Oleh:
NUNUNK DWI NUR KHAIRUNNISSA
P1337420114016
A. Definisi
Infark Miokard Akut ( AMI ) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah
ke otot jantung terganggu ( S. Harun, Ilmu Penyakit Dalam edisi ketiga FK
UI, hal 1098 ).Akut Miokard infark (AMI) adalah suatu keadaan dimana otot
jantung tiba-tiba tidak mendapat suplai darah akibat penyumbatan mendadak
arteri koroner oleh gumpalan darah karena pecahnya plak, (Kabo, 2008).
Menurut Corwin (2009) AMI adalah kematian sel-sel miokardium yang
terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa AMI (Infark
Miokard Akut) merupakan gangguan aliran udara kejantung yang
menyebabkan sel otot jantung mengalami hipoksia. Pembuluh darah
koronaria mengalami penyumbatan sehingga aliran darah yang menuju otot
jantung terhenti, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah
di sekitarnya.
B. Etiologi
AMI terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak
tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung
tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut
diantaranya:
c. Faktor darah
C. Klasifikasi AMI
Infark miokard akut diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 sadapan adalah
sebagai berikut :
1. NSTEMI (Non ST- Segmen Elevasi Miokard Infark)
Oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark yang
lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST pada EKG.
2. STEMI (ST- Segmen Elevasi Miokard Infark)
Oklusi parsial dari arteri koroner akibat trombus dari plah
atheresklerosis, tidak sertai adanya elevasi segmen ST pada EKG.
D. Faktor Resiko
Berdasarkan penelitian berskala luas dalam Interheart Study menunjukan
kadar lipid yang abnormal , riwayat merokok, hipertensi, DM, obesitas
abnormal, faktor psikososial, pola diet, konsumsi alkohol serta aktivitas fisik
yang signifikan menyebabkan terjadinya infark miokard akut.
1. Non- modiafeble
a. Usia
Resiko aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya
usia. Seluruh jenis penyakit jantung koroner termasuk STEMI yang
terjadi pada usia lanjut mempunyai resiko tinggi kematian.
b. Jenis Kelamin
Laki laki memiliki resiko lebih besar dibandingkan wanita.
Perbedaan onset infark miokard akut ini di perkirankan oleh beberapa
faktor yang mulai muncul pada wanita dan laki laki muda. Wanita
agaknya lebih kebal dengan penyakit ini, hal ini diduga karena adanya
perlindungan dari hormon esterogen.
c. Ras
d. Riwayat keluarga
2. Modifiable
a. Hipertensi
b. Diabetes militus
Diabetes militus akan menyebabkan penebalan membran basialis
dari kapiler pembuluh darah koronaria, sehingga menyebabkan
penyempitan pembuluh darah ke jantung.
c. Dislipidema
d. Obesitas
e. Riwayat merokok
E. Manifestasi Klinik
Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien Infark
Miokard Akut adalah sebagai berikut :
1. Nyeri dada
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti
angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa
penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya
kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina
,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina
sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang
biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan
istirahat ,sering pada jam-jam awal dipagi hari.
2. Sesak nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan
akhir diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa
menimbulkan hiperventilasi.Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak
nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala gastrointestinal, nyeri ulu hati, heart burn
4. Gejala lain termasuk palpitasi, rasa pusing
5. Pasien ketika di dikaji terlihat wajahnya pucat, berkeringat.
F. Patofisiologi
AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu
lebih dari 30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang
ireversibel. Bagian jantung yang terkena infark akan berhenti berkontraksi
selamanya. Iskemia yang terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit
arteri koroner / coronary artery disease(CAD). Pada penyakit ini terdapat
materi lemak (plaque) yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam
lumen arteri koronaria (arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada
jantung) Plaque dapat rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan
darah pada permukaan plaque.Jika bekuan menjadi cukup besar, maka bisa
menghambat aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner.
Terbendungnya aliran darah menghambat darah yang kaya oksigen
mencapai bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Kurangnya
oksigen akan merusak otot jantung. Jika sumbatan itu tidak ditangani dengan
cepat, otot jantung yang rusak itu akan mulai mati. Selain disebabkan oleh
terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata infark juga bisa terjadi pada
orang dengan arteri koroner normal (5%). Diasumsikan bahwa spasme arteri
koroner berperan dalam beberapa kasus ini
Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara lain:
mengkonsumsi obat-obatan tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan
suhu dingin yang ekstrim Spasme bisa terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami aterosklerotik sehingga bisa menimbulkan oklusi kritis sehingga
bisa menimbulkan infark jika terlambat dalam penangananya. Letak infark
ditentukan juga oleh letak sumbatan arteri koroner yang mensuplai darah ke
jantung. Terdapat dua arteri koroner besar yaitu arteri koroner kanan dan kiri.
Kemudian arteri koroner kiri bercabang menjadi dua yaitu Desenden Anterior
dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri koronaria Desenden Anterior kiri berjalan
melalui bawah anterior dinding ke arah afeks jantung. Bagian ini menyuplai
aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian besar apeks, dan
ventrikel kiri anterior. Sedangkan cabang sirkumpleks kiri berjalan dari
koroner kiri kearah dinding lateral kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang
disuplai meliputi atrium kiri, seluruh dinding posterior, dan sepertiga septum
intraventrikel posterior.Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari aorta
sisi kanan arteri pulmonal kearah dinding lateral kanan sampai ke posterior
jantung. Bagian jantung yang disuplai meliputi: atrium kanan, ventrikel
kanan, nodus SA, nodus AV, septum interventrikel posterior superior, bagian
atrium kiri, dan permukaan diafragmatik ventrikel kiri.
Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior
kemungkinan disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior kiri,
sedangkan infark inferior bisa disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan.
Berdasarkan ketebalan dinding otot jantung yang terkena maka infark bisa
dibedakan menjadi infark transmural dan subendokardial. Kerusakan pada
seluruh lapisan miokardiom disebut infark transmural, sedangkan jika hanya
mengenai lapisan bagian dalam saja disebut infark subendokardial. Infark
miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan
kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang mengalami iskemi
(disekeliling daerah infark).
Secara fungsional infark miokardium menyebabkan perubahan-perubahan
sebagai berikut: Daya kontraksi menurun; Gerakan dinding abnormal (daerah
yang terkena infark akan menonjol keluar saat yang lain melakukan
kontraksi; Perubahan daya kembang dinding ventrikel; Penurunan volume
sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi.
Gangguan fungsional yang terjadi tergantung pada beberapa factor
dibawah ini: Ukuran infark, jika mencapai 40% bisa menyebabkan syok
kardiogenik; Lokasi Infark, dinding anterior mengurangi fungsi mekanik
jantung lebih besar dibandingkan jika terjadi pada bagian inferior; Sirkulasi
kolateral ,berkembang sebagai respon terhadap iskemi kronik dan hiperferfusi
regional untuk memperbaiki aliran darah yang menuju miokardium. Sehingga
semakin banyak sirkulasi kolateral, maka gangguan yang terjadi
minimal; Mekanisme kompensasi, bertujuan untuk mempertahankan curah
jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai terasa ketika mekanisme
kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.
G. Pemeriksaan Penunjang
2 Test Darah
3 Oronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x
pada jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan
untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.
BAB II
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airways
Adakah sumbatan atau penumpukan secret, Wheezing atau krekles?
b. Breathing
Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat, RR lebih dari 24
kali/menit, irama ireguler dangkal, Ronchi, krekles, Ekspansi dada
tidak penuh, Penggunaan otot bantu nafas.
c. Circulation
Nadi lemah , tidak teratur, Takikardi, TD meningkat / menurun,
Edema, Gelisah, Akral dingin, Kulit pucat, sianosis, Output urine
menurun
d. Disability
Kesadaran dengan GCS, Pupil isokor/tidak isokor, mengalami paresis
atau tidak, kekuatan otot.
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap,
jadwal olah raga tidak teratur.Tanda : Takikardi,dispnea pada istirahat /
aktifitas
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat MI sebelumnya, penyakit arteri koronaria, GJK, masalah
TD, DM.Tanda : TD dapat normal atau naik/turun.Nadi dapat normal,
penuh / tak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat, tidak teratur (distritnya), Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra S3 /
S4 mungkimenunjukkan gagal jantung / penurunan kontraktilitas
ventrikel.Murmur, bila ada menunjukkan gagal katub/disfungsi otot
papiler, Friksi dicurigai perikarditis, Irama jantung : dapat teratur/tidak
teratur, Edema : distensi vena jugular, edema dependen / perifer, edema
umum krekels mungkin ada dengan gagal jantung , Warna : pucat/ sianosis
/ kulit abu-abu kuku datar pada membran mukosa dan bibir.
c. Integritas Ego
Gejala : menyangkal gejala penting/adanya kondisi
Tanda : mendak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri
d. Eliminasi
Tanda : normal/bunyi usus menurun.
e. Makanan / Cairan
Gejala : mual/kehilangan nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati /
terbakar, penurunan turgor kulit, kulit kering / berkeringat
Tanda : muntah, perubahan berat badan.
f. Higiene
Tanda/gejala : kesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur / saat bangun
Tanda : perubahan mental,kelemahan.
h. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak
Lokasi : tipikal pada dada anterior,subternal, prekordia, dapat menyerang
ke tangan, rahang wajah.
Kualitas : menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
Intensitas : biasanya pada skala 1-5
Catatan : nyeri mungkin tak ada pada klien post operasi, dengan DM,
hipertensi, lansia.
Tanda :
1. Wajah meringis
2. Perubahan postur tubuh
3. Menarik diri, kehilangan kontak mata
4. Respon otomatik : perubahan frekuensi / irama jantung, tekanan
darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban, kesadaran.
i. Pernafasan
Gejala :
1. Dyspnea dengan / tanpa kerja, dyspnea nokturnal
2. Batuk dengan / tanpa sputum
3. Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
Tanda :
1. Peningkatan frekuensi pernafasan
2. Sianosis
3. Bunyi nafas : bersih/krekels
4. Sputum : bersih, merah muda kental
B. Diagnosa Keperawatan
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata-rata
kedalaman, irama dan
usaha espirasi
2. Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara nafas
seperti dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipnea, takipnea,
kusmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot
diafragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
atau suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
nafas utama
9. Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasil
4 Penurunan Setelah dilakukan asuhan NIC
cardiac output keperawatan selama 3x 24 Cardiac Care
b/d gangguan jam klien tidak mengalami 1. Evaluasi adanya nyeri
stroke volume penurunan cardiac output, dada (intensitas, lokasi,
(preload, dengan kriteria : durasi)
afterload, a) Tanda vital dalam 2. Catat adanya disritmia
kontraktilitas) rentang normal (TD, jantung
Nadi, RR) 3. Catat adanya tanda dan
b) Dapat mentoleransi gejala penurunan
aktivitas, tidak ada cardiac output
kelelahan 4. Monitor status
Tidak ada edema paru, kardiovaskuler
perifer, dan tidak ada 5. Monitor status
asites pernafasan yang
c) Tidak ada penurunan menandakan gagal
kesadaran jantung
6. Monitor abdomen
sebagai indikator
penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
9. Monitor respon klien
terhadap efek
pengobatan anti aritmia
10. Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi
aktivitas pasien
12. Monitor adanya
dispneu, fatigue,
takipneu, dan ortopneu
13. Anjurkan pasien untuk
menurunkan stress
Activity Therapy
1. Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
medik dalam
merencanakan program
terapi yang tepat.
2. Bantu pasienuntuk
mengidentivikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
6. Bantu untuk
mengidentivikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu pasien/ keluarga
untuk mengidentivikasi
kekurangan dalam
beraktivitas