Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA TN “S”

PADA SISTEM KARDIOVASKULER


DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFARK MIOKARD AKUT
DI RUANG IGD RSUP NUSA TENGGARA BARAT
TANGGAL 7 APRIL 2020

DISUSUN OLEH :

SANG AYU MADE WAHYUDIANI


(P07120317068)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
INFARK MIOKARD AKUT
A. KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang
tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002)
Infark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu.
(Suyono, 1999)

2. ETIOLOGI (kasuari, 2002)


a. faktor penyebab :
1) Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a) Faktor pembuluh darah :
- Aterosklerosis.
- Spasme
- Arteritis
b) Faktor sirkulasi :
- Hipotensi
- Stenosos aurta
- insufisiensi
c) Faktor darah :
- Anemia
- Hipoksemia
- polisitemia
2) Curah jantung yang meningkat :
1) Aktifitas berlebihan
2) Emosi
3) Makan terlalu banyak
4) hypertiroidisme
3) Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
1) Kerusakan miocard
2) Hypertropimiocard
3) Hypertensi diastolic

b. Faktor predisposisi :
1) faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a) usia lebih dari 40 tahun
b) jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause
c) hereditas
d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2) Faktor resiko yang dapat diubah :
a) Mayor :
- hiperlipidemia
- hipertensi
- Merokok
- Diabetes
- Obesitas
- Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b) Minor:
- Inaktifitas fisik
- Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
- Stress psikologis berlebihan.

3. KLASIFIKASI
Menurut Sudoyo (2009), klasifikasi IMA yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark dapat
dibedakan:
1) Akut Miokard Infark Transmural  mengenai seluruh lapisan otot
jantung (dinding ventrikel).
2) Akut Miokard Infark Non Transmural / Subendokardial Infark
infark otot jantung bagian dalam (mengenai sepertiga miokardium).
b. Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
1) Akut Miokard Infark Anterior.
2) Akut Miokard Infark Posterior.
3) Akut Miokard Infark Inferior.

4. PATOFISIOLOGI
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik
dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan
memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan
ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir
distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan
akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas
25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan
interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja
disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya.
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya
dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah
jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan
juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan
miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan
hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang
harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai
akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan
tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark.
Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan
mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin
tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami
perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik,
karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula
mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila
iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis
seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma
ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada
menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan
oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan
kepekaaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar
terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami
peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia
meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan
mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark. (Price
& Wilson, 2006)
5. PATHWAYS
Aterosklerosis
Trombosis
Konstriksi arteri koronaria

Aliran darah ke jantung menurun

Oksigen dan nutrisi turun

Jaringan Miocard Iskemik

Nekrose lebih dari 30 menit

Supply dan kebutuhan oksigen ke jantung tidak seimbang

Supply Oksigen ke Miocard turun

Metabolisme an aerob Seluler hipoksia

Pola nafas tidakTimbunan


efekif asam laktat meningkat Integritas membran sel berubah
nyeri

Fatique Cemas Resiko


Kontraktilitas turunpenurunan curah jantung

Intoleransi aktifitas

COP turun Kegagalan pompa jantung

Gangguan perfusi jaringan


Gagaljantung

Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler

6. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
a. Nyeri :
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya
diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
3) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
4) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau
nitrogliserin (NTG).
5) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual muntah.
7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan
pengalaman nyeri).
b. Laborat
Pemeriksaan Enzim jantung :
1) CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak
dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
2) LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
3) AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24
jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari

c. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris.
Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya
gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG
- Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
- Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler
dan konfigurasi atau fungsi katup.
b. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
c. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi,
hiperkalemi
d. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan
dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis
g. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
i. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma
ventrikuler.
j. Pemeriksaan pencitraan nuklir
- Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi
atau luasnya IMA
- Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
k. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan
fraksi ejeksi (aliran darah)
l. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan
sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah
jantung angioplasty atau emergensi.
m. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
n. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel,
lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
o. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan
dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.

8. PENATALAKSANAAN
a. Rawat ICCU, puasa 8 jam
b. Tirah baring, posisi semi fowler.
c. Monitor EKG
d. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
e. Oksigen 2 – 4 lt/menit
f. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
g. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
h. Bowel care : laksadin
i. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
j. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
k. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

9. KOMPLIKASI
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus bradikardi,
supraventrikular, takiaritmia, aritmia ventricular, gangguan konduksi),
disfungsi otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi), infark ventrikel kanan,
defek mekanik, rupture miokard, aneurisma ventrikel kiri, perikarditis, dan
thrombus mural. (Nurarif, 2013)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1) Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
2) Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
3) Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun

b. PENGKAJIAN SEKUNDER.
1) Aktifitas
a) Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap
- Jadwal olah raga tidak teratur
b) Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2) Sirkulasi
a) Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
b) Tanda :
 Tekanan darah
a. Dapat normal / naik / turun
b. Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
 Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
 Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
 Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
 Friksi ; dicurigai Perikarditis
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
 Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin
ada dengan gagal jantung atau ventrikel
 Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir
3) Integritas ego
a) Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja ,
keluarga
b) Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
4) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
a) Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
b) Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan
berat badan
6) Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7) Neurosensori
a) Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
b) Tanda : perubahan mental, kelemahan
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
a) Gejala :
 Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan
aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan
nyeri dalam dan viseral)
 Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat
menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium,
siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
 Kualitas : “Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat
dilihat .
 Intensitas : Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah dialami.
 Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
9) Pernafasan:
a) Gejala :
- dispnea tanpa atau dengan kerja
- dispnea nocturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum
- riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
b) Tanda :
- peningkatan frekuensi pernafasan
- nafas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10) Interkasi social
a) Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
b) Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung,
penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi
ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan
protein plasma.
e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai O2 ke jaringan
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard
dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan
frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
f. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /
implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan
pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya
kompliksi yang dapat dicegah

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai
dengan :
 nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
 wajah meringis
 gelisah
 delirium
 perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
- Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
- ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
- tidak gelisah
- nadi 60-100 x / menit,
- TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :
1. Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
2. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
3. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi,
atau bimbingan imajinasi.
4. Pertahankan Oksigenasi dengan kanul contohnya ( 2-4 L/ menit )
5. Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.

Rasional:
1. Untuk mengetahui karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dan
mempermudah memberikan tindakan keperawatan
2. Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
3. Mengajarkan Teknik relaksasi seperti nafas dalam, distraksi, visualisasi, atau bimbingan
imajinasi diharapkan Agar nyeri yang dirasakan dapat berkurang atau hilang
4. Agar suplai oksiger dalam darah terpenuhi
5. Perubahan Tanda tanda vital menunjukan toleransi tubuh terhadap nyeri
6. Pemberian Analgetik dapat mengurangi nyeri

b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik,


penurunan karakteristik miokard
Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
- Tidak ada edema
- Tidak ada disritmia
- Haluaran urin normal
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut
2. Monitor haluaran urin
3. Kaji dan pantau TTV tiap jam
4. Kaji dan pantau EKG tiap hari
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
6. Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
7. Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
8. Berikan makanan sesuai diitnya

Rasional :
1. Posisi tirah baring dapat mengurangi resiko penurunan curah jantung
2. Agar mengetahui keseimbangan input dan juga output cairan dalam tubuh
3. Perubahan Tanda tanda vital menunjukan toleransi tubuh
4. Perubahan hasil EKG menunjukan perubahan dari kerja jantung pada masa akut
5. Agar suplai oksiger dalam darah terpenuhi
6. Agar mempermudah melakukan tindakan keperawatan

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung,


penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
 Daerah perifer dingin
 EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
 RR lebih dari 24 x/ menit
 Kapiler refill Lebih dari 3 detik
 Nyeri dada
 Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak selalu )
 HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O 2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45
mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
 Nadi lebih dari 100 x/ menit
 Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan
di RS.
Kriteria Hasil:
- Daerah perifer hangat
- tak sianosis
- gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
- RR 16-24 x/ menit
- tak terdapat clubbing finger
- kapiler refill 3-5 detik
- nadi 60-100x / menit
- TD 120/80 mmHg

Intervensi :
1. Monitor Frekuensi dan irama jantung
2. Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
3. Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
4. Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
5. Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA( Pa O 2,
Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen

Rasional:
1. Penurunan curah jantung menyebabkan terjadinya vasokontriksi sistemik yang di
buktikan dengen penurunan denyut nadi
2. Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan
oleh penurunan perfusi perifer (kulit)
3. Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal.
4. Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat
5. Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
d. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi
ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein
plasma.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan
selama di RS
Kriteria Hasil :
- tekanan darah dalam batas normal
- tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
- paru bersih
- berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi :
1. Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan
2. Observasi adanya oedema dependen
3. Timbang BB tiap hari
4. Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
5. Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.

Rasional :
1. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air
dan penurunan haluaran urine.
2. Agar mengetahui adanya penimbunan cairan di dalam jaringan
3. Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala lain (peningkatan BB yang tiba-
tiba)
4. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan
adanya dekompensasi jantung.
5. Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi. Diuretik mungkin
diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume cairan.

e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai O2 ke jaringan


ditandai dengan :
 Dispnea berat
 Gelisah
 Sianosis
 perubahan GDA
 hipoksemia
Tujuan :
Suplai O2 ke jaringan adekuat setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di RS.
Kriteria hasil :
- Tidak sesak nafas
- tidak gelisah
Intervensi :
1. Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
2. Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan adanya
bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
3. Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk,
penghisapan lendir dll.
4. Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
5. Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda
vital berubah.

Rasional:
1. Untuk memperoleh informasi kondisi pasien dan mempermudah melakukan
tindakan keperawatan
2. Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
3. memperbaiki / mempertahankan jalan nafas
4. membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
diagfragma
5. Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung.

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard


dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan
frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan
selama di RS
Kriteria Hasil :
- klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
- frekuensi jantung 60-100 x/ menit
- TD 120-80 mmHg
Intervensi :
1. Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah aktifitas
2. Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
3. Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.
4. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari kursi
bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah mkan.
Rasional:
1. Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
2. Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
3. Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi.
4. Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung.

g. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis


Tujuan :
cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
- Klien tampak rileks
- Klien dapat beristirahat
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3. Ajarkan tehnik relaksasi
4. Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
5. Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi

Rasional:
1. Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat
dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
2. Lingkungan yang tenang dan nyaman mampu mengurangi kegelisahan klien
3. Teknik relaksasi mampu mengurangi rangsangan stress serta kegelisahan
4. Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien
5. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /


implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan
pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya
kompliksi yang dapat dicegah
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi pendidikan
kesehatan selama di RS
Kriteria Hasil :
- Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan, tujuan
pengobatan & efek samping / reaksi merugikan
- Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
Intervensi :
1. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku, program audio/
visual, Tanya jawab dll.
2. Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam ) dan aktifitas
yang berlebihan,
3. Peringatan untuk menghindari aktifitas manuver valsava
4. Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja, rekreasi
aktifitas seksual.
Rasional:
1. Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran.
2. Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat daripada penjelasan
ringkas dengan penekanan pada hal-hal penting yang signifikan bagi kesehatan
klien.
3. Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan
kebutuhan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat memicu serangan
ulang.
4. Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah
aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi
kolateral dan memungkinkan kembalinya pola hidup normal.

5. IMPLEMENTASI
Penatalaksanaan implemantasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah direncanakan.Selama kegiatan pelaksanaan bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan
klien. (Santosa. NI,1989;62)

6. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila
perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah
selanjutnya. (Santosa. NI,1989;62)
DAFTAR PUSTAKA

Silvia Agueda.2015. Makalah Infark Miokard Akut Dan Contoh Kasus Di


Https://Www.Slideshare.Net/Selvyytjahbalet/Ami-43553826 (Diakses: 7 April 2020 19.00)

Bayu Dhikapratama.2015. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Di


Http://Bayudikapratama.Blogspot.Com/2015/05/Asuhan-Keperawatan-Gawat-Darurat-Pada.Html?
M=1 (Diakses: 7 April 2020 19.00)

Ghofural Sumpyuhi. 2014. Lp Askep AMI Igd Di Https://Id.Scribd.Com/Doc/240346452/Lp-Askep-


Ami-Igd (Diakses: 7 April 2020 19.00)
KASUS INFARK MIOKARD AKUT (IMA)

Tn. “S” Berusia 50tahun datang ke IGD RSUP NTB bersama keluarga nya pada tanggal 07 april 2020
dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri , nyeri terasa seperti di tusuk tusuk menjalar ke bahu hingga ke
lengan kiri, pasien mengatakan nyeri yang di rasakan ada pada skala 7 dari skala 0-10, disertai dengan
sesak, sesak di rasakan sejak 2 hari yang lalu saat beraktivitas. Pasien mengatakan nyeri dan sesaknya
akan berkurang dengan istirahat . keluarga pasien mengatakan dalam 2 hari terakhir sesak tidak
berkurang meski pasien sudah beristirahat . Keluarga pasien mengatakan nyeri dan sesak pasien timbul
dan bertambah saat pasien melakukan aktivitas, pasien pernah di rawat di RS 1 tahun yang lalu dengan
keluhan nyeri dada seperti yang di keluhkan sekarang, pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah
tinggi. Dan pasien terus menanyakan keadaannya sekarang.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : lemah Kesadaran : composmentis GCS: 15
TTV : TD: 130/90 mmHg Nadi: 100x/menit RR: 28x/menit Suhu: 37,5 o C
Wajah : tampak pucat, meringis menahan sakit
Kepala             : bentuk kepala mesocephal, warna rambut hitam dan beruban, kulit kepala bersih dan
tidak ada lesi
Mata                : kemampuan melihat baik pupil isokor reflek cahaya kanan kiri positif, konjungtivitas
simetris, tidak menggunakan alat bantu
Hidung            : bersih, tidak ada secret, tidak ada polip hidung, klien terpasang kanul O2 3 liter
Mulut dan tenggorokan : klien berbicara normal, gigi bersih dan tidak ada gangguan mengunyah
ataupun menelan, tidak ada pembesaran tonsil
Jantung           
-          Inspeksi     : ictus cordis terlihat
-          Palpasi       : detak jantung tidak sama dengan nadi, nyeri tekan (-)
-          Perkusi      : pekak
-          Auskultasi : Bunyi jantung I dan II terdengar, ada bunyi  tambahan III (Mur-mur)
Paru-Paru
-          Inspeksi    : simetris kanan kiri, penggunan otot bantu pernafasan
-          Palpasi      : nyeri tekan (-)
-          Perkusi      : kanan kiri sonor
-          Auskultasi : wheezing
Abdoment: Palpasi       : nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa, Perkusi       : timpani, Auskultasi  :
peristaltik usus 9xmenit
Ekstemitas: Atas     : Terpasang Infus RL 16 tpm di tangan kiri, CRT <2 detik, Bawah  :Akral hangat,
tidak ada Edema.
Kulit: Turgor kulit elastis, kulit berwarna sawo matang, bersih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. EKG
- Irama Sinus
- Infeksi Miocardiac Ateroseptal, usia belum ditentukan
- Tidak dapat menilai infark miokard inferior, usia belum ditentukan
- Kelainan gelombang, kemungkinan iskemia lateral
2. LABORATORIUM
PEMERIKSAAN
NO HASIL ANALISA
LAB
1 Hb 15,3
2 Ht 45,30
3 Trombosit 381
4 Leukosit 12,3
5 GDS 100
6 Ureum/Kreatinin 30,6/0,9
7 Asam Urat 3,4
8 Colesterol total 17,1
9 Trigliserid 321 Hight
10 Bilirubin direc/ total 12,98/16,2 Hight
11 SGOT 7 Hight
12 SGPT 50 Hight
13 Alkali Phospate 35 Hight
14 Total protein 364
15 Albumin/ globulin 5,9
16 Natrium 3,61/2,9
17 Kalium 139,0
18 Calcium 4,9
19 CKMB 1,2 Hight
5,2
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA TN “S”
PADA SISTEM KARDIOVASKULER
DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFARK MIOKARD AKUT
DI RUANG IGD RSUP NUSA TENGGARA BARAT
TANGGAL 7 APRIL 2020

Nama Pasien :Tn. “S”


Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No Rekam Medik :123456
Diagnosa Medis :Infark Miokard Akut
Tgl Pengkajian :Selasa, 07 april 2020
Jam :10.00
Tgl MRS :Selasa, 07 april 2020

Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama Nyeri dada sebelah kiri
Riwayat kejadian Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri , nyeri terasa seperti di tusuk tusuk
menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri, pasien mengatakan nyeri yang di rasakan
ada pada skala 7 dari skala 0-10, disertai dengan sesak, sesak di rasakan sejak 2
hari yang lalu saat beraktivitas. Pasien mengatakan nyeri dan sesaknya akan
berkurang dengan istirahat . keluarga pasien mengatakan dalam 2 hari terakhir
sesak tidak berkurang meski pasien sudah beristirahat . Keluarga pasien
mengatakan nyeri dan sesak pasien bertambah saat pasien melakukan aktivitas
Riwayat penyakit Keluarga pasien mengatakan pasien pernah di rawat di RS 1 tahun yang lalu
dahulu dengan keluhan nyeri dada seperti yang di keluhkan sekarang
Riwayat Allergi Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan,
maupun obat obatan
Riwayat medikasi Keluarga pasien mengatakan pasien pernah di rawat di RS 1 tahun yang lalu
Keadaan umum : Lemah

PENGKAJIAN PIMER
General Assessment : Pediatric Assesment Triangle
Appearance Mental status : Compos mentis
Muscle tone : Kuat
Body position : semi fowler
Airway 1. Tidak ada secret
2. Tidak ada sumbatan
Masalah Keperawatan: -
Breathing Respiratory Rate : 28x/menit
Pergerakan dada : simetris Jelaskan : pergerakan dada kiri dan kanan simetris
Penggunaan otot bantu napas : ada jelaskan: penggunaan otot diafragma
Perkusi paru: kanan kiri sonor
Suara napas : vesikuler
Suara napas tambahan : wheezing
Batuk : Tidak ada
Irama pernapasan :Reguler
Masalah Keperawatan: Pola Nafas Tidak Efektif
Rencnana Tindakan :
1. Auskultasi bunyi pernafasan
2. Posisikan pasien untuk dapat melakukan ventilasi maksimal
3. Berikan oksigen
4. Berikan bantuan nafas dengan mouth to mask, resusitasi, BVM ventilation
SIRKULASI Nadi : ada 100x/mnt
Akral : Hangat
Warna Kulit :Normal
Temperatur :37,5°C
CRT :kembali dalam 2 Dtk
Turgor kulit : Baik
Edema : tidak ada
Irama jantung : ireguler
Perkusi jantung: pekak
Auskultasi jantung: Bunyi jantung I dan II terdengar, ada bunyi  tambahan III
(Mur-mur)
Hasil EKG: terlampir

Perdarahan : tidak ada


Masalah Keperawatan : Tidak ada

PENGKAJIAN SEKUNDER

General observation
1. Keadaan umum pasien lemah, pasien dalam posisi semi fowler, postur tubuh
2. Pasien tampak menjaga/aktifitas yang melindungi diri
3. Masalah yang tampak terlihat : gangguan rasa nyaman nyeri dan pola nafas tidak efektif
4. Tingkat stress : tidak terkaji
5. Perilaku pasien: pasien tampak gelisah
6. Pasien dapat melakukan ambulasi
7. Pasien dapat melakukan komunikasi verbal, berbicara dengan jelas
8. Bau khas : pasien tidak memiliki bau khas seperti urin, keton, etanol, zat kimia
9. Tanda luka baru ataupun lama akibat injury : tidak ada

PENGKAJIAN PER SISTEM/HEAD to TOE


NEUROLOGI Pupil : isokor Reflek cahaya : +/+
Ukuran Pupil : Normal
Jelaskan : kemampuan melihat baik, pupil isokor, reflek cahaya kanan kiri positif,
konjungtiva anemis, tidak menggunakan alat bantu

Nyeri : ada
(PQRST):
P: Pasien melakukan aktivitas
Q: Nyeri terasa seperti di tusuk tusuk menjalar ke bahu hingga ke lengan kiri
R: Dada sebelah kiri
S: 7 (skala 0-10)
T: Saat pasien melakukan aktivitas

Reflek Patologi :
Babinski:-/-
Oppenheim: -/-
Gordon: -/-
Schaeffer: -/-
Caddock: -/-
Rossolimo: -/-
Mendel bechterew: -/-
Hoffmantrommer: -/-
Klonus lutut: -/-
Klonus kaki: -/-
Gangguan Neurologi lain : tidak ada
Masalah Keperawatan: Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

INTEGUMEN
Luka Bakar : tidak ada

Abdomen Frekuensi Peristaltik usus : normal


Mual : tidak ada Emesis : tidak ada
Gangguan Eliminasi :tidak ada
Masalah Kep : -
.
Perkemihan Terpasang kateter :tidak
Produksi urin : normal
Jelaskan :pasien tidak terpasang kateter, dan produksi urin pasien normal± 500ml,
warna urine kuning pucat, tidak terdapat nanah dan darah dalam urine

Masalah Perkemihan : Tidak ada


Jelaskan : pasien tidak memiliki masalah BAK
Masalah Kep : tidak ada

Tindak lanjut MRS

PEMERIKSAAN PENUNJANG
3. EKG
- Irama Sinus
- Infeksi Miocardiac Ateroseptal, usia belum ditentukan
- Tidak dapat menilai infark miokard inferior, usia belum ditentukan
- Kelainan gelombang, kemungkinan iskemia lateral

4. LABORATORIUM

NO PEMERIKSAAN LAB HASIL ANALISA


1 Hb 15,3
2 Ht 45,30
3 Trombosit 381
4 Leukosit 12,3
5 GDS 100
6 Ureum/Kreatinin 30,6/0,9
7 Asam Urat 3,4
8 Colesterol total 17,1
9 Trigliserid 321 Hight
10 Bilirubin direc/ total 12,98/16,27 Hight
11 SGOT 50 Hight
12 SGPT 35 Hight
13 Alkali Phospate 364 Hight
14 Total protein 5,9
15 Albumin/ globulin 3,61/2,9
16 Natrium 139,0
17 Kalium 4,9
18 Calcium 1,2
19 CKMB 5,2 Hight
Pemberian Terapi
Jam Tindakan/ medikasi Keterangan
10.10 Inf RL 16 tpm
10.30 CPG 1x1gr
10.30 Nitrogliserin sublingual. 1x1

PERAWATAN INTENSIF
JAM Tensi RR HR SUHU º CVP SPO2 Input Output Medikasi
C (cc) (cc) Obat
10.00 140/90 28 100 37,5 - 95 - - O2 nasal kanul
3 lpm
10.30 130/90 25 98 37,4 - 96 100 50 Inf RL 16 tpm
CPG 1gr
Nitrogliserin
sublingual.

11.00 120/80 24 96 37,0 - 98 150 100 -


TINDAKAN KEPERAWATAN
Waktu Analisa Data Kriteria Hasil Tindakan Evaluasi
10.10 Masalah Kep : Tujuan : Setelah dilakukan 1. Mencatat frekuensi & kedalaman S:
Pola Nafas Tidak Efektif tindakan keperawatan pernafasan, penggunaan otot Bantu Pasien mengatakan sesak
selama  1x3 jam diharapkan pernafasan yang dirasakan sedikit
DATA : (Subyektif & Obyektif) klien menunjukkan pola nafas 2. Mengauskultasi paru untuk berkurang
S: yang efektif mengetahui penurunan / tidak
1. Pasien mengatakan sesak di adanya bunyi nafas dan adanya O:
rasakan sejak 2 hari yang lalu Kriteria Hasil : bunyi tambahan misal krakles, ronki 1. Pasien tampak gelisah
2. keluarga pasien mengatakan 1. Tidak sesak nafas dll. 2. Terpasang O2 nasal
dalam 2 hari terakhir sesak tidak 2. tidak gelisah 3. Memberikan terapi O2 kanul 3 lpm
berkurang meski pasien sudah 3. RR:16-20x/menit 4. Mengatur posisi pasien dengan 3. TTV:
beristirahat posisi semi fowler - TD:130/90 mmHg
3. keluarga pasien mengatakan - Nadi : 97x/menit
sesak pasien timbul dan - RR: 25x/menit
bertambah saat pasien melakukan - Suhu: 37,4°C
aktivitas - SPO2: 96%
O: A: Masalah belum teratasi
1. pemeriksaan fisik dada tampak P: Intervensi dilanjutkan
penggunaan otot bantu I:
pernafasan 1. Pertahaankan posisi
2. terdengar suara nafas tambahan semi fowler
yaitu wheezing 2. Observasi RR dan
3. RR: 28x/menit SPO2
4. SPO2 95%
E:
- Pasien tidak sesak
nafas
- Pasien tampak
tenang
- RR: 16-20x/menit

10.10 Masalah Kep : Gangguan Rasa Tujuan : Setelah dilakukan 1. Mengobservasi karakteristik, lokasi, S:
Nyaman Nyeri tindakan keperawatan waktu, dan perjalanan rasa nyeri Pasien mengatakan masih
selama 1x 3 jam diharapkan dada tersebut. merasakan nyeri
DATA : (Subyektif & Obyektif) klien menunjukkan 2. Menganjurkan pada klien - P: saat beraktivitas
S: kenyamanan/ nyeri berkurang menghentikan aktifitas selama ada - Q:nyeri seperti
1. Pasien mengeluh nyeri dada serangan dan istirahat. ditusuk
sebelah kiri Kriteria Hasil : 3. Membantu klien melakukan tehnik - R:Dada sebelah kiri
2. P: Pasien melakukan aktivitas 1. Skala Nyeri dada relaksasi nafas dalam dan distraksi - T: hilang timbul
3. Q: Nyeri terasa seperti di tusuk berkurang menjadi 1-3 (0- 4. Mempertahankan oksigenasi
tusuk menjalar ke bahu hingga ke 10) dengan kanul O:
lengan kiri 2. Ekpresi wajah rileks/ 5. Memonitor tanda-tanda vital ( nadi 1. Keadaan umum pasien
4. R: Dada sebelah kiri tenang, tak tegang & tekanan darah ) tiap dua jam. sedang
5. T: Saat pasien melakukan 3. tidak gelisah 6. Berkolaborasi dengan tim 2. Kesadaran compos
aktivitas 4. nadi 60-100 x / menit, kesehatan dalam pemberian mentis
5. TD 120/ 80 mmHg analgetik. 3. Skala nyeri: 6 (0-10)
4. Pasien tampak gelisah
O: 5. TTV:
1. Pasien tampak pucat, dan - TD:130/90 mmHg
meringis menahan sakit - Nadi : 97x/menit
2. S: 7 (skala 0-10) - RR: 25x/menit
3. TTV: - Suhu: 37,4°C
a. TD: 130/90 mmHg - SPO2: 96%
b. Nadi: 100x/menit 6. Hasil EKG terlampir
c. RR: 28x/menit
d. Suhu: 37,5 ° C A: masalah belum teratasi
4. Hasil EKG:
- Irama Sinus P: Tindakan keperawatan
- Infeksi Miocardiac
dilanjutkan diruang
Ateroseptal, usia belum
ditentukan perawatan IRNA GILI
- Tidak dapat menilai infark
TRAWANGAN
miokard inferior, usia belum
ditentukan
- Kelainan gelombang,
I:
kemungkinan iskemia lateral
1. Menganjurkan pada
klien menghentikan
aktifitas selama ada
serangan dan istirahat.
2. Memonitor tanda-tanda
vital ( nadi & tekanan
darah ) tiap dua jam.
3. Mempertahankan
oksigenasi dengan
kanul

4. Membantu klien
melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam
dan distraksi

E:
- Skala Nyeri dada
berkurang
- Ekpresi wajah rileks/
tenang, tak tegang
- tidak gelisah
- TTV dalam batas
Normal

Masalah Kep : Tujuan : Setelah diberikan S:


1. Mencatat frekuensi jantung,
- Pasien mengatakan
Intoleransi aktivitas asuhan keperawatan 1x3
irama, dan perubahan TD
masih merasa nyeri dan
jam di harapkan Terjadi
selama dan sesudah aktifitas
sesak bila beraktivitas
DATA : (Subyektif & Obyektif) peningkatan toleransi
2. Meningkatkan istirahat ( di
S: pada klien
tempat tidur ) - Pasien mengatakan
Pasien mengeluh nyeri disertai
aktivitasnya lebih
dengan sesak, sesak di rasakan sejak Kriteria Hasil : mudah setelah
3. Membatasi aktifitas pada
2 hari yang lalu saat  klien berpartisipasi dalam pemberian terapi
dasar nyeri dan berikan
beraktivitas.keluarga pasien aktifitas sesuai
aktifitas sensori yang tidak
mengatakan dalam 2 hari terakhir kemampuan klien O:
berat
sesak tidak berkurang meski pasien  frekuensi jantung 60-100 TTV
4. Mengobservasi efektivitas
sudah beristirahat x/ menit - TD : 130/90 mmHg,
terapi/efek pengobatan pada
 TD 120-80 mmHg - Nadi 97x/menit,
klien
O: - S:37,4 C,
1. Pasien tampak sesak - Rr 25x/menit
2. Irama jantung ireguler - Terpasang infus RL
3. Nadi : 100x/menit - Frekuensi dan irama
4. Tekanan darah : 130/90mmHg jantung berubah lebih
5. O2 nasal kanul 3 lpm cepat dan tidak teratur
setelah aktivitas
- O2 nasal terpasang 3 lpm

A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi

I:
- Pertahankan posisi semi
fowler
- Observasi nadi dan RR
pasien
E:
- Pasien dapat beraktivitas
sesuai kemampuan

- pasien tampak nyaman


dan RR dalam batas
normal 18-24x/menit

Anda mungkin juga menyukai