DISUSUN OLEH :
2019/2020
1. DEFINISI
Wasid (2007) SKA adalah suatu fase akut dari Angina Pectoris Tidak
Stabil/ APTS yang disertai Infark Miocard akut/ IMA gelombang Q (IMA-Q)
ST elevasi (STEMI) yang terjadi karena adanya trombosis akibat dari ruptur
Harun (2007) berpendapat istilah SKA banyak digunakan saat ini untuk
coroner Akut merupakan satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakit
coroner yaitu, angina tak stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi
ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektoris pasca infark
merupakan keadaan darurat jantung dengan manifestasi klinis rasa tidak enak
terus menerus.
a. Faktor penyebab
a) Aterosklerosis.
b) Spasme
c) Arteritis
Faktor sirkulasi :
a) Hipotensi
b) Stenosis aorta
c) Insufisiensi
Faktor darah :
a) Anemia
b) Hipoksemia
c) Polisitemia
a) Aktifitas berlebihan
b) Emosi
d) Hypertiroidisme
a) Kerusakan miocard
b) Hypertropi miocard
c) Hypertensi diastolik
b. Faktor predisposisi
c) Hereditas
a) Mayor :
Hiperlipidemia
Hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
b) Minor:
Inaktifitas fisik
3. MANIFESTASI KLINIS
1) Nyeri :
a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
neuroreseptor.
2) Pada ACS dapat ditemukan juga sesak napas, diaphoresis, mual, dan nyeri
epigastrik.
4. PATOFISIOLOGI
adanya ruptur plak arter koroner, aktivasi kaskade pembekuan dan platelet,
berkurang.Hal ini terjadi pada pla coroner yang kaya lipid dengan fibrous cap
yang tipis (vulnerable plaque).Ini disebut fase plaque disruption ‘disrupsi plak’.
Setelah plak mengalami ruptur maka faktor jaringan (tissue factor) dikeluarkan
dan bersama faktor VIIa membentuk tissue factor VIIa complex mengaktifkan
nilai prognostic. Pada 15% pasien IMA didapatkan kenaikan CRP meskipun
inaktivasi nitrit oksid (NO) oleh beberapa spesies oksigen reaktif, yakni xanthine
oxidase), dan endothelial cell Nitric Oxide Synthase (eNOS).Oksigen reaktif ini
perokok, hipertensi, dan gagal jantung.Diduga masih ada beberapa enzim yang
yang esensial.
disfungsi endotel ringan dekat lesi atau respons terhadap lesi itu.Pada keadaan
tromboksan A2, dan prostaglandin H2) daripada faktor relaksator (yakni nitrit
otot polos dan migrasi, adesi leukosit ke endotel, serta agregasi platelet dan
menekan fibrilasi ventrikel, dan luasnya infark. Sindrom coroner akut yang diteliti
ringan sampai dengan moderat, dan terjadi disrupsi plak karena beberapa hal,
yakni tipis - tebalnya fibrous cap yang menutupi inti lemak, adanya inflamasi
yakni aktivitas/ latihan fisik yang berlebihan (tak terkondisikan), stress emosi,
terkejut, udara dingin, waktu dari suatu siklus harian (pagi hari), dan hari dari
juga meningkat. Dari mekanisme inilah beta blocker mendapat tempat sebagai
PATHWAY
Faktor resiko Penyempitan lumen arteri, rupture plak,
aterosklerosis thrombosis, dan spasme arteri.
Gambaran ST
depresi dan Elevasi
Infark miokardium
A. WAWANCARA
kelamin laki-laki dan usia > 50 tahun), alamat, agama, suku bangsa,
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri dada
sternal menyebar ke lengan kiri dan punggung kiri, skala nyeri 8 (skala 1-
HEAD TO TOO
1. PRIMERY SURVEY
C. Circulation
1) Nadi lemah , tidak teratur
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
A. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan secret
2) Wheezing atau krekles
B. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
2. SEKUNDER SURVEY
1) Aktivitas
Gejala
Kelemahan,
Kelelahan
Tanda
Takikardi
2) Sirkulasi
Gejala :
Diabetes mellitus.
Tanda :
Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
komplain ventrikel.
otot papilar
atau ventrikel.
3) Integritas ego
Gejala :
Tanda
Menolak
Menyangkal
Cemas
Gelisah
Marah
Perilaku menyerang
4) Eliminasi
Tanda :
Normal
Bunyi usus menurun.
Gejala :
Mual
Bersendawa
Tanda :
Kulit kering/berkeringat.
Muntah.
6) Higiene
7) Neurosensori
Gejala :
Pusing
Tanda :
Perubahan mental
Kelemahan
viseral).
punggung, leher.
9) Pernafasan
Gejala :
Dispnea nocturnal
Tanda :
10)Interaksi sosial
Gejala :
Tanda :
3. HEAD TO TOO
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) EKG
pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment
c. Gambaran EKG
3) Elektrolit.
5) Kecepatan sedimentasi
inflamasi
6) AGD
kronis.
8) Rontgen Dada
tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung
penyembuhan.
7. PENCEGAHAN
c. Mengurangi makanan dan minuman yang kaya akan lemak dan gula.
8. PENATALAKSANAAN
A. FARMAKOLOGI
sampai dengan pasien stabil dengan level oksigen 2–3 liter/ menit
spray. Jika sakit dada tetap ada setelah 3x NTG setiap 5 menit
pertanyaan).
pernapasan
4.000 ug/kg, dan infus 1.000 ug/jam untuk pasien dengan berat
dengan Asparin.
invitro, obat ini lebih kuat daripada Aspirin dan dapat digunakan
normal.
B. KEPERAWATAN
2) Oksigenasi
(Aserias, 2019)
9. ANALISA DATA
miokard)
DIAGNOSA PERENCANAAN
N
KEPERAWAT TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O
AN
1 Nyeri akut
TUPAN Manajemen nyeri
berhubungan Setelah Tindakan
dengan agen dilakukan 1. Observasi
pencedera tindakan a. Identifikasi a. Perubahan
fisiologis keperawatan lokasi, dalam
(iskemia selama 1x6 jam karakteristik, lokasi/intensitas
miokard) yang nyeri akut durasi, tidak umum
ditandai hilang. frekuensi, dapat
dengan: TUPEN kualitas, menunjukkan
DS: Setelah intensitas nyeri terjadinya
Mayor dilakukan b. Identifikasi komplikasi. Nyeri
Mengeluh tindakan skala nyeri cenderung
nyeri keperawatan c. Identifikasi menjadi konstan,
Minor selama 30 respons nyeri lebih hebat dan
(-) menit agen non verbal menyebar ke
pencedera d. Identifikasi atas, nyeri dapat
DO: fisiologis faktor yang lokal bila terjadi
Mayor (iskemia memperberat abses. Sehingga
Tampak miokard) dan dapat memilih
meringis membaik memperingan intervensi yang
Bersikap dengan kriteria: nyeri tepat
protektif Keluhan e. Identifikasi b. Berguna dalam
(mis: nyeri pengetahuan pengawasan
menginda menurun dan keyakinan keefektifan obat
ri nyeri) Meringis tentang nyeri dan kemajuan
Gelisah menurun f. Identifikasi penyembuhan
Sulit tidur Sikap pengaruh c. Untuk
Minor protektif budaya mengetahui
menurun terhadap tingkat nyeri
Pola
Gelisah respon nyeri d. Untuk
napas
menurun g. Identifikasi menghindari
berubah
Kesulitan pengaruh nyeri terjadinya nyeri
Berfokus
tidur pada kualitas e. Karena nyeri
pada diri
menurun hidup dapat
sendiri
Pola napas h. Monitor terapi merupakan
Diaforesis komplementer faktor utama
membaik
yang sudah yang
Berfokus
diberikan menghambat
pada diri
kemampuan dan
sendiri
2. Terapeutik keinginan
menurun a. Berikan teknik individu untuk
Diaforesis nonfarmakolog pulih dari suatu
menurun is untuk penyakit
mengurangi f. Karena
rasa nyeri keyakinan dan
(mis. Terapi nilai-nilai budaya
musik, mempengaruhi
aromaterapi) cara individu
b. Kontrol dalam mengatasi
lingkungan nyeri. Ekspresi
yang nyeri dapat
memperberat dibagi ke dalam
rasa nyeri dua kategori
(mis.kebisinga yaitu tenang dan
n, suhu emosi.
ruangan, Klien tenang
pencahayaan) umumnya akan
c. Fasilitasi diam berkenaan
istirahat dan dengan nyeri,
tidur mereka memiliki
d. Pertimbangkan sikap dapat
jenis dan menahan nyeri
sumber nyeri sedangkan klien
dalam yang emosional
pemilihan akan berekspresi
strategi secara verbal
meredakan dan akan
nyeri menunjukkan
3. Edukasi tingkah laku
a. Jelaskan nyeri dengan
penyebab, merintih dan
periode dan menangis
pemicu nyeri g. Untuk
b. Jelaskan mengetahui
strategi aktivitas apa
meredakan saja yang tidak
nyeri bisa dilakukan
c. Anjurkan klien pada saat
memonitor nyeri
nyeri secara h. Untuk
mandiri mengetahui
d. Anjurkan apakah terapi
menggunakan komplementer
analgetik tersebut efektif
secara tepat atau tidaknya
e. Ajarkan teknik dalam mengatasi
nonfarmakolog nyeri
is untuk
mengurangi
rasa nyeri a. Menghindari
4. Kolaborasi ketergantungan
a. Kolaborasi akan obat
pemberian farmakologis
analgetik, jika b. Lingkungan yang
perlu nyaman akan
meningkatkan
relaksasi pasien
sehingga dapat
menurunkan
rasa nyeri
c. Sebagai salah
satu cara
distraksi
sehingga pasien
terhindar dari
nyeri
d. Untuk
memastikan
bahwa nyeri
pasien post
operasi dapat
dibebaskan
a. Agar pasien
mengetahui
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
sehingga pasien
dapat
menghindari hal
tersebut
b. Agar pasien
mengetahui cara
untuk mengatasi
nyeri
c. Agar pasien
dapat langsung
melaporkan
nyeri yang
dirasakan
kepada perawat.
Intervensi dini
pada kontrol
nyeri
memudahkan
pemulihan
otot/jaringan
dengan
menurunkan
tegang otot dan
memperbaiki
sirkulasi
d. Nyeri berat/lama
dapat
meningkatkan
syok dan lebih
sulit hilang,
memerlukan
dosis obat lebih
besar,yang
dapat mendasari
masalah/komplik
asi dan dapat
memperberat
depresi
pernapasan
e. Untuk
menghindari
ketergantungan
terhadap obat
farmakologis
a. Untuk
mengontrol/men
gurangi nyeri
dan
meningkatkan
kerjasama
dengan aturan
terapeutik
2 Penurunan TUPAN Perawatan Jantung
curah jantung Setelah 1. Observasi
berhubungan dilakukan a. Identifikasi a. Manifestasi
dengan tindakan tanda/gejal klinis dari
perubahan keperawatan a primer tamponade
irama jantung selama 1x6 penurunan jantung yang
yang ditandai jamtidak terjadi curah dapat terjadi
dengan: penurunan jantung pada
DS: curah jantung. (meliputi perikarditis bila
Mayor TUPEN dispnea, akumulasi
Palpitasi Setelah kelelahan, cairan/eksudat
Minor dilakukan edema, dalam kantung
(-) tindakan ortopnea, perikardia
keperawatan peningkata membatasi
DO: selama 30 n CVP) pengisian dan
Mayor menit irama b. Monitor curah jantung
Takikardia jantung tekanan b. Pada GJK dini,
Gambara membaik darah sedang atau
n EKG dengan kriteria: c. Monitor kronis tekanan
aritmia Palpitasi saturasi darah dapat
atau menurun oksigen meningkat.
gangguan Takikardia d. Monitor Pada HCF
konduksi menurun keluhan lanjut tubuh
Minor Gambaran nyeri dada tidak mampu
(-) EKG e. Monitor lagi
aritmia EKG 12 mengkompens
atau sadapan asi dan
gangguan f. Monitor hipotensi tidak
konduksi aritmia dapat normal
menurun lagi
2. Terapeutik c. Kadar oksigen
a. Posisikan menentukan
pasien tingkat dispnea,
semi fowler dan dispnea
atau fowler merupakan
dengan manifestasui
kaki ke klinis dari GJK
bawah atau d. Nyeri dada
posisi merupakan
nyaman manifestasi
b. Berikan klinis dari GJK
terapi e. Untuk
relaksasi mengetahui
untuk adanya
mengurang gangguan
i stress, aritmia
jika perlu f. Aritmia
merupakan
3. Edukasi manifestasi
a. Anjurkan klinis dari
beraktivitas tamponade
fisik sesuai jantung
toleransi
b. Anjurkan
beraktivitas a. Untuk
fisik secara menurunkan
bertahap beban kerja
jantung,
4. Kolaborasi memaksimalka
a. Kolaborasi n curah jantung
pemberian b. Perilaku yang
antiaritmia, bermanfaat
jika perlu untuk
b. Rujuk ke mengontrol
rehabilitasi ansietas,
jantung meningkatkan
relaksasi,
menurunkan
beban kerja
jantung
a. Untuk
mengurangi
beban kerja
jantung
b. Untuk
mengurangi
beban kerja
jantung
a. Mengurangi
terjadinya
aritmia
sehingga
menghindari
terjadinya
tamponade
jantung
b. Agar
penanganan
lebih tepat dan
cepat
a. Agar tindakan
lebih efektif
a. Meningkatkan
kerjasama
dalam prosedur
sehingga
harapan
bersama dapat
tercapai
DAFTAR PUSTAKA
http://docshare02.docshare.tips/files/27066/270666127.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik edisi 1 cetakan III (revisi). Jakarta Selatan :
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik edisi 1 cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik edisi 1 cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI