Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

BATU SALURAN KEMIH DAN INFEKSI SALURAN KEMIH

ANGGOTA

KELOMPOK 2

1. ANNISYA HIRDAYANTI
2. ARFAH
3. DEDE WIDIA NINGSIH
4. FITRA ALUYA
5. HIMMATUL MAULA
6. HERIAWAN
7. IKA CANDRA ULA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah batu saluran
kemih dan infeksi saluran kemih ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam
nabi besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman
kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti
saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada ibu dosen yang telah ikut
serta dalam memberikan tugas megenai “BATU SALURAN KEMIH DAN
INFEKSI SALURAN KEMIH”. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa
sumber buku yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah kami ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 05 Maret
2020
Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi batu saluran kemih..................................................................2
2.2 Etiologi batu saluran kemih .................................................................2
2.3 Klasifikasi batu saluran kemih..............................................................2
2.4 Manifestasi klinis batu saluran kemih..................................................2
2.5 Patofisiologi batu saluran kemih .........................................................4
2.6 Pathway batu saluran kemih.................................................................4
2.7 Pemeriksaan penunjang batu saluran kemih.................................. 4
2.8 Penatalaksanaan batu saluran kemih............................................. 5
2.9 Definisi infeksi saluran kemih...................................................... 6
2.10 Etiologi infeksi saluran kemih..................................................... 6
2.11 Klasifikasi infeksi saluran kemih................................................ 7
2.12 Manifestasi klinis........................................................................ 8
2.13 Patofisiologi infeksi saluran kemih............................................. 8
2.14 Pathway infeksi saluran kemih................................................... 9
2.15 Pemeriksaan penunjang infeksi saluran kemih........................... 10
2.16 Penatalaksanaan infeksi saluran kemih...................................... 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian batu saluran kemih.................................................... 12
3.2 Diagnosa batu saluran kemih........................................................ 13

iii
3.3 Intervensi batu saluran kemih...................................................... 13
3.4 Evaluasi batu saluran kemih........................................................ 20
3.5 Pengkajian infeksi saluran kemih................................................ 20
3.6 Diagnosa infeksi saluran kemih................................................ 24
3.7 Intervensi infeksi saluran kemih............................................... 25
3.8 Evaluasi infeksi saluran kemih................................................. 30
BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan.......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 32

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit tersering di bidang urologi.
Di negara berkembang seperti Indonesia, angka BSK terus
meningkat.Kebanyakan pasien memiliki batu saluran kemih bagian atas, sehingga
penanganan batu saluran kemih bagian bawah seperti batu uretra sering
terlupakan. Keluhan utama nyeri pada retensi urin akut yang disebabkan oleh
batu uretra membutuhkan tindakan segera. Terbatasnya fasilitas endoskopi
menambah pentingnya penanganan akut kasus batu uretra di Unit Gawat Darurat.
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri,akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian
besar infeksi saluran kemihdisebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga
dapat menjadi penyebabnya.Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh
Escherichia coli.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu batu saluran kemih?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada batu saluran kemih?
3. Apa itu infeksi saluran kemih?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih?

1.3. Tujuan masalah


1. Untuk mengetahui tentang batu saluran kemih
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada batu saluran kemih
3. Untuk mengetahui tentang infeksi saluran kemih
4. Untuk mengetahui askep infeksi saluran kemih

1
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT BSK DAN ISK

2.1. DEFINISI BATU SALURAN KEMIH

Batu saluran kemih adalah pembentukan batu (kalkuli) di saluran


kemih, paling sering terbentuk di pelvis atau kaliks. Bervariasi dalam ukuran
singel atau multipel menyebabkan hospitalisasi pada sekitar 1 dari setiap
1000 penduduk di amerika serikat. [ CITATION Kus181 \l 1057 ]

2.2. ETIOLOGI

Penyebab terbentuknya batu uretra primer adalah kelainan anatomi


seperti striktur uretra, divertikulum, hipospadia, dan stenosis meatal. Kondisi
patologis tersebut menyebabkan keadaan stasis urin atau stagnasi yang
menjadi predisposisi infeksi saluran kemih. Penyebab lain adalah adanya
benda asing seperti kateter uretra, debris, obstruksi leher buli, dan
skistisomiasis. Penyebab lainnya adalah idiopatik dan herediter. [ CITATION
Kus181 \l 1057 ]

2.3. KLASIFIKASI

Batu uretra biasa diklasifikasikan menurut asal batu, yaitu batu primer
dan sekunder. Batu primer adalah batu yang terbentuk de novo di uretra. Batu
sekunder atau disebut juga batu migrasi terbentuk di kandung kemih atau
ginjal yang kemudian bergerak turun sampai ke uretra. Batu primer biasanya
terbentuk di proksimal striktur, kongenital, atau benda asing. Jenis batu
primer biasanya struvite, kalsium fosfat, atau kalsium karbonat. Batu migrasi
atau batu sekunder lebih banyak ditemukan, jenis terbanyak adalah kalsium
oksalat dan fosfat. [ CITATION Kus181 \l 1057 ]

2
2.4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran kalkuli
dalam traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak menunjukkan gejala.
Namun perlahan keluhan akan dirasakan seiring bertanbahnya ukuran kalkuli
seperti:

a) Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank yang dapat menjalar ke perut
bagian depan, dan lipatan paha hingga sampai ke kemaluan.
b) Hematuria:buang air kecil berdarah.
c) Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau
d) Nyeri saat buang air kecil
e) Infeksi saluran kencing
f) Demam.
Urolitiasis yang masih berukuran kecil umumnya tidak menunjukkan
gejala yang signifikan, namun perlahan seiring berjalannya waktu dan
perkembangan di saluran kemih akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri
(kolik renalis) di punggung, atau perut bagian bawah (kolik renalis). Kolik
didefinisikan sebagai nyeri tajam yang disebabkan oleh sumbatan, spasme otot
polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik renal berarti nyeri tajam yang
disebabkan sumbatan atau spasme otot polos pada saluran ginjal atau saluran
kencing (ureter). Nyeri klasik pada pasien dengan kolik renal akut ditandai
dengan nyeri berat dan tiba-tiba yang awalnya dirasakan pada regio flank dan
menyebar ke anterior dan inferior. Hampir 50% dari pasien merakan keluhan
mual dan mutah. Kolik ginjal biasanya nyeri berat, pasien tidak bisa istirahat
(posisi irrespektif).

Berbeda dengan pasien peritonitis yang cenderung berbaring saja dan


tidak mau bergerak. Gejala lain adalah lemas, berkeringat, dan nyeri ringan saat
palpasi abdominal ginjal. Namun untuk batu staghorn walaupun besar sering
tanpa gejala nyeri karena jenis batu ini membesar mengikuti system anatomi
saluran ginjal. Gejala dari batu ginjal atau batu ureter dapat diprediksi dari
pengetahuan tempat terjadinya obstruksi. Nyeri yang khas dirasakan pada testis
untuk pasien pria dan labia mayora pada pasien wanita. Lokasi dan karakteristik
dari nyeri pada urolitiasis meliputi:

a) Di ureteropelvic: nyeri bersifat ringan sampai berat dirasakan lokasinya


agak dalam dalam regio flank tanpa penyebaran ke regio inguinal, urgensi
3
(dorongan kuat untuk berkemih disertai dengan kandung kemih yang
tidak nyaman dan banyak berkemih), frekuensi (sering berkemih), disuria
(nyeri saat berkemih) dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan
nyeri akibat spasme uretra dan kandung kemih).
b) Di ureter: nyeri yang mendadak, berat, nyeri di regio flank dan ipsilateral
dari abdomen bagian bawah, menyebar ke testes atau vulva, mual yang
terus menerus tanpa muntah
c) Di ureter bagian proksimal: nyeri menyebar ke regio flank atau area
lumbar
d) Di ureter di bagian medius: nyeri menyebar ke anterior dan caudal
e) Di ureter di bagian distal: menyebar ke inguinal atau testes atau labia
mayora
f) Waktu melewati vesica ruinaria: paling sering asimptomatis, retensio urin
posisional

2.5. PATOFISIOLOGI

Batu terbentuk ketika zat-zat, seperti kalsium, asam urat, stuvit, atau
sistin normalnya dihancurkan di dalaam urin. Batu yang kasar dan besar
dapat menyumbat lumbang ke taut ureteropelvis. Frekuensi dan tekanan
kontraksi peristaltik meningkat, menyebabkan nyeri. [ CITATION Kus181 \l 1057
]

4
2.6 PATHWAY

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi batu uretra adalah


ultrasonografi (USG) penis atau uretrografi retrograd (retrograde
urethrogram/RUG). Kelebihan USG adalah tidak nyeri selama pemeriksaan
dan dapat juga menggambarkan kelainan sepanjang saluran uretra, seperti
striktur atau divertikulum. Pada USG, batu ditunjukkan dengan gambaran
hiperekoik disertai bayangan akustik. Pada pemeriksaan RUG akan terlihat
filling defect yang menandakan adanya obstruksi oleh batu uretra. [ CITATION
Kus181 \l 1057 ]

5
2.8. PENATALAKSANAAN

1) Dekompresi Kandung Kemih


Dekompresi kandung kemih yang penuh urin harus segera dilakukan dengan
pemasangan kateter uretra. Jika gagal, pilihan tindakan berikutnya adalah
pungsi suprapubik dan kateter suprapubik sebelum dirujuk atau mendapatkan
tatalaksana definitif. [ CITATION Kus181 \l 1057 ]
2) Batu Uretra Posterior
Tatalaksana berikutnya adalah mengatasi nyeri yang disebabkan oleh batu di
uretra. Batu di uretra posterior didorong kembali ke buli untuk selanjutnya
dilakukan tatalaksana operatif. Pendorongan batu uretra dilakukan bersama
pemasangan kateter uretra. Cara ini bisa gagal karena dipersulit oleh spasme
uretra eksternum atau otot periuretra di sekitar batu karena nyeri gesekan
batu. Hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian jelly xylocaine. [ CITATION
Kus181 \l 1057 ]
3) Batu Uretra Anterior
Pada batu uretra anterior, pendorongan batu kembali ke buli sulit berhasil,
sehingga sebaiknya tidak dilakukan. Ekstraksi batu dengan gerakan “milking”
seperti memeras susu dapat berhasil jika permukaan batu rata. Risiko cedera
uretra harus diperhatikan, terutama pada batu yang besar, tajam, dan ireguler;
pada batu-batu tersebut cara ini tidak disarankan. Pemberian jelly lidokain
mempermudah ekspulsi batu uretra anterior. Jika gagal, penatalaksanaan
operatif menjadi pilihan. Beberapa batu uretra anterior kecil dapat
menyumbat hingga bagian fosa navikularis atau meatus uretra eksternus,
membutuhkan tindakan meatotomi sederhana untuk mengangkat batu uretra
tersebut. Pengangkatan menggunakan forsep dapat dicoba terlebih dahulu.
Segala tindakan diatas memerlukan pengobatan anti-nyeri yang adekuat.
[ CITATION Kus181 \l 1057 ]
4) Tatalaksana Definitif
Terdapat beberapa pilihan tatalaksana defintif setelah batu uretra berhasil
didorong ke kandung kemih; tindakan definitif operasi terbuka telah berganti
menjadi minimal invasif. Uretroskopi dan litotripsi dengan laser atau
elektrohidraulik menjadi pilihan pertama. Namun, teknik operasi terbuka,
yaitu sistolitotomi masih sering dilakukan mengingat terbatasnya alat
endoskopi di beberapa rumah sakit. Pada kasus tertentu, lumen uretra terlalu
sempit untuk endoskopi karena struktur atau pada pasien anak, sehingga harus

6
dilakukan uretrotomi terbuka dilanjutkan dengan uretroplasti. Penyulit lain
seperti striktur dan divertikula sering dijumpai. Uretrotomi atau uretroplasti
menjadi pilihan. Jika ditemukan divertikula dapat dipilih divertikulektomi.
[ CITATION Kus181 \l 1057 ]

2.9. DEFINISI INFEKSI SALURAN KEMIH

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran


kemih, termasuk ginjal itu sendiri,akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Sebagian besar infeksi saluran kemihdisebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan
jamur juga dapat menjadi penyebabnya.Infeksi bakteri tersering disebabkan
oleh Escherichia coli. Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak
perempuan danwanita. Salah satu penyebabnya adalah uretra wanita yang
lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke
kandung kemih
ISK merupakan keadaan dimana saluran kemih terinfeksi oleh patogen
sehingga menyebabkan adanya bakteri pada urin yang dihasilkan. ISK secara
umum dibagi menjadi dua yaitu ISK atas yang melibatkan ginjal dan ISK
bawah. ISK dapat terjadi pada pria dan wanita dari semua umur, akan tetapi
wanita lebih sring terkena penyakit. Gejala yang paling umum ditimbulkan
ISK adalah nyeri perut bawah atau nyeri pada regio suprapubis yang di
perburuk pada saat buang air kecil dan disertai demam sumer-sumer.

2.10. ETIOLOGI

Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli.Infeksi


saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai gejala. Faktor risiko yang umum
mencakup ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya secara lengkap, penurunan mekanisme pertahanan
alamiah dari pejamu, peralatan yang dipasang pada traktus urinarius, seperti
kateter dan prosedur sistoskopi. Pasien diabetes sangat berisiko karena
peningkatan kadar glukosa dalam urin menyebabkan suatu infeksi-akibat
lingkungan pada traktus urinarius. Kehamilan dan gangguan neurologi juga
meningkatkan risiko karena kondisi ini menyebabkan pengosongan kandung
kemih yang tidak lengkap dan stasis urin.

7
Sistitis (infeksi saluran kemih bawah) adalah inflamasi kandung
kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra.
Penyebab lainnya aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih
(refluks uretrovesical), kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter atau
sistoskop. Sistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat beberapa
faktor (mis., prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung
kemih).

Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi nosokomial yang sering


terjadi. Beberapa penelitian menyebutkan, infeksi saluran kemih merupakan
40% dari seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan 80% infeksi saluran
kemih terjadi sesudah instrumentasi, terutama oleh kateterisasi

2.11. KLASIFIKASI

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis


infeksi kandung kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan
yaitu :

a) Kandung kemih (sistitis) yaitu organ yang bertanggug jawab


mengeluarkan air kemih. Gejala utamanya, meningkatnya frekuensi
berkemih, nyeri saat berkemih dan kadang-kadang darah dalam air
kemih, intensitasnya bervariasi dari satu orang ke orang yang lain.
Sistitis lebih cennderung mengenai wanita. Tanda pertama pada wanita
adalah rasa panas, kadang-kadang nyeri seperti disayat pisau saat
berkemih, yang perlahan-lahan menjadi nyeri tajam di bagian bawah
perut. Saat peradangan menyambar, penderita merasakan sakit punggung
yang tidak jelas disertai tidak enak badan.
b) Uretra (uretritis) adalah peradangan atau infeksi uretra, saluran yang
mengangkut urine dari kandung kemih keluar dari tubuh.
c) Prostat (prostatitis) adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada
kelenjar prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani yang
berfungsi untuk memberi makan dan membawa sperma. Prostatitis bisa
terjadi pada semua lakilaki dari segala usia.

8
d) Ginjal (pielonefritis) adalah penyakit infeksi pada ginjal disebabkan oleh
bakteri atau virus. Kandung kemih menyimpan urine sebelum di
kelurkan oleh tubuh.

2.12. MANIFESTASI KLINIK

ISK memunculkan gejala-gejala nyeri yang sering dan rasapanas ketika


berkemih, Spasame pada area kandung kemih, hematuria, nyeripunggung dapat
terjadi, demam, menggigil, nyeri panggul dan pinggang, nyeriketika berkemih,
malaise, mual dan muntah sehingga terjadi gangguan eliminasi urine

2.13. PATOFISIOLOGI

Sistitis (infeksi saluran kemih bawah) adalah inflamasi kandung kemih


yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab
lainnya aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih (refluks
uretrovesical), kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter atau sistoskop.
Sistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat beberapa faktor (mis.,
prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih)

Infeksi setelah pemasangan kateter dapat terjadi karena kuman dapat masuk
kedalam kandung kemih dengan jalan berenang melalui lumen kateter.
Pengurangan lama pemakaian kateter dapat menurunkan terjadinya infeksi
saluran kencing. Pemasangan kateter akan menurunkan sebagian besar daya
tahan pada saluran kemih bagian bawah dengan menyumbat saluran di
sekeliling uretra, mengiritasi mukosa kandung kemih dan menimbulkan jalur
masuknya kuman ke dalam kandung kemih. Pada pasien yang menggunakan
kateter, mikroorganisme dapat menjangkau saluran kemih melalui tiga lintasan
utama: yaitu dari uretra ke dalam kandung kemih pada saat kateterisasi; melalui
jalur dalam lapisan tipis cairan uretra yang berada di luar kateter ketika kateter
dan membran mukosa bersentuhan; dan cara yang paling sering melalui
migrasi ke dalam kandung kemih di sepanjang lumen internal kateter setelah
kateter terkontaminasi

ISK secara umum dibagi menjadi dua yaitu ISK atas yang melibatkan ginjal
dan ISK bawah. Gejala yang paling umum ditimbulkan ISK adalah nyeri perut
bawah atau nyeri pada regio suprapubis yang di perburuk pada saat buang air
kecil dan disertai demam sumer-sumer. Beberapa orang lebih rentan untuk

9
menderita ISK diantaranya adalah orang dengan abnormalitas struktur dan
fungsi pada saluran kemih seperti adanya kista dan divertikel, serta defek
neurologis yang menyebabkan retensi urin. Adanya benda asing pada saluran
kemih, keabnormalitasan metabolik dan menurunnya status imunitas juga dapat
memicu timbulnya ISK. Diagnosis ISK dapat ditegakkan apabila hasil
anamnesis sesuai dengan gejala, pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri
tekan suprapubik yang dipastikan dengan pemeriksaan urin mikroskopik yang
menunjukkan peningkatan >103 bakteri per lapang pandang.

2.14. PATHWAY

Escherichia Coli

Saluran kemih

Kandung kemih

Sistitis

Inflamasi

Edema Disuria Nokturia


↓ ↓
Obstreuksi saluran kemih Nyeri Akut

Retensi urine

gangguan eliminasi urine

10
2.15. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium
a) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b) Urine kultur :
a. Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya: streptococcus, E. Coli, dll
b. menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
C) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal
panggul. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
3. Cystoscopy
Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih

2.16. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka
kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan Perawatan dapat
berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi.

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

a. Membersihkan perineum dari depan ke belakang

b. Pakaian dalam dari bahan katun

c. Menghindari kopi, alkohol

11
2. Penatalaksanaan Medis

1) Obat-obatan

a. Anti biotik : Untuk menghilangkan bakteri.

b. Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

c. Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di
ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu

d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari


sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan
pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.

2) Analgetik dan Anti spasmodik

Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita

3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.


Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN BATU SALURAN KEMIH

Pengkajian Data Dasar Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kemih

1. Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien
terpapar suhu tinnggi,keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang
kronis atau adanya cedera pada medulla Spinalis.

2. Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan
;nyeri,ansietas atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit)
merah atau pucat.

3. Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus) Penurunan
haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK. Keinginan
/dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau perubahan
pola berkemih.

4. Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup
minum, terjadi distensi abdominal, penurunan bising usus.

5. Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha’genetalia, nyeri dangkal konstan
menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas
adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan
pada area ginjal pada palpasi .

6. Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.

7. Riwayat Penyakit :
13
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi,
natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
atau vitamin D.

3.2. DIAGNOSA

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;

1. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uroteral,trauma


jaringan, pembentukan oedema, iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral, inflamsi atau obstruksi mekanik.
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d mual muntal, diuresis
paska obstruksi.
4. Kurang pengetahuan tentang diet, kebutuhan pengobatan b/d tidak mengenal
sumber informasi.

3.3. INTERVENSI

NO. Diagnosa Tujuan-Kriteria Intervensi Rasionala


Keperawatan yang diharapkan

1. Nyeri akut b/d Nyeri hilang dengan Catat lokasi,lamanya Evaluasi tempat
peningkatan spasme terkontrol. intensitas,penyebara obstruksi dan kemajuan
frekuensi n,perhatikan tanda- gerakan kalkulus
/dorongan tanda non
kontraksi Kriteria ; verbal,misalnya
ureteral,trauma merintih,mengaduh
- Pasien tampak
jaringan,pemben dan gelisahansietas.
rileks.
tukan edema,
- Pasien mampu Jelaskan penyebab
iskemia seluler. Membantu dalam
tidur/istirahat nyeri dan perubahan
meningkatkan
dengan tenang karakteristik nyeri.
kemampuan koping
- Tidak gelisah,
pasien serta menurunkan
tidak merintih
14
ansietas

Berikan tindakan Meningkatkan


nyaman,misalnya relaksasi,menurunkan
pijatan tegangan otot,
punggung,ciptakan
lingkungan yang
tenang.

Bantu atau dorong Mengarahkan kembali


penggunaan nafas perhatiandan membantu
berfokus dalam relaksasi otot.

Bantu dengan Meningkatkan lewatnya


ambulasi sering s/d batu,mencegah stasis
indikasi tingkatkan urine,mencegah
pemasukan cairan pembentukan batu
sedikitnya 3-4 selanjutnya.
lt/hariatau s/d
indikasi.
Obstruksi lengkap ureter
Perhatikan keluhan
dpt.menyebabkan
peningkatan/meneta
ferforasi,dan ekstravasasi
pnya nyeri abdomen.
urine ke dalam area
Berikan kompres perirenal.
hangat pada
punggung

KOLABORASI:
Dipakai selama episode
Berikan obat sesuai
akut, untuk menurunkan
dengan indikasi
kolik ureter dan relaksasi
- Narkotik otot.
- Antispasmodik
.Menurunkan refleks

15
spasme shg. Mengurangi
nyeri dan kolik.

Menurunkan edema
- Kortikosteroid
jaringan ,shg. Membantu
gerakan batu.

Mencegah stasis
Pertahankan patensi urine,menurunkan resiko
kateter bila peningkatan tekanan
digunakan. ginjal dan infeksi.

2. Perubahan Perubahan eliminasi Awasi pemasukan Evaluasi fungsi ginjal


eliminasi urine urine tidak terjadi dan pengeluaran dgn.memerhatikan tanda-
b/d stimulasi serta karakteristik tanda
kandung kemih urine komplikasimisalnya
oleh batu, iritasi Kriteria : infeksi,atau perdarahan.
ginjal, atau
- Haematuria tidak Kalkulus
ureter, obstruksi Tentukan pola
ada. dpt.menyebabkan
mekanik atau berkemih normal.
- Piuria tidak eksitabiliats
inflamsi.
terjadi saraf,yg.menyebabkan
- Rasa terbakar kebutuhan sensasi
tidak ada. berkemih .segera.
- Dorongan ingin
Membilas
berkemih terus
Dorong bakteri,darah.dan
berkurang.
meningkatkan debris,membantu
pemasukan cairan lewatnya batu.

Catat adanya Identifikasi tipe batudan


pengeluaran dalam alternatif terapi
urinek/p kirim ke lab
untuk dianalisa.
Retensi
Observasi keluhan
urine,menyebabkan
kandung
distensi
kemih,palpasi dan

16
perhatikan jaringan.,potensial resiko
output,dan edema. infeksi dan GGK.

Obserevasi
perubahan status
Ketidakseimbangan
mental.,prilaku atau
elektrolit dpt.menjadi
tingkat kesadaran.
toksik pada SSP.

Kolaborasi ;

Monitoring
Peninggian BUN,indikasi
pem.Lab,BUN.kreati
disfungsi ginjal.
nin

Ambil urine untuk


kultur dan
sensitivitas
Evaluasi adanya ISK.atau
Berikan obat sesuai penyebab komplikasi.
dgn program;

- diamox,
Meningkatkan pH.urine
alupurinol
menurunkan
pembentukan batu asam.
- Esidrix, Higroton
Mencegah stasis urine

- Amonium
Klorida,Kalium,, Menurunkan
atau pembentukan batu fosfat
Natrium,fosfat,.

- Agen antigon,
(Ziloprim) Menurunkan produksi
17
asam urat

- Antibiotik

Adanya ISK potensuial


- Nabic pembentukan batu.

Mencegah pembentukan
- Asam Askorbat beberapa kalkuli.

Mencegah berulangnya
- Pertahankan pembentukan batu
patensi kateter. alkalin.

Mencegah retensi,dan
Irigasi dgn. Asam komplikasi.
atau larutan alkalin.
Mengubah pH.urine
mencegah pembentukan
batu.

3. Resiko tinggi Keseimbangan Catat insiden Mengesampingkan


kekurangan cairan adekuat muntah,mual, kejadian abdominal lain.
volume cairan perhatikan
b/d mual, karakteristik, dan
muntah, diuresis Kriteria : frekuensi.
pasca obstruksi.
- Intake dan output Tingkatkan
seimbang pemasukan cairan
Mempertahankan
- Tanda vital stabil
3-4 lt / hari dalam keseimbangan cairan dan
(TD 120/80
toleransi jantung. homeostasis.
mmHg. Nadi 60-
100, RR16-20,
suhu 36.5°-37°C)
Awasi tanda vital, Penurunan
- -Membran
evaluasi nadi, turgor LFG.merangasang
mukosa lembab
kulit dan membran produksi renin, yg.
- Turgor kulit
mukosa. Bekerja meningktakan
baik.

18
TD.

Timbang berat badan Peningkatan BB.yang


tiap hari cepat,waspada retensi

Kolaborasi:

Awasi Mengkaji hidrasi,


Hb,Ht,elektrolit, kebutuhan intervensdi.

Berikan cairan IV Mempertahankan volume


sirkulasi

Mempertahnakan
Berikan diet
keseimbangan nutruisi.
tepat,cairan
jernih,makanan
lembut s/d toleransi

Berikan obat s/d


Menurunkan mual
indikasi antiemetik,
muntah
(misal compazin )

4. Kurang Pasien dapat Kaji ulang proswes Memberikan


pengetahuan memahami tentang penyakit dan pengetahuan
tentang diet, dan diet,dan program harapan masa datang dasar,membuat pilihan
kebutuhan pengobatan berdasarkan informasi
pengobatan
Pemahaman
Kaji ulang program
diet,memberikan
Kriteria : diet, sesuai dengan
kesempatan untuk
indikasi
- Berpartisipasi memilih sesuai dgn.
dalam program Informasi,mencegah
pengobatan kekambuhan.
- Menjalankan diet
Menurunkan pemasukan
Diskusikan tentang:

19
Pemberian diet oral thd.prekursor asam
rtendah purin, urat
(membatasi daging
berlemak,kalkun,tum
buhan
polong,gandum,alko
hol)

Pemberian diet
rendah Ca.
(membatasi
Menurunkan resiko
susu,keju,sayur
pembentukan batu
hijau,yogurt.)
kalsium.
Pemberian diet
rendah oksalat
membatasi konsumsi
coklat,minuman
Menurunkan
kafein,bit,bayam.
pembentukan batu
Diskusikan program oksalat.
obat-obatan ,hindari
Obat yang diberikan
obat yang dijual
untuk mengasamkan
bebas dan baca
urin,atau
labelnya.
mengalkalikan,menghind
Tunjukan perawatan ari produk
yang tepat kontraindikasi.
thd.insisi/kateter bila
ada.

3.4 EVALUASI
1. Penurunan keluhan dan respons nyeri
2. Terjadi perubahan pola miksi
3. Peningkatan asuhan nutrisi
4. Penurunan tingkat kecemasan

20
5. Pemenuhan diet yang sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.

3.5 PENGKAJIAN INFEKSI SALURAN KEMIH

Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data


tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009) Proses
pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :

1. Identitas pasien
Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnose
medis dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung
jawab.
2. Keluhan utama.
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika
klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala,
malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri
pinggang.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air
kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan
biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya
sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor
yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri,
apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan
nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah
lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
b) Riwayat kesehatan dahulu
21
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi
saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami
klien.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk
keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti
DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini
lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya
hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan yang dicurigai dapat
memperburuk atau mempperparah keadaan klien.
d) Riwayat Psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya
berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.
e) Riwayat kesehatan lingkungan.
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit
seperti stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya
ISK.
f) Data tumbuh kembang
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan
mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan dengan ketentua-
ketentuan perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan
bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan
kepribadian dan perkembangan sosial.
g) Pola kebiasaan kebutuhan dasar manusia
1) Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat
2) Makan dan minum
Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena adanya mual dan
muntah
3) Eliminasi

a. BAB : Tidak ada keluhan

b. BAK : Adanya dysuria

c. Frekuensi miksi yang bertambah

22
d. Nyeri suprapubik

e. Bau urine yang tidak menyenangkan dan berwanra keruh

f. Pergerakan yang berhubungan dengan sikap terbatasnya


pergerakan karena
g. adanya nyeri dan kelemahan fisik
4) Istirahat dan tidur
Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa nyeri dan rasa
mual muntah
5) Memilih, menggenakan dan melepaskan pakaian
Jika kondisi pasien tidak memungkinkan maka dalam memilih,
menenakan, dan melepaskan pakaian dibantu oleh perawat dan
keluarga.
6) Suhu tubuh
Peningkatan suhu tubuh disertai dengan demam
7) Kebersihan dan kesegaran tubuh

Pasien Infeksi Saluran Kemih dengan pergerakan terbatas dalam


melaksanakan personal higyene dibantu oleh perawat dan keluarga

8) Menghindari bahaya.

Kemungkinan karena kelemahan fisik maka pasien diawasi atau


didampingi keluarga atau perawat.

9) Beribadah sesuai keyakinan.

Pada umumnya pasien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha
Esa

10) Komunikasi dengan orang lain.

Pasien kurang berkomunikasi karena adanya nyeri dan kelemahan fisik

11) Mengerjakan dan melaksanakan sesuai perasaan


Dalam mengerjakan dan melaksanakan aktifitasnya pasien dibantu oleh
perawat dan keluarga.

23
12) Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi
Pasien tidak mampu melaksanakan rekreasi karena penyakitnya
13) Belajar dan memuaskan keingintahuan yang mengarah pada
perkembangan kesehatannya.
Pasien sering meminta informasi tentang penyakitnya dan
perkembangan kesehatannya.

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat di lakukan yaitu :
1. Kepala dan rambut : Tidak ada kelainan
2. Wajah : Ekspresi wajah meringis

3. Mata : Bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva


anemis

4. Telinga : Tidak ada kelainan

5. Hidung : Tidak ada kelainan

6. Mulut & gigi : Bibir kering dan lidah kotor

7. Leher : Tidak ada kelainan

8. Perut
Inspeksi : frekuensi napas meningkat Perut
Palpasi : distensi abdomen & nyeri tekan suprapubik.
9. Ekstremitas atas dan bawah : Terpasang infus dan Kateter

10. Kulit
Inspeksi : Kulit kering
5) Pemeriksaan Penunjang
1) Diagnosis pasti dikatakan dengan kulturorganisme melalui urine
Dipakaites stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria,
glukosuriadan PH

2) Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat piuria (>
2000 leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK

24
3) Pemeriksaan urinalisis:

a. Keruh

b. Bakteri

c. Pituria

d. Sel darah putih

e. Sel darah merah mungkin ada.

3.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Infeksi berhubungan dengan masuknya kuman ke kandung kemih
2. Nyeri berhubungan dengan infeksi saluran kemih
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan nokturia)
yang  berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi kuman ke dalam tubuh.
5. Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya nyeri dan kelemahan fisik
7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit ISK.

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Infeksi Tidak -      kaji TTV -      mengetahui
berhubungan terjadinya -      catat tanda-tanda
dengan infeksi setelah karakteristik infeksi
masuknya diberikan urine -      untuk
kuman ke tindakan -      tampung mengetahui

25
kandung kemih. keperawatan urine mid adanya kuman
Ditandai dengan: ditandai sternum penyebab
DS    :   pasien dengan: -      anjurkan -      menghindari
mengeluh nyeri Tidak ada mandi penyebaran
    - wajah meringis nyeri dan menggunakan infeksi
    - adanya tanda- tanda-tanda sabun anti -      membantu
tanda infeksi infeksi bakteri menghilangkan
-      hindari infeksi dan
mandi rendam menurunkan
-      kolaborasi panas
untuk
pemberian
antibiotic 3-5
hari parenteral
dan obat
penurun panas.

2 Nyeri Tidak adanya -      kajih sifat, -      mengetahui


berhubungan nyeri . intensitas, keadaan pasien
dengan infeksi Dengan lokasi, lamanya untuk
saluran kemih. criteria hasil: dan factor melaksanakan
Ditandai dengan:
DS : Tidak ada pencetus serta tindakan
DS : Pasien mengeluh keluhan nyeri penurun nyeri selanjutnya
nyeri seperti  waktu BAK -      pantau urine -      untuk
terbakar waktu dan tidak ada terhadap mengidentifikasi
buang air kecil, nyeri pada perubahan indikasi
mengeluh nyeri daerah warna, bau dan kemajuan atau
pada daerah pinggul pola berkemih, penyimpangan
pinggul DO : Ekspresi masukan dan dari hasil yang
DO  :   Ekspresi wajah rileks keluaran setiap diharapkan
wajah meringis 8 jam serta
hasil urinalisis
ulang.
3 Perubahan pola Pasien dapat -      berikan -      Diharapkan
eliminasi urine berkemih kenyamanan dapat
(disuria, sesuai pola non mengurangi rasa

26
dorongan, eliminasi farmakologis : nyeri
frekuensi, dan yang Bantu pasien
nokturia) yang  mendekati mengambil -      Analgetik
berhubungan normal. posisi yang memblok
dengan infeksi Dengan nyaman lintasan nyeri,
saluran kemih. criteria hasil: -      kolaborasi sehingga
Ditandai dengan: DS :  tidak dengan dokter mengurangi
DS :  - Pasien ada kelihan untuk nyeri
mengeluh sering DO : tidak pemberian -      Pemberian
BAK, ada nokturia analgetik antibiotic
      - adanya -      Akibat haluan
nokturia,   -      berikan urine
disuria antibiotic memudahkan
-      anjurkan berkemih sering
pasien untuk dan memantuh
meningkatkan salurean kemih
masukan cairan
peroral untuk -      Untuk
mengencerkan mengetahui
urine. perkembangan
-      Kaji haluan kesehatan pasien
urine
-      Mengawasi
ketelitian
-      Ukur dan pengosongan
catat haluan kandung kemih
urine setiap -      Mengurangi
kali berkemih resiko terjadinya
-      Bantu kecelakaan
pasien ke -      Mengetahui
kamar kecil adanya distensi
dan memakai
pispot atau -      Menghindari
urinal nokturia
-      Palpasi sehingga pasien

27
kandung kemih dapat tidur
setiap 4 jam secara maksimal
-      Menghindari
minum 2-3 jam
sebelum tidur
dan anjurkan
untuk
berkemih
sebelum tidur.

4 Peningkatan Suhu tubuh -      Kaji tanda- -      Mengetahui


suhu tubuh kembali tanda vital keadaan umum
berhubungan normal pasien
dengan invasi dengan -      Beri -      Dapat
kuman ke dalam criteria hasil kompres air membantu
tubuh. Ditandai
DS :   Pasien hangat fasodilatasi
dengan : mengatakan pembuluh darah
DS :  Pasien badan tidak sehingga
mengatakan terasa panas mempermudah
bahwa badan DO :    Suhu -      Anjurkan terjadinya
terasa panas tubuh kembali pasien untuk penguapan tubuh
DO :    Suhu normal minum air -      Diharapkan
badan meningkat dapat
menurunkan
-      Kolaborasi suhu tubuh
dengan dokter pasien dan
untuk memenuhi
pemberian anti kebutuhan cairan
pireutik tubuh.
-      Antipireutik
dapatb
membantu
menurunkan
suhu tubuh.
5 Perubahan Kebutuhan -      Kaji -      Mengetahui
pemenuhan nutrisi frekuansi perkembangan

28
kebutuhan terpenuhi makan pasien asukan nutrisi
nutrisi kurang dengan perhari -      Mengetahui
dari kebutuhan criteria: -      Timbang perkembangan
tubuh DS :    berat badan status nutrisi
berhubungan Adanya nafsu pasien
dengan mual dan makan -      Beri makan -      Usaha untuk
muntah. DO : Porsi makan porsi sedikit memenuhi
Ditandai dihabiskan, tapi sering kebutuhan
dengan : tidak ada -      Kolaborasi nutrisi tubuh
DS : Anoreksia mual dan dengan dokter -      Membantu
DO : Porsi muntah untuk meningkatkan
makan tidak pemberian nafsu makan
dihabiskan antiemetika pasien
-      Anjurkan
keluarga
membawa
makanan yang
disukai pasien
6 Intoleransi Pasien dapat -      Kaji tingkat -      Mengetahui
aktivitas melakukan kemampuan tingkat
berhubungan aktifitas. dalam kemampuan
dengan adanya Dengan melakukan pasien dalam
nyeri dan criteria hasil: aktifitas melaksanakan
kelemahan fisik:
DS : Pasien aktifitas
DS : pasien mengatakan -      Bantu -      Kebutuhan
mengatakan dapat pasien dalam pasien dapat
nyeri saat bergerak dan memenuhi terpenuhi
bergerak melakukan kebutuhannya -      Meningkatka
DO : pergerakan aktifitas -      Latih pasien n kemampuan
terbatas      Pasien dapat dalam dalam
kelemahan fisik beraktifitas melakukan melaksanakan
secara aktifitas secara aktifitas
mandiri mandiri
7 Ansietas Ansietas -      Kaji tingkat -      Mengetahui
berhubungan berkurang. pengetahuan tingkat
dengan Dengan pasien tentang pengetahuan

29
kurangnya criteria hasil: penyakit ISK pasiententang
pengetahuan DS : pasien -      Observasi penyakitnya
tentang penyakit menyatakan situs psikis -      Mengetahui
ISK. Ditandai pengetahuan pasien tingkat
dengan : yang akurat kexcemasan dan
Pasien bertanya tentang -      Beri mekanisme
tentang penyakitnya penjelasan koping pasien
penyakitnya DO : Pasien tentang -      Diharapkan
Pasien gelisah, tampak rileks, penyakitnya pasien
mekanisme ansitas memahami
koping menurun berkurang -      Ajarkan tentang
nama obat, penyakitnya
dosis, waktu, sehingga
dan cara serta mengurangi
efek samping ansietas
obat -      Untuk
-      Anjurkan mengurang
pasien untuk kesalahan dan
menghindari pemberian terapi
minum kopi, obat oleh
the, cola dan keluarga atau
minuman pasien
beralkohol  -      Untuk
mengurangi
timbulyan gejala
iritasi yang lebih
buruk.

3.7 INTERVENSI KEPERAWATAN

3.8 EVALUASI
Tujuan dari evaluasi adalah ntuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai
dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikat.
Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1. Daftar tujuan-tujuan pasien.
2. Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.
30
3. Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.
4. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak.
Melihat bahasan diatas, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan
hasil pencapaian yang telah dilakukan dengan berdasarkan kriteria hasil dan
tujuan.

31
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit tersering di bidang


urologi. Di negara berkembang seperti Indonesia, angka BSK terus
meningkat.Kebanyakan pasien memilikibatu saluran kemih bagian atas, sehingga
penanganan batu saluran kemih bagian bawah seperti batu uretra seringterlupakan.
Keluhan utama nyeri pada retensi urin akut yang disebabkan oleh batu uretra
membutuhkan tindakan segera. Terbatasnya fasilitas endoskopi menambah
pentingnya penanganan akut kasus batu uretra di Unit Gawat Darurat. Sedangkan
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itusendiri,akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar
infeksi salurankemihdisebabkan oleh bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat
menjadi penyebabnya.Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli.
Adapuan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien kita harus telebih dahulu
memahami kerangka penyakit yang akan kita kaji, seperti definisi, etiologi,
patofisiologi,dan manefestasi klinis, dll.

32
DAFTAR PUSTAKA

Cempaka. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.S DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI
RUANGAN ANAK. Bukittinggi: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG.

Christoper, K. (2018). Diagnosis dan Tatalaksana Batu Uretra. Continuing Medical Education , 95-97.

Christoper, K. (2018). Diagnosis dan Tatalaksana Batu Uretra. Continuing Medical Education , 95-97.

Gultom, R., & Famaugu, P. (2018). ANALISIS KATETERISASI TERHADAP KEJADIAN INFEKSI DI SALURAN
KEMIH PADA PASIEN RUANG RAWAT INAP RSU IMELDA PEKERJA INDONESIA (IPI). JURNAL ILMIAH
FARMASI IMELDA , 1-6.

Lestari, L. F. (2019). ANALISIS CARA PENANGANAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH
PADA PASIEN DI POLIKLINIK UROLOGI RSUD DR M YUNUS BENGKULU. JURNAL SURYA MUDA , 1-6.

MAWADDAH, I. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFEKSI SALURAN KEMIH. Jombang:
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEEPRAWATAN.

Muttqin, A., & sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Wardana, I. N. (2017). Urolithiasis. Bagian Anatomi FK Unud , 12-14.

33
34

Anda mungkin juga menyukai