Anda di halaman 1dari 20

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner atau
disebut juga penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease/CHD) adalah
istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang bisa
menyebabkan serangan jantung (AHA, 2015). CAD terjadi ketika arteri yang
memasok darah ke otot jantung menjadi mengeras dan menyempit. Hal ini
disebabkan oleh penumpukan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak,
di dinding bagian dalamnya. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Lama-
kelamaan akan menghambat aliran darah di arteri. Akibatnya, otot jantung
tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkannya. Hal ini dapat
menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. Sebagian besar
serangan jantung terjadi saat gumpalan darah tiba-tiba memotong suplai darah
jantung, menyebabkan kerusakan jantung permanen. (Ratini, 2018).
B. Etiologi
Menurut Udjianti (2010), etiologi CAD meliputi:
1. Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis.Aterosklerosis
digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jarigan
konektif di sekitar lapisan intima arteri. Suatu plak fibrous adalah lesi
khas dari aterosklerosis. Lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam
dinding pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi aliran darah
parsial maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri
atas plak fibrous dengan deposit kalsium, disertai oleh pembentukan
thrombus.Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan aliran
darah kepada jaringan di sekitarnya.
2. Penyebab lain adalah spasme arteri koroner. Penyempitan dari lumen
pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh
darah berkontraksi (vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat
menggiring terjadinya iskemik aktual atau perluasan dari infark miokard.
Penyebab lain di luar ateroskelorik yang dapat mempengaruhi diameter
lumen pembuluh darah koroner dapat berhubungan dengan abnormalitas
sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi, hipovolemik, polisitemia, dan
masalah-masalah atau gangguan katup jantung.
Menurut Mayo Clinic (2017), faktor risiko penyakit arteri koroner meliputi:
1. Usia.
Cukup bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan
menyempit.
2. Riwayat keluarga.
Riwayat keluarga penyakit jantung dikaitkan dengan risiko penyakit arteri
koroner yang lebih tinggi, terutama jika seorang kerabat dekat
mengembangkan penyakit jantung pada usia dini.
3. Merokok.
Orang yang merokok memiliki peningkatan risiko penyakit jantung secara
signifikan.
4. Tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
pengerasan dan penebalan arteri Anda, mempersempit saluran yang
melaluinya darah bisa mengalir.
5. Kadar kolesterol darah tinggi.
Kadar kolesterol tinggi dalam darah dapat meningkatkan risiko
terbentuknya plak dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi dapat disebabkan
oleh tingkat tinggi low-density lipoprotein (LDL), yang dikenal sebagai
kolesterol "jahat". Tingkat rendah lipoprotein densitas tinggi (HDL), yang
dikenal sebagai kolesterol "baik", bisa menjadi tanda aterosklerosis.
6. Diabetes.
Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner.
Diabetes tipe 2 dan penyakit arteri koroner memiliki faktor risiko yang
sama, seperti obesitas dan tekanan darah tinggi.
7. Kegemukan atau obesitas.
Kelebihan berat badan biasanya memperburuk faktor risiko lainnya.
8. Tidak aktif secara fisik
Kurang olahraga juga dikaitkan dengan penyakit arteri koroner dan
beberapa faktor risikonya juga.
9. Tegangan tinggi.
Stres yang tidak henti-hentinya dalam hidup dapat merusak arteri dan juga
memperburuk faktor risiko penyakit arteri koroner lainnya.
C. Patofisiologi
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima
arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu
absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam
pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol
ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh darah yang terkena akan
mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi
semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan
berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Halini
menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh
penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah
diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme
yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak;
danpenimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah,
maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan
kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap
mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat
memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya
ateroma. (sPrice. A.S & Wilson, M.L.(2005)
D. Manifestasi
Menurut (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014), manifestasi klinik
yang biasa terjadi pada kasus CAD meliputi:
1. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya
muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa
nyeri yang tajam dan berat, biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya
lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini muncul secara spontan
(bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama
beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat
maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan
leher.
2. Perubahan pola EKG
a. Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q
menunjukkan nekrosis
b. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi
sensitivitas sel miokard ke impuls saraf seperti iskemia,
ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa
bradikardi, takikardi, premature ventrikel, contraction (ventrikel ekstra
systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi
3. Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung
tidak mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-
paru juga berkurang.
4. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan
berkeringat.
5. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa
memompa darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
6. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat
penyempitan pembuluh darah.
7. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada
dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana
yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah.
Area infark merangsang refleks vasofagal.
E. Komplikasi
Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care (2017),
komplikasi CAD meliputi:
a. Aritmia merupakan yang paling sering ditemui. Aritmia yaitu
gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung. Jika jantung tidak mendapat
oksigen yang cukup maka bagian dari jaringan jantung yang mengatur
detak jantung akan rusak. Hal tersebut dapat menyebabkan denyut
jantung menjadi tidak teratur selain itu dapat menyebabkan jantung
berdebar, kelelahan dan pusing.
b. Gagal Jantung Kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat
disfungsi miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan
menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada
disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti pada vena
sistemik.
c. Syok kardikardiogenik yang diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel
kiri sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan
perubahan hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu
penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan
kongesti paru yang bisa berakhir dengan kematian.
d. Disfungsi Otot Papillaris. Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot
papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup
mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai
akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada
atrium kiri dan vena pulmonalis.
e. Ventrikuler Aneurisma. Aneurisma ini biasanya terjadi pada
permukaan atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan
mengembang bagaikan balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif
oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat
menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik,
embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel
refrakter.
f. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium
yang langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga
merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi
peradangan.
g. Emboli Paru yang bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau
kematian mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada
pasien payah jantung kongestif yang parah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Echo cardiogram
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan ukuran
jantung melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu pemeriksaan
ini juga dapat dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja jantung, melihat
adanya thrombus pada bagian jantung, mengetahui kekuatan otot jantung
serta memeriksa kerusakan pada katup jantung.
2. Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner)
Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu atau
lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk
mengecek aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Saat
kateterisasi jantung, dapat juga dilakukan angiografi koroner
menggunakan pewarna khusus dalam pembuluh darah dan X-ray untuk
menunjukkan bagian dalam pembuluh darah. Hal ini dilakukan untuk
mengkaji patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah terdapat
gangguan atau penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini
juga dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang diperlukan mis.
Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau pembedahan
bypass koroner maupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI) bila
ada aterosklerosis. (Smeltzer, Bare, & Hinkle, 2010).
3. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang
disadap dari berbagia sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada
elektrokardiografi secara konsisten akibat iskemia atau infark akan
nampak pada lead tertentu.
4. Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi : profil lipid
(kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein)
5. Cardiac Stress Testing
Normalnya, arteri koroner akan berdilatasi sampai 4x dari diameter
normalnya untuk meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan
oksigen. Arteri yang tersumbat oleh plak akan menurunkan aliran darah
ke miokardium dan menyebabkan iskemik. Tes toleransi jantung yang
terdiri dari tes toleransi latihan (treadmill) dan tes toleransi pengobatan
(pharmacologic stress test) membantu untuk :
a. Mendiagnosis CAD
b. Membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada
c. Menentukan kapasitas fungsional jantung setelah Infark Miokard
atau pembedahan jantung.
d. Mengakji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia
e. Mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik
f. Membantu pengembangan program kesegaran jasmani.
Tes toleransi latihan (Treadmill) dilakukan dengan cara pasien berjalan
pada ban berjalan, sepeda statis, atau naik turun tangga. Elektroda EKG
dipasang pada pasien dan pencatatan dilakukan sebelum, selama dan
setelah tes. Tes toleransi pengobatan dilakukan pada pasien yang tidak
dapat melakukan aktivitas fisik atau treadmill. 2 agen vasodilatasi yaitu
dipyridamole (Persantine) dan adenosine (Adenocard), diberikan melalui
intravena untuk melihat efek dari dilatasi maksimal arteri koronaria.
(Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014)
G. Penatalaksanaan
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari
itu mengurangi resiko serangan jantung.
2. Beta-bloker (misalnya Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obat ini berfungsi menurunkan konsumsi oksigen dengan
menghambat impuls simpatis ke jantung. Hasilnya terjadi penurunan
frekuensi jantung, tekanan darah, dan waktu kontraktilitas jantung yang
menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dan
jumlah oksigen yang tersedia.
3. Nitrogliserin (misalnya Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (misalnya Enalapril,
Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (misalnya Losartan,
Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih
mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (misalnya Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut.
6. PCI ( Percutaneus Coronary Intervention) atau angioplasti koroner
Percutaneus Coronary Intervention merupakan suatu prosedur untuk
mengatasi stenosis atau penyempitan di arteri koronaria. Prosedur ini
digunakan untuk mengurangi gejala penyakit arteri koroner seperti nyeri
dada, sesak serta gagal jantung. PCI dapat mencegah terjadinya infark
miokard serta mengurangi angka kematian. Angioplasti merupakan
prosedur yang tidak seinvasif CABG. Kateter yang berbentuk balon dan
stent dimasukkan ke arteri koroner yang mengalami gangguan dan
diletakkan di antara daerah aterosklerotik. Balon kemudian dikembangkan
dan dikempiskan dengan cepat untuk memecah plak. Prosedur PCI
dilakukan di laboratorium kateterisasi jantung. (Smeltzer, Bare, & Hinkle,
2010)
7. CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
CABG merupakan prosedur operasi yang digunakan untuk mengatasi
penyakit jantung koroner atau CAD dengan membuat rute baru di sekitar
arteri yang menyempit atau tersumbat agar darah tetap lancar hingga ke otot
jantung sehingga jantung mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Pembuatan rute tersebut menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh
lainnya seperti pembuluh darah dari kaki (vena saphena), dada (arteri
maamria interna) atau lengan (arteri radialis) (Alodokter, 2016).
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian.
1. Pemeriksaan TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan.
2. Kaji keluhan utama klien.
3. Kaji nyeri (OPQRST) :
Onset : kapan terjadi nyeri dialami
Provocation : hal yang dapat memperburuk nyeri misalnya pada saat
berbaring.
Quality : bagaimana jenis nyeri yang dialami seperti terbakar, tercekik, rasa
menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat.
Radiasi : dimana nyeri dirasakan, apakah menjalar ke bagian tubuh lainnya.
Severity : bagaimana keparahan nyerinya. Nilai menggunakan skala nyeri.
Time : berapa lama nyeri berlangsung, apakah hilang timbul atau terus-
menerus.
4. Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan,
dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah,
pingsan, kulit dinghin dan lembab, cekukan dan stress gastrointestinal, suhu
menurun.
5. Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda
gagalnya ventrikel atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau
menuirun, takipnea, mula-mula pain reda kemudian kembali normal, suara
jantung S3, S4 Galop menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M.
Papillari disfungsi, LV disfungsi terhadap suara jantung menurun dan
perikordial friksin rub, pulmonary crackles, urin output menurun, Vena
jugular amplitudonya meningkat (LV disfungsi), RV disfungsi, ampiltudo
vena jugular menurun, edema periver, hati lembek.
6. Parameter Hemodinamik : penurunan Pulmonary Arterial Pressure,
Pulmonary Capillary Wedge Pressure, Systemic Vascular Resistence, Cardiac
Output/Cardiac Index.
7. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan
peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes
atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
8. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
9. Pengetahuan
Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit di dalam keluarga ada
yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia) (Domain
12, Kelas 1)
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (Domain 4, kelas 4)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian (Domain 9, kelas 2)
(NANDA International, 2016)
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri akut bd agen cedera NOC:  Lakukan pengkajian nyeri komprehensif


biologis (iskemia)  Kontrol nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik,
 Perfusi jaringan : onset/durasi, frekuensi,kualitas,
DS: kardiak intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
- Keluhan tentang  Status kenyamana : pencetus
karakteristik nyeri fisik  Observasi adanya petunjuk nonverbal
DO: mengenai ketidaknyamanan terutama
- Ekspresi wajah meringis Setelah dilakukan pada mereka yang tidak dapat
- Fokus menyempit tindakan keperawatan berkomunikasi secara efektif.
- Fokus pada diri sendiri selama….nyeri akut  Gunakan strategi komunikasi terapeutik
- Perubahan posisi untuk teratasi dengan indikator : untuk mengetahui pengalam nyeri dan
menghindari nyeri  Angina tidak ada sampaikan penerimaan pasien terhadap
- Putus asa  Takikardia tidak ada nyeri.
- Sikap melindungi area  Tekanan darah dalam  Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
nyeri batas normal terhadap kualitas hidup pasien.
 Nyeri hilang atau  Gali bersama pasien faktor-faktor yang
tidak ada dapat menurunkan atau memperberat
nyeri.
 Berikan informasi mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri dirasakan.
 Kurangi atau eliminasi faktor-faktor
yang dapat mencetuskan atau
meningkatkan nyeri (kelelahan, stres)
 Dorong istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri.
 Ajarkan teknik non farmakologi (teknik
relaksasi)
 Berikan oksigen tambahan seperti yang
diperintahkan.

Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Intoleran aktivitas NOC:  Monitor sumber kegiatan olahraga dan


berhubungan dengan  Status Jantung Paru kelelahan emosional yang dialami pasien
ketidakseimbangan antara  Keefektifan pompa  Monitor sistem kardiorespirasi pasien
suplai dan kebutuhan jantung selama kegiatan (takikardi, dispnea)
oksigen  Monitor lokasi dan sumber
Setelah dilakukan ketidaknyamanan/nyeri yang dialami
DS: tindakan keperawatan pasien selama aktivitas
- Ketidaknyamanan setelah selama….intoleransi  Buat batasan untuk aktivitas hiperaktif
berkativitas aktivitas teratasi dengan klien saat mengganggu yang lain atau
DO: indikator : dirinya sendiri
- Respon frekuensi jantung  Angina tidak ada  Bantu pasien untuk memahami prinsip
abnormal terhadap  Tekanan darah dalam konservasi energi (kebutuhan untuk
aktivitas batas normal membatasi aktiviatas)
- Perubahan EKG  Denyut nadi dalam  Batasi stimuli lingkungan yang
- Respons tekanan darah batas normal mengganggu untuk memfasilitasi
abnormal terhadap relaksasi
aktivitas  Tingkatkan tirah baring/ pembatasan
kegiatan
 Monitor respon okseigen pasien saat
perawatan maupun perawatan diri secara
mandiri
 Instruksikan pasien dan keluarga
mengenai stres dan koping intervensi
untuk mengurangi kelelahan.

Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Ansietas berhubungan NOC:  Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
dengan ancaman kematian  Status kenyamanan kecemasan
DS:  Tingkat kecemasan  Tentukan apakah ada intervensi relaksasi
- Ketakutan di masa lalu yang sudah memberikan
- Gelisah Setelah dilakukan manfaat
- tindakan keperawatan  Ciptakan lingkungan yang tenang dan
DO: selama…ansietas teratasi tanpa distraksi dengan lampu yang redup
- Gerakan ektra dengan indikator : dan suhu lingkungan yang nyaman jika
- Peningkatan tanda-tanda  Tanda-tanda vital memungkinkan
vital dalam batas normal  Dorong klien untuk mengambil posisi
- Nyeri  Kontrol cemas yang nyaman dengan pakaian longgar
dan mata tertutup
 Minta klien untuk rileks dan merasakan
sensasi yang terjadi
 Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi pada klien
 Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Pahami situasi krisis yang terjadi dari
perspektif klien
 Berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan dan prognosis
 Berada di sisi klien untuk meningkatkan
rasa aman dan mengurangi ketakutan
 Lakukan usapan pada punggung/ leher
dengan cara yang tepat.
WEB OF CAUTION (WOC)

Faktor pencetus seperti usia, jenis kelamin, merokok, kolesterol tinggi, diabetes

Arteriosklerosis

Penyempitan arteri koroner


Perubahan status kesehatan

Penurunan perfusi jaringan jantung


Perasaan takut akan penyakit

Suplai Oksigen dan Nutrisi terganggu Kerja otot jantung menurun


Koping Inefektif
Penurunan
curah
Metabolisme anaerob Cardiac output menurun jantung
Ansietas

Peningkatan asam laktat penurunan perfusi jaringan perifer

Merangsang pelepasan mediator asidosis


metabolisme sel menurun
kimia (histamin, katekolamin,
bradiinin, prostaglandin)
Fungsi ventrikel terganggu

Energi menurun

Merangsang nosireseptor Perubahan hemodinamik


Kelelahan

Inpuls dihantarka oleh saraf eferen


Tekanan jantung meningkat

Intoleran
aktivitas
Serabut eferen Tekanan paru-paru meningkat

Nyeri Sesak

Ketidakefektifan pola nafas


DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. (2016). Mengenal Makna Prosedur CABG. Retrieved from Alodokter:


https://www.alodokter.com/mengenal-makna-prosedur-cabg

Bulechek, G. M., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia.
Singapore: Elsevier.

Institute for Quality and Efficiency in Health Care. (2017, July 27). Complication of
Coronary Artery Disease. Retrieved from PubMed Health:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedheatlh/PMH0086330/

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M., & Bucher, L. (2014). Medical-surgical
nursing (9 ed.). Missouri: Elsevier.

Mayo Clinic. (2017, August 4). Coronary Artery disease. Retrieved August 14, 2017,
from Mayo clinic: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronary-
artery-disease/symptoms-causes/dxc-20165314

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) : Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Kelima
Bahasa Indonesia. Singapore: Elsevier.

NANDA International. (2016). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : RGC.

Ratini, M. (2018, January 7). Coronary Artery Disease. Retrieved from WebMD
Medical Reference: https://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-
disease-coronary-artery-disease

Price. A.S & Wilson, M.L.(2005). Patofisiologi. Jakarta. EGC


Smeltzer, S. C., Bare, B. G., & Hinkle, J. L. (2010). Textbook of medical-surgical
nursing (12 ed., Vol. 1). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai