
biokimia dinding arteri Merokok, Hipertensi, Usia
Akumulasi /
Lanjut, Kegemukan
penimbunan ateroma
plak di intima arteri
Pembentukan thombus
Kontraksi miokard
Angina pektoris
1) Umur
2) Jenis kelamin
4) Hereditas
5) Ras
berlebihan, ambisius,
c. Faktor penyebab
2) Obstruksi dinamik
diakibatkan oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen arteri
karena spasme atau trombus. Ini terjadi pada beberapa pasien dengan
perkutan (PCI).
mengakibatkan SKA.
5) Faktor atau keadaan pencetus
pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada beberapa penyebab
anemia
4. Manifestasi Klinis
b. Selain itu pada angina, nyeri akan hilang saat dibawa beristirahat namun lain
hipervenntilasi. Pada infark tanpa gejala nyeri ini, sesak nafas merupakan
dan mual, namun biasanya sering terjadi pada infark inferior,dan stimulasi
e. Gejala lain termasuk palpitasi, gelisah, rasa pusing, atau sinkop danaritmia
ventrikel.
5. Pemeriksaan Diagnostik
spesifik dari pada CK atau CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan Troponin
di darah perifer saat 3-4 jam dan dapat tinggal sampai 2 minggu.
6. Penatalaksanaan
a. Istirahat
d. Pemberian diuretic, untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. jika
sudah diresepkan harus diberikan pada waktu siang hari supaya tidak terganggu
istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien perlu dicatat agar
pasien tidak mengalami kehilangan cairan saat diberikan diuretic, pasien juga
perlu menimbang berat badan setiap hari, supaya tiadak terjadi perubahan pada
e. Morfin, diberikan agar mengurangi nafas sesak pada asma cardial, namun hati-
f. Pemberian oksigen
a. Syok kardiogenik
pada perfusi jaringan atau penghantaran oksigen pada jaringan yang khas
pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah
hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis
b. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,. Faktor apapun
interstitial.
dari kapiler.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis
4) Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit. Keluhan klien
pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesak nafas saat beraktivitas atau
tidak.
seberapa jauh.
bawaan.
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita penyakit
5) Riwayat Psikologis
a) Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
c) Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain
diri, bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi
diri.
yang dihadapi.
6) Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi,
7) Kebiasaan Sehari-hari
personal hygiene.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
teraba kasar/tidak.
2) Mata
Inspeksi : simetris/tidak antara kanan dan kiri, ada kelainan/tidak pada mata,
tekan/tidak dan lepas pada daerah mata, tidak teraba benjolan disekitar mata
3) Telinga
nyeri saat diraba bagian telinga, ada perdarahan/tidak pada telinga baik
4) Hidung
Inspeksi : mulut terlihat bersih/tidak, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan
wheezing, dullness.
7) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas dileher.
8) Abdomen
12x/m. Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani. Palpasi : tidak terasa
adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa tidak terasa,tidak ada nyeri
9) Genitalia
10) Ekstremitas
2. Analisa Data
DO : Kebutuhan oksigen
meningkat ↓
- Tekanan darah ↓
Nyeri akut
2. DS : NSTEMI Ansietas
- Klien mengatakan ↓
kondisi kesehatannya
DO : ↓
- Tampak tegang
- Sulit tidur
- Frekuensi nadi
meningkat
- Frekuensi napas
meningkat
- Tekanan darah
meningkat
Vasokontriksi pembuluh
darah
Cardiac output
jantung
3. Diagnosa Keperawatan
c. Risiko penurunan curah jantung dengan faktor risiko perubahan frekuensi dan irama
jantung
4. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238 Halaman 201)
dengan agen pencedera keperawatan selama … x 24 Observasi
fisiologis (iskemia) jam, diharapkan tingkat nyeri Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
menurun, dengan kriteria frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
hasil : Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi respons nyeri non verbal
Meringis menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
Gelisah menurun memperingan nyeri
Kesulitan tidur menurun Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Frekuensi nadi membaik respon nyeri
Pola napas membaik Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, relaksasi nafas
dalam, hipnosis)
Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas (I.09314 Halaman 387)
dengan ancaman terhadap keperawatan selama … x 24 Observasi
kematian jam, diharapkan tingkat Identifikasi saat tingkat kecemasan
ansietas menurun, dengan berubah (mis. kondisi, waktu, stressor)
kriteria hasil : Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
Verbalisasi khawatir non verbal)
terhadap kondisi
Terapeutik
kesehatannya menurun
Ciptakan suasana terapeutik untuk
Perilaku gelisah menurun
menumbuhkan kepercayaan
Frekuensi napas menurun
Temani pasien untuk mengurangi
Frekuensi nadi menurun
kecemasan, jika perlu
Pola tidur membaik
Pahami situasi yang membuat ansietas
Perasaan keberdayaan
Dengarkan dengan penuh perhatian
membaik
Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
dialami
Informasikan secara factual mengenal
diagnosis pengobatan dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
klien, jika perlu
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
Risiko penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075 Halaman 317)
jantung dengan faktor risiko keperawatan selama … x 24 Observasi
perubahan frekuensi dan jam, diharapkan curah Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
irama jantung jantung meningkat, dengan curah jantung (meliputi dispnea,
kriteria hasil : kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
Kekuatan nadi perifer nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
meningkat Identifikasi tanda/gejala sekunder
Bradikardia menurun penurunan curah jantung (meliputi
Takikardia menurun peningkatan berat badan, hepatomegali,
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI.