Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA


DENGAN OSTEOPOROSIS

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik

Di susun oleh:

RIMA PHYTRIANI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR
CIMAHI
2020
A. KONSEP OSTEOPOROSIS

1. DEFINISI

Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang

secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang, sehingga

tulang menjadi keropos dan rapuh. “Osto” berarti tulang, sedangkan

“porosis” berarti keropos. Tulang yang mudah patah akibat Osteoporosis

adalah tulang belakang, tulang paha, dan tulang pergelangan tangan

(Endang Purwoastuti : 2009) .

Osteoporosis yang dikenal dengan keropos tulang menurut WHO

adalah penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang

rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat

meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap

tulang patah. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan

massa tulang total (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa

tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal,

kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,

pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif

menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur

dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal

(Brunner&Suddarth, 2000).
2. ETIOLOGI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia

lanjut:

a) Determinan Massa Tulang

1) Faktor genetic

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan

tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang

lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya

mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pada bangsa Kaukasia.

Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam

Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.

2) Faktor mekanis

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor

genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan

berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang.

Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik

beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan

juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis

atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot

maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya

atrofi baik pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien

yang harus istirahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,

poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian


belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang

diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di

samping faktor genetik.

3) Faktor makanan dan hormone

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang

cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai

maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.

Pemberian makanan yang berlebih (misalnya kalsium) di atas

kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat

menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan

tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.

b) Determinan penurunan Massa Tulang

1) Faktor genetik

Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat

risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai

saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran

tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai

dengan sitat genetiknya serta beban mekanis dan besar badannya.

Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses

penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya

usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih

banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang

sama.
2) Faktor mekanis

Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses

penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia.

Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara

faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya

aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan karena

massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut

pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

3) Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses

penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia,

terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi

yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause,

dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan

mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang

mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik,

menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas,

bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara

masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya.

Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan

terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta ekskresi

melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan


estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan

kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

4) Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi

penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan

mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui

urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya

protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain.

Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut

akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor

tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir

dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan

mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium

yang negatif.

5) Estrogen

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan

mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini

disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari

makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

6) Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan

mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai

masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok


terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein

dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

7) Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.

Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan

kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.

Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti.

Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:

a) Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurngnya hormon estrogen

(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan

kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang

berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih

lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3 tahun sebelum

menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini

berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7

tahun pertama setelah menopause.

b) Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan

kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara

kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru

(osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia

lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70

tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita

osteoporosis senilis dan pasca menopause.


c) Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis

sekunder yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.

Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan

hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan

(mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang

berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dapat memperburuk

keadaan ini.

d) Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang

penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa

muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin

yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya

tulang.

3. KLASIFIKASI

Klasifikasi osteoporosis dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer

terdapat pada wanita postmenopause (postmenopause osteoporosis) dan

pada laki-laki lanjut usia (senile osteoporosis). Penyebab osteoporosis

belum diketahui dengan pasti. Sedangkan osteoporosis sekunder

disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan Kelainan endokrin

misalnya Chusing’s disease, hipertiriodisme, hiperparatiriodisme,

hipogonadisme, kelainan hepar, gagal ginjal kronis, kurang gerak, kebiasaan

minum alcohol, pemakaian obat-obatan/kortikosteroid, kelebihan kafein, dan

merokok (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).


Djuwantoro (1996), membagi osteoporosis menjadi osteoporosis

postmenopause (Tipe I), Osteoporosis involutional (Tipe II), osteoporosis

idiopatik, osteoporosis juvenil dan osteoporosis sekunder.

1) Osteoporosis Postmenopause (Tipe I)

Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit

putih dan Asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan

resopsi tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi

hormon estrogen pada masa menopause.

2) Osteoporosis involutional (Tipe II)

Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki-

laki. Tipe ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama

antara kecepatan resorpsi tulang dengan kecepatan pembentukan tulang.

3) Osteoporosis idiopatik

Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita

premenopouse dan pada laki-laki yang berusi di bawah 75 tahun. Tipe ini

tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang

mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang.

4) Osteoporosis juvenil

Merupakan bentuk yang paling jarang terjadi dan bentuk

osteoporosis yang terjadi pada anak-anak prepubertas.

5) Osteoporosis sekunder.

Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan

fraktur atraumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan kortikosteroid,


atraumatik reumatoid, kelainan hati/ ginjal kronis, sindrom malabsorbsi,

mastisitosis sistemik, hipertiriodisme , varian status hipogonade dan lain-

lain.

4. MANIFESTASI KLINIS

a) Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata

b) Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak

c) Nyeri timbul mendadak

d) Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang. Bagian-bagian

tubuh yang sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul dan

vertebra

e) Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur

f) Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan

aktivitas atau karena suatu pergerakan yang salah

g) Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi badan,

Hal ini terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis

pada vertebra.

h) Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan

yang ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling

serius adalah patah tulang panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi

karena adalah patah tulang lengan di daerah persambungannya dengan

pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles, Pada penderita

osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami secara perlahan.


5. PATOFISIOLOGI

Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara

faktor genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis

kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor

mekanis meliputi, merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya

hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan. Kedua

faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap

kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama

urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang

menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih

banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan

massa tulang total yang disebut osteoporosis.

Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan

terjadi suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara

seimbang, yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang

(remodeling). Setiap perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya apabila

proses resorbsi lebih besar dari pada proses pembentukan tulang, maka

akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang kita jumpai

pada osteoporosis.

Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan

epifisis, pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut

dengan peride konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan

kepadatan tulang atau penurunan porositas tulang pada bagian korteks.


Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia kuarang lebih

antara 30-45 tahun untuk tulang bagian korteks dan mungkin keadaan

serupa akan terjadi lebih dini pada tulang bagian trabekula.

Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita

maupun pria akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks

sebesar 0,3-0,5% setiap tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan

mengalami proses serupa pada usia lebih muda. Pada wanita, proses

berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya sama dengan pria, akan

tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan berlangsung lebiuh

cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan menurun

berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang

berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian

tubuh ternyata tidak sama.

Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa

penurunan massa tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian

tubuh seperti berikut: metacarpal, kolum femoris serta korpus vertebra,

sedang pada bagian tubuh yang lain, misalnya : tulang paha bagian tengah,

tibia dan panggul, mengalami proses tersebut secara lambat.

Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan

mengikuti pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian

korteks serta pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut

tampak normal. Titik kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang

yang hilang tersebut sudah sedemikian berat sehingga tulang yang


bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan akan

mengakibatkan terjadinya fraktur. Bagian-bagian tubuh yang sering

mengalami fraktur pada kasus osteoporosis adalah vertebra, paha bagian

prosimal dan radius bagian distal. Osteoporosis dapat terjadi oleh karena

berbagai sebab, akan tetapi yang paling sering dan paling banyak dijumpai

adalah osteoporosis oleh karena bertambahnya usia.


PATHWAY

Genetik,gaya hidup,alcohol,
penurunan prod.hormon

Penurunan masa tulang

Osteoporosis (gangguan muskuloskeletal)

Kiposis/Gibbus

    Pengaruh pada fisik                                                                        Pengaruh pada


psikososial
                                                                                                                                          
     

Fungsi tubuh                         Keterbatasan gerak                            Konsep diri


menurun  
-pembatasan gerak         -gambaran body image -Isolasi social
- kemampuan memenuhi ADL - Inefektif koping
individu
- ileus (obstruksi usus)
imobilitas fisik

Kurang pengetahuan
Konstipasi b/d ilues Fraktur spasme otot
b/d proses osteoporosis

Reseptor nyeri                         
Risiko cedera
                                                
b/d imobilitas
  
Nyeri akut b/d fraktur
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Radiologi

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang

menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus

vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks

dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering

ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang

menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral

dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

b) CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang

mempunyao nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral

vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra

atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm 3 ada

pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

c) Pemeriksaan Laboratorium

1) Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata

2) Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct

(terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)

3) Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun

4) Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat

kadarnya.
7. PENATALAKSANAAN

Pengobatan osteoporosis yang telah lama digunakan yaitu terapi

medis yang lebih menekankan pada pengurangan atau meredakan rasa

sakit akibat patah tualng. Selain itu, juga dilakukan terapi hormone

pengganti (THP) atau hormone replacement therapy (HRT) yaitu

menggunakan estrogen dan progresteron. Terapi lainnya yaitu terapi non

hormonal antara lain suplemen kalsium dan vitamin D.

1) Terapi medis.

Sebenarnya belum ada terapi yang secara khusus dapat mengembalikan

efek dari osteoporosis. Hal yang dapat dilakukan adalah upaya-upaya

untuk menekan atau memperlambat menurunnya massa tulang serta

mengurangi rasa sakit.

a) Obat pereda sakit

Pada tahap awal setelah terjadinya patah tulang, biasanya

diperlukan obat pereda sakit yang kuat, seperti turunan morfin.

Namun, obat tersebut memberikan efek samping seperti mengantuk,

sembelit dan linglung. Bagi yang mengalami rasa sakit yang sangat

dan tidak dapat diredakan dengan obat pereda sakit, dapat diberikan

suntikan hormone kalsitonin.

Bila rasa sakit mulai mereda, tablet pereda rasa sakit seperti

paracetamol atau codein ataupun kombinasi keduanya seperti co-

dydramol, co- codramol, atau co-proxamol bagi banyak pasien cukup


memadai untuk menghilangkan rasa sakit sehingga pasien dapat

melakukan aktivitas sehari-hari.

2) Terapi hormone pada wanita

Osteoporosis memang tidak dapat disembuhkan, semua upaya

pengobatan hanya dimaksudkan untuk mencegah kehilangan massa

tulang yang lebih besar. Namun, demikian, pengobatan masih perlu

dilakukan pada kasus osteoporosis berat untuk mencegah terjadinya

patah tulang. Obat-obat untuk mencegah penurunan massa tulang

biasanya bekerja lambat dan efeknya kurang terasa sehingga banyak

pasien penderita osteoporosis merasa putus asa dan menghentikan

pengobatan. Hal tersebut sangat tidak baik karena pengobatan jangka

panjang diperlukan untuk dapat secara maksimal menekan laju

penurunan massa tulang dan patah tulang.

Terapi hormone pada wanita diberikan pada masa pramenopause.

Lamanya pemberian terapi hormone sulit ditentukan. Yang jelas jika ingin

terhindar dari osteoporosis, terapi hormone dapat terus dilakukan.

Sebagian dokter menganjurkan untuk dilakukan terapi hormone seumur

hidup semenjak menopause pada wanita yang mengalami osteoporosis.

Namun, sebagian juga berpendapat bahwa penggunaan terapi hormone

sebaiknya dihentikan setelah penggunaan selama 5-10 tahun untuk

menghindari kemungkinan terjadinya kanker.

a) Hormone Replacement Theraphy (HRT)


Hormone Replacement Theraphy (HRT) atau terapi hormone

pengganti (THP) menggunakan hormone estrogen atau kombinasi

estrogen dan progesterone. Hormone-hormon tersebut sebenarnya

secara alamiah diproduksi oleh indung telur, tetapi produksinya

semakin menurun selama menopause sehingga perlu dilakukan HRT.

Penggunaan estrogen memang efektif  dalam upaya

pengobatan dan pencegahan osteoporosis. Namun, tidak terlepas

dari kemungkinan terjadinya efek samping berupa munculnya kanker

endometrium (dinding rahim). Dengan adanya hormone tersebut akan

merangsang pertumbuhan sel-sel di dinding rahim yang apabila

pertumbuhannya terlalu pesat dapat berkembang menjadi kanker

ganas. Oleh karena itu, penggunaan estrogen biasanya di

kombinasikan dengan progesterone untuk mengurangi resiko

tersebut.

Efek lain yang juga dapat timbul dalam pemberian terapi

hormone, diantaranya adalah pembesaran payudara, kembung,

retensi cairan, mual, muntah, sakit kepala, gangguan pencernaan,

dan gangguan emosi. Namun, demikian, efek tersebut biasanya

hanya terjadi pada awal terapi dan kondisi berangsur membaik

dengan sendirinya. Dapat juga dilakukan pemberian hormone

estrogen dan progesterone secara bertahap, dosis kecil diberikan

pada awal terapi dilihat dulu reaksinya terhadap tubuh. Bila dosis

dapat diterima tubuh, dosis kemudian dinaikkan secara bertahap.


b) Kalsitonin.

Selain hormone estrogen dan progesterone, hormone lain

yang biasa digunakan dalam pencegahan dan pengobatan

osteoporosis adalah kalsitonin. Kalsitonin turut menjaga kestabilan

struktur tulang dengan mengaktifkan kerja sel osteoblast dan

menekan kinerja sel osteoclast.

Kalsitonin juga berperan dalam mengurangi rasa sakit yang

mungkin timbul pada keadaan patah tulang. Hormone ini secara

normal dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang memiliki sifat meredakan

rasa sakit yang cukup ampuh. Kalsitonin biasanya diberikan dalam

bentuk suntikan yang diberikan setiap hari atau dua hari sekali

selama dua atau tiga minggu. Hormone ini juga dapat menimbulkan

efek samping  berupa  rasa mual dan muka merah, mungkin pula

terjadi muntah dan diare serta rasa sakit pada bekas suntikan.

c) Testosterone

Testosterone adalah hormone yang biasa dihasilkan oleh

tubuh pria. Penggunaan hormone testosterone pada wanita dengan

osteoporosis pasca menopause mampu menghambat kehilangan

massa tulang. Namun, dapat muncul efek maskulinasi seperti

penambahan rambut secara berlebihan di dada, kaki, tangan,

timbulnya jerawat dimuka dan pembesaran suara seperti yang biasa

terjadi pada pria.

3) Terapi non-hormonal
Terapi hormone selama ini memang dianggap sebagai jalan yang

paling baik untuk mengobati osteoporosis. Namun, karena banyaknya

efek samping yang dapat ditimbulkan  dan tidak dapat diterapkan pada

semua pasien osteoporosis, maka sekarang mulai dikembangkan terapi

non-hormonal.

a) Bisfosfonat

Bisfosfonat merupakan golongan obat sintetis yang saat ini

sangat dikenal dalam pengobatan osteoporosis non-hormonal. Efek

utama dari obat ini adalah menonaktifkan sel-sel penghancur tulang

(osteoclast) sehingga penurunan massa tulang dapat dihindari. Obat-

obat yang termasuk golongan bisfosfonat adalah etidronat dan

alendronat.

b) Etidronat.

Etidronat adalah obat golongan bisfosfonat pertama yang

biasa digunakan dalam pengobatan osteoporosis. Obat ini diberikan

dalam bentuk tablet dengan dosis satu kali sehari selama dua

minggu. Penggunaan obat ini harus dikombinasikan dengan

konsumsi suplemen kalsium. Namun, perlu diperhatikan agar

konsumsi suplemen kalsium harus dihindari dalam waktu dua jam

sebelum dan sesudah mengkonsumsi etidronat karena dapat

mengganggu penyerapannya. Kadang kala konsumsi etidronat

memberikan efek samping,tetapi relative kecil. Misalnya timbul mual,

diare, ruam kulit dan lain-lain.


c) Alendronat

Alendornat mempunyai fungsi dan peran yang serupa dengan

etidronat, perbedaannya adalah pada penggunaannya tidak perlu

dikombinasikan dengan konsumsi suplemen kalsium, tetapi  bila

asupan kalsium masih rendah, pemberian kalsium tetap dianjurkan.

Efek samping yang mungkin ditimbulkan pada konsumsi alendronat

adalah timbulnya diare, rasa sakit dan kembung pada perut, serta

gangguan pada tenggorokan.

4) Terapi alamiah

Terapi alamiah adalah terapi yang diterapkan untuk mengobati

osteoporosis tanpa menggunakan obat-obatan atau hormone. Terapi ini

berhubungan dengan gaya hidup dan pola konsumsi. Beberapa

pencegahan yang dapat diberikan yaitu dengan berolahraga secara

teratur, hindari merokok, hindari minuman beralkohol dan menjaga pola

makan yang baik.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam

menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat

diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik dan riwayat psikososial.

a) Anamnese
1) Identitas

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,

pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor

register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai

identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.

b. Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan

dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang

terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan

dengan klien dan alamat.

b) Riwayat Kesehatan

Dalam pengkajian riwayat kesehatan, perawat perlu mengidentifikasi

adanya :

1) Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher,dan

pinggang

2) Berat badan menurun

3) Biasanya diatas 45 tahun

4) Jenis kelamin sering pada wanita

c) Pola latihan dan aktivitas

1) Pola aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan

olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian,


makan, mandi, dan toilet. Olahraga dapat membentuk pribadi

yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu,

olahraga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi.

Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk

mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan

interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.

2) Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan

menurunnya gerak persendian adalah agility ( kemampuan gerak

cepat dan lancar ) menurun, dan stamina menurun.

d) Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Breathing)

 Inspeksi : Ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan

tulang belakang

 Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri

 Perkusi : resonan pada seluruh lapang paru

 Auskultasi : Pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara

ronki

2) B2 ( Blood)

Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin

dan pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi

gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan

efek obat.

3) B3 ( Brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih

parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.

4) Kepala dan wajah : ada sianosis

5) Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis

6) Leher : Biasanya JVP dalam normal

7) Punggung : Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan

spinal yang disadari dan halus merupakan indikasi adanya satu

fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra

8) B4 (Bladder) : Produksi urine biasanya dalam batas normal dan

tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.

9) B5 ( Bowel) : Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan

eliminasi namun perlu di kaji frekuensi, konsistensi, warna, serta

bau feses.

10) B6 ( Bone) : Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna

vertebralis. Klien osteoporosis sering menunjukan kifosis atau

gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan berat

badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length

inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah

antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

 Pengkajian perkembangan untuk lansia


a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
b. Komponen gaya berjalan dan gerakan
 Pengkajian psikososial
Mengkaji hubungan dengan keluarga seperti anak cucu dll
 Pengkajian fungsional klien
a. Menggunakan metode Katz index
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Bantuan Penuh
Sebagian

1. Mandi

2. Berpakaian

3. Ke Kamar Kecil

4. Berpindah Tempat

5. BAK/BAB

6. Makan/Minum

Keterangan : klien dapat beraktivitas secara mandiri tanpa pengawasan,


pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.

b. Status kognitif / afektif

Short Portable Mental Status Questionare ( SPMSQ ) dengan Pertanyaan :

Benar Salah Nomor Pertanyaan Jawaban

√ 1 Tanggal berapa hari ini ?

√ 2 Hari apa sekarang ?

√ 3 Apa nama tempat ini ?

√ 4 Dimana alamat anda ?

√ 5 Berapa umur anda ?

√ 6 Kapan anda lahir ?

√ 7 Siapa presiden Indonesia ?

√ 8 Siapa presiden Indonesia


sebelumnya ?

√ 9 Siapa nama kecil anda ?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap


pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara menurun

JUMLAH Benar :

Salah :

Interpretasi :
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

c. MMSE (Mini Mental Status Exam)

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 1 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2012 (Benar)
Musim :kemarau
Tanggal :11
Hari :Rabu (Benar)
Bulan :maret
2 Orientasi 5 3 Dimana sekarang kita berada ?
Negara : Indonesia (Benar)
Propinsi : jawa (Benar)
Kabupaten/kota : malang (Benar)
Panti :-
Wisma:-
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal :
kursi, meja, kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien,
menjawab :
1.        kursi
2.        meja
3.        kertas
4 Perhatian 5 2 Meminta klien berhitung mulai
dan dari 100 kemudia kurangi 7
kalkulasi sampai 5 tingkat.
Jawaban :

1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke- 2
(tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan
benda tersebut).
Minta klien untuk mengulangi
kata berkut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :tidak ada, jika
dan tetapi.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri 3
langkah.
1. Ambil kertas ditangan anda
2. lipat dua
3. dan taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai satu poin.
“tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan menyalin
gambar.
Total nilai 30 18
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

 Pengkajian status mental


Mengkaji status mental pada pasien misalnya saat ini sedang merasakan
sedih atau tidak
 Pengkajian masalah emosional
Mengkaji Masalah Emosional klien pada saat ada masalah dalam
kesehariannya
 Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
Pola kebiasaan seperti Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi
b. Pola istirahat tidur
c. Eliminasi
d. Pola aktivitas
e. Personal hygiene

 Pengkajian lingkungan

a. Pemukiman
b. Sanitasi
c. Fasilitas
d. Keamanan Dan Transportasi

2. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O SENJANG
1 DS : Penurunan masa tulang Nyeri akut
Mengeluh nyeri ↓
Pengaruh pada fisik
DO :

- Tampak Pengaruh pada psikososial
meringis ↓
Kiposis/Gibbus
- Bersikap

protektif Osteoporosis (gangguan
- Gelisah muskuloskeletal)

- Frek nadi
Imobilitas fisik
meningkat ↓
- Sulit tidur Spasme otot

Reseptor nyeri

Nyeri akut
2 DS : Penurunan masa tulang Gangguan mobilitas
Mengeluh sulit ↓ fisik
Pengaruh pada fisik
menggerakan

ekstremitas Pengaruh pada psikososial
DO : ↓
Kiposis/Gibbus
- Rentang

gerak Osteoporosis (gangguan
menurun muskuloskeletal)

- Sendi kaku
Imobilitas fisik
- Gerakan Gangguan mobilitas fisik
terbatas
3 DS : Penurunan masa tulang Resiko cedera
- ↓
Pengaruh pada fisik
DO :

Faktor resiko Pengaruh pada psikososial
- Kegagalan ↓
mekanisme Kiposis/Gibbus
pertahanan ↓
Osteoporosis (gangguan
tubuh
muskuloskeletal)

Imobilitas fisik

Fraktur

Resiko cedera
4 DS : Penurunan masa tulang Kurang pengetahuan
Menanyakan ↓
masalah yang Osteoporosis
dihadapi ↓
DO : Kiposis/Gibbus
- Menunjukan ↓
persepsi Pengaruh konsep diri
yang keliru ↓
terhadap Kurang pengetahuan
masalah
- Menjalani
pemeriksaan
yang tidak
tepat

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Domain 12 : Rasa nyaman : Kelas 1 : Kenyamanan Fisik : Nyeri akut :

00132 Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisik

b) Domain 4 : Aktivitas/ Istirahat : kelas 2 : aktivitas/latihan : 00085 :

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas

struktur tulang.
c) Domain 11 : Keamanan/ proteksi : kelas 2 : cedera fisik : 00035 : Risiko

cedera dibuktikan dengan kegagalan mekanisme pertahanan tubuh.

d) Domain 5 : Persepsi/Kognisi : kelas 4 : kognisi : 00126 : Kurang

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO RENCANA KEPERAWATAN
DX TUJUAN DAN RASIONAL
INTERVENSI
KEP KRITERIA HASIL
1 Tupan : Setelah 1. Manajeman Nyeri a) Pemantauan
dilakukan Asuhan a) Observasi nyeri
Keperawatan 1) Identifikasi lokasi, 1) Identifikasi
selama 3x24 Jam di karakteristik, karakteristik nyeri
harapkan Nyeri durasi, frekuensi, merupakan hal
Hilang. intensitas nyeri yang penting
Tupen : Setelah 2) Identifikasi skala untuk
dilakukan Asuhan nyeri mengevaluasi
Keperawatan 3) Identifikasi keefektifan dari
selama 1x24 Jam respons nyeri terapi yang
diharapkan Nyeri non verbal diberikan
berkurang, dengan 4) Identifikasi faktor 2) Mengetahui
kriteria hasil : yang seberapa berat
- Klien tidak memperberat dan nyeri yang
meringis memperingan dirasakan klien
- Skala nyeri ↓ nyeri 3) Dapat
- HR dalam b) Terapeutik mengurangi rasa
batas 1) kontrol nyeri
normal lingkungan yang 4) Membuat klien
(60-100) memperberat lebih nyaman
rasa nyeri b) Terapeutik
c) Edukasi 1) Lingkungan yang
1) Jelaskan nyaman dapat
penyebab, meminimalisir
periode, dan nyeri
pemicu nyeri c) Edukasi
2) Anjurkan 1) Menambah
memonitor nyeri pengetahuan
secara mandiri klien
3) Ajarkan teknik 2) Mempermudah
nonfarmakologis mengatasi nyeri
untuk ketika di rumah
mengurangi rasa 3) Dapat dilakukan
nyeri untuk
d) Kolaborasi mengurangi rasa
1) Kolaborasi nyeri
Pemberian d) Kolaborasi
Analgetik 1) Untuk memblok
reseptor nyeri
2 Tupan : Setelah a.Kaji tingkat kemampuan a. Dasar untuk
dilakukan Asuhan klien yang masih ada. memberikan
Keperawatan b.Rencanakan tentang alternative dan
selama 3x24 Jam di pemberian program latihan latihan gerak
harapkan mobilitas : yang sesuai
fisik tidak terganggu ü  Bantu klien jika dengan
Tupen : Setelah diperlukan latihan kemapuannya.
dilakukan Asuhan ü  Ajarkan klien tentang b. Latihan akan
Keperawatan aktivitas hidup sehari meningkatkan
selama 1x24 Jam hari yang dapat pergerakan otot
diharapkan tidak dikerjakan dan stimulasi
terjadi kerusakan ü  Ajarkan pentingnya sirkulasi darah
struktur tulang, latihan c. Membantu
dengan kriteria hasil C. Bantu kebutuhan untuk meringankan
: beradaptasi dan aktivitas gerak
- Rentang gerak melakukan aktivitas hidup
normal sehari hari.

- Sendi tidak kaku


- Gerakan tidak
terbatas
3 Tupan : Setelah a. Observasi efek samping a. Obat-obatan
dilakukan Asuhan obat-obatan yang seperti diuretic,
Keperawatan digunakan fenotiazin dapat
selama 3x24 Jam di b. Berikan dukungan menyebabkan
harapkan tidak ambulasi sesuai dengan pusing,
terjadi cedera kebutuhan megantuk, dan
Tupen : Setelah c. Bantu klien untuk lemah yang
dilakukan Asuhan melakukan aktivitas hidup merupakan
Keperawatan sehari-hari secara hati- predisposisi klien
selama 1x24 Jam hati untuk jatuh
diharapkan tidak d. Ajarkan pada klien untuk b. Ambulasi yang
ada tanda-tanda berhenti secara perlahan, dilakukan
cedera dibuktikan tidak naik tanggga, dan tergesa-gesa
dengan : tidak ada mengangkat beban berat dapat
kegagalan e. Ajarkan pentingnya diet menyebabkan
mekanisme untuk mencegah mudah jatuh.
pertahanan tubuh osteoporosis c. Penarikan yang
f. Ajarkan tentang efek terlalu keras akan
rokok terhadap menyebabkan
pemulihan tulang terjadinya fraktur.
g. Ciptakan lingkungan yang d. Pergerakan yang
nyaman cepat akan lebih
memudahkan
terjadinya fraktur
kompresi
vertebra pada
klien
osteoporosis.
e. Diet kalsium
dibutuhkan untuk
mempertahankan
kalsium serum,
mencegah
bertambahnya
kehilangan
tulang. Kelebihan
kafein akan
meningkatkan
kalsium dalam
urine. Alcohol
akan
meningkatkan
asidosis yang
meningkatkan
resorpsi tulang
f. Rokok dapat
meningkatkan
terjadinya
asidosis
g. Menciptakan
lingkungan yang
aman dan
mengurangi risiko
terjadinya
kecelakaan.
4 Tupan : Setelah a. Kaji ulang proses a. Memberikan dasar
dilakukan Asuhan penyakit dan harapan pengetahuan
Keperawatan yang akan datang dimana klien dapat
b. Berikan pendidikan membuat pilihan
selama 3x24 Jam di
kepada klien mengenai berdasarkan
harapkan efek samping informasi.
pengetahuan penggunaan obat b. Informasi yang
meningkat c. Ajarkan pada klien diberikan akan
Tupen : Setelah tentang faktor-faktor yang membuat klien
dilakukan Asuhan mempengaruhi terjadinya lebih memahami
Keperawatan osteoporosis tentang
penyakitnya
selama 1x24 Jam
c. Suplemen kalsium
diharapkan sering
informasi terpenuhi mengakibatkan
dengan kriteria hasil nyeri lambung dan
: distensi abdomen
- Menunjukan maka klien
persepsi yang sebaiknya
mengkonsumsi
benar terhadap
kalsium bersama
masalah makanan untuk
- Menjalani mengurangi
pemeriksaan yang terjadinya efek
tepat samping tersebut
dan
memperhatikan
asupan cairan
yang memadai
untuk menurunkan
resiko
pembentukan batu
ginjal
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37179456/ASKEP_Osteoporosis. Di peroleh tanggal 05

mei 2020

https://www.academia.edu/9249133/Asuhan_keperawatan_Osteoporosis. Di peroleh

tanggal 05 mei 2020


Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Cetakan Kedua : Penerbit

PT Bhuana Ilmu Populer

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta : Internal

Publishing

Suryati, A, Nuraini, S. 2006. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol.2. Jakarta

Tandra, H, 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis

Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai