OLEH :
PUTU RISKA FEBRIANTI
17089014075
aktivitas
Ketidakefektifan
Gagal jantung
perfusi jaringan
perifer
Kelebihan volume
cairan ekstravaskuler
5. Klasifikasi
Infark Miokard Akut dapat diklasifikasikan berdasar EKG 12 sandapan
menjadi Infark miokard akut ST-elevasi (STEMI) yaitu, oklusi total dari
arteri koroner yang dapat menyebabkan area infark yang lebih luas yang
meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya
elevasi segmen ST pada EKG. Infark miokard akut non ST-elevasi
(NSTEMI) yaitu, oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan
seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak terdapat elevasi segmen ST
pada EKG.
6. Gejala Klinis
1) Nyeri dada
Mayoritas pasien AMI (90%) datang dengan keluhan nyeri dada.
Perbedaan dengan nyeri pada angina adalah nyeri pada AMI lebih
panjang yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari
itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan
istirahat akan tetapi pada infark tidak.Nyeri dan rasa tertekan pada
dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan
takut. Meskipun AMI memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke
lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang
tertentu nyeri yang terasa hanya sedikit.
2) Sesak nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan
akhir diastolic ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa
menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri,
sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang
bermakna.
3) Gejala Gastrointestinal, peningkatan aktivitas vagal menyebabkan
mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan
stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan
cegukan terlebih-lebih apabila diberikan martin untuk rasa sakitnya.
4) Wajah pucat dengan berkeringan dan kulit dingin
5) Nadi biasanya cepat.
7. Pemeriksaan fisik
1) Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis
berlebihan. Pasien juga tampak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C)
bisa timbul setelah 12-24 jam pasca infark.
2) Denyut Nadi dan Tekanan Darah Sinus takikardi (100-120 x/mnt)
terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan
pemberian analgesic yang adekuat. Denyut jantung yang rendah
mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai
komplikasi dari infark. Peningkatan TD moderat merupakan akibat
dari pelepasan kotekolamin. Sedangkan jika terjadi hipotensi maka hal
tersebut merupakan akibat dari aktivitas vagus berlebih, dehidrasi,
infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok kardiogenik.
3) Pemeriksaan jantung, terdengar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-
mur. Bunyi gesekan perikard jarang terdengar hingga hari ke dua atau
ketiga atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan
dari sindrom dessler.
4) Pemeriksaan paru, Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun
mungkin tidak terdapat gambaran edema paru pada radiografi Jika
terdapat edema paru, maka hal itu merupakan komplikasi infark luas,
biasanya anterior.
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1) EKG (Electrocardiogram)
1. PENGKAJIAN
a. Data umum
Identitas pasien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, tempat
tanggal lahir, no RM
Identitas penanggung jawab yang meliputi nama, hubungan dengan
pasien, umur, alamat, dan telp/no.HP
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan saat ini :
Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien)
Alasan berobat (hal/kejadian apa yang menyebabkan pasien
berobat kerumah sakit)
Riwayat penyakit (Tanya pada pasien atau keluarga pasien apakah
memiliki riwayat penyakit sebelumnya)
b. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah dialami
Riwayat perawatan (apakah pernah melakukan perawatan atau
mendapat perawatan di rumah sakit atau tidak pernah)
Riwayat operasi (apakah pernah mengalami operasi)
Riwayat pengobatan (apakah pernah melakukan pengobatan)
Kecelakaan yang pernah dialami (apakah pernah mengalami
kecelakaan)
Riwayat alergi (tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi
terhadap makanan atau obat)
c. Riwayat psikologi dan spiritual
1. Riwayat psikologi meliputi : tempat tinggal, lingkungan
rumah, hubungan antara anggota keluarga, dan pengasuh anak.
2. Riwayat spiritual meli[puti : support system, kegiatan
keagamaan.
3. Riwayat hospittalisasi : pemahaman keluarga tentang sakit dan
rawat inap rumah sakit.
d. Pola fungsi kesehatan (11 pola fungsi Gordon) :
- Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
- Pola nutrisi metaboliik
- Pola eliminasi
- Pola aktivitas dan latihan
- Pola ttidur dan istirahat
- Pola kognitif/perseptual
- Pola persepsi diri atau konsep diri
- Pola seksual dan reproduksi
- Pola peran hubungan
- Pola managemen koping stress
- Pola keyakinan/nilai
e. Pemeriksaan fisik meliputi:
- Hari, tanggal, jam
- Keadaan umum : kesadaran, penampilan, dihubungkan dengan
usia, ekspresi wajah, kebersihan secara umum, ttv.
- Head to toe meliputi : kulit/intergumen (I.P), kepala dan rambut
(I.P), kuku ( I.P), mata/penglihatan (I.P), hidung atau penciuman
(I.P), telinga (I.P), mulut dan gigi (I.P), leher (I.P), dada/thorax
(IP.P.A), jantung (IP.P.A), abdomen (I.P.P.A), perineum dan
genetalia (I) ekstremitas atas dan bawah (I.P).
f. Pemeriksaan diagnostik
g. Penatalaksanaan medis
2. Diagnosa Keperawatan:
1. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan asupan
cairan ditandai dengan gagal jantung.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang faktor pemberat, mis obesitas.
3. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan hipoksia.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi-perfusi ditandai
dengan meningkatnya asam laktat.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
http://eprints.undip.ac.id/44887/3/Tegusti_M._Waly_22010110110046_BAB2KTI.p
df