Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS 3

ASUHAN KEPERAWATAN BATU GINJAL

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 KELAS B

1. BELINA SINTA DEWI (P07120317040)

2. DITA AULIA RAHMAH (P07120317044)

3. DEA NOVIA IFADA (P07120317043)

4. SANG AYU MADE WAHYUDIANI (P07120317068)

5. YOSTIKA SATRIA MULIADI ` (P07120317074)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Keperawatan Kritis III yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Batu Ginjal” .

Makalah Keperawatan Kritis III ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari semua anggota kelompok sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua anggota kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Kritis III tentang
asuhan keperawatan batu ginjal ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Mataram, 03 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI..................................................................................3
1. Pengertian ......................................................................................3
2. Etiologi...........................................................................................3
3. Klasifikasi.......................................................................................5
4. Manifestasi Klinis...........................................................................7
5. Patofisiologi....................................................................................8
6. Komplikasi .....................................................................................9
7. Pathway...........................................................................................10
8. Pencegahan.....................................................................................11
9. Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
10. Penatalaksanaan..............................................................................13
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..............................................15
1. Pengkajian.......................................................................................15
2. Diagnosa.........................................................................................16
3. Intervensi........................................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................21
B. Saran.....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Batu ginjal merupakan salah satu gangguan eliminasi urine. Batu


ginjal ini telah menjadi masalah perkemihan yang cukup serius di Indonesia.
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang
dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636
kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang, sedangkan
jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah
kematian adalah sebesar 378 orang. Data-data tersebut membuktikan bahwa
batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang harus mendapat perhatian
khusus bagi semua individu terutama perawat sebagai salah satu dari tim
kesehatan.

Oleh karena itu, sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya memiliki


pengetahuan yang cukup tentang batu ginjal yang mencakup definisi,
patogenesis, timbulnya tanda dan gejala, serta asuhan keperawatan yang
sesuai pada klien yang mengalami batu ginjal. Dengan pengetahuan tersebut,
diharapkan ketika nantinya menjadi perawat, mahasiswa keperawatan dapat
mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada klien sehingga dapat mengurangi
masalah umum batu ginjal di Indonesia maupun di dunia.

B. Rumusan masalah

1) Apa pengertian dari batu ginjal?


2) Apa saja etiologi dari batu ginjal?
3) Apa saja klasifikasi dari batu ginjal?
4) Apa saja manifestasi klinis dari batu ginjal?
5) Bagaimana patofisiologi dari batu ginjal?
6) Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita batu ginjal?

1
7) Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan?
8) Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien batu ginjal?
9) Bagaimana penatalaksanan pada pasien batu ginjal?
10) Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien batu ginjal?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian dari batu ginjal


2) Untuk mengetahui etiologi dari batu ginjal
3) Untuk mengetahui klasifikasi dari batu ginjal
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari batu ginjal
5) Untuk mengetahui patofisiologi dari batu ginjal
6) Untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita batu
ginjal
7) Untuk mengetahui pencegahan dari batu ginjal
8) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita
batu ginjal
9) Untuk mengetahui penatalaksannaan yang dilakukan kepada penderita
batu ginjal
10) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien batu ginjal

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian

Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli)


di ginjal. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan
gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau
obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan
stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih. Jika
disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan poinefrosis, urosepsis,
abses ginjal ataupun pielonefritis (Muttaqin dan Sari: 108, 2011)

            Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli


dibentuk didalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh
kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urine. Sebanyak 60% kandungan batu
ginjal terdiri dari kalsium oksalat, asam urat, magnesium, ammonium, dan fosfat
atau gelembung asam amino (Nursalam: 65, 2008).

Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi
(Purnomo, 2000).

2. Etiologi

Ada beberapa faktor yang memungkinkan terbentuknya batu pada saluran kemih,
yaitu sebagai berikut;

a. Penyebab dan faktor predisposisi:

3
1) Hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh bebrapa kelebihan
terkait reabsorpsi kalsium dari tulang (hiperparatiroidisme), asidosis
tubulus ginjal, dan kelebihan asupan vitamin D, susu, dan alkali.
2) Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.
3) Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin (hiperuremia
dan gout)
4) Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vulgaris)
5) Sumbatan kronis dimana urine tertahan akibat benda asing dalam
saluran kemih.
6) Kelebihan absorpsi oksalat dalam penyakit inflamasi usus
b. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan,
dan pH urin.
c. Lamanya kristal terbentuk didalam urin dipengaruhi oleh mobilisasi rutin
d. Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urin
e. Infeksi saluran kemih
f. Kurangnya asupan air dan diet tinggi purin mengandung zat penghasil
batu
g. Idiopatik  (Muttaqin dan Sari; 108, 2011)

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya


batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik
yaitu:

a. Faktor intrinsik, meliputi:


 Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
 Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
 Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding
pasien wanita. Lelaki dikatakan memiliki risiko dua hingga empat
kali lebih besar dibandingkan perempuan. Dari penelitian Chen, hal
ini dipengaruhi oleh reseptor hormon androgen yang ada pada lelaki.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:

4
 Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu).
 Iklim dan temperatur.
 Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu saluran kemih.
 Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary
life).

3. Klasifikasi
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurutlokasi
beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.
1) Menurut tempat terbentuknya
a) Batu ginjal 
b) Batu kandung kemih
2) Menurut lokasi keberadaannya :
a) Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
b) Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
3) Menurut Keadaan Klinik :
a) Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir,
batu bertambah besar atau kencing batu.
b) Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktifc.
Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)d. Batu urin yang
perlu tindakan bedah (surgically active) bilamenyebabkanobstruksi,
infeksi, kolik, hematuria.
4) Menurut susunan kimiawi

5
 Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu
kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit
(magnesiumammonium fosfat) dan batu sistina.

a) Batu Kalsium Oksalat :Merupakan jenis batu paling sering dijumpai;


yaitu lebih kurang 75 – 85%dari seluruh batu urin. Batu ini lebih
umum pada wanita, dan rata-rata terjadi padausia decade ketiga.
Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa
dalam bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium
fosfat )biasanyahidroxy apatite).Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe
yaitu monohidrat dan dihidrat. Batukalsium dihidrat biasanya pecah
dengan mudah dengan lithotripsy (suatu tekniknon invasive dengan
menggunakan gelombang kejut yang difokuskan pada batuuntuk
menghancurkan batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu
monohidrat adalah salah satu diantara jenis batu yang sukar
dijadikan fragmen-fragmen.
b) Batu Struvit : Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium
ammonium fosfat (batustruvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi
sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri
pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi
lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan
kaliks ginjal (6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar
membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks
ginjal.(6’46) Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas
yang berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk prismaempat
persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit
mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal’
hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang
poten.

6
c) Batu asam urat :Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih
dan batu ini tidak mengandung kalsium dalam bentuk mu rni
sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi mungkin bisa
dilihat dengan USG atau dengan Intra VenousPyelografy (IVP).
Batu asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-kadang
dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya
relatiflebih mudah keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin
yang asam. Batuasam urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh
dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya
bersifat famili apakah dengan atau tanpagout. Dalam urin kristal
asam urat berwarna merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan
kristal-kristal kecil yang terlihat amorphous dengan
mikroskopcahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal
apatit. Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti
tetesan air mata.d). Batu Sistin : (1-2%)Lebih kurang 1-2% dari
seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidakumum), berwarana
kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti
plat segi enam, sangat sukar larut dalam air.(6) Bersifat Radioopak
karena mengandung sulfur.
d) Batu Xantin :Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin
oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alupurinol
yang berlebihan.

4. Manifestasi Klinis
a. Nyeri pinggang yang berat, seringkali menyebar ke selangkangan
b. Gejala gastrointestinal: meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak
nyaman di perut berhubungan dengan refluks renointestinal dan penyebaran
saraf antara ureter dan intestin.
c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis
ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik :

7
 Batu ureter yang besar  menimbulkan gejala atau sumbatan seperti saat
turun ke ureter (kolik uretra)
 Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitits.
d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi
saluran kemih: suhu tubuh naik dan menggigil.
e. Obstruksi meregangkan kapsul ginjal, menyebabkan nyeri hebat dengan
peningkatan produksi prostaglandin ginjal.
f. Aliran urine tiba-tiba terhenti, dengan nyeri pada penis atau perineum.
(Nursalam; 66, 2008)

5. Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau saluran kemih tidak diketahuisecara
pasti, akan tetapi beberapa buku menyebutkan proses terjadinya batu
dapatdisebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
 Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimanaapabila
air seni jenuh akan terjadi pengendapan. 
 Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,dimana
tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempatmenempelnya
partikel-partikel batu pada inti tersebut.
 Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan
menetralkanmuatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.Teori
Terbentuknya Batu Saluran Kemih:
1) Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu
atausabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan
kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing
salurankemih.
2) Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine
(albumin,globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat
mengendapnyakristal-kristal batu.

8
3) Penghambat kristalisasi:
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk Kristal
yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. 
Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih. Batu saluran kemih dapat
menimbulkan penyulit berupa obstruksi daninfeksi saluran kemih.
Manifestasi obstruksi pada saluran kemih
bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain.
sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidr
oureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan
kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal)

6. Komplikasi
 Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh
darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena
suplai oksigen terhambat. Hal ini terjadi akibat sumbatan yang lama
menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal
ginjal (Nursalam; 67, 2008).
 Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangan mikroorganisme akibat adanya obstruksi. Sehingga akan
menyebabkan infeksi pada peritoneal (Nursalam; 67, 2008).
 Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk diginjal dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urin.
 Avaskuler ischemia

9
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan.
7. Pathway

10
8. Pencegahan Batu Ginjal
Beberapa tindakan yang dapat mencegah terjadinya batu ginjal adalah sebagai
berikut :
a. Minumlah air yang cukup, setidaknya 2 liter air sehari atau satu gelas
setiap jamnya (lebih banyak bila cuaca panas atau saat banyak
beraktivitas fisik). Dengan minum banyak air, urin akan bertambah
sehingga mengurangi konsentrasi garam dan mineral.
b. Minumlah sepanjang hari. Bila minum hanya di pagi hari, maka air
tersebut akan dibuang melalui kencing dalam dua jam berikutnya
sehingga konsentrasi garam dan mineral di siang hari meningkat. Jadi
harus membiasakan minum lebih sering.
c. Pilih makanan yang kaya vitamin A. Asupan vitamin A sebesar 5000 IU
per hari (setara 60 gram wortel) menyehatkan fungsi sistem urin dan
mencegah pembentukan batu ginjal. Makanan yang kaya vitamin A
adalah brokoli, melon, ikan, dan hati. Namun, berhati-hatilah jangan
terlalu banyak mengkonsumsi makanan bervitamin A dari sumber
hewani, karena kelebihan vitamin A justru menyebabkan masalah
kesehatan lain.
d. Kurangi garam dalam makanan. Dengan mengurangi garam maka akan
mengurangi kadar kalsium dalam urin.
e. Jangan berlebihan mengkonsumsi susu dan produk susu (keju, yogurt, es
krim, dll) yang berkalsium tinggi. Kelebihan kalsium akan dibuang oleh
tubuh melalui urin sehingga meningkatkan risiko batu ginjal.
f. Jangan berlebihan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium
oksalat tinggi seperti cokelat, kacang, bayam, anggur, merica, teh dll.
g. Jangan berlebihan mengkonsumsi vitamin C dan D karena dapat
mempermudah pengkristalan kalsium oksalat. Konsumsi 3 atau 4 gram
vitamin Cdan 400 IU vitamin D setiap hari sudah memenuhi kebutuhan
sebagian besar orang.

11
h. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium dan
vitamin B6 karena dapat mengurangi kadar kalsium oksalat dalam air
seni.
i. Mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut
menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
j. Kembangkan pola hidup aktif. Kalsium adalah unsur pembentuk tulang.
Dengan hidup aktif maka akan membantu pembentukan kalsium menjadi
tulang. Sebaliknya, gaya hidup kurang gerak mendukung kalsium untuk
beredar dalam darah dan berisiko menjadi kristal.
k. Kurangi juga makanan mengandung asam urat terlalu tinggi seperti
kangkung, bayam, kembang kol dan olahan melinjo.
l. Konsumsi buah semangka, karena buah ini memiliki manfaat yang sangat
bagus bagi tubuh khususnya ginjal. Bahkan buah ini sering disebut
sebagai pencuci darah alami.
m. Jangan mengkonsumsi vitamin C secara berlebihan. Untuk orang dewasa,
batas vitamin C yang disarankan maksimal 2.000 mg per hari
n. Jangan memanaskan olahan sayur bayam, sebab ini termasuk salah satu
pembentuk batu ginjal

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dasar mencakup urinalisis, kalsium, fosfat,
asam urat, kreatinin, dan ureum serta serum,
b. Pemeriksaan sedimen urine menunjukkan adanya: leukosituria,
henaturia, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu
c. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan
kuman pemecah urea
d. Pemeriksaan fungsi ginjal untuk memonitor penurunan fungsi
e. Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium dalam
darah

12
f. Pemeriksaan foto polos abdomen, IVP USG, urogram, untuk menilai
posisi, besar, bentuk batu pada saluran kemih serta mengevaluasi
derajat sumbatan
g. Analisa material batu jika memungkinkan kristal dapat diidentifikasi
melalui mokroskop polarisasi , difraksi sinar-X, dan spektroskopi infra
merah (Muttaqin dan Sari; 113, 2011)

10. Penatalaksanaan
Infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui
prosedurmedikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-
urologi, bedahlaparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan
untukmenghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah
menjadi bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarka
n secaraspontan. 
b. Metode Endourologi Pengangkatan BatuIni merupakan gabungan antara
radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan
mayor.
c. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke
dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal
urindari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal,
melebarkanstriktur.
d. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik,
atau ultrasound laludiangkat.Larutan Batu. Nefrostomi
Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasiyang hangat dialirkan secara
terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasimemasuki duktus kolekdiktus
ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.

13
e. Pengangkatan
Bedah Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakuk
an jika batu terletak di dalam ginjal.
f. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala
ginjal.Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang
berbentuk meliputi :
 Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme,
menghilangkansusu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6
gram tiap hari)mengurangi kandungan kalsium di dalam urine,
suatu dueretik ( misalnya50 mg hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau
sari buah cranberry ( 200ml, 4kali sehari ) mengasamkan urin dan
membuat kalsium lebih mudah larutdalam urin.
 Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5
gramkalium fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali
sehari).
 Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin
asam (pHurine harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan
memberikan 4 –  8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh
pasien untuk dietmineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu
asam urat
(berikan pulka 300mg alopurinal ( zyloprin ) sekali atau dua kali se
hari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan penisilamin
( 4 gram tiap hari).
 Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post
praise batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi :
penempatan pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup,
perhatikan terhadap urine
output, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian 
terhadaplokasi pemasangan drainase dan perawatannya

14
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dasar data pengkajian pasien
a) Aktivitas/istirahat
Gejala   : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
b) Sirkulasi
Tanda   : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit
hangat dan kemerahan ; pucat.
c) Eliminasi
Gejala   : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar,
dorongan berkemih. Diare,
Tanda   : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
d) Makanan/cairan
Gejala   : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak
minum air dengan cukup.
Tanda   : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus.
Muntah.
e) Nyeri/kenyamanan
Gejala   : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada
lokasi batu. Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat
menyebar ke punggung, abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia.
Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.
Tanda   : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada
palpasi.

15
f) Keamanan
Gejala   : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
g) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala   : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan
kalsium atau vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama
dirawat : 3,4 hari.
h) Pemeriksaan diagnostic
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum
menunjukkan SDM, SDP, Kristal,
b. Urine : (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat.
c. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
2) Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena
batu.
3) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
4) Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan
post operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan/informasi
5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar
berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah
intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.

16
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N
DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O
1. 1. Tujuan: Setelah 1. Catat lokasi, lamanya 1. membantu mengevaluasi
dilakukan tindakan intensitas dan penyebaran. tempat obstruksi dan
selama 3 x 24 jam 2. Jelaskan penyebab nyeri kemajuan gerakan kalkulus.
maka nyeri hilang, dan pentingnya 2. memberikan kesempatan
keseimbangan cairan melaporkan ke staf untuk pemberian analgesic
dipertahankan. terhadap perubahan sesuai waktu dan
Kriteria hasil : kejadian/karakteristik mewaspadakan staf akan
Pasien bebas dari nyeri. kemungkinan lewatnya
rasa nyeri , Pasien 3. Berikan tindakan nyaman, batu/terjadi komplikasi.
tampak rileks, bisa contoh pijatan punggung, 3. meningkatkan relaksasi,
tidur dan istirahat. lingkungan istirahat. menurunkan tegangan otot,
4. Bantu atau dorong dan meningktkan koping
penggunaan napas 4. mengarahkan kembali
berfokus, bimbingan perhatian dan membantu
imajinasi, dan aktivitas dalam relaksasi otot.
terapetik. 5. Biasanya diberikan selama
5. Berikan obat sesuai akut untuk menurunkan kolik
indikasi : narkotik, contoh uretral dan meningkatkan
meperidin (Demerol), relaksasi otot/mental.
morfin. i. menghilangkan tegangan otot
6. Berika kompres hangat dan dapat menurunan reflex
pada punggung. spasme

2. 2. Tujuan : setelah 1. Awasi pemasukan dan 1. memberikan informasi


dilakukan interfensi pengeluaran dan tentang fungsi ginjal dan
selama 3 x 24 jam karakteristik urine. adanya komplikasi, contoh

17
maka pasien mampu 2. Tentukan pola berkemih infeksi dan perdarahan.
berkemih dengan norml pasien dan 2. kalkulus dapat menyebabkan
normal. perhatikan variasi. eksitabilitas saraf, yang
Kriteria hasil : Pola 3. Dorong meningkatkan menyebabkan sensasi
eliminasi urine dan pemasukan cairan. kebutuhan berkemih segera.
output dalam batas 4. Awasi pemeriksaan 3. peningkatan hidrasi
normal, Tidak laboratorium, contoh membilas bakteri, darah, dan
menunjukkan tanda- elektrolit, BUN, debris dan dapat membantu
tanda obstruksi kretainin. lewatnya batu. 
(tidak ada rasa sakit 5. Ambil urine untuk 4. peniggian BUN, kreatinin
saat berkemih, culture dan sensifitas. dan elektrolit
pengeluaran urin mengindikasikan disfungsi
lancar). ginjal.
5. menetukan adanya ISK,
yang penyebab komplikasi.

3. 3. Tujuan : setelah 1. Awasi pemasukan dan 1. membandingkan keluaran


dilakukan tindakan 1 pengeluaran. actual dan yang
x 24 jam maka 2. Catat insiden muntah, diantisipasi membantu
pasien diare, perhatikan dalam ealuasi
mempertahankan karakteristik muntah dan adanya/derajat
keseimbangan cairan diare. stasis/kerusakan
adekuat. 3. Tindakan pemasukan 2. ginjal. mual/muntah dan
Kriteria hasil : cairan sampai 3-4 L/hari diare secra umum
membrane mukosa dalam toleransi jantung. berhubungan dengan kolik
lembab, turgor kulit 4. Awasi tanda vital ginjal.
baik, berat badan 5. Kalau perlu berikan obat 3. mempertahankan
normal. anti enemik. keseimbangan cairan untuk
homeostasis juga tindakan
“mencuci”yang dapat

18
membilas batu keluar.
4. indicator hidrasi/volume
sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.

4. 4. Tujuan : setelah 1. Kaji ulang proses 1. memberikan pengetahuan


dilakukan tndkan penyakit dan harapan di dasar dimana pasien dapat
selama 1 x 24 jam masa dating. Rasional membuat pilihan
makan keluarga atau Tekankan pentingnya berdasarkan informasi.
pasien menyatakan peningkatan cairan, 2. menurunkan pemasukan
pemahaman proses 2. pembilasan system ginjal oral terhadap prekusor
penyakit, menurunkan kesempatan asam urat.
menghubungkan statis ginjal dan 3. menurunkan risiko
gejala dengan factor pembentukan batu. Diet pembentukan batu kalsium.
penyebab. Kriteria rendah purin, contoh Diet rendah oksalat.
hasil : melakukan membatasi daging 4. mencegah kalkulus fosfat
perubahan perilku berlemak, kalkun, dengsn membentuk
yang perlu dan tumbuhan polog, presipitasi yang tak larut
berpartisipasi dalam gandum, alkohol. dalam traktus GI.  
program 3. Diet rendah kalsium,
pengobatan. contoh membatasi susu,
keju, sayur berdaun
hijau, yogurt.
4. Diet rendah kalsium.
5. 5. Tujuan : setelah 1. Kaji pengetahuan 1. mengetahui tingkat
dilakukan tindakan pasien/tanyakan proses pengetahuan pasien dan
selama 1 x 24 jam sakit dan harapan pasien. memimih cara untuk
maka managenen 2. Jelaskan pentingnya komunikasi yang tepat.
regiment trepuitik peningkatan cairan per 2. dapat mengurangi stasis
tentang perawatan oral 3 – 4 liter per hari. urine dan mencagah

19
post operasi efektif 3. Jelaskan dan anjurkan terjadinya batu.
Keriteria hasil: pasien untuk melakukan 3. kurang aktivitas
Pasien aktivitas secara teratur. mempengaruhi
mengungkapkan 4. Identifikasi tanda-tanda terjadinya batu.
proses penyakit, nyeri, hematuri, oliguri. 4. mendeteksi secara dini,
faktor-faktor 5. Jelaskan prosedur komplikasi yang serius
penyebab, Pasien pengobatan dan dan berulangnya
dapat berpartisipasi perubahan gaya hidup. penyakit.
dalam perawatan. 5. membantu pasien
merasakan, mengontrol
melalui apa yang terjadi
dengan dirinya.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Batu ginjal adalah komponen kristal yang sering ditemukan di kaliks


atau pelvis ginjal dan bila keluar melalui ureter menimbulkan gesekan, yang
menyebabkan nyeri yang bergantung pada besarnya kristal tersebut. Penyebab
batu ginjal masih idiopatik, namun terdapat faktor predisposisi seperti genetik,
makanan dan minuman, volume air yang diminum, infeksi saluran kemih,
aktivitas, vitamin dan obat-obatan, jenis kelamin dan berat badan. Seseorang
yang mengalami batu ginjal biasanya memiliki tanda seperti rasa mual ingin
muntah.

Hal tersebut dikarenakan infeksi pada saluran kemih akibat tersimpan


lamanya batu. Selain itu, semua batu pada saluran kemih dapat menyebabkan
nyeri, namun lokasi nyeri bergantung pada lokasi batu. Apabila batu berasa di
dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini
tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu
turun ke dalam ureter, klien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa
seperti ditikam. Selain itu, gejala klien dengan batu ginjal, yakni nokturia
yang merupakan gejala pengeluaran urine pada waktu malam hari yang
menetap sampai sebanyak 700 ml atau pasien terbangun untuk berkemih
beberapa kali waktu malam ini. Gejala-gejala di atas cukup membuktikan
bahwa seseorang mengidap batu ginjal.

Oleh karena itu, sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan memiliki


pengetahuan yang cukup mengenai patofisiologi batu ginjal sehingga dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan batu ginjal.
Pada tahap pengkajian diharapkan dapat dilakukan dengan teliti dan baik
sehingga diagnosa yang timbul pun akurat. Jika diagnosa akurat, maka dapat

21
direncanakan perencanaan asuhan keperawatan dengan tujuan dan kriteria
hasil yang tepat sehingga dapat diintervensi dengan benar. Ketika diintervensi
dengan benar, maka saat evaluasi pun akan terlihat bahwa asuhan
keperawatan yang direncanakan berhasil dan tidak menutup kemungkinan
akan mengurangi kasus batu ginjal di Indonesia dan di dunia.

B. Saran

Demikian materi yang dapat kami bahas dalam makalah ini, tentunya
dalam makalah ini masih banyak kesalahan karena terbatasnya pengetahuan
yang ada hubungannya dengan makalah yang kami susun.

Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca dan dosen untuk
memberikan saran dan kritikannya yang membangun kepada kami, demi
mencapai kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kami dan khususnya pada seluruh pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elisabeth. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi/Elisabeth. J. Cowin. EGC:


Jakarta.

Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan:aplikasi pada praktik klinis. Edisi ke


Sembilan. Jakarta :EGC.

Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa: Nike, B. Editor edisi
bahasa indonesia: Yuda, E.K, et All.Edisi 3 Jakarta. EGC: Jakarta.

Doengoes, E. M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta:


EGC.

Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta.

Muthmainahrasyid.2013.https://www.academia.edu/34787999/ASKEP_BATU_GINJ
AL.docx.(diakses tanggal 02 September 2020 pukul 20.00)

23

Anda mungkin juga menyukai