DISUSUN OLEH :
b. Faktor predisposisi :
1) faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a) usia lebih dari 40 tahun
b) jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause
c) hereditas
d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2) Faktor resiko yang dapat diubah :
a) Mayor :
- hiperlipidemia
- hipertensi
- Merokok
- Diabetes
- Obesitas
- Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b) Minor:
- Inaktifitas fisik
- Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
- Stress psikologis berlebihan.
3. KLASIFIKASI
Menurut Sudoyo (2009), klasifikasi IMA yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark dapat
dibedakan:
1) Akut Miokard Infark Transmural mengenai seluruh lapisan otot
jantung (dinding ventrikel).
2) Akut Miokard Infark Non Transmural / Subendokardial Infark
infark otot jantung bagian dalam (mengenai sepertiga miokardium).
b. Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
1) Akut Miokard Infark Anterior.
2) Akut Miokard Infark Posterior.
3) Akut Miokard Infark Inferior.
4. PATOFISIOLOGI
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik
dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan
memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan
ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir
distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan
akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas
25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan
interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja
disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya.
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya
dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah
jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan
juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan
miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan
hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang
harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai
akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan
tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark.
Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan
mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin
tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami
perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik,
karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula
mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila
iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis
seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma
ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada
menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan
oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan
kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar
terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami
peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia
meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan
mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark. (Price
& Wilson, 2006)
5. PATHWAYS
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria
Intoleransi aktifitas
6. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
a. Nyeri :
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya
diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
3) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau
nitrogliserin (NTG).
5) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual muntah.
7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan
pengalaman nyeri).
b. Laborat
Pemeriksaan Enzim jantung :
1) CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak
dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
2) LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
3) AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24
jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
c. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris.
Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya
gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG
- Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
- Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler
dan konfigurasi atau fungsi katup.
b. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
c. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi,
hiperkalemi
d. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan
dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis
g. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
i. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler.
j. Pemeriksaan pencitraan nuklir
- Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi
atau luasnya IMA
- Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
k. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan
fraksi ejeksi (aliran darah)
l. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah
jantung angioplasty atau emergensi.
m. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
n. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
o. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan
dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
8. PENATALAKSANAAN
a. Rawat ICCU, puasa 8 jam
b. Tirah baring, posisi semi fowler.
c. Monitor EKG
d. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
e. Oksigen 2 – 4 lt/menit
f. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
g. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
h. Bowel care : laksadin
i. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
j. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
k. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
9. KOMPLIKASI
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus bradikardi,
supraventrikular, takiaritmia, aritmia ventricular, gangguan konduksi),
disfungsi otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi), infark ventrikel kanan,
defek mekanik, rupture miokard, aneurisma ventrikel kiri, perikarditis, dan
thrombus mural. (Nurarif, 2013)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1) Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
2) Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
3) Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun
b. PENGKAJIAN SEKUNDER.
1) Aktifitas
a) Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
b) Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2) Sirkulasi
a) Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
b) Tanda :
Tekanan darah
a. Dapat normal / naik / turun
b. Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3) Integritas ego
a) Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga
b) Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
4) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
a) Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
b) Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan
berat badan
6) Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
a) Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
b) Tanda : perubahan mental, kelemahan
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
a) Gejala :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral)
Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium,
siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat .
Intensitas : Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
9) Pernafasan:
a) Gejala :
- dispnea tanpa atau dengan kerja
- dispnea nocturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
b) Tanda :
- peningkatan frekuensi pernafasan
- nafas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10) Interkasi social
a) Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
b) Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung,
penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi
ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan
protein plasma.
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai O2 ke jaringan
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard
dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan
frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
f. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /
implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan
pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya
kompliksi yang dapat dicegah
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai
dengan :
nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
wajah meringis
gelisah
delirium
perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
- Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
- ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
- tidak gelisah
- nadi 60-100 x / menit,
- TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
1. Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
2. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
3. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi,
atau bimbingan imajinasi.
4. Pertahankan Oksigenasi dengan kanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
5. Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
Rasional:
1. Untuk mengetahui karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dan
mempermudah memberikan tindakan keperawatan
2. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
3. Mengajarkan Teknik relaksasi seperti nafas dalam, distraksi, visualisasi, atau bimbingan
imajinasi diharapkan Agar nyeri yang dirasakan dapat berkurang atau hilang
4. Agar suplai oksiger dalam darah terpenuhi
5. Perubahan Tanda tanda vital menunjukan toleransi tubuh terhadap nyeri
6. Pemberian Analgetik dapat mengurangi nyeri
Rasional :
1. Posisi tirah baring dapat mengurangi resiko penurunan curah jantung
2. Agar mengetahui keseimbangan input dan juga output cairan dalam tubuh
3. Perubahan Tanda tanda vital menunjukan toleransi tubuh
4. Perubahan hasil EKG menunjukan perubahan dari kerja jantung pada masa akut
5. Agar suplai oksiger dalam darah terpenuhi
6. Agar mempermudah melakukan tindakan keperawatan
Intervensi :
1. Monitor Frekuensi dan irama jantung
2. Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
3. Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
4. Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
5. Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA( Pa O 2,
Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen
Rasional:
1. Penurunan curah jantung menyebabkan terjadinya vasokontriksi sistemik yang di
buktikan dengen penurunan denyut nadi
2. Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan
oleh penurunan perfusi perifer (kulit)
3. Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal.
4. Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat
5. Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi
ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein
plasma.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan
selama di RS
Kriteria Hasil :
- tekanan darah dalam batas normal
- tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
- paru bersih
- berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi :
1. Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan
2. Observasi adanya oedema dependen
3. Timbang BB tiap hari
4. Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
5. Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.
Rasional :
1. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air
dan penurunan haluaran urine.
2. Agar mengetahui adanya penimbunan cairan di dalam jaringan
3. Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang tiba-
tiba)
4. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan
adanya dekompensasi jantung.
5. Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi. Diuretik mungkin
diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume cairan.
Rasional:
1. Untuk memperoleh informasi kondisi pasien dan mempermudah melakukan
tindakan keperawatan
2. Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
3. memperbaiki / mempertahankan jalan nafas
4. membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
diagfragma
5. Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung.
Rasional:
1. Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat
dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
2. Lingkungan yang tenang dan nyaman mampu mengurangi kegelisahan klien
3. Teknik relaksasi mampu mengurangi rangsangan stress serta kegelisahan
4. Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien
5. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
5. IMPLEMENTASI
Penatalaksanaan implemantasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah direncanakan.Selama kegiatan pelaksanaan bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan
klien. (Santosa. NI,1989;62)
6. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila
perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah
selanjutnya. (Santosa. NI,1989;62)
DAFTAR PUSTAKA
Tn. “S” Berusia 50tahun datang ke IGD RSUP NTB bersama keluarga nya pada tanggal 07 april 2020
dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri , nyeri terasa seperti di tusuk tusuk menjalar ke bahu hingga ke
lengan kiri, pasien mengatakan nyeri yang di rasakan ada pada skala 7 dari skala 0-10, disertai dengan
sesak, sesak di rasakan sejak 2 hari yang lalu saat beraktivitas. Pasien mengatakan nyeri dan sesaknya
akan berkurang dengan istirahat . keluarga pasien mengatakan dalam 2 hari terakhir sesak tidak
berkurang meski pasien sudah beristirahat . Keluarga pasien mengatakan nyeri dan sesak pasien timbul
dan bertambah saat pasien melakukan aktivitas, pasien pernah di rawat di RS 1 tahun yang lalu dengan
keluhan nyeri dada seperti yang di keluhkan sekarang, pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah
tinggi. Dan pasien terus menanyakan keadaannya sekarang.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : lemah Kesadaran : composmentis GCS: 15
TTV : TD: 130/90 mmHg Nadi: 100x/menit RR: 28x/menit Suhu: 37,5 o C
Wajah : tampak pucat, meringis menahan sakit
Kepala : bentuk kepala mesocephal, warna rambut hitam dan beruban, kulit kepala bersih dan
tidak ada lesi
Mata : kemampuan melihat baik pupil isokor reflek cahaya kanan kiri positif, konjungtivitas
simetris, tidak menggunakan alat bantu
Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada polip hidung, klien terpasang kanul O2 3 liter
Mulut dan tenggorokan : klien berbicara normal, gigi bersih dan tidak ada gangguan mengunyah
ataupun menelan, tidak ada pembesaran tonsil
Jantung
- Inspeksi : ictus cordis terlihat
- Palpasi : detak jantung tidak sama dengan nadi, nyeri tekan (-)
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II terdengar, ada bunyi tambahan III (Mur-mur)
Paru-Paru
- Inspeksi : simetris kanan kiri, penggunan otot bantu pernafasan
- Palpasi : nyeri tekan (-)
- Perkusi : kanan kiri sonor
- Auskultasi : wheezing
Abdoment: Palpasi : nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa, Perkusi : timpani, Auskultasi :
peristaltik usus 9xmenit
Ekstemitas: Atas : Terpasang Infus RL 16 tpm di tangan kiri, CRT <2 detik, Bawah :Akral hangat,
tidak ada Edema.
Kulit: Turgor kulit elastis, kulit berwarna sawo matang, bersih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. EKG
- Irama Sinus
- Infeksi Miocardiac Ateroseptal, usia belum ditentukan
- Tidak dapat menilai infark miokard inferior, usia belum ditentukan
- Kelainan gelombang, kemungkinan iskemia lateral
2. LABORATORIUM
PEMERIKSAAN
NO HASIL ANALISA
LAB
1 Hb 15,3
2 Ht 45,30
3 Trombosit 381
4 Leukosit 12,3
5 GDS 100
6 Ureum/Kreatinin 30,6/0,9
7 Asam Urat 3,4
8 Colesterol total 17,1
9 Trigliserid 321 Hight
10 Bilirubin direc/ total 12,98/16,2 Hight
11 SGOT 7 Hight
12 SGPT 50 Hight
13 Alkali Phospate 35 Hight
14 Total protein 364
15 Albumin/ globulin 5,9
16 Natrium 3,61/2,9
17 Kalium 139,0
18 Calcium 4,9
19 CKMB 1,2 Hight
5,2
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA TN “S”
PADA SISTEM KARDIOVASKULER
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFARK MIOKARD AKUT
DI RUANG IGD RSUP NUSA TENGGARA BARAT
TANGGAL 7 APRIL 2020
Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama Nyeri dada sebelah kiri
Riwayat kejadian Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri , nyeri terasa seperti di tusuk tusuk
menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri, pasien mengatakan nyeri yang di rasakan
ada pada skala 7 dari skala 0-10, disertai dengan sesak, sesak di rasakan sejak 2
hari yang lalu saat beraktivitas. Pasien mengatakan nyeri dan sesaknya akan
berkurang dengan istirahat . keluarga pasien mengatakan dalam 2 hari terakhir
sesak tidak berkurang meski pasien sudah beristirahat . Keluarga pasien
mengatakan nyeri dan sesak pasien bertambah saat pasien melakukan aktivitas
Riwayat penyakit Keluarga pasien mengatakan pasien pernah di rawat di RS 1 tahun yang lalu
dahulu dengan keluhan nyeri dada seperti yang di keluhkan sekarang
Riwayat Allergi Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan,
maupun obat obatan
Riwayat medikasi Keluarga pasien mengatakan pasien pernah di rawat di RS 1 tahun yang lalu
Keadaan umum : Lemah
PENGKAJIAN PIMER
General Assessment : Pediatric Assesment Triangle
Appearance Mental status : Compos mentis
Muscle tone : Kuat
Body position : semi fowler
Airway 1. Tidak ada secret
2. Tidak ada sumbatan
Masalah Keperawatan: -
Breathing Respiratory Rate : 28x/menit
Pergerakan dada : simetris Jelaskan : pergerakan dada kiri dan kanan simetris
Penggunaan otot bantu napas : ada jelaskan: penggunaan otot diafragma
Perkusi paru: kanan kiri sonor
Suara napas : vesikuler
Suara napas tambahan : wheezing
Batuk : Tidak ada
Irama pernapasan :Reguler
Masalah Keperawatan: Pola Nafas Tidak Efektif
Rencnana Tindakan :
1. Auskultasi bunyi pernafasan
2. Posisikan pasien untuk dapat melakukan ventilasi maksimal
3. Berikan oksigen
4. Berikan bantuan nafas dengan mouth to mask, resusitasi, BVM ventilation
SIRKULASI Nadi : ada 100x/mnt
Akral : Hangat
Warna Kulit :Normal
Temperatur :37,5°C
CRT :kembali dalam 2 Dtk
Turgor kulit : Baik
Edema : tidak ada
Irama jantung : ireguler
Perkusi jantung: pekak
Auskultasi jantung: Bunyi jantung I dan II terdengar, ada bunyi tambahan III
(Mur-mur)
Hasil EKG: terlampir
PENGKAJIAN SEKUNDER
General observation
1. Keadaan umum pasien lemah, pasien dalam posisi semi fowler, postur tubuh
2. Pasien tampak menjaga/aktifitas yang melindungi diri
3. Masalah yang tampak terlihat : gangguan rasa nyaman nyeri dan pola nafas tidak efektif
4. Tingkat stress : tidak terkaji
5. Perilaku pasien: pasien tampak gelisah
6. Pasien dapat melakukan ambulasi
7. Pasien dapat melakukan komunikasi verbal, berbicara dengan jelas
8. Bau khas : pasien tidak memiliki bau khas seperti urin, keton, etanol, zat kimia
9. Tanda luka baru ataupun lama akibat injury : tidak ada
Nyeri : ada
(PQRST):
P: Pasien melakukan aktivitas
Q: Nyeri terasa seperti di tusuk tusuk menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri
R: Dada sebelah kiri
S: 7 (skala 0-10)
T: Saat pasien melakukan aktivitas
Reflek Patologi :
Babinski:-/-
Oppenheim: -/-
Gordon: -/-
Schaeffer: -/-
Caddock: -/-
Rossolimo: -/-
Mendel bechterew: -/-
Hoffmantrommer: -/-
Klonus lutut: -/-
Klonus kaki: -/-
Gangguan Neurologi lain : tidak ada
Masalah Keperawatan: Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
INTEGUMEN
Luka Bakar : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. EKG
- Irama Sinus
- Infeksi Miocardiac Ateroseptal, usia belum ditentukan
- Tidak dapat menilai infark miokard inferior, usia belum ditentukan
- Kelainan gelombang, kemungkinan iskemia lateral
4. LABORATORIUM
PERAWATAN INTENSIF
JAM Tensi RR HR SUHU º CVP SPO2 Input Output Medikasi
C (cc) (cc) Obat
10.00 140/90 28 100 37,5 - 95 - - O2 nasal kanul
3 lpm
10.30 130/90 25 98 37,4 - 96 100 50 Inf RL 16 tpm
CPG 1gr
Nitrogliserin
sublingual.
10.10 Masalah Kep : Gangguan Rasa Tujuan : Setelah dilakukan 1. Mengobservasi karakteristik, lokasi, S:
Nyaman Nyeri tindakan keperawatan waktu, dan perjalanan rasa nyeri Pasien mengatakan masih
selama 1x 3 jam diharapkan dada tersebut. merasakan nyeri
DATA : (Subyektif & Obyektif) klien menunjukkan 2. Menganjurkan pada klien - P: saat beraktivitas
S: kenyamanan/ nyeri berkurang menghentikan aktifitas selama ada - Q:nyeri seperti
1. Pasien mengeluh nyeri dada serangan dan istirahat. ditusuk
sebelah kiri Kriteria Hasil : 3. Membantu klien melakukan tehnik - R:Dada sebelah kiri
2. P: Pasien melakukan aktivitas 1. Skala Nyeri dada relaksasi nafas dalam dan distraksi - T: hilang timbul
3. Q: Nyeri terasa seperti di tusuk berkurang menjadi 1-3 (0- 4. Mempertahankan oksigenasi
tusuk menjalar ke bahu hingga ke 10) dengan kanul O:
lengan kiri 2. Ekpresi wajah rileks/ 5. Memonitor tanda-tanda vital ( nadi 1. Keadaan umum pasien
4. R: Dada sebelah kiri tenang, tak tegang & tekanan darah ) tiap dua jam. sedang
5. T: Saat pasien melakukan 3. tidak gelisah 6. Berkolaborasi dengan tim 2. Kesadaran compos
aktivitas 4. nadi 60-100 x / menit, kesehatan dalam pemberian mentis
5. TD 120/ 80 mmHg analgetik. 3. Skala nyeri: 6 (0-10)
4. Pasien tampak gelisah
O: 5. TTV:
1. Pasien tampak pucat, dan - TD:130/90 mmHg
meringis menahan sakit - Nadi : 97x/menit
2. S: 7 (skala 0-10) - RR: 25x/menit
3. TTV: - Suhu: 37,4°C
a. TD: 130/90 mmHg - SPO2: 96%
b. Nadi: 100x/menit 6. Hasil EKG terlampir
c. RR: 28x/menit
d. Suhu: 37,5 ° C A: masalah belum teratasi
4. Hasil EKG:
- Irama Sinus P: Tindakan keperawatan
- Infeksi Miocardiac
dilanjutkan diruang
Ateroseptal, usia belum
ditentukan perawatan IRNA GILI
- Tidak dapat menilai infark
TRAWANGAN
miokard inferior, usia belum
ditentukan
- Kelainan gelombang,
I:
kemungkinan iskemia lateral
1. Menganjurkan pada
klien menghentikan
aktifitas selama ada
serangan dan istirahat.
2. Memonitor tanda-tanda
vital ( nadi & tekanan
darah ) tiap dua jam.
3. Mempertahankan
oksigenasi dengan
kanul
4. Membantu klien
melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam
dan distraksi
E:
- Skala Nyeri dada
berkurang
- Ekpresi wajah rileks/
tenang, tak tegang
- tidak gelisah
- TTV dalam batas
Normal
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I:
- Pertahankan posisi semi
fowler
- Observasi nadi dan RR
pasien
E:
- Pasien dapat beraktivitas
sesuai kemampuan