Oleh :
Hidayat (1911011061)
2021
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
a. Definisi..........................................................................................1
b. Etiologi..........................................................................................2
c. Patofisiologi dan Pathway..........................................................5
d. Manifestasi Klinik.......................................................................8
e. Pemeriksaan Penunjang.............................................................9
f. Penatalaksaan Medis.................................................................10
B. Konsep Dasar Keperawatan................................................................15
a. Pengkajian..................................................................................15
b. Diagnosa Keperawatan............................................................20
c. Rencana Asuhan Keperawatan...............................................21
BAB II TINJAUAN KASUS..........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................29
TELAAH JURNAL.....................................................................................30
LAMPIRAN..................................................................................................35
iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
1. Faktor intrinsik
2. Faktor ekstrinsik
2
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
saluran kemih, yaitu:
1. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria,
hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
3. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita
dengan perbandingan 3:1
4. Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika
dan Asia. 3
4. Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit
batu saluran kemih memiliki resiko untuk menderita
batu saluran kemih dibanding dengan yang tidak
memiliki anggota keluarga dengan batu saluran kemih.
5. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat
yang didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis
dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam
urine meningkat.
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang
lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak
mengeluarkan panas sehingga pengeluaran cairan
menjadi meningkat, apabila tidak didukung oleh hidrasi
yang adekuat akan meningkatkan resiko batu saluran
kemih.
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani,
kalsium, natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi
garam akan meningkatkan resiko pembentukan batu
karena mempengaruhi saturasi urine. 4
c. Patofisiologi dan Pathway
2. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam
urin seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat
akan mempermudah terbentuknya batu.
5
3. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas
substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan
mengendap sistin,, santin, asam dan garam urat.
Sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.
6
Pathway Batu Saluran Kemih :
Prognosis
pembedahan
Defisiensi Respon
Kurang Informasi Psikologis
pengetahuan
Anseitas
7
d. Manifestasi Klinik
8
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa
Warna mungkin kuning, cokelat gelap, berdarah, secara
umum menunjukkan Kristal (sistin, asam urat, kalsium
oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat
ammonium, atau batu kalsium fosfat), urin 24 jam :
(kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat), kultur urin menunjukan Infeksi
saluran kemih (ISK), Blood ureum nitrogen (BUN
/kreatinin serum dan urin) ; abnormal (tinggi pada
serum atau rendah pada urin).
2. Darah lengkap
Hemoglobin, hematokrit ; abnormal bila pasien dehidrasi
berat atau polisitemia.
8. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan
kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi
ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine
dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat,
kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya
dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya
riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada
klien.
f. Penatalaksanaan Medis
3. Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah
mengubah secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi
ureteroskopi dengan pemecah batu ultrasound, EHL,
laser dan pneumatik telah sukses dalam memecah batu
ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk
ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga
diperlukan alat pemecah batu seperti yang disebutkan di
atas. Pilihan untuk menggunakan jenis pemecah batu
tertentu, tergantung pada pengalaman masing-masing
operator dan ketersediaan alat tersebut.
5. Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa
beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter
mungkin masih dilakukan. Hal tersebut tergantung pada
anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa dilakukan
lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saat ini
operasi terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2
persen saja, terutama pada penderita-penderita dengan
kelainan anatomi atau ukuran batu ureter yang besar.
14
B. Konsep Dasar Keperawatan
a. Pengkajian Fokus
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan
dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui
anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2. Anamnesis
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,
suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada
daerah pinggang, urine lebih sedikit, hematuria,
pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine
berwarana kuning keruh, sulit untuk berkemih, dan
nyeri saat berkemih.
a. Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien
teratur saat inspirasi dan ekspirasi dan tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan
16
c. Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
(kalkulus). Penurunan haluaran urin, kandung kemih
penuh, rasa terbakar saat buang air kecil. Keinginan
dorongan ingin berkemih terus, oliguria, hematuria,
piuri atau perubahan pola berkemih.
g. Kebutuhan Kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi
tergantung pada lokasi batu misalnya pada panggul di
regio sudut costovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen dan turun ke lipat paha genetalia,
nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di
pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri yang khas adalah
nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan
lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
17
h. Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan
selama dirawat di rumah sakit.
h. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada
vesikolitiasis serta proses penyakit dan
penatalakasanaan.
4. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
c. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva
apakah anemis.
d. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak
napas.
e. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya
keluaran.
18
f. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang
tanggal, mukosa bibir biasanya kering, pucat.
g. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh
tubuh dan peningkatan kerja jantung.
h. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal,
kardiomegali.
i. Pemeriksaan Paru
Pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara
napas abnormal
j. Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual
dan muntah. Palpasi ginjal dilakukan untuk
mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat
teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
k. Pemeriksaan Genitalia
Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat
adanya hematuri, retensi urine, dan sering miksi.
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan,
duduk dan bangkit dari posisi duduk, tidak ada
deformitas dan fraktur.
19
b. Diagnosa Keperawatan
4. Defisiensi pengetahuan
kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/ mengingat; salah interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi.
20
Diagnosa Post Operasai
1. Nyeri
berhubungan dengan adanya insisi bedah
2. Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan prosedur invasif : alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
Trauma jaringan, insisi bedah.
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan berlangsung dalam 3 tahap. Tahap
pertama merupakan tahap persiapan yang mencakup pengetahuan
tentang validasi rencana, implementasi remcana, persiapan klien
dan keluarga. Tahap kedua merupakan puncak implementasi
keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Pada tahap ini,
perawat menyimpulkan data yang di hubungkan dengan reaksi
klien. Tahap ketiga meruapakan terminasi perawat- klien setelah
implementasi keperawatan selesai di lakuakan(Asmadi,2008).
Intervensi yang di susun berdasarkan NANDA NOC NIC: Nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera biologis Nursing Outcomes
Intervention (NOC): kepuasan klien : manajemen nyeri yaitu : 25
nyeri terkontrol, tingkat nyeri di pantau secara regular, mengambil
tindakan untuk mengurangi nyeri, memberikan informasi tentang
pembatasan aktivitas. Masalah keamanan di tangani dengan obat
nyeri. Nursing intervesion Classification (NIC) manajemen Nyeri:
Evaluasi efektifitas tindakan pengontrolan nyeri yang pernah di
lakukan oleh pasien, observasi nyeri yang di alami pasien setiap 15
menit, kolaborasi dengan pasien dan tim kesehatan lainnya untuk
menggunakan teknik nonfarmakologi, kurangi faktor-faktor yang
dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri, kolaborasi
pemberian analgesic.Gangguan eliminasi urin b.d infeksi saluran
kemih Nursing Intervetions Classification (NIC): kepuasan klien:
manajemen eliminasi urin: monitor/ pantau eliminasi urin
(frekuwensi, konsistensi, bau, volume dan warna dengan tepat),
monitor untuk tanda dan gejala retensi urine, mengintstruksikan
kepada pasien untuk memantau tanda dan gejala infeksi saluran
kemih, anjurkan klien untuk minum air 200 ml pada saat makan
di antara waktu makan dan awal petang. Nursing Outcome
Classification (NOC): manajemen eliminasi urin: memelihara
control pengeluaran urin, mengosongkan blader secara sempurna,
tidak terdapat pengeluaran urin saat terjadi penekanan
abdominal(missalnya, bersin, batuk tertawa), intake cairan dalam
rentang yang di harapkan, mampu toileting mandiri, pola
eliminasi dalam rentang yang di harapkan, bau urin dalam
rentang normal, warna urine dalam rentang normal.
D. Pelaksanaa Keperawatan
Pelaksanaan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan
guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Kemampuan yang di miliki perawat dalam tahap implementasi
adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk 26
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan
evaluasi (Asmadi, 2008). implemetasi dilakukan setelah
perencanaan dirancang dengan baik. Tindakan keperawatan
dimulai pada tanggal 28 Mey 2019 yaitu: Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera biologis penyakit implementasi yang telah
dibuat adalah (08:45) mengkaji nyeri yang telah dirasakan pasien
dengan menggunakan PQRST (P : Nyeri timbul saat berkemih, Q :
Nyeri seperti tertusuk-tusuk dan panas , R : Nyeri dirasakan pada
daerah perut dan menjalar sampai kedaerah pinggang bagian
belakang, S : Skala nyeri 6 yaitu sedang, T : Nyeri hilang muncul ),
(09.32) mengobservasi nyeri (09:40) memberikan informasi
tentang nyeri seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan, (10:20) melatih teknik relaksaksi napas dalam,
(10.20), mengevaluasi respon pasien dari hasil tindakan teknik
relaksaksi napas dalam, (11:00) memberikan terapi analgetik
sesuai anjuran yaitu obat Katerolac 1 ampul/Intra Vena. Gangguan
Eliminasi Urine dengan tindakan yang dilakukan (11:10) : monitor
untuk tanda dan gejala retensi urine, ajarkan pasien tanda dan
gejala infeksi saluran kemih, menganjurkan kepada keluarga agar
banyak minum air, (11:30), mengobservasi asupan nutrisi sebagai
asupan yang adekuat.
E. Evaluasi
28
DAFTAR PUSTAKA
Muslim, Rifki. 2007. Batu Saluran Kemih Suatu Problem Gaya Hidup
dan Pola Makan serta Analisis Ekonomi pada Pengobatannya. Pidato
Pengukuhan. Diucapkan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar
Ilmu Bedah Fak. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, 3 Maret
2007.
1. Jurnal Internasional
PENELAAH Kelompok 8 :
1. Hidayat (1911011061)
2. Noviar Alfagyta Z. M. (1911011046)
3. Anindya Ayu N. R. (1911011077)
4. Dwi Agustin (1911011051)
5. Khoiruz Zaman (1911011050)
6. Dhimas Fatahillah A. (1911011078)
TANGGAL 10 Maret 2020
TELAAH
B. IMPORTANCE
6. Apakah penelitian ini penting?
Melihat jumlah penderita ISK di Indonesia serta tingkat
kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup
tinggi.Maka penelitian ini penting dilakukan untuk
meminimalisir penderita serta meningkatkan pengetahuan
penanganan olehRSUD Dr. Soedarso Pontianak serta
masyarakat.
C. APPLICABILITY
8. Apakah penelitian ini dapat diterapkan?
YA, karena hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi
tentang angka kejadian dan karakteristik dari penderita.
2. Jurnal Nasioal 31
JUDUL IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB
INFEKSI SALURAN KEMIH PADA
PASIEN UROLITHIASIS DI RUANG
PERAWATAN BEDAH RSUD ULIN
BANJARMASIN PERIODE JUNI-
AGUSTUS 2013
PENELAAH Kelompok 8 :
1. Hidayat (1911011061)
2. Noviar Alfagyta Z. M. (1911011046)
3. Anindya Ayu N. R. (1911011077)
4. Dwi Agustin (1911011051)
5. Khoiruz Zaman (1911011050)
6. Dhimas Fatahillah A. (1911011078)
TANGGAL TELAAH 10 Maret 2020
A. VALIDITY
32
2. Apakah subjek penelitian ini diambil dengan cara yang tepat?
33
B. IMPORTANCE
C. APPLICABILITY
34
LAMPIRAN
1. Jurnal
JVK
JURNAL VOKASI KESEHATAN
http://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JVK
Info Abstrak
Artikel
Batu Saluan Kemih (BSK) merupakan masalah kesehatan
Sejarah artikel :
yang sudah lama dikenal dan menempati urutan ketiga di
Diterima 28
bidang Urologi. Berdasarkan data di RSUD Dr. Soedarso
November
Pontianak data kasus BSK selalu mengalami peningkatan
2017
setiap tahunnya, yaitu sebanyak 31,23% tahun 2014,
Disetujui 19 sebanyak 36,18% tahun 2015 dan sebanyak 44,75% pada
Januari 2018
bulan Januari-November 2016. BSK memiliki risiko lebih
Dipublikasi 31 besar diderita oleh laki-laki. Laki-laki memiliki anatomi
Januari 2018
saluran kemih lebih panjang dari perempuan. Selain itu,
Keywords: dalam urine laki-laki kadar kalsium lebih tinggi,
Makanan;
Batu diperparah jika memiliki kebiasaan menahan buang air
Saluran kecil dan pola makan yang kurang baik. Tujuan
Kemih
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan 35
besar risiko kasus dan 48 kontrol) yang diambil dengan teknik
antara purposive sampling. Uji statistik menggunakan chi-
konsumsi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian
makanan ini menunjukan faktor yang menjadi risiko terbentuknya
dengan batu
BSK adalah konsumsi konsumsi sumber protein (p value
saluran
= 0,051, OR: 2,616 (1,083-6,321)), konsumsi sayur ( p-
kemih. Jenis
value = 0,040, OR: 2,571(1,124-5,884)). Disarankan
penelitian ini
kepada RSUD Dr. Soedarso Pontianak untuk
adalah desain
mengadakan promosi kesehatan secara berkala dengan
kasus kontrol.
memanfaatkan media televisi yang tersedia di ruang
Sampel
tunggu pasien terutama mengenai makanan-makanan
penelitian
yang dapat menyebabkan terbentuknya BSK seperti
sebanyak 96
konsumsi sumber protein tinggi dan sayur mengandung
responden (48
oksalat.
Abstract
BSK (Urinary track stone; Urolithiasis) is a health problem that had
long been known and ranked in the third place of Urology. Based on
the data in the RSUD Dr. Soedarso Pontianak BSK case data always
has increased each year. In 2014 as much as 31.236 cases. In 2015 the
proportion of urinary stone disease was 36.182%. While in the period
January-November of 2016 the proportion of urinary stone disease
was 44.75%. BSK has greater risk suffered by men. Men have the
anatomy of the urinary tract is longer than the female. In addition, in
the male urine calcium levels are higher, compounded if you have the
habit of holding urinate and bad eating patterns. The purpose of this
study is to determine the relationship between food consumption at
the risk of urinary tract stones. Type of this research is a case-control
design. The Sample research is 96 respondents (48 cases and 48
controls) taken with purposive sampling technique. Statistical tests
using the chi-square with a confidence level of 95%. The results of
this study indicate that factors into the risk of formation of BSK is a 36
source of protein consumption consumption (P Value = 0.051, OR:
2,616 (1,083- 6,321)), vegetable consumption (P Value = 0.040, OR:
2.571 mg (1,124-5,884)). It is recommended to the Provincial
Hospital Dr. Soedarso Pontianak convene regular health promotion
by making use of television media available in the waiting room of a
patient primarily about the foods that can cause the formation of
such BSK the consumption of high protein and vegetable sources
contain oxalate.
©2018, Poltekkes
Alamat Kemenkes Pontianak
46 ISSN 2442-5478
koresponde
nsi :
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas
Muhammadiyah Pontianak, Indonesia
Email: elly_occ.health@yahoo.co.id
37
Elly Trisnawati & Jumenah, Konsumsi Makanan yang
JVKBerisiko
4 (1) (2018)
Terhadap Kejadian Batu Saluran Kemih
38
BSK dipengaruhi oleh fak- tor batu saluran kemih dalam urin 2,125
intrinsik dan faktor ekstrinsik. kali lebih tinggi dibanding dengan
Faktor intrinsik adalah faktor penduduk dengan konsumsi sayur
yang berasal dari dalam rendah dengan pvalue = 0,020
individu sendiri antara lain (Sulistiyowati, Dkk 2013).
umur, jenis kelamin dan Berdasarkan penelitian yang
keturunan. Faktor ekstrinsik dilakukan oleh Krisna, D.N.P (2011)
adalah faktor yang berasal dari bahwa ada hubungan yang sig-
luar indi- vidu antara lain nifikan antara konsumsi sumber
kondisi geografis, iklim, protein dengan ke- jadian batu ginjal.
kebiasaan Konsumsi sayuran hijau merupa- kan
makan, zat atau bahan kimia faktor pemicu terbentuknya BSK.
yang terkandung dalam air Sayuran hijau kaya akan vitamin dan
dan lain sebagaianya serat ini juga mengandung oksalat
(Purnomo, 2011). dalam jumlah tinggi, jika dikonsumsi
Konsumsi protein yang terlalu banyak makanan tinggi
berlebihan akan men- oksalat akan meningkatkan jumlah
ingkatkan terbuangnya oksalat dalam urine, yang berikatan
kalsium yang kemudian dengan kalsium dalam urine
menurunkan pH (tingkat sehingga membentuk BSK kalsium
keasaman ) urine sehingga oksalat. Konsumsi sayur tinggi
terbentuklah batu saluran mempunyai risiko kejadian batu
kemih. Berdasarkan peneli- saluran kemih dalam urin 2,125 kali
tian yang dilakukan oleh lebih tinggi dibanding dengan
Krisna, D.N.P (2011) bahwa penduduk dengan konsumsi sayur
ada hubungan yang signifikan rendah. Penelitian ini bertujuan un-
antara konsumsi sum- ber tuk mengetahui hubungan antara
protein dengan kejadian batu konsumsi makanan yang berisiko
ginjal dengan p-val- ue 0,001 terhadap kejadian batu saluran
dan OR = 6,781. kemih.
Konsumsi sayuran hijau Metode
merupakan faktor pemicu Tempat dilaksanakan penelitian
terbentuknya BSK. Sayuran ini adalah di Klinik Urologi RSUD
hijau kaya akan vitamin dan Dr. Soedarso Pontianak. De- sain
serat ini juga mengandung penelitian adalah kasus kontrol.
oksalat da- lam jumlah tinggi, Teknik pengam- bilan sampel
jika dikonsumsi terlalu menggunakan teknik purposive sam-
banyak makanan tinggi pling. Jumlah reponden sebanyak 96
oksalat akan meningkatkan orang (48 kasus dan 48 kontrol) yang
jumlah oksalat dalam urine, telah memenuhi kriteria pada
yang berikatan dengan kalsi- masing-masing kelompok.
um dalam urine sehingga Instrumen penelitian yang
membentuk BSK kalsium digunakan adalah kuesioner FFQ
oksalat.konsumsi sayur tinggi (Food Frequency Quesioner) semi
mempunyai risiko ke- jadian kuantitatif untuk identifikasi jenis
dan frekuensi konsumsi makanan.
39
JVK 4 (1) (2018) hlm. 46 - 50
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
2
SMF Bedah RSUD Ulin Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin
3
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin
45
ABSTRAK: Batu saluran kemih atau urolithiasis adalah
suatu kondisi patologis yang ditandai dengan keberadaan
batu di sepanjang traktus urinarius. Kehadiran batu ini
dapat membuat pertahanan saluran kemih yang normal
berkurang, sehingga bakteri dapat masuk, menetap dan
berkembang biak yang akhirnya menimbulkan infeksi saluran
kemih (ISK). ISK dapat didiagnosis jika ditemukan koloni bakteri
(>105cfu/ml). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran jenis bakteri penyebab ISK pada pasien urolithiasis di
ruang perawatan bedah RSUD Ulin Banjarmasin selama periode
Juni-Agustus 2013. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan
totally sampling method menurut kriteria inklusi. Sampel pada
penelitian ini adalah 19 pasien urolithiasis di ruang perawatan
bedah RSUD Ulin Banjarmasin. Hasil pemeriksaan urine dari 19
pasien urolithiasis diperoleh 13 pasien urolithiasis dengan ISK.
Hasil identifikasi bakteri pada 13 pasien urolithiasis dengan ISK
didapatkan bakteri penyebab ISK pada pasien urolithiasis yaitu
Escherechia coli (53,84%), Pseudomonas aeruginosa (38,46%),
dan Proteus sp. (7,69%).
46
PENDAHULUAN pasien urolithiasis yang
memerlukan tindakan bedah
mengalami peningkatan dari 114
Urolithiasis adalah suatu pasien pada tahun 2011 menjadi
penyakit yang ditandai dengan 146 pasien pada tahun 2012 (8).
terbentuknya batu (kalkulus) di
sepanjang traktus urinarius, Obstruksi saluran kemih
seperti ginjal, ureter, kandung akibat keberadaan batu di
kemih dan uretra (1). Penyakit ini saluran kemih merupakan
masih menjadi masalah salah satu penyebab
kesehatan yang besar mengingat terjadinya ISK pada pasien
tingginya tingkat morbiditas, urolithiasis. Batu berperan
biaya perawatan dan potensinya sebagai benda asing dalam
untuk menimbulkan end stage saluran kemih. Kehadiran
renal disease (2). batu ini menyebabkan
Urolithiasis termasuk dalam pertahanan saluran kemih
salah satu dari tiga penyakit yang normal berkurang,
urologi terbanyak di dunia selain sehingga bakteri
infeksi saluran kemih (ISK) dan berpeluang untuk masuk
benign prostate hyperplasia dan menetap serta
(BPH) (3). Lima puluh persen mengalami pertumbuhan
dari semua kasus urologi di yang akhirnya dapat
Pakistan tahun 2003 adalah menimbulkan ISK (9).
urolithiasis (4). European Urolithiasis merupakan
Association of Urology (EAU) suatu keadaan patologis
melaporkan kejadian urolithiasis yang dapat menyebabkan
di Jerman setiap tahunnya adalah morbiditas, apalagi jika
sekitar 750.000 kasus (5). Data bersamaan dengan ISK,
Departemen Kesehatan Republik maka komplikasi dan
Indonesia tahun 2006 morbiditasnya akan jauh
menyatakan jumlah pasien rawat lebih meningkat (10).
inap karena urolithiasis di rumah Bakteri penyebab ISK
sakit seluruh Indonesia adalah dapat memperparah
sebanyak 16.251 orang dengan urolithiasis dengan
case fatality rate (CFR) sebesar membentuk kolonisasi
0,94% (6). Laporan Rumah Sakit pada saluran kemih
Cipto Mangunkusumo Jakarta sehingga membuat ukuran
menyatakan terdapat batu menjadi lebih besar
peningkatan jumlah penderita (9).
batu ginjal yang mendapat Gold standard untuk
tindakan, yaitu dari 182 pasien diagnosis pasien
pada tahun 1997 urolithiasis dengan ISK
menjadi 847 pasien pada tahun adalah dengan
2002 (7). Survei terhadap data ditemukannya kultur urin
sekunder di RSUD Ulin yang positif, sedangkan
Banjarmasin selama tahun 2011- pemeriksaan fisik dan
2012, diketahui bahwa jumlah laboratorium lain tidak
cukup adekuat untuk
47
mendiagnosis pasien Jenis bakteri penyebab suatu
urolithiasis menderita ISK infeksi penting untuk diketahui,
atau tidak (10). Hasil termasuk pada kasus ISK
penelitian dari beberapa dengan urolithiasis. Penelitian
sumber menunjukkan tentang jenis bakteri penyebab
bahwa Escherechia coli ISK khususnya pada pasien
merupakan bakteri urolithiasis belum banyak
terbanyak penyebab ISK dilakukan di Indonesia dan
pada pasien urolithiasis. belum pernah dilakukan di
Hasil penelitian Naas, RSUD Ulin Banjarmasin. RSUD
tahun 2001 melaporkan Ulin Banjarmasin merupakan
sebanyak 37% pasien rumah sakit pusat yang menjadi
urolithiasis mengalami ISK rujukan rumah sakit lain
dengan Escherechia coli sehingga keberadaan pasien-
dan Proteus mirabilis pasien urolithiasis di RSUD
sebagai bakteri terbanyak Ulin Banjarmasin diharapkan
penyebab ISK (11). Mukhia dapat mewakili sebagian besar
et. al., tahun 2009 pasien- pasien urolithiasis di
melaporkan bahwa 32% wilayah Kalimantan Selatan.
pasien urolithiasis Penelitian ini bertujuan
menunjukkan hasil kultur untuk mengetahui gambaran
urine positif dengan bakteri dan mengidentifikasi jenis-
terbanyak adalah jenis bakteri penyebab ISK
Escherechia coli pada pasien urolithiasis di
ruang perawatan bedah
(12). Hasil penelitian Al- RSUD Ulin Banjarmasin
periode Juni-Agustus 2013.
Jeoburi tahun 2012
Penelitian diharapkan dapat
menyatakan bahwa 42% pasien memberikan informasi yang
urolithiasis menderita ISK dan bermanfaat kepada para
bakteri terbanyak adalah tenaga medis mengenai jenis
Escherechia coli, Proteus bakteri penyebab ISK pada
mirabilis, Pseudomonas pasien urolithiasis periode
aeruginosa, Juni-Agustus 2013 di ruang
perawatan bedah
Staphylococcus aureus dan
Klebsiella pneumoniae (2). RSUD Ulin Banjarmasin,
sehingga dapat digunakan
Penelitian di RSUD dr.
untuk menentukan terapi yang
Soetomo selama tahun tepat dan memaksimalkan
2007-2008, tingkat kesembuhan pasien
melaporkan bahwa dari 105 urolithiasis. Hasil penelitian
pasien batu ginjal, sebanyak ini juga diharapkan dapat
47,6% menunjukkan kultur meningkatkan wawasan dan
urin positif dengan tiga bakteri pengetahuan serta dapat
bermanfaat bagi
terbanyak adalah Escherechia
pengembangan ilmu
coli, Klebsiella sp. dan pengetahuan dan penelitian
Staphylococcus coagulase selanjutnya.
negatif (13).
48
METODE PENELITIAN
Jumlah
4
5. Knoll T. Epidemiology,
pathogenesis, and
pathophysiology of
urolithiasis. European Urology
Suplements 2010; 9: 802-806.
6. Rahayu N. Karakteristik
penderita batu saluran kemih
rawat inap di rumah sakit
tembakau deli ptp nusantara II
medan tahun 2006-2010.
Skripsi. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera
Utara, 2011.
9. Bahdarsyam. Spektrum
bakteriologik pada berbagai
jenis batu saluran kemih
bagian atas. Bagian Patologi
Klinik FK USU. Medan, 2003.
11. Buchholz NPN, Abbas F, Khan tract infection in the presence of
R, et. al. The prevalence of urolithiasis. Urol Res 2012; 40: 61–
silent kidney stones – an 65.
ultrasonographic screening 18. Naas T, Al-Agili S, and Bashir
study. Journal Pakistan O. Urinary
Medical Association 2003; 53 calculi:
(1): 24-5. bacteriological and chemical
association. Easter
12. Knoll T. Epidemiology, Mediterranean Health Journal
pathogenesis, 2001; 7: 763-770.
and pathophysiology of
urolithiasis. European 19. Mukhia R, Shrestha K, Dahal
Urology Suplements 2010; 9: P, et al. Study on chemical
802-806. composition of urinary stones
and its association with
13. Rahayu N. Karakteristik urinary tract infection.
penderita batu saluran kemih Department of Surgery,
rawat inap di rumah sakit National Academy of Medical
tembakau deli ptp nusantara Sciences, Bir Hospital, 2009.
II medan tahun 2006-2010.
Skripsi. Medan: Fakultas 20. Soetojo DPO. Kultur urine
Kesehatan Masyarakat pada penderita batu saluran
Universitas Sumatera Utara, kemih. Buletin Penelitian
2011. RSUD Dr Soetomo 2010; 4:
197-201.
14. Syahputra FA. Terapi batu
ginjal: dari era hippocrates ke 21. Bianca T, Adrian M, Emil M,
era minimal invasif. Maj et al. Microbiological study of
Kedokt Indon 2011; 61 (3): 99- urinary calculi in patients with
100. urinary infections. Acta
Medica Transilvanica 2013; 2
15. SMF Bedah RSUD Ulin (2): 245- 249.
Banjarmasin. Data operasi
pasien urolithiasis di RSUD 22. Behzadi P, Behzadi E,
ulin banjarmasin tahun 2010- Yazdanbod H, et. al. A survey
2012. Banjarmasin, RSUD on urinary tract infections
Ulin, 2013. associated with the three
most common uropathogenic
16. Bahdarsyam. bacteria. A Journal of
Spektrum bakteriologik pada Clinical Medicine 2010; 5 (2):
berbagai jenis batu saluran 111-115.
kemih bagian atas. Bagian
Patologi Klinik FK USU. 23. Dwidjiseputro D. Dasar-dasar
Medan, 2003. Mikrobiologi.Jakarta:
Djambatan, 1998.
17. Yilmaz S, Pekdemir M, Aksu 24.Todar K. All about E.coli.
NM, et. al. A multicenter Univer sity of Wisconsin-
case– control study of Madison 2009
diagnostic tests for urinary
LAMPIRAN DOKUMENTASI