DISUSUN OLEH :
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Materikulasi Keperawatan
Anak pada Dosen Keperawatan Moh.Arip, S.Kp.,M.Kes
DISUSUN OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak
dalam bentuk makalah Peran Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Bermain Pada Anak Di Masa Pandemi Coivd – 19 .
Makalah ini telah kami susun untuk menjadi refrensi dan manfaat untuk
orang tua atau masyarakat yang memiliki peran utama dalam mengetahui
segala bentuk aktifitas bermain anaknya di masa pandemic covid 19 ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
bapak ibu dosen agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan berharap semoga makalah
tentang Peran Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Bermain Pada Anak
Di Masa Pandemi Coivd – 19 ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca.
Penyusun
PENDAHULUAN
Anak adalah individu berusia 0-18 tahun. Pada usia ini, anak memiliki
beberapa karakteristik unik. Salah satu karakteristik unik tersebut adalah anak
memiliki kebutuhan bermain. Bagi anak, bermain adalah salah satu bagian penting
dalam kehidupan. Bermain sangat penting karena terkait dengan perkembangan
mental, emosional dan kesejahteraan anak itu sendiri (Putra, 2014). Bagi anak-anak,
bermain adalah pekerjaan mereka. Hal ini mengandung makna bahwa bermain adalah
kegiatan yang harus mereka lakukan/ kerjakan di mana saja, kapan saja, dengan siapa
saja dan dalam situasi apapun juga (Suryani dan Badi’ah, 2016; Soetjiningsih, 2012).
Kebutuhan bermain anak ini haruslah dipenuhi dan difasilitasi oleh orang tua.
Sebagai orang tua yang baik maka harus kreatif menyiapkan sarana prasarana
termasuk media bermain yang tepat bagi anak sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya. Orangtua berkewajiban untuk membantu mengoptimalkan tumbuh
kembang anak sehingga dapat mencapai tugas perkembangan dengan baik. Hal ini
dapat dicapai melalui kegiatan bermain yang tepat (Suryani dan Badi’ah, 2016).
Orang tua yaitu terdiri dari ayah dan ibu memiliki peran besar dan krusial dalam
proses membimbing dan mendampingi anak baik dalam pendidikan formal maupun
non-formal. Peran orang tua itu sendiri dapat mempengaruhi perkembangan anak
dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Lestari (2012:153) peran
orang tua merupakan cara yang digunakan oleh orang tua berkaitan dengan
pandangan mengenai tugas yang harus dijalankan dalam mengasuh anak. Orang tua
memberikan pendidikan mulai dari kecil kepada anak. Berikut peranan orang tua
terhadap anak (Amin, 2017).
Peran orang tua yang ini tidak berbeda dengan peran orang tua terhadap anak
sebagai pendidik. Dalam perannya kali ini, tugas orang tua ialah mengarahkan
anak-anaknya pada hal-hal baik yang dapat berguna bagi kehidupannya.
Peran ini sangat dituntut berlebih ketika anak sudah menginjak masa remaja.
Mereka, anak-anak remaja, dikenal memiliki kelabilan emosi. Pada masa ini
mereka menjalani tahap memilih serta mencari hal yang dianggap benar.
Tidak jarang mereka menyerap, mengambil semua yang ditemuinya di jalan
dan tugas orang tuanyalah yang membantu mengarahkan. Orang tua sebagai
tenaga pengarah yaitu orang tua yang selalu mengarahkan anaknya ke hal-hal
yang positif. Karena pengarahan dari orang tua itu sangat penting bagi anak-
anaknya.
Peran orang tua terhadap anak yang saat ini boleh dikatakan sebagai
peran lanjutan dari peran pendidik dan tenaga pengarah. Memberi nasihat
adalah sesuatu yang sangat identik dengan orang tua. Namun, dalam
menjalankan perannya ini, tidak sedikit orang tua yang menemui hambatan
sehingga cukup kesulitan. Pada dasarnya, tidak ada manusia yang suka
dinasehati, mereka akan merasa apabila mendapat nasehat membuat dirinya
terlihat bodoh, terlihat tidak berguna dan salah. Oleh karena itu, sebagai
orang tua juga dituntut pintar ketika akan memberinya nasihat, pastikan
caranya berbeda dan tidak berkesan menggurui. Anak-anak sudah cukup
pusing dengan tuntutan dari gurunya di sekolah. Mereka juga cukup pusing
dengan nasihat guru-guru disekolah. Untuk itu, bisa mencoba cara lain untuk
menasehati mereka, caranya bisa bermacam-macam tergantung kebutuhan
anak-anak, yang jelas berbicara dari hati kehati adalah cara yang paling baik.
Orang tua selalu menasehati anaknya karena apapun yang dilakukan oleh
anak itu juga akan menyangkut paut kan kepada orang tuanya.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai peran orang tua kita pahami bahwa peran
orang tua sanagatlah penting untuk mengajarkan anak berperilaku baik dalam
kehidupannya dan melindungi anak kepada hal-hal yang tidak baik. Peran orang tua
merupakan cara yang digunakan oleh orang tua atau keluarga dalam menjalankan
tugas dalam mengasuh mendidik, melindungi, mengarahkan dan mempersiapkan
anak dalam keidupan bermasyarakat yang lebih baik. Peran orang tua sangat penting
dalam perkembangan anak baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Sesuai hasil pada penelitian yang dilakukan oleh Made Rismawan tentang
Studi Deskriptif Karakteristik Bermain Anak Di Masa Pandemi Covid-19 ini maka
pada pertanyaan tentang siapa individu yang menentukan jenis bermain, respon
terbesar adalah anak sendiri (85%). Sementara masih ada 15% yang menentukan jenis
bermain adalah orang tua atau saudara anak. Sebagian besar responden telah
melakukan karakteristik yang benar karena 85% menyatakan bahwa anak sendiri
yang menentukan jenis permainan. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan, tidak
diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Hal ini berarti, bermain
bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan orang lain, tetapi semata-
mata karena keinginan dari diri sendiri. Oleh karena itu, bermain dilakukan dengan
cara-cara yang menyenangkan bagi pemainnya. Di dalam bermain, anak tidak
berpikir tentang hasil karena proses lebih penting daripada tujuan akhir (Smith dan
Pellegrini, 2008; Kennedy-Behra, Rodger, & Mickan, 2015; Cahyani, 2016).
Sesuai hasil pada penelitian ini maka pada pertanyaan tentang apakah anak
terlihat senang saat bermain, semua responden menjawab anak terlihat senang saat
bermain (100%). Semua responden telah melakukan karakteristik yang benar karena
100% menyatakan bahwa anak terlihat senang saat bermain. Bermain hendaknya
bersifat positif dan membawa efek positif karena membuat pemainnya tersenyum dan
tertawa karena menikmati apa yang mereka lakukan. Bermain juga dapat diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan
dari pihak luar. Selain itu, bermain haruslah menyenangkan dan menggembirakan
bagi anak (Kouvou, 2016). Hal ini ditandai dengan anak menikmati kegiatan bermain
tersebut, mereka tampak riang, dan senang selama bermain (Musfiroh, 2008; Suswati,
2010; Sokoati & Astarani, 2012; Novaliendry, Zakir, Hendriyani, Sriwahyuni, &
Darni, 2020).
Sesuai hasil pada penelitian ini maka pada pertanyaan tentang adakah target
yang harus diselesaikan anak saat bermain, respon terbesar dari orang tua adalah ya
anak memiliki target yang harus diselesaikan saat bermain (53%). Sementara 47%
orang tua menyatakan bahwa anak tidak memiliki target yang harus diselesaikan saat
bermain. Pada penelitian ini, 47% orang tua telah melakukan karakteristik yang benar
karena tidak memberikan target yang harus diselesaikan kepada anak mereka saat
bermain. Bagi anak-anak bermain adalah kegiatan yang tidak memiliki target.
Mereka dapat saja meninggalkan kegiatan bermain kapan pun. Bermain tidak sama
dengan bekerja. Saat bekerja sebaiknya memiliki target, harus diselesaikan, dan
tidak dapat berbuat sekehendak hati. Bermain adalah kebutuhan bagi anak-anak
sehingga harus dibedakan dengan bekerja (Musfiroh, 2008; Aulina, 2014).
Sesuai hasil pada penelitian ini maka pada pertanyaan tentang apakah anak
dapat berhenti kapan saja saat bermain, respon terbesar adalah menjawab ya (93%).
Sementara masih ada 7% yang menjawab anak tidak dapat berhenti kapan saja saat
bermain. Sebagian besar responden telah melakukan karakteristik yang benar karena
93% menyatakan bahwa anak dapat berhenti kapan saja saat bermain. Karena bersifat
fleksibel maka anak dapat saja meninggalkan kegiatan bermain kapan pun mereka
mau. Anak juga dapat beralih ke permainan yang lain yang mereka ingin mainkan
(Musfiroh, 2008; Suswati, 2010). Seiring dengan penambahan usia dan
perkembangan anak maka orang tua bisa menanamkan keterampilan-keterampilan
sosial kepada anak-anak (Murtiningsih, 2015). Keterampilan sosial tersebut antara
lain adalah bertanggungjawab. Bertanggungjawab bisa ditanamkan dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah dengan mengajak anak untuk merapikan kembali mainan
yang digunakan saat sudah selesai bermain.
Sesuai hasil pada penelitian ini maka pada pertanyaan tentang apakah fisik
anak bergerak aktif saat bermain, respon terbesar adalah menjawab ya (94%).
Sementara masih ada 6% yang menjawab fisik anak tidak bergerak aktif saat bermain.
Sebagian besar responden telah melakukan karakteristik yang benar karena 94%
menyatakan bahwa fisik anak bergerak aktif saat bermain. Bermain juga bersifat aktif
karena anak benar-benar terlibat dan tidak berpura-pura aktif (Collins & Giblin,
2015). Anak akan melompat atau menggerakkan tubuh, tangan, ataupun kakinya.
Semua anak bergerak sesuai dengan perannya masing-masing (Musfiroh, 2008;
MacNamara, Collins & Giblin, 2015; Ke & Moon, 2018). Dengan bergerak aktif
maka anak-anak akan mampu menyalurkan energy meraka dalam bermain. Tentu
ketika energy ini bisa tersalurkan maka anak akan merasa segar dan sehat.
Sebaliknya, jika fisik anak tidak bergerak secara aktif saat bermain maka energy
mereka tidak akan tersalurkan. Hal ini akan berdampak anak akan mengalami
kelesuan.
Sesuai hasil pada penelitian ini maka pada pertanyaan tentang apakah bermain
membantu pertumbuhan anak, respon terbesar adalah menjawab ya (95%). Sementara
masih ada 5% yang menjawab bermain tidak membantu pertumbuhan anak. Sebagian
besar responden telah melakukan karakteristik yang benar karena 95% menyatakan
bahwa bermain bisa membantu pertumbuhan anak. Sementara itu, pada pertanyaan
tentang apakah bermain membantu perkembangan anak, respon terbesar adalah
menjawab ya (97%). Sementara masih ada 3% yang menjawab bermain tidak
membantu perkembangan anak. Sebagian besar responden telah melakukan
karakteristik yang benar karena 97% menyatakan bahwa bermain bisa membantu
perkembangan anak. Dengan terpenuhinya berbagai karakteristik bermain pada anak
ini tentunya akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan
anak ditandai dengan peningkatan berat dan tinggi badan sesuai usia anak. Sementara
itu perkembangan anak ditandai dengan meningkatnya kemampuan motoric halus dan
kasar, kemampuan komunikasi dan kemampuan interaksi social anak sesuai dengan
usia perkembangannya. Melalui pemenuhan karakteristik bermain anak yang
dilakukan oleh orang tua maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan terpenuhi
dengan normal. Seiring dengan bertambahnya usia anak maka variasi jenis bermain
bisa dilakukan oleh orang tua. Variasi jenis bermain inilah yang nantinya menjadi
salah satu factor yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak (Tobroni
dan Mumtaz, 2011; Sokoati & Astarani, 2012; Kouvou, 2016; Ke & Moon, 2018;
Novaliendry dkk, 2020).
KESIMPULAN
Aulina, C., N. (2014). Pengaruh bermain peran terhadap peningkatan kemampuan sosial
anak usia dini. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Volume 1, Nomor 1, April 2014, hal. 14-
27.
Behnamnia, N., Kamsin, A., Ismail, M.A.B. & Hayati, A. (2018). Game based social skills
apps to enhance collaboration among young children: A Case Study. iCETiC 2018,
LNICST 200, pp. 285–291, 2018. https://doi.org/10.1007/978-3-319-95450-9_24.
Cahyani, R. (2016). Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang konsep bermain terhadap
tumbuh kembang pada anak Toddler di Kelurahan Padasuka Kecamatan Cibeunying
Kidul Kota Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Ardiansyah & Arda. (2020). Peran Orang Tua dalam Proses Belajar Anak di Masa
Pandemi Covid-19 dalam Menumbuhkan Sikap Ilmiah (Studi Kasus Pada Siswa Usia
10-12 Tahun pada Mata Pelajaran IPA). Musawa: Journal for Gender Studies, Vol
12 (1)
Zahara sofia. (2021). Peran Orang Tua Dalam Mendampingi Anak Menggunakan Media
Sosial Di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, Vol 3
(1)
Rismawan Made. (2021). Studi Deskriptif Karakteristik Bermain Anak Di Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal Keperawatan, Vol 13 (2)
BKKBN. (2020) Mendampingi Anak Selama Covid-19: Bkkbn. Retrieved Juni 11, 2020,
melalui http://sumbar.bkkbn.go.id/mendampingi-anak-selama-covid-19/