ANGGOTA
KELOMPOK 2
1. ANNISYA HIRDAYANTI
2. ARFAH
3. DEDE WIDIA NINGSIH
4. FITRA ALUYA
5. HIMMATUL MAULA
6. HERIAWAN
7. IKA CANDRA ULA
MATARAM
2020
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah batu saluran
kemih dan infeksi saluran kemih ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam
nabi besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman
kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti
saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada ibu dosen yang telah ikut
serta dalam memberikan tugas megenai “BATU SALURAN KEMIH DAN
INFEKSI SALURAN KEMIH”. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa
sumber buku yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah kami ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.
Mataram, 05 Maret
2020
Penyusun
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi batu saluran kemih..................................................................2
2.2 Etiologi batu saluran kemih .................................................................2
2.3 Klasifikasi batu saluran kemih..............................................................2
2.4 Manifestasi klinis batu saluran kemih..................................................2
2.5 Patofisiologi batu saluran kemih .........................................................4
2.6 Pathway batu saluran kemih.................................................................4
2.7 Pemeriksaan penunjang batu saluran kemih.................................. 4
2.8 Penatalaksanaan batu saluran kemih............................................. 5
2.9 Definisi infeksi saluran kemih...................................................... 6
2.10 Etiologi infeksi saluran kemih..................................................... 6
2.11 Klasifikasi infeksi saluran kemih................................................ 7
2.12 Manifestasi klinis........................................................................ 8
2.13 Patofisiologi infeksi saluran kemih............................................. 8
2.14 Pathway infeksi saluran kemih................................................... 9
2.15 Pemeriksaan penunjang infeksi saluran kemih........................... 10
2.16 Penatalaksanaan infeksi saluran kemih...................................... 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian batu saluran kemih.................................................... 12
3.2 Diagnosa batu saluran kemih........................................................ 13
iii
3.3 Intervensi batu saluran kemih...................................................... 13
3.4 Evaluasi batu saluran kemih........................................................ 20
3.5 Pengkajian infeksi saluran kemih................................................ 20
3.6 Diagnosa infeksi saluran kemih................................................ 24
3.7 Intervensi infeksi saluran kemih............................................... 25
3.8 Evaluasi infeksi saluran kemih................................................. 30
BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan.......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
2.2. ETIOLOGI
2.3. KLASIFIKASI
Batu uretra biasa diklasifikasikan menurut asal batu, yaitu batu primer
dan sekunder. Batu primer adalah batu yang terbentuk de novo di uretra. Batu
sekunder atau disebut juga batu migrasi terbentuk di kandung kemih atau
ginjal yang kemudian bergerak turun sampai ke uretra. Batu primer biasanya
terbentuk di proksimal striktur, kongenital, atau benda asing. Jenis batu
primer biasanya struvite, kalsium fosfat, atau kalsium karbonat. Batu migrasi
atau batu sekunder lebih banyak ditemukan, jenis terbanyak adalah kalsium
oksalat dan fosfat. [ CITATION Kus181 \l 1057 ]
2
2.4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran kalkuli
dalam traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak menunjukkan gejala.
Namun perlahan keluhan akan dirasakan seiring bertanbahnya ukuran kalkuli
seperti:
a) Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank yang dapat menjalar ke perut
bagian depan, dan lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.
b) Hematuria:buang air kecil berdarah.
c) Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau
d) Nyeri saat buang air kecil
e) Infeksi saluran kencing
f) Demam.
Urolitiasis yang masih berukuran kecil umumnya tidak menunjukkan
gejala yang signifikan, namun perlahan seiring berjalannya waktu dan
perkembangan di saluran kemih akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri
(kolik renalis) di punggung, atau perut bagian bawah (kolik renalis). Kolik
didefinisikan sebagai nyeri tajam yang disebabkan oleh sumbatan, spasme otot
polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik renal berarti nyeri tajam yang
disebabkan sumbatan atau spasme otot polos pada saluran ginjal atau saluran
kencing (ureter). Nyeri klasik pada pasien dengan kolik renal akut ditandai
dengan nyeri berat dan tiba-tiba yang awalnya dirasakan pada regio flank dan
menyebar ke anterior dan inferior. Hampir 50% dari pasien merakan keluhan
mual dan mutah. Kolik ginjal biasanya nyeri berat, pasien tidak bisa istirahat
(posisi irrespektif).
2.5. PATOFISIOLOGI
Batu terbentuk ketika zat-zat, seperti kalsium, asam urat, stuvit, atau
sistin normalnya dihancurkan di dalaam urin. Batu yang kasar dan besar
dapat menyumbat lumbang ke taut ureteropelvis. Frekuensi dan tekanan
kontraksi peristaltik meningkat, menyebabkan nyeri. [ CITATION Kus181 \l 1057
]
4
2.6 PATHWAY
5
2.8. PENATALAKSANAAN
6
dilakukan uretrotomi terbuka dilanjutkan dengan uretroplasti. Penyulit lain
seperti striktur dan divertikula sering dijumpai. Uretrotomi atau uretroplasti
menjadi pilihan. Jika ditemukan divertikula dapat dipilih divertikulektomi.
[ CITATION Kus181 \l 1057 ]
2.10. ETIOLOGI
7
Sistitis (infeksi saluran kemih bawah) adalah inflamasi kandung
kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra.
Penyebab lainnya aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih
(refluks uretrovesical), kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter atau
sistoskop. Sistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat beberapa
faktor (mis., prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung
kemih).
2.11. KLASIFIKASI
8
d) Ginjal (pielonefritis) adalah penyakit infeksi pada ginjal disebabkan oleh
bakteri atau virus. Kandung kemih menyimpan urine sebelum di
kelurkan oleh tubuh.
2.13. PATOFISIOLOGI
Infeksi setelah pemasangan kateter dapat terjadi karena kuman dapat masuk
kedalam kandung kemih dengan jalan berenang melalui lumen kateter.
Pengurangan lama pemakaian kateter dapat menurunkan terjadinya infeksi
saluran kencing. Pemasangan kateter akan menurunkan sebagian besar daya
tahan pada saluran kemih bagian bawah dengan menyumbat saluran di
sekeliling uretra, mengiritasi mukosa kandung kemih dan menimbulkan jalur
masuknya kuman ke dalam kandung kemih. Pada pasien yang menggunakan
kateter, mikroorganisme dapat menjangkau saluran kemih melalui tiga lintasan
utama: yaitu dari uretra ke dalam kandung kemih pada saat kateterisasi; melalui
jalur dalam lapisan tipis cairan uretra yang berada di luar kateter ketika kateter
dan membran mukosa bersentuhan; dan cara yang paling sering melalui
migrasi ke dalam kandung kemih di sepanjang lumen internal kateter setelah
kateter terkontaminasi
ISK secara umum dibagi menjadi dua yaitu ISK atas yang melibatkan ginjal
dan ISK bawah. Gejala yang paling umum ditimbulkan ISK adalah nyeri perut
bawah atau nyeri pada regio suprapubis yang di perburuk pada saat buang air
kecil dan disertai demam sumer-sumer. Beberapa orang lebih rentan untuk
9
menderita ISK diantaranya adalah orang dengan abnormalitas struktur dan
fungsi pada saluran kemih seperti adanya kista dan divertikel, serta defek
neurologis yang menyebabkan retensi urin. Adanya benda asing pada saluran
kemih, keabnormalitasan metabolik dan menurunnya status imunitas juga dapat
memicu timbulnya ISK. Diagnosis ISK dapat ditegakkan apabila hasil
anamnesis sesuai dengan gejala, pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri
tekan suprapubik yang dipastikan dengan pemeriksaan urin mikroskopik yang
menunjukkan peningkatan >103 bakteri per lapang pandang.
2.14. PATHWAY
Escherichia Coli
↓
Saluran kemih
↓
Kandung kemih
↓
Sistitis
↓
Inflamasi
10
2.15. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b) Urine kultur :
a. Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya: streptococcus, E. Coli, dll
b. menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
C) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal
panggul. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy
Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih
2.16. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka
kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan Perawatan dapat
berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
11
2. Penatalaksanaan Medis
1) Obat-obatan
c. Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di
ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien
terpapar suhu tinnggi,keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang
kronis atau adanya cedera pada medulla Spinalis.
2. Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan
;nyeri,ansietas atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit)
merah atau pucat.
3. Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus) Penurunan
haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK. Keinginan
/dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau perubahan
pola berkemih.
4. Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup
minum, terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.
5. Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha’genetalia, nyeri dangkal konstan
menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas
adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan
pada area ginjal pada palpasi .
6. Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.
7. Riwayat Penyakit :
13
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin D.
3.2. DIAGNOSA
3.3. INTERVENSI
1. Nyeri akut b/d Nyeri hilang dengan Catat lokasi,lamanya Evaluasi tempat
peningkatan spasme terkontrol. intensitas,penyebara obstruksi dan kemajuan
frekuensi n,perhatikan tanda- gerakan kalkulus
/dorongan tanda non
kontraksi Kriteria ; verbal,misalnya
ureteral,trauma merintih,mengaduh
- Pasien tampak
jaringan,pemben dan gelisahansietas.
rileks.
tukan edema,
- Pasien mampu Jelaskan penyebab
iskemia seluler. Membantu dalam
tidur/istirahat nyeri dan perubahan
meningkatkan
dengan tenang karakteristik nyeri.
kemampuan koping
- Tidak gelisah,
pasien serta menurunkan
tidak merintih
14
ansietas
KOLABORASI:
Dipakai selama episode
Berikan obat sesuai
akut, untuk menurunkan
dengan indikasi
kolik ureter dan relaksasi
- Narkotik otot.
- Antispasmodik
.Menurunkan refleks
15
spasme shg. Mengurangi
nyeri dan kolik.
Menurunkan edema
- Kortikosteroid
jaringan ,shg. Membantu
gerakan batu.
Mencegah stasis
Pertahankan patensi urine,menurunkan resiko
kateter bila peningkatan tekanan
digunakan. ginjal dan infeksi.
16
perhatikan jaringan.,potensial resiko
output,dan edema. infeksi dan GGK.
Obserevasi
perubahan status
Ketidakseimbangan
mental.,prilaku atau
elektrolit dpt.menjadi
tingkat kesadaran.
toksik pada SSP.
Kolaborasi ;
Monitoring
Peninggian BUN,indikasi
pem.Lab,BUN.kreati
disfungsi ginjal.
nin
- diamox,
Meningkatkan pH.urine
alupurinol
menurunkan
pembentukan batu asam.
- Esidrix, Higroton
Mencegah stasis urine
- Amonium
Klorida,Kalium,, Menurunkan
atau pembentukan batu fosfat
Natrium,fosfat,.
- Agen antigon,
(Ziloprim) Menurunkan produksi
17
asam urat
- Antibiotik
Mencegah pembentukan
- Asam Askorbat beberapa kalkuli.
Mencegah berulangnya
- Pertahankan pembentukan batu
patensi kateter. alkalin.
Mencegah retensi,dan
Irigasi dgn. Asam komplikasi.
atau larutan alkalin.
Mengubah pH.urine
mencegah pembentukan
batu.
18
TD.
Kolaborasi:
Mempertahnakan
Berikan diet
keseimbangan nutruisi.
tepat,cairan
jernih,makanan
lembut s/d toleransi
19
Pemberian diet oral thd.prekursor asam
rtendah purin, urat
(membatasi daging
berlemak,kalkun,tum
buhan
polong,gandum,alko
hol)
Pemberian diet
rendah Ca.
(membatasi
Menurunkan resiko
susu,keju,sayur
pembentukan batu
hijau,yogurt.)
kalsium.
Pemberian diet
rendah oksalat
membatasi konsumsi
coklat,minuman
Menurunkan
kafein,bit,bayam.
pembentukan batu
Diskusikan program oksalat.
obat-obatan ,hindari
Obat yang diberikan
obat yang dijual
untuk mengasamkan
bebas dan baca
urin,atau
labelnya.
mengalkalikan,menghind
Tunjukan perawatan ari produk
yang tepat kontraindikasi.
thd.insisi/kateter bila
ada.
3.4 EVALUASI
1. Penurunan keluhan dan respons nyeri
2. Terjadi perubahan pola miksi
3. Peningkatan asuhan nutrisi
4. Penurunan tingkat kecemasan
20
5. Pemenuhan diet yang sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.
Pengkajian
1. Identitas pasien
Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnose
medis dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung
jawab.
2. Keluhan utama.
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika
klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala,
malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri
pinggang.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air
kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan
biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya
sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor
yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri,
apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan
nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah
lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
b) Riwayat kesehatan dahulu
21
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi
saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami
klien.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk
keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti
DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini
lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya
hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan yang dicurigai dapat
memperburuk atau mempperparah keadaan klien.
d) Riwayat Psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya
berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.
e) Riwayat kesehatan lingkungan.
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit
seperti stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya
ISK.
f) Data tumbuh kembang
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan
mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan dengan ketentua-
ketentuan perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan
kepribadian dan perkembangan sosial.
g) Pola kebiasaan kebutuhan dasar manusia
1) Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat
2) Makan dan minum
Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena adanya mual dan
muntah
3) Eliminasi
22
d. Nyeri suprapubik
8) Menghindari bahaya.
Pada umumnya pasien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha
Esa
23
12) Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi
Pasien tidak mampu melaksanakan rekreasi karena penyakitnya
13) Belajar dan memuaskan keingintahuan yang mengarah pada
perkembangan kesehatannya.
Pasien sering meminta informasi tentang penyakitnya dan
perkembangan kesehatannya.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat di lakukan yaitu :
1. Kepala dan rambut : Tidak ada kelainan
2. Wajah : Ekspresi wajah meringis
8. Perut
Inspeksi : frekuensi napas meningkat Perut
Palpasi : distensi abdomen & nyeri tekan suprapubik.
9. Ekstremitas atas dan bawah : Terpasang infus dan Kateter
10. Kulit
Inspeksi : Kulit kering
5) Pemeriksaan Penunjang
1) Diagnosis pasti dikatakan dengan kulturorganisme melalui urine
Dipakaites stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria,
glukosuriadan PH
2) Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat piuria (>
2000 leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK
24
3) Pemeriksaan urinalisis:
a. Keruh
b. Bakteri
c. Pituria
25
kandung kemih. keperawatan urine mid adanya kuman
Ditandai dengan: ditandai sternum penyebab
DS : pasien dengan: - anjurkan - menghindari
mengeluh nyeri Tidak ada mandi penyebaran
- wajah meringis nyeri dan menggunakan infeksi
- adanya tanda- tanda-tanda sabun anti - membantu
tanda infeksi infeksi bakteri menghilangkan
- hindari infeksi dan
mandi rendam menurunkan
- kolaborasi panas
untuk
pemberian
antibiotic 3-5
hari parenteral
dan obat
penurun panas.
26
dorongan, eliminasi farmakologis : nyeri
frekuensi, dan yang Bantu pasien
nokturia) yang mendekati mengambil - Analgetik
berhubungan normal. posisi yang memblok
dengan infeksi Dengan nyaman lintasan nyeri,
saluran kemih. criteria hasil: - kolaborasi sehingga
Ditandai dengan: DS : tidak dengan dokter mengurangi
DS : - Pasien ada kelihan untuk nyeri
mengeluh sering DO : tidak pemberian - Pemberian
BAK, ada nokturia analgetik antibiotic
- adanya - Akibat haluan
nokturia, - berikan urine
disuria antibiotic memudahkan
- anjurkan berkemih sering
pasien untuk dan memantuh
meningkatkan salurean kemih
masukan cairan
peroral untuk - Untuk
mengencerkan mengetahui
urine. perkembangan
- Kaji haluan kesehatan pasien
urine
- Mengawasi
ketelitian
- Ukur dan pengosongan
catat haluan kandung kemih
urine setiap - Mengurangi
kali berkemih resiko terjadinya
- Bantu kecelakaan
pasien ke - Mengetahui
kamar kecil adanya distensi
dan memakai
pispot atau - Menghindari
urinal nokturia
- Palpasi sehingga pasien
27
kandung kemih dapat tidur
setiap 4 jam secara maksimal
- Menghindari
minum 2-3 jam
sebelum tidur
dan anjurkan
untuk
berkemih
sebelum tidur.
28
kebutuhan terpenuhi makan pasien asukan nutrisi
nutrisi kurang dengan perhari - Mengetahui
dari kebutuhan criteria: - Timbang perkembangan
tubuh DS : berat badan status nutrisi
berhubungan Adanya nafsu pasien
dengan mual dan makan - Beri makan - Usaha untuk
muntah. DO : Porsi makan porsi sedikit memenuhi
Ditandai dihabiskan, tapi sering kebutuhan
dengan : tidak ada - Kolaborasi nutrisi tubuh
DS : Anoreksia mual dan dengan dokter - Membantu
DO : Porsi muntah untuk meningkatkan
makan tidak pemberian nafsu makan
dihabiskan antiemetika pasien
- Anjurkan
keluarga
membawa
makanan yang
disukai pasien
6 Intoleransi Pasien dapat - Kaji tingkat - Mengetahui
aktivitas melakukan kemampuan tingkat
berhubungan aktifitas. dalam kemampuan
dengan adanya Dengan melakukan pasien dalam
nyeri dan criteria hasil: aktifitas melaksanakan
kelemahan fisik:
DS : Pasien aktifitas
DS : pasien mengatakan - Bantu - Kebutuhan
mengatakan dapat pasien dalam pasien dapat
nyeri saat bergerak dan memenuhi terpenuhi
bergerak melakukan kebutuhannya - Meningkatka
DO : pergerakan aktifitas - Latih pasien n kemampuan
terbatas Pasien dapat dalam dalam
kelemahan fisik beraktifitas melakukan melaksanakan
secara aktifitas secara aktifitas
mandiri mandiri
7 Ansietas Ansietas - Kaji tingkat - Mengetahui
berhubungan berkurang. pengetahuan tingkat
dengan Dengan pasien tentang pengetahuan
29
kurangnya criteria hasil: penyakit ISK pasiententang
pengetahuan DS : pasien - Observasi penyakitnya
tentang penyakit menyatakan situs psikis - Mengetahui
ISK. Ditandai pengetahuan pasien tingkat
dengan : yang akurat kexcemasan dan
Pasien bertanya tentang - Beri mekanisme
tentang penyakitnya penjelasan koping pasien
penyakitnya DO : Pasien tentang - Diharapkan
Pasien gelisah, tampak rileks, penyakitnya pasien
mekanisme ansitas memahami
koping menurun berkurang - Ajarkan tentang
nama obat, penyakitnya
dosis, waktu, sehingga
dan cara serta mengurangi
efek samping ansietas
obat - Untuk
- Anjurkan mengurang
pasien untuk kesalahan dan
menghindari pemberian terapi
minum kopi, obat oleh
the, cola dan keluarga atau
minuman pasien
beralkohol - Untuk
mengurangi
timbulyan gejala
iritasi yang lebih
buruk.
3.8 EVALUASI
Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikat.
Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
30
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
Melihat bahasan diatas, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan
hasil pencapaian yang telah dilakukan dengan berdasarkan kriteria hasil dan
tujuan.
31
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
32
DAFTAR PUSTAKA
Cempaka. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.S DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI
RUANGAN ANAK. Bukittinggi: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG.
Christoper, K. (2018). Diagnosis dan Tatalaksana Batu Uretra. Continuing Medical Education , 95-97.
Christoper, K. (2018). Diagnosis dan Tatalaksana Batu Uretra. Continuing Medical Education , 95-97.
Gultom, R., & Famaugu, P. (2018). ANALISIS KATETERISASI TERHADAP KEJADIAN INFEKSI DI SALURAN
KEMIH PADA PASIEN RUANG RAWAT INAP RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA (IPI). JURNAL ILMIAH
FARMASI IMELDA , 1-6.
Lestari, L. F. (2019). ANALISIS CARA PENANGANAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH
PADA PASIEN DI POLIKLINIK UROLOGI RSUD DR M YUNUS BENGKULU. JURNAL SURYA MUDA , 1-6.
MAWADDAH, I. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFEKSI SALURAN KEMIH. Jombang:
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEEPRAWATAN.
Muttqin, A., & sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
33
34