Anda di halaman 1dari 30

Kesehatan Fisik

Kamis, 17 Oktober 2013

MIOCARD INFARK (MCI)


 Oleh : Ns. Liana Sriulina, S.Kep

MIOCARD INFARK ( MCI )

A.      Tinjauan Teoritis
 1.  Definisi
      Miokard infark adalah Berkurangnya suplai darah satu atau atau lebih arteri koroner
yang menimbulkan iskemi otot jantung nekrosis (Dongoes. 2000)

Miokard infark adalah Kondisi yang mengancam jiwa yang ditandai adanya formasi nerkotik
yang di area otot jantung okulasi arteri koroner dan gangguan aliran darah suplai oksigen ke
otot jantung (Black, 1999)

Infark miokard adalah keadan dimana terjadi sumbatan pada arteri koronaria dan terjadi
penghentian tiba – tiba aliran darah dan oksigen ke jantung. Infark miokart dikenal juga
sebagai serangan jantung merupakan ‘a life – threatening condition’ (Smeltzer, 2001).

Jadi kesimpulan dari miokard infark/penyakit jantung koroner merupakan kelainan


miokardium akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh arteriosclerosis yang merupakan
proses degeneratif meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor.

2. Etiologi

Hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya Miokard infark :


a. Aterosklerosis

Kolesterol dalam jumlah banyak berangsur menumpuk di bawah lapisan intima arteri.
Kemudian daerah ini dimasuki oleh jaringan fibrosa dan sering mengalami kalsifikasi.
Selanjutnya akan timbul “plak aterosklerotik” dan akan menonjol ke dalam pembuluh darah
dan menghalangi sebagian atau seluruh aliran darah.

b. Penyumbatan koroner akut


Plak aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekua darah setempat atau trombus dan akan
menyumbat arteria. Trombus dimulai pada tempat plak ateroklerotik yang telah tumbuh
sedemikian besar sehingga telah memecah lapisan intima, sehingga langsung bersentuhan
dengan aliran darah. Karena plak tersebut menimbulkan permukaan yang tidak halus bagi
darah, trombosit mulai melekat, fibrin mulai menumpuk dan sel-sel darah terjaring dan
menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan tersebut terlepas dari tempat melekatnya
(pada plak ateroklerotik) dan mengalir ke cabang arteria koronaria yang lebih perifer pada
arteri yang sama.

c. Sirkulasi kolateral di dalam jantung

Bila arteria koronaria koronaria perlahan-lahan meyempit dalam periode bertahun-tahun,


pembuluh-pembuluh kolateral dapat berkembang pada saat yang sama dengan
perkembangan arterosklerotik. Tetapi, pada akhirnya proses sklerotik berkembang di luar
batas-batas penyediaan pembuluh kolateral untuk memberikan aliran darah yang
diperlukan. Bila ini terjadi, maka hasil kerja otot jantung menjadi sangat terbatas, kadang-
kadang emikian terbatas sehingga jantung tidak dapat memompa jumlah aliran darah
normal yang diperlukan.

Faktor-faktor resiko
 a. Tidak dapat dirubah : Jenis kelamin, Umur, Keturunan.
 b. Dapat dirubah : Kelebihan lemak, seperti: hiperkolesterol, hiperlipidemia,

      hiperglitriserida. Perokok, hiprtensi, kegemukan/obesitas, diabetus militus, stres,

      kurang aktivitas fisik.

Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut


diantaranya

             1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.

    Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain:

a.     Faktor pembuluh darah

Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel
jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya:
atherosclerosis, spasme, dan arteritis.

Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit
jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal antara lain:
(a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu;

(b) stress emosional atau nyeri;

(c) terpapar suhu dingin yang ekstrim,

(d) merokok.

     b.   Faktor Sirkulasi

Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh tubuh
sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari factor pemompaan
dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi
diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup
jantung (aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardac out put
(COP). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa
bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot jantung.

c.   Faktor darah

 Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika daya angkut
darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah) dan pemompaan jantung
maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya
angkut darah antara lain: anemia, hipoksemia, dan polisitemia.

              2.  Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh

  Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi  diantaranya 

  dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP.

Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi
justru pada akhirnya makin memperberat kondisinya karena kebutuhan oksigen semakin
meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak bertambah.

 Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen   akan
memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan
lain-lain. Hipertropi miokard  bisa memicu terjadinya infark karea semakin banyak sel yang
harus disuplai oksigen, sedangkan  asupan oksien menurun akibat dari pemompaan yang
tidak efektive.

3.   Manifestasi Klinik
Keluhan yang khas ialah Nyeri dada, seperti diremas-remas, ditekan ditusuk, panas atau
ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan ( umumnya kiri), bahu, leher, rahang
bahkan ke punggung. Nyeri muncul secara spontan bukan setelah berkerja berat atau
gangguan emosi dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari, dan tidak akan
hilang dengan istirahat, pada pemeriksaan nampak penderita yang sedang kesakitan,
keringat dingin dan hipotensi. Nadi permulaan lambat, kemudian agak cepat. Pada auskultai
di dapat bunyi jantung terdengar lebih jauh dan lemah sering terdengar gallop.

Tanda dan gejala infark miokart serta dasar patofisiologinya


a.  Nyeri (terasa meremuk , berat, lama, tidak sembuh dengan istirahat atau

      nitrogliserin).Penghentian penyediaan darah untuk miokardium yang disebabkan

      sumbatan thrombosis menyebabkan akumulasi metabolit pada bagian iskemik

      miokardium , tampak ini menganggu persarafan.


b. Syok (Tekanan darah sistolik dibawah 80 mmHg, rona wajah kelabu, letargi ,

    diaforesis, sianosis perifer, takikardi, atau brakikardi, nadi pelan.). Pada beberapa

    kasus, syok utamanya disebabkan oleh nyeri hebat, pada kasus lain oleh karena

    penurunan curah jantung ( COP ) dan fungsi jaringan yang tidak adekuat

    menghasilakan jaringan hipoksia .


c. Oliguria ( aliran urine kurang dari 30 mL / jam.)
    Menunjukan hipoksia ginjal berkaitan dengan tidak adekuatnya perfusi jaringan

    dari  hipotensi . Syok kardiogenik terlihat ketika kerusakan ventrikel kiri lebih dari

    40 %.
d. Demam (Suhu berkisar 37,5 0 – 39, 50 C disertai oleh leukositas dan percepatan

    perubahan sedimentasi ). Demam dan perubahan jumlah sel darah putih hasil dari

    destruksi jaringan miokardium dan proses inflamasi. Demam menurun ketika

    fibroblast mulai menggantikan leukosit dan jaringan scar mulai membentuk.


e. Ketakutan
    Nyeri hebat dari serangan jantung merupakan pengalaman yang mengerikan
f. Indigistion ( mual , muntah )
    Klien mungkin mempercayai bahwa nyeri dirasakan karena salah pencernaan

    bukan penyakit jantung. Mual dan muntah mungkin hasil dari nyeri hebat atau dari

     reflek ’ vagovagal ’ yang menjalar dari area miokardium yang rusak terhadap

     saluran gastrointestinal .
g.  Edema Paru Akut (dispneu, Ortopneu, ronchi + / + )
     Pada beberapa kasus , ventrikel kiri menjadi lumpuh , kongestif paru hebat terjadi .

4.         Anatomi Fisiologi
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri.
Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian posterior
septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri
koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri
koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang sirkumfleks). Dengan
demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior dan infark
inferior disebabkan oleh obstruksi arteri koroner kanan.

5.         Patofisiologi

Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah
yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai
darah mungkin akibat penyimpitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau
penyumbatan total arteri oleh emboli atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga
bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan.

Iskemia lebih dari 35-45 menit dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan sel yang
irreversibel. Meluasnya infark tergantung pda kemampuan jaringan sekitar iskemik untuk
mendapatkan sirkulasi kolateral. Sikulasi kolateral adalah timbulnya pembuluh darah baru
didalam jantung untuk mengkompensasi kerusakan arteri.

6.    Pemeriksaan Diagnostik

a. Elektrokardiografi (EKG)

Adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen ST yang konveks dan   diikuti


gelombang T yang negatif dan simetrik. Yang terpenting ialah kelainan Q yaitu menjadi lebar
(lebih dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari 1/4).

 Sadapan dimana gambaran infark terlihat tergantung pada lokasi. Berdasarkan  gelombang


Q patologis dan elevasi ST pada sedapan EKG, MCI dapat dibagi  menjadi:

Lokasi Infark Q-wave / Elevasi ST A. Koroner

Anteroseptal V1 dan V2 LAD


Anterior V3 dan V4 LAD

Lateral V5 dan V6 LCX

Anterior ekstrinsif I, a VL, V1 – V6 LAD / LCX

High lateral I, a VL, V5 dan V6 LCX

Posterior V7 – V9 (V1, V2*) LCX, PL

Inferior II, III, dan a VF PDA

Right ventrikel V2R – V4R RCA

 * Gelombang R yang tinggi dan depresi ST di V1 – V2 sebagi mirror image dari perubahan
sedapan V7 – V9

LAD    = Left Anterior Descending artery

LCX    = Left Circumflex

RCA    = Right Coronary Artery

PL                   = PosteriorDescending Artery

b. Laboratorium

  Creatin fosfakinase (CPK) . Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi karena 

    kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal 0-

    1 mU/ml. Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama (kurang lebih 6 jam

    sesudah serangan) dan sudah kembali kenilai normal pada hari ke 3.

    SGOT (Serum Glutamic Oxalotransaminase Test) Normal kurang dari 12 mU/ml.

    Kadar enzim ini biasanya baru naik pada 12-48 jam sesudah serangan dan akan

    kembali kenilai normal pada hari ke 4 sampai 7.

    LDH (Lactic De-hydroginase). Normal kurang dari 195 mU/ml. Kadar enzim baru 

    naik biasanya sesudah 48 jam, akan kembali ke nilai normal antara hari ke 7 dan 12

c. Pemeriksaan lainnya adalah ditemukannya peninggian LED, lekositosis ringan dan

     kadang-kadang hiperglikemia ringan.

d. Kateterisasi
    Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.

e. Radiologi.

   Hasil radiologi tidak menunjukkan secara spesifik adanya infark miokardium, hanya      

    menunjukkan adanya pembesaran dari jantung.

7.  Penatalaksanaan

Tindakan pengobatan yang paling penting pada arterosklerosis adalah pencegahan

primer. Pencegahan tersebut karena berbagai alasan, antara lain :

a. Pada penyakit arterosklerosis secara klinis baru dapat terlihat setelah masa laten

 yang lama. Perkembangan penyakit ini bergejala pada awal masa dewasa. Lesi yang dianggap
sebagai prekuser penyakit arterosklerosis ditemukan pada dinding arteri koronaria anak-
anak dan dewasa muda.

b. Tidak ada pengobatan kuratif untuk penyakit arteriosklerosis koroner. Begitu diketahui
secara klinis terapi hanya diberikan bersifat paliatif untuk mengurangi atau memperlambat
perkembangan penyakit.

c. Akibat penyakit arterioklerosis koroner dapat sangat berbahaya , infark miokardium sering
terjadi tanpa tanda perigatan lebih dahulu. Insiden kematian mendadak tinggi. Karena
patogenesis yang tepat belum diketahui, maka pengendalian faktor resiko dari penyakit
arterosklerosis adalah pencegahan.

Faktor-faktor resiko yang dapat diubah:


- Hiper lipidemi
- Diet Tinggi kalori, lemak total, lemak jenuh,
- Hipertensi
- Kolesterol dan garam
- Merokok
- Diabetis Militus
- Obesitas
- Gaya hidup yang kurang gerak
- Stres psikososial

  Pada orang dewasa yang cenderung menderita penyakit koroner adalah mereka yang
memiliki faktor resiko dan yang jelas menderita penyakit. Tetapi pengendalian faktor resiko
sedini mungkin agaknya dapat mencegah aterogenesis atau memperlambat perkembangan
penyakit sedemikian rupa sehingga jumlah mortalitas atau morbiditas dapat dikurangi.
Dalam hal ini yang penting adalah pendidikan kesehatan sedini mungkin, serta
pengendalian faktor resiko, bukan pengobatan klinis pada penyakit yang sudah terjadi.

           Pengobatan iskemia dan infark

Pengobatan iskemia miokardium ditujukan kepada perbaikan keseimbangan oksigen


(kebutuhan miokardial akan oksigen) dan suplai oksigen.Untuk pemulihan dilakukukan
dengan mekanisme:
a. Pengurangan kebutuhan oksigen.
b. Peningkatan suplai oksigen

Ada tiga penentu utama untuk pengurangan kebutuhan oksigen, yang dapat diatasi dengan
terapi adalah :
a. Kecepatan denyut nadi
b. Daya kontraksi
c. Beban akhir (tekanan arteria dan ukuran ventrikel )
d. Beban kebutuhan jantung dan kebutuhan akan oksigen dapat dikurangi dengan

    menurunkan kecepatan denyut jantung, kekuatan kontraksi, tekanan arteria dan

    ukuran ventrikel.

            Nitrogliserin

Terutama untuk dilatasi arteria dan vena perifer dengan memperlancar distribusi aliran
darah koroner menuju daerah yang mengalami iskemia meliputi; vasodilatasi pembuluh
darah kolateralis. Dilatasi vena akan meningkatkan kapasitas penambahan darah oleh vena
diperifer, akibatnya aliran balik vena ke jantung menurun sehingga memperkecil volume
dan ukuran ventrikel. Dengan demikian vasodilatasi perifer akan mengurangi beban awal
akibatnya kebutuhan oksigen pun akan berkurang.

Propranol (inderal)

Suatu penghambat beta adrenergik, menghambat perkembangan iskemia dengan


menghambat secara selektif pengaruh susunan saraf simpatis terhadap jantung. Pengaruh
ini disalurkan melalui reseptor beta. Rangsangan beta meningkatkan kecepatan denyut dan
daya kotraksi jantung . Proprenol menghambat pengaruh-pengarug ini, dengan demikian
dapat mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Digitalis

Digitalis dapat meredakan angina yang menyertai gagal jantung dengan meningkatkan daya
kontraksi dan akibatnya akan meningkatnya curah sekuncup. Dengan meningkatnya
pengosongan ventrikel, maka ukuran ventrikel berkurang. Meskipun kebutuhan akan
oksigen meningkat akibat meningkatnya daya kontraksi, hasil akhir dari pengaruh digitalis
terhadap gagal jantung adalah menurunkan kebutuhan miokardium akan oksigen.

Diuretika

Mengurangi volume darah dan aliran balik vena ke jantung, dan dengan demikian
mengurangi ukuran dan volume ventrikel.

Obat vasodilator dan antihipertensi dapat mengurangi tekanan dan resistensi arteria
terhadap ejeksi ventrikel, akibatnya beban akhir menurun/berkurang.
Sedativ dan antidepresan juga dapat mengurangi angina yang ditimbulkan oleh stres atau
depressi.

Pengobatan untuk mencegah komplikasi

Deteksi dini dan pencegahan sangat penting pada penderita infark. Dua kategori komplikasi
yang perlu diantisipasi yaitu; ketidakstabilan listrik atau aritmia dan gangguan mekanis
jantung atau kegagalan pompa. Segera dilakukan pemantauan elektrokardiografi.

Prinsip-prisip penanganan aritmia :


a. Mengurangi takikardi dengan perangsangan parasimpatis. Diperlukan abat-abat anti

    aritmia. antara lain ; isoproterenal (isuprel)


b. Escopa beats, akibat kegagalan nodus sinus, obat-obat yang diperlukan untuk

    mempercepat pulihnya pacu jantung normal, yaitu nodus sinus, seperti :

    lidokain(xylocaine) dan prokainamid.


c. Terapi dari blok jantung ditujukan untuk memulihkan atau merangsang hantaran

    normal. Diperlukan obat-obat yang mempercepat hantaran dan denyut jantung,

    antara lain : atropin, atau isoproterenal (isuprel) atau dengan pacu listrik (pace

     maker).

Pengobatan dengan alat pacu.


Alat pemacu dapat dibagi dalam dua pola respon.
a. Menghambat, alat pacu akan berhenti jika menangkap impuls dari jantung sendiri.
b. Memicu, alat pacu menyala selama periode refrakter dari denyut yang ditangkap, tanpa
menghasilkan denyut pacuan.

8.  Komplikasi

a. Gagal jantung kongestif

Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark


miokardium  mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan pengurangan
kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang
ruang jantung tersebut. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri
untukmengosongkan diri, maka besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa
ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat. Kenaikkan tekanan
ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-
paru melebihi tekanan onkotik vaskuler maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang
interstitial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi udema paru-paru akibat
perembesan cairan ke dalam alveolis sampai terjadi gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri
dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat meningkatnya tekanan vaskuler
paru-paru sehingga membebani ventrikel kanan.

b. Syok kardiogenik

Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang masif,
biasanya mengenai lebih dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan hemodinamik
progresif hebat yang irreversibel, yaitu :

         Penurunan perfusi perifer

         Penurunan perfusi koroner

         Peningkatan kongesti paru-paru

c. Disfungsi otot papilaris

Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu fungsi katub
mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama sistolik. Inkompentensi
katub mengakibatkan aliran retrograd dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua
akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena
pulmonalis. Volume aliran regugitasi tergantung dari derajat gangguan pada otot papilari
bersangkutan.

d. Depek septum ventrikel

Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan ruptura dinding septum sehingga


terjadi depek septum ventrikel. Karena septum mendapatkan aliran darah ganda yaitu dari
arteri yang berjalan turun pada permukaan anterior dan posterior sulkus interventrikularis,
maka rupture septum menunjukkan adanya penyakit arteri koronaria yang cukup berat yang
mengenai lebih dari satu arteri. Rupture membentuk saluran keluar kedua dari ventrikel
kiri. Pada tiap kontraksi ventrikel maka aliran terpecah dua yaitu melalui aorta dan melalui
defek septum ventrikel. Karena tekanan jantung kiri lebih besar dari jantung kanan, maka
darah akan mengalami pirau melalui defek dari kiri ke kanan, dari daerah yang lebih besar
tekanannya menuju daerah yang lebih kecil tekanannya. Darah yang dapat dipindahakan ke
kanan jantung cukup besar jumlahnya sehingga jumlah darah yang dikeluarkan aorta
menjadi berkurang. Akibatnya curah jantung sangat berkurang disertai peningkatan kerja
ventrikel kanan dan kongesti.

e. Rupture jantung

Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark
selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukkan parut. Dinding nekrotik
yang tipis pecah sehingga terjadi perdarahan masif ke dalam kantong perikardium yang
relatif tidak alastis tak dapat berkembang. Kantong perikardium yang terisi oleh darah
menekan jantung ini akan menimbulkan tanponade jantung. Tanponade jantung ini akan
mengurangi alir balik vena dan curah jantung.

f. Tromboembolisme

Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang
merupakan predisposisi pembentukkan trombus. Pecahan trombus mural intrakardia dapat
terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Daerah kedua yang mempunyai potensi membentuk
trombus adalah sistem vena sistenik. Embolisasi vena akan menyebabkan embolisme pada
paru-paru.

g. Perikarditis
 Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak dengan
perikardium menjadi besar sehingga merangsang permukaan perikardium dan
menimbulkan reaksi peradangan, kadang-kadang terjadi efusi perikardial atau penimbunan
cairan antara kedua lapisan.

h. Sindrom Dressler

Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak yang disertai
nyeri pada pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami nekrosis.

i. Aritmia

Aritmia timbul aibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium. Perubahan


elektrofiiologis ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel.

9.  Prognosis

Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3 faktor
penting yaitu:
1. Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)
2. Potensial serangan iskemia lebih lanjut.
3. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama

    pada luas daerah infark).

B.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MIOKARD INFARK

A.   Pengkajian

 Pengkajian Primer

1.   Airways

                  a. Sumbatan atau penumpukan sekret

                  b. Wheezing atau krekles


2.  Breathing

a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

c. Ronchi, krekles

d. Ekspansi dada tidak penuh

e. Penggunaan otot bantu nafas

3. Circulation

a. Nadi lemah , tidak teratur

b. Takikardi

c. TD meningkat / menurun

d. Edema

e. Gelisah

f. Akral dingin

g. Kulit pucat, sianosis

h. Output urine menurun.

  Pengkajian Sekunder

1.  Aktifitas

     Gejala : Kelemahan,  Kelelahan, Tidak dapat tidur,  Pola hidup menetap,  Jadwal olah


raga,   tidak teratur

     Tanda :  Takikardi,  Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.

2. Sirkulasi

  Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes
mellitus.

Tanda :

-           Tekanan darah: Dapat normal / naik / turun, perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk atau berdiri.
-          Nadi: Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian
kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).

-          Bunyi jantung:  Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel.

-          Murmur:  Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung.

-          Friksi ; dicurigai Perikarditis.

-          Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur.

-          Edema: Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum, krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel.

-          Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukosa atau bibir.

3. Integritas ego

Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah
dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.

 Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.

4. Eliminasi

    Tanda : normal, bunyi usus menurun.

5.  Makanan atau cairan

     Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar

    Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan


berat

     badan

6. Higiene

     Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan

7.  Neurosensori

     Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )

     Tanda : perubahan mental, kelemahan

8.  Nyeri atau ketidaknyamanan

     Gejala :
-          Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ),
tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan
viseral).

-          Lokasi :Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan,
ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher.

-          Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.

-          Intensitas :Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang
pernah dialami.

          Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,  hipertensi, lansia.

9.  Pernafasan:

      Gejala :

· dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat

· dispnea nokturnal

· batuk dengan atau tanpa produksi sputum

· riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.

Tanda :

· peningkatan frekuensi pernafasan

· nafas sesak / kuat

· pucat, sianosis

· bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum

10. Interaksi sosial

Gejala : Stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,

  perawatan di RS.

Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus,
takut ),  Menarik diri. 

B.     Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1.  Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai
dengan :  nyeri dada dengan / tanpa penyebaran,  wajah
meringis,  gelisah,  delirium,  perubahan nadi, tekanan darah.

Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS

Kriteria Hasil:

· Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1

· ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang

· tidak gelisah

· nadi 60-100 x / menit,

· TD 120/ 80 mmHg

Intervensi :

         Mandiri:

1.  Pantau/catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal dan respon hemodinamik (cth; meringis,
menangis, gelisah, berkeringat, nafas cepat, tekanan darah/frekuensi jantung berubah)
Rasional: Variasi penilaian dan prilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian. Kebanyakan pasien dengan IM akut tampak sakit, Distraksi , dan berfokus pada
nyeri. Riwayat verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap faktor pencetus harus ditunda
sampai nyeri hilang. Pernafasan mungkin meningkat . pernafasan mungkin meningkat
akibat sebagai akibat nyeri dan berhubungan dengan cemas,sementara hilangnya stres
menimbulkan tekolamin akan meningkatkan kecemasan jantung dan TD.

2.  Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien terhadap lokasi; intensitas (0-10):
lamanya: Kualitas (dangkal /menyebar) dan penyebaran.
Rasional : Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu
pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkanya dengan pengalaman yang lain.

3.  Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina, atau nyeri IM. Diskusikan
riwayat keluarga.
Rasional : Dapat membandingan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai dengan
identifikasi komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau perikarditis.

4.  Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera


Rasional : Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan nyeri / memerlukan
peningkatan dosis obat. Selain itu, nyeri berat sesuai syok dengan merangsang sistem saraf
simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjut dan mengganggu diagnostik dan hilangnya nyeri.
5.   Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan, dan tindakan nyaman (contoh seperti
yang kering / tak terlipat, gosok punggung ). Pendekatan pasien dengan tenang dan dengan
percaya.
Rasional : Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta
keterbatasan kemampuan koping dan keputusan situasi saat ini.

6.   Bantu melakukan tehnik relaksasi, misalnya nafas dalam, prilaku distraksi, visualisasi,
bimbingan imajinasi.
Rasional : Membantu dalam penurunan persepsi / respon nyeri. Memberikan kontrol
situasi, meningkatkan prilaku positif.

7.   Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik.


Rasional : Hipotensi/depresi pernafasan dapat terjadi akibat pemberian narkotik. Masalah
ini dapat meningkatkan kerusakan miokardia pada adanya kegagalan vertikel.

Kolaborasi

8.  Berikan Oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan jumlah O2 yang ada untuk pemakaian miokardia dan juga
mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia jaringan.

9.  Berikan obat sesuai indikasi


Rasional : Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner. Yang
meningkatkan aliran darah koroner dan fungsi miokardia. Efek vasodilatasi perifer
menurunkan volume darah kembali ke jantung (preload) sehingga menurunkan kerja otot
jantung dan kebutuhan O2.

10.  Berikan Penyekat –B contoh antenolol (Tenormin) : pindolol (visken); propanolol (Indral).


Rasional: Agen penting kedua untuk mengontol nyeri melalui efek hambatan rangsang
simpatis, dengan begitu menurunkan FJ, TD sistolik, dan kebutuhan O2 miokard. Dapat
diberikan sendiri atau dengan nitrat. Catatan : Penyekat –B mungkin dikontraindikasikan
bila kontraktilitas miokardia sangat terganggu, karena inotrofik negatif dapat lebih
menurunkan kontraktilitas.

11. Berikan  Analgesik, contoh morfin, meperidin ( Demerol)


Rasional: Meskipun morfin IV adalah pilihan, suntikan narkotik lain dapat dipakai pada fase
akut atau nyeri dada berulang yang tak hilang dengan nitrogliserin untuk menurunkan nyeri
hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja miokard. Hindari suntikan IM karena
dapat menggangu indikator diagnostik CPK dan tidak diabsorbsi baik oleh jaringan kurang
perfusi.

12.   Berikan penyekat saluran kalsium, contoh verafamin (calan) ; diltiazem (prokardia)


Rasional : Efek vasodilatasi dapat meningkatkan aliran darah koroner, sirkulasi kolateral
dan menurunkan freload dan kebutuhan oksigen miokardia, beberapa diantaranya
mempunyai properti anti disritmia.

13.  berikan anti angioplasti PTCA juga disebut angioplasti balon.


Rasional : prosedur ini untuk membuka sebagian hambatan arteri koroner sebelum
terhambat secara total. Mekanisme tampaknya merupakan kombinasi peregangan
pembuluh darah dan tekanan plak.

2.   Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor listrik,


penurunan karakteristik miokard.

Tujuan : Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan

  selama di RS.

Kriteria Hasil :  Tidak ada edema,  Tidak ada disritmia, Haluaran urin normal, TTV dalam
batas  normal

Intervensi :

Mandiri:

1.      Auskultasi TD, bandingkan kedua tangan dan ukur dengan tidur, duduk dan berdiri
bila  bisa.
Rasional: Hipotensi dapat terjadi sehubungan dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi
miokardia dan rangsang vagal. Namun, hipertensi juga venomena umum, kemungkinan
berhubungan dengan nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin, atau masalah vaskuler
sebelumnya. Hipotensi ortostatik (postural) mungkin berhubungan dengan infark contoh
GJK.

2.      Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi


Rasional: Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan atau kekuatan
nadi. Ketidakteraturan diduga disritmia, yang memerlukan evaluasi lanjut.

3.      Catat terjadinya S3, S4.


Rasional: S3 biasanya dihubungkan dengan GJK tetapi juga terlihat pada saatnya gagal
mitral (regurgitasi) dan kelebihan kerja ventrikel kiri yang disertai infark. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel, dan hipertensi pulmonal atau
sistemik.

4.      Adanya mur-mur atau gesekan


Rasional : Menunjukan aliran darah normal dalam jantung, contoh katup tak baik,
kerusakan septum, atau vibrasi otot popiler atau korda teninea (komplikasi IM).adanya
gesekan dengan infark juga berhubungan dengan inflamasi, contoh efusi perikardial dan
perikarditis.

5.      Auskultasi bunyi nafas


Rasional: Krekels menunjukan kongesti paru mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokardia.

6.      Pantau frekuensi jantung dan irama, catat distritmia melalui teremetri


Rasional: Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktifitas sesuai dengan
terjadinya komplikasi atau distritmia ( khususnya kontraksi ventrikel prematur atau blok
jantung berlanjut) yang mempengaruhi fungsi jantung meningkatkan kerusakan iskemik.
Denyutan atau vibrilasi akut atau kronis mungkin terlihat pada arterio koroner atau
keterlibatan katub dan mungkin atau tidak mungkin merupakan fungsi patologi.

7.      Catat respon terhadap aktifitas dan peningkatan istirahat dengan tepat


Rasional: kelebihan latihan meningkatkan konsumsi atau kebutuhan oksigen dan
mempengaruhi fungsi miokardia.

8.      Berikan pispot disamping tempat tidur bila tidak mampu kekamar mandi
Rasional: Mengupayakan penggunaan bedpans dapat melelahkan dan secara fisiologis
penuh stres, juga meningkatkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung.

9.      Berikan makanan kecil atau mudah dikunyah. Batasi asupan kafein seperti kopi, coklat,
kola.
Rasional: Makan besar dapat meningkatkan kerja miokardia dan menyebabkan rangsang
pagal mengakibatkan bradikardia atau denyut ektopik. Kafein adalah perangsang langsung
ke jantung yang dapat mengakibatkan frekuensi jantung.

10.  Sediakan alat atau obat darurat.


Rasional: Sumbatan koroner tiba-tiba, disritmia retal, perluasan infark, atau nyeri adalah
situasi yang dapat mencetuskan henti jantung memerlukan terapi penyelamatan hidup
segera atau memindahkan ke unit perawatan kritis.

Kolaborasi:

11.  Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.


Rasional: Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokad,menurunkan
iskemia dan disritmia lanjut.

12.  Pertahankan cara masuk IV/heparing lok sesuai indikasi.


Rasional: Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat pada adanya distritmia
atau nyeri dada.
13.  Kaji ulang sri EKG
Rasional: Memberikan informasi sehubungan dengankemajuan atau perbaikan infakr, status
fungi ventrikel, keseimbangan.elektrolit dan efek terapi obat.

14.  Kaji foto dada.


Rasional: Dapat menunjukan edema paru sehubungan dengan disfungsi vertikel.

15.  Pantau data laboratorium: contoh enzim jantung, GDA, elektrolit.


Rasional: Enzim memantau perbaikan atau perluaan infark. Adanya hipoksia menunjukkan
kebutuhan tambahan oksigen. Keseimbangan elektrolit, contoh hipokalemia atau
hiperkalemia sangat besar berpengaruh pada irama jantung atau kontraktilitas.

16.  Berikan obat anti disritmia sesuai indikasi.


Rasional: Disritmia biasanya pada simptomatis kecuali untuk pvc,dimana sering
mengancam secara propilaksis.

17.  Bantu pemasangan atau mempertahankan pacu jantung bila digunakan


Rasional: pemacu mungkin tindakan dukungan sementara selama fase akut atau
penyembuhan atau mungkin diperlukan secara permanen bila infark sangat berat merusak
sistem konduksi.

      3.  Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot


jantung,  penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.

Tujuan : Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan  perawatan
di RS.

Kriteria Hasil:  Daerah perifer hangat,  Tidak sianosis, Gambaran EKG tak

 menunjukan,  perluasan infark,  RR 16-24 x/ menit, Tidak terdapat clubbing finger, 

Kapiler refill 3-5 detik,  Nadi 60-100x / menit, TD 120/80 mmHg.

Intervensi :
Mandiri:
1.  Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinue contoh, cemas, bingung,

     letargi,  pingsan
     Rasional: Perpusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan

      juga dipengaruhi oleh elektrolit atau variasi asam basa, hipoksia, atau emboli

      sistemik.
2. Observasi  pucat, cianosis, kulit dingin atau lembab. Catat kekuatan nadi
    periper.
    Rasional: Vasokontraksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin 

    dibuktikan oleh penurunan perpusi kulit dan penurunan nadi.


3. Kaji tanda homan (nyeri pada betis dengan posisi dorso fleksi) eritemia, edema.
    Rasional: Indikator trombosis vena dalam.
4. Dorong latihan pasif, hindari latihan isometri.
    Rasional: penurunan dilatasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan

    resiko tromboplebitis, namun latihan isometri dapat mempengaruhi curah

    jantung dengan meningkatkan kerja miokardia dan konsumsi oksigen.


5. Anjurkan pasien dalam melakukan atau melepas kaus kaki antiembolik bila

    digunakan.
     Rasional: Membatasi stasis vena, memperbaiki aliran balik vena, dan menurunkan

     resiko tromboplebitis pada pasien yang terbatas aktifitasnya.


6.  Pantau pernafasan, catat kerja pernapasan.
     Rasional: Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernafasan, namun

     dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukan komplikasi tromboemboli paru.


7. Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan atau tidak ada bising usus,

    mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.


    Rasional:  Penurunan aliran darah kemesentri dapat mengakibatkan disfungsi gastro

     intestinal, contoh kehilangan pristaltik. Masalah potensial atau aktual karena

     penggunaan analgesic, menurunkan aktifitas dan perubahan diet.

8. pantau pemasukan dan catat perubahan keluaran urin. Catat berat jenis sesuai indikasi
    Rasional;  Penurunan pemasukan terus menerus dapat mengakibatkan penurunan

     volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan fungsi organ, berat jenis

  mengukur status hidrasi dan fungsi ginjal.


 Kolaborasi :
 1. Pantau data laboratorium : gula darah, kreatinin, elektrolit .
     Rasional: Indikator perfusi atau fungsi organ
 2. Beri obat sesuai indikasi misalnya : heparin atau natrium warvarin (cromandin),  

cemitidin (talgamit), ranitidin (zantac), antasida.


Rasional: dosis rendah heparin mungkin diberikan secara propilaksis pada pasien resiko
tinggi ( contoh, fibrilasi atreal,kegemukan, aniorisma ventrikel, atau riwayat tromboplebitis)
untuk menurunkan resiko tromboplebitis.
3. Cimetidin (tagamet), ranitidine ( zantac) antasida.
    Rasional: Menurunkan atau menetralkan asam lambung, mencegah 

     ketidaknyamanan dan iritasi gaster, khususnya ada penurunan sirkulasi

     mukosa.

      4.  Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan

            perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik,

           penurunan protein plasma.

            Tujuan : Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan

                           tindakan keperawatan di RS

             Kriteria Hasil :

· Tekanan darah dalam batas normal

· Tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen

· Paru bersih

· Berat badan ideal ( BB ideal TB -100 - 10 %)

 Intervensi :
Mandiri :
1. Auskultasi bunyi napas.

    Rasional: Dapat mengidentifikasi edema paru sekunder

    akibat dekompensasi jantung.


2. Catat DVJ adanya edema dependen.

    Rasional: Dicurigai adanya gagal kongesti atau kelebihan volume cairan.


3. Ukur masukan atau pengeluaran cairan, hitung keseimbangan cairan,
    Rasional: Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perpusi ginjal, retensi

    natrium atau air, dan penurunan haluran urin. Keseimbangan cairan positif berulang

    pada adanya gejala lain menunjukan kelebihan volume/gagal jantung.


4. Timbang berat badan setiap hari.

    Rasional: Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukan ketidakseimbangan cairan.


5. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
    Rasional : Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan
    pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.

    Kolaborasi :
1. Berikan diet natrium rendah atau minuman.

     Rasional: Natrium meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi.


2. Berikan diuretik, contoh : furosemid (lasix), hidralazin (apresoline), spironolaktem

    dengan hidronolakton (aldakton).

    Rasional: Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan. Obat pilihan biasanya

    tergantung gejala akut atau kronis.


3. Pantau kalium sesuai indikasi. Rasional: hipokalemia dapat membatasi keefektifan

    terapi dan dapat terjadi dengan penggunaan diuretik penurun kalium.

   5.   Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau 

         kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler ( atelektasis , kolaps jalan

         nafas/  alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ).

         Tujuan :  Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (Pa O2 < 80 mmHg, Pa
CO2 >

                        45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawatan

                        selama di RS.

         Kriteria hasil :  Tidak sesak nafas,  Tidak gelisah, GDA dalam batas Normal ( Pa O2 <

                                   80 mmHg, Pa CO2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )

            Intervensi :

1.    Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot bantu pernafasan.

2.    Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan adanya

      bunyi  tambahan misal krakles, ronki dll.

3.      Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk,

      penghisapan lendir dll.

4.      Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien


5.      Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital
berubah.

6.            Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

          miokard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrosis jaringan miokard ditandai dengan

         gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia,

         kelemahan umum

Tujuan : Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan

                 keperawatan selama di RS

Kriteria Hasil :

· Klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien

· Frekuensi jantung 60-100 x/ menit

· TD 120-80 mmHg

Intervensi :
Mandiri:
1. Catat/ dokumentasi frekuensi jantung, irama, dan perubahan tekanan darah

    sebelum, selama, sesudah aktifitas sesuai indikasi. Hubunga dengan laporan nyeri

    dada/napas pendek.
    Rasional : Kecendrungan menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat 

    mengidentifikasi penurunan oksigen miokardia yang memerlukan tigkat aktivitas

    kembali tirah baring,perubahan programobat, penggunaan oksigen tambahan.


2. tingkatkan istirahat batasi aktivitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik.

    Berikan aktivitas senggang yang tidak berat.


    Rasional : Menurunkan kerja miokardiaatau konsumsi oksigen, menurunkan resiko

    komplikasi (contoh : perluasan IM).


3. Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pasien. Rasional : Pembicaraan yang

    panjang sangat mempengaruhi pasien namun periode kunjungan yang tenang

     bersifat terapeutik.
4. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan saat
    defekasi.
    Rasional: Aktivitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk (manuver

    valsava) dapat mengakibatkan bradikardi, juga menurunkan curah jantung dan

    takikardi dengan peningkatan tekanan darah.


5. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas,contoh bangun dari kursi

    bila tak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama satu jam setelah makan.
    Rasional : Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung meningkatkan

    regangan dan mencegah aktivitas yang berlebihan.

6. Kaji ulang tanda/gejala yang tidak menunjukan tidak toleran terhadap


aktivitasatau  memerlukan pelaporan pada perawat/dokter
Rasional: Palpasi, nadi tidak teratur, adanya nyeri dada, atau dispnea dapat
mengindikasikan kebutuhan perubahan program olah raga atau obat.
Kolaborasi:
1. Rujuk ke program rehabilitasi jantung. Rasional : Memberikan dukungan atau

       pengawasan tambahan berlanjut dan partisipasi proses penyembuhan dan  

      kesejahteraan.

7.  Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis

      Tujuan : Cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama

                     di RS

      Kriteria Hasil :  Klien tampak rileks,  Klien dapat beristirahat,  TTV dalam batas

                                 normal

Intervensi :
Mandiri :
1. Identifikasi pasien dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman atau situasi.

    Dorong pasien mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, kehilangan,

  takut.
Rasional : Koping terhadap nyeri dan traumaemosi Imsulit.pasien dapattakut mati dan
cemas tentang lingkungan. Cemas berkelanjutan (sehubungan dengan masalah tentang
dampak serangan jantung pada pola hidup selanjutnya masih tak teratasi dan efek penyakit
pada keluarga) mungkin terjadi dalambeberapa derajat selama beberapa waktudn dapat
dimanifestasikan oleh gejala depresi.

2. Catat adanya kegelisahan, menolak,menyangkal, (afek tak tepat atau menolak  mengikuti


program medis).
Rasional : Penelitian terhadap frekwensi hidup antara individu tipe A atautipe B dan
dampak penolakan telah berarti dua namun penelitian menunjukan beberapa
hubungan  antara derajat atau ekpresi marah atau gelisah dan peningkatan resiko IM.

3  Mempertahankan gaya percaya tanpa keyakinan yang salah.

      Rasional : Pasien dan orang terdekat dapat dipengaruhi oleh cemas atau ketidaktenangan
anggota tim kesehatan. Penjelasan yang jujur dapat menghilangkan kecemasan. Pasien
mungkin tidak menunjukan masalah secara langsung, tetapi kata-kata atau tindakan dapet
menunjukan masa agitasi,marah, dan gelisah intervensi dapat membantu pasien
meningkatkan kontrol terhadap  prilakunya sendiri.

4.  Terima tetapi jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan. Hindari


konfrontasi.
Rasional : Menyangkal dapat menguntunngkan dalam menurnkan cemas tetapi dapat
menunda penerimaan tehadap kenyataan situasi saat itu. Konfrontasi dapat meningkatkan
rasa marah dan meningkatkan penggunaan penyangkalan, menurunkan kerja sama, dan
kemungkinan memperkambat penyembuhan.

5. Orientasikan pasien atau orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.
Rasional : Perkiraan dan informasi dapat menurnukan kecemasan.

6. Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi konsisten ” ulang sesuai indikasi.
Rasional : Informasi yang tepat tentang situasi menngurangi takut, hubungan yang asing
antara perawat dan pasien, dan membantu pasien atau orang terdekat untuk menerima
situasi secara nyata. Perhatikan yang diperlukan mungkin sedikit, dan pengulangan
informasi membantu pentimpanan informasi.

7. Dorong pasien atau orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagai
pernyataan dan maalah.
Rasional: Berbaai informasi membentuk dukungan atau kenyataan dan dapat
menghilangkan tegengan terhadap kekuatiran yang tidak diekspresikan.

8. Berikan periode istirahat atau waktu tidur tidakterputus,lingkungan tenang, dengan tive
kontrol pasien, jumlah rangsangan eksternal.
Rasional: Penyimpanan energi dan meningkatkan kemampuan koping.
9. Dukung kenormalan proses kehilangan, melibatka waktu yang perlu untukpenelesaiaan
Rasional: Dapat memberikn keyakinan bahwa perasaanya merupaka respon normal
terhadap situasi atau perubahan yang diterima.

10. Berikan privasi pasien atau orang terdekat


Rasional: Memungkinkan waktu untuk mengekspresikanperasaan, menghilangkan cemas,
dan perilaku adaptasi.

11. Dorong kemandirian, perawatan sediri, dan pembuatan keputusan dalam


rencana  pengobatan
Rasional: Peningkatan kemandirian dari staf meningkatkan kepercayaan diri dan
menurunkan rasa gatal yang dapat menyertai pemindahan dari unit koroner ataupulang dari
rumah sakit.

12. Dorong keputusan tentang harapan setelah pulang


Rasional: Membantu pasien atau orang terdekat untuk mengidentifikasi tujuan nyata, juga
menurunkan resiko kegagalan mengahadapi kenyataan adanya keterbatasan kondisi atau
memacu penyembuhan.
Kolaborasi:
1. Berikan anticemas/hipnotik seuai indikasi. Cth: diazepam (valium), flurazepam

         (dalmane), lorazevam (ativan)


    Rasional: Meningakatkan relaksasi atau istirahat dan menurunkan rasa cemas.

8.   Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /


implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan
pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya
kompliksi yang dapat dicegah.

Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi

  pendidikan kesehatan selama di RS

            Kriteria Hasil :

· Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan, tujuan

   pengobatan & efek samping / reaksi merugikan

· Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.

Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji itngkat pengetahuan pasien atau orang terdekat dan kemampuan atau
     keinginan untuk belajar.
     Rasional: Perlu untuk pembuatan rencana instruksi individu. Menguatkan harapan

      bahwa ini akan menjadi pengalaman belajar mengidentifikasi secara verbal

      kesalahpahaman dan memberikan penjelasan.


2.  waspada tarhadap tanda penghindaran, contoh mengubah subjek dari informasi

     atau perilaku ekstrem ( menolak/euporia)

Rasional; Mekanisme pertahan alamaih seperti marah, menolak pentingnya situasi, dapat
menghambat belajar, mempengaruhi respon pasien dan kemampuan mengasimilasi
informasi. Peruban untuk mengurangi pola atau struktur formal mungkin menjadi lebih
efektif sampai pasien atau orang terekat siap untuk menerima/ memahami situasi tersebut.

3.   Berikan informasi dalam bentuk informasi dalam bentuk belajar yang berkreasi,

      contoh buku program, type audio atau visual, pertanyaan atau jawaban aktifitas 

      kelompok
      Rasional: Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan

      penyerapan materi.
4.  Beri penguatan penjelasan faktor resiko, pembatasan diet atau aktifitas, obat, dan

     gejala yang memerlukan perhatian medis cepat.


     Rasional :  Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengerti mencakup

      informasi atau partisipasi dalam program rehabilisasi

5.  Dorong mengidentifikasi atau penurunan faktor individu contoh merokok atau 

     mengkonsumsi alkohol, kegemukan.


     Rasional: Perilaku ini atau kimia mempunyai efek merugikan langsung pada fungsi

     kardiovaskuler dan dapat mengganggu penyembuhan, meningkatkan resiko

     terhadap komplikasi.

6. Peringatan untuk menghindari aktifitas isometrik, manover, valsava, dan aktifitas

    yang memerlukan tangan diposisikan diatas kepala.

     Rasional: Aktifitas ini sangat meningkatkan kerja jantung atau konsumsi oksigen

     miokardia dan dapat merugikan kontraktilitas atau curah jantung.


7. Kaji ulang program meningkatkan tingkat aktifitas. Didik pasien sehubungan

    dengan lanjutan aktifitas secara bertahap, contoh jalan, kerja, reaksi, aktifitas
     seksual. Berikan pedoman untuk meningkatkan aktifitas secara bertahap dan

     intruksi sehubungan dengan frekuensi nadi target dan pengambilan nadi yang

     tepat.
    Rasional: Bertahap meningkatkan aktifitas meningkat kan kekuatan dan mencegah

     terlalu keras latihan, dapat meningkatkan sirkulasi korateral dan memungkin

    kembalinya pola hidup normal.


8. Kaji ulang tanda/atau gejala yang memerlukan penurunan aktifitas dan pelaporan

    pada pemberi perawatan kesehatan

    Rasional: Meningkatan nadi diatas batas yang dibuat, terjadinya nyeri dada atau

    dispnea memerlukan perubahan latihan dan program obat.


9. Tekankan pentingnya mengikuti perawatan dan mengidentifikasi sumber di

    masyarakat atau kelompok pendukung contoh program rahabilitasi jantung,

     kelompok ”koroner”
    Rasional: Memberi  tekanan bahwa ini adalah masalah kesehatan berlanjut dimana

    dukungan atau bantuan diperlukan setelah pulang


10. Berikan tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri dada, perubahan pola

     angina atau terjadi didaerah lain


       Rasional: Evaluasi berkala atau intervensi dapat mencegah komplikasi
11. Tekankan pentingnya melaporkan terjadinya demam sehubungan dengan nyeri

      dada menyebar atau tidak khas (pliora,perikardial) dan nyeri sendi


      Rasional: Komplikasi pasca IM dari inflamasi prikardial (sindrom desler)

       memerlukan evaluasi atau intervensi medis lanjut.


  (Marlyn E. Dongoes ,2000).

Daftar Pustaka

Black, Joyce. Medical Surgical Nursing, Clinical Management For Community of Care. 5th editon.

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E,  Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC

Lewis, Sharon Mantik. 2000. Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical
Problem.Missouri: Mosby.

Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.


Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.


Edisi 4. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai