Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“ ASUHAN KEPERAWATAN BATU SALURAN KEMIH “

DISUSUN OLEH

Kelompok 4 lokal 2A

1. Aura Nur Aisyah ( 18112139 )


2. Dita Rosita Putri ( 18112142 )
3. Melinia Aisyah Putri ( 18112155 )
4. Putri Maharani ( 18112163 )
5. Suci Cahyu Karnisa ( 18112169 )
6. Yola Sapitri ( 18112174 )

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Vivi Syofia Sapardi, M.Kes

PRODI D-III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Asuhan keperawatan batu saluran
kemih”  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang saluran batu kemih bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 02 mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... ii
A. Lata belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan masalh.......................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3

A. Batu Saluran Kemih ................................................................................... 3


a. Definisi..................................................................................................... 3
b. Etiologi.................................................................................................... 3
c. Manifestasi Klinis................................................................................... 4
d. Anatomi Dan Fisiologi........................................................................... 5
e. Klasifikasi................................................................................................ 7
f. Patofisiologi............................................................................................. 8
g. WOC........................................................................................................ 10
h. Penatalaksanaan..................................................................................... 10
i. Komplikasi.............................................................................................. 13
B. Askep Teoritis............................................................................................... 13
a. Pengkajian.............................................................................................. 13
b. Diagnosa.................................................................................................. 21
c. Intervensi................................................................................................ 21

BAB II PENUTUP.................................................................................................... 26

A. Kesimpulan................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya


masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu
disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu
atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan
batu, kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi,
2007).

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.

Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih
yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis,
vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan
karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu
dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran
urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di

1
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada
umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan akan
menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat
menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti
nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
urosepsis (Purnomo, 2011).

Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih
ini . Tingginya insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat
akan penyakit batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya inilah yang mendorong
penulis untuk membahas atau membuat makalah mengenai batu saluran kemih dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Saluran Kemih)”.

B. Masalah

1. Apa pengertian dari batu saluran kemih ?


2. Apa saja etiologi daribatu saluran kemih ?
3. Apa saja manifestasi klinis batu saluran kemih ?
4. Apa saja anatomi dan fisiologi batu saluran kemih ?
5. Apa saja klasifikasi dari batu saluran kemih ?
6. Apa saja patofisiologi dari batu saluran kemih ?
7. Apa saja WOC batu saluran kemih?
8. Apa saja penatalaksanaan batu saluran kemihd ?
9. Apa saja komplikasi yang ada pada batu saluran kemih?
10. Apa saja Asuhan keperawatan dari batu saluran kemih ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu batu saluran kemih
2. Untuk mengetahui etiologi batu saluran kemih
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari batu saluran kemih
4. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi batu saluran kemih
2
5. Untuk mengetahui klasifikasi batu saluran kemih
6. Untuk mengetahui patofisiologi batu saluran kemih
7. Untuk mengetahui WOC dari batu saluran kemih
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan batu saluran kemih

9 Untuk mengetahui komplikasi batu saluran kemih

10.Untuk mengetahui asuhan keperawatan batu saluran kemih.

BAB II

PEMBAHASAN

a. Batu saluran kemih


a. Definisi
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena
adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya
batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk
batu atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat
pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik (Dewi, 2007).

b. Etiologi

Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan


aliran urin, gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).  Secara epidemologi terdapat
beberapa factor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
Factor-faktor itu adalah factor intrinsic , yaitu keadaan yang berasal dari tubuh
seseorang dan factor intrinsic yaitu pengaruh dari lingkungan sekitarnya.
(Purnomo,2011 ed.3)

a.       Factor intrinsic

1) Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya

3
2) Umur: sering pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin : pasien laki-laki lebih banyak dari perempuan
4) Gangguan Metabolik : Hiperparatiroididsme, Hiperkalsiuria,
Hiperuresemia.

b.      Factor ekstrinsik

1) Geografi: beberapa daerah menunjukan kejadian batu saluran kemih yang


lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal dengan  stone belt
(sabuk batu) sedangkan daerah bantu afrika selatan tidak dijumpai batu
saluran kemih
2) Iklim dan temperature
3) Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
4) Diet: diet banyak purin , oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih
5) Pekerjaan: sering dijumpai pada klien dengan pekerjaan banyak duduk
atau kurang activitas atau sedentary life

c. Manifestasi Klinis

Batu di ginjal itu sendiri bersifat asimtomatik kecuali apabila batu tersebut
menyebabkan obstruksi atau timbul infeksi (J. Corwin,  2007). Manifestasi klinis
adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan
edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Iritasi
batu yang terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya infeksi (pielonefritis dan
sistitis) yang sering disertai dengan keadaan demam, mengggil dan disuria.

1.    Batu di piala ginjal (Purnomo, 2011)

a) Menyebabkan rasa sakit yang dalam dan terus-menerus di area kostovertebral.


b) Dapat dijumpai hematuria dan piuria.
c) Kolik renal : Nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh
area kostovertebral, nyeri pinggang, biasanya disertai mual dan muntah
4
2.    Batu di ureter (Purnomo, 2011)

a) Nyeri luar biasa, akut, kolik yang menyebar ke paha & genitalia
b) Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu.

3.    Batu di kandung kemih (Purnomo, 2011)

a) Nyeri kencing/disuria hingga stranguri


b) Perasaan tidak enak sewaktu kencing
c) Kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan
perubahan posisi tubuh
d) Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum,
perineum, pinggang, sampai kaki.

4.    Batu di uretra (Purnomo, 2011)

a) Miksi tiba-tiba berhenti hingga terjadi retensi urin


b) Nyeri dirasakan pada glans penis atau pada tempat batu berada. Batu yang
berada pada uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum
c) Batu yang terdapat di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien
berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis atau
kadang-kadang tampak di meatus uretra eksterna.

d. Anatomi Dan Fisiologi

Saluran Kemih Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses filtrasi darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (Mader, 2004).
Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan
uretra.Sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar berikut :

5
Ginjal Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar
2,5 cm pada bagian paling tebal dan berbentuk seperti kacang merah. Terletak pada
posterior abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah daripada ginjal kiri karena ada
hepar di sisi kanan. Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan
pelvis renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula.
Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal, yang berbentuk
seperti kerucut disebut piramid renal, dengan puncaknya disebut apeks atau papilla
renal dan dasarnya menghadap korteks. Di antara piramid terdapat jaringan korteks,
disebut kolum renal (Gray, 2008) Ureter Ureter terdiri dari dua tuba yang masing-
masing menyambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya
sekitar 25-30 cm, dengan diameter ± 0,5 cm. Ureter berdasarkan lokasinya terbagi
menjadi pars abdominal dan pars pelvik.Ureter mempunyai membran mukosa yang
dilapisi dengan sel epitel kuboid dan dinding muskular yang tebal. Urin dipompa ke
arah distal ureter oleh gelombang peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit
dan urin memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran (Gray, 2008) Kandung
Kemih Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot, dan merupakan
tempat urin mengalir dari ureter. Ketika kandung kemih kosong atau terisi
setengahnya kandung kemih tersebut terletak di dalam pelvis, ketika kandung kemih
terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke
arah abdomen di atas pubis, peregangan inilah yang merangsang refleks miksi.

6
Adapun dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika
muskularis, tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (Gray, 2008).

Uretra Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih


dengan luar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Uretra
pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang kira-kira 20 cm dan memanjang dari
kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu:
uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih
pendek daripada pria, karena hanya 4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung
kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang
klitoris. Uretra ini menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan uretra wanita
terdiri dari tunika muskularis, lapisan spongiosa, dan lapisan mukosa (Gray, 2008)2.2.
Batu Saluran Kemih (BSK) 2.2.1. Frekuensi dan Epidemiologi Penyakit BSK
merupakan penyakit umum yang kasusnya sudah tercatat sejak 387 SM dan memiliki
tingkat kejadian yang meningkat dari tahun ke tahun (Knoll, 2010). Data di Indonesia
sendiri pada tahun 2006 menunjukkan jumlah 16.251 penderita rawat inap akibat
penyakit BSK, dengan case fatality ratio (CFR) sebesar 0,94% (Departemen
Kesehatan RI, 2007). Meningkatnya insiden dan prevalensi di seluruh dunia yang
bahkan lebih jelas di negara-negara industri, tampaknya menggarisbawahi dampak
dari gaya hidup dan pilihan makanan serta akses ke perawatan medis yang lebih baik
untuk pembentukan batu kemih. Didapati juga adanya tren perubahan jenis BSK yang
terjadi (Knoll, 2010).
hidup dari penyakit batu ginjal diperkirakan sebesar 1% sampai 15%, dengan
kemungkinan memiliki batu bervariasi menurut umur, jenis kelamin, ras, dan lokasi
geografis (Pearle dan Lotan, 2012).

e. Klasifikasi Batu Saluran Kemih

Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical
Surgical Nursing, dan buku Basuki B Purnomo, adalah:

1. Batu Kalsium

Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya


terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut

7
pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada
di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.

Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah :

a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya


disebabkan oleh komponen:
1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi
pada hiperparatiroid primer atau pada tumor paratiroid
2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan
susu-alkali syndrome, sarcoidosis
3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium
melalui tubulus ginjal
4) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal
b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan
ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus
sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak
mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft
drink, jeruk sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam
c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan
kalsium dengan oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak
sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat terjadi
karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau
pemakaian diuretic golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama.
d. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya
batu kalsium, karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan
oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium
oksalat
2. Batu struvit

Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium
fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP).

8
Kuman-kuman pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter,
pseudomonas, dan stapillokokus

3. Batu asam urat

Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:

a) Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak
mengandung purine, peminum alcohol.

b) Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.
c) Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang
berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu
kalsium oksalat.
4. Batu sistin

Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang


mewarisi pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul
biasanya pada anak kecil dan orang tua.

5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi
karena defisiensi oksidasi xathine.

f. Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan


urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute
dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin

9
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu
kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat
tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat
timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal. 

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu
melakukan fungsinya secara normal.

10
g. WOC

h. Penatalaksanaan Medis

11
Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu saluran kemih adalah untuk
menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.  Batu     dapat  
dikeluarkan     dengan            cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan
pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.

a) Medikamentosa

Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet
makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya
kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan
ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari.

Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :

1. Batu kalsium oksalat


Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung
kalsium oksalat seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan
coklat. Sedangkan batu kalsium fosfat : mengurangi makanan yang
mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden, keju
dan sari buah.
2. Batu asam urat
Makanan yang dikurangi : daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan,
saus dan lain-lain.
3. Batu struvite
Makanan yang dikurangi : keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4. Batu cystin
Makanan yang dikurangi : sari buah, susu, kentang. Anjurkan pasien banyak
minum : 3-4 liter/hari serta olahraga yang teratur.

12
b) Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan

Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar


batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan
naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat
digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat
infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya.

c) ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy

Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini


digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

d) Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan


batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung
kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi
kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu


yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat

13
endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
2) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
4) Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia.

e) Tindakan Operasi

Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk


mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah
dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada
beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan tersebut
tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :

a) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang


berada di dalam ginjal
b) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter
c) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada
di vesica urinaria
d) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra

i. Komplikasi

1) Sumbatan : akibat pecahan batu.


2) Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3) Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal.
14
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian

Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk


memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar
untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.

a. Biodata Klien

Meliputi nama, umur (penyakit urolithiasis paling sering didapatkan pada usia
30 sampai 50 tahun), jenis kelamin (urolithiasis banyak ditemukan pada pria
dengan perbandingan 3 kali lebih banyak dari wanita), alamat,
agama/kepercayaan, pendidikan, suku/bangsa (beberapa daerah menunjukkan
angka kejadian urolithiasis yang lebih tinggi dari daerah lain), pekerjaan
(urolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktifitas atau sedentary life) (Purnomo, 2000).

b. Keadaan Umum

Meliputi tingkat kesadaran atau GCS dan respon verbal klien, ada tidaknya
defisit konsentrasi, tingkat kelemahan (keadaan penyakit) dan ada tidaknya
perubahan berat badan (Black, l993).

c. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:
 Tekanan darah
 Pulse rate
 Respiratory rate
 Suhu

15
Tanda vital dapat meningkat menyertai nyeri, suhu (Normal = 36,5 o – 37,5oC),
RR (Normal = 16 – 20 x/mnt), nadi (Normal = 60-120 x/mnt) meningkat
mungkin karena infeksi serta tekanan darah dapat turun apabila nyeri sampai
mengakibatkan shock (Ignatavicius, l995).

d. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama

Keluhan utama yang muncul pada klien dengan urolithiasis biasanya


adalah nyeri pinggang akibat adanya batu pada ginjal, berat ringannya
nyeri tergantung lokasi dan besarnya batu, dapat pula terjadi nyeri
kolik/kolik renal yang menjalar ke testis pada pria dan kandung kemih
pada wanita. Klien dapat juga mengalami gangguan saluran
gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi urine (Ignatavicius, 1995).

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Disamping keluhan utama biasanya klien juga akan melaporkan beberapa


keluhan sebagai berikut, seperti : menggigil, demam, dan disuria dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus, sakit yang dalam dan terus
menerus diarea konstovertebral, munculnya mual dah muntah, hematuria,
nyeri pada saat kencing atau sering kencing. piuria, diare, dan ketidak
nyamanan abdominal (Basuki, 2000)

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang


mungkin berhubungan dengan urolithiasis, antara lain infeksi saaluran
kemih, hiperparatiroidisme, penyakit inflamasi usus, gout, keadaan-
keadaan yang mengakibatkan hiperkalsemia, immobilisasi lama dan
dehidrasi (Carpenito, 1995).

4. Riwayat Penyakit Keluarga

16
Beberapa penyakit atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi
penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan renal
tubular acidosis (RTA), cystinuria, xanthinuria dan dehidroxynadeninuria
(Munver & Preminger, 2001).

e. Riwayat Keperawatan

Pola Fungsi Kesehatan Gordon.

1) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Klien biasanya tinggal pada lingkungan dengan temperatur panas dan
lingkungan dengan kadar mineral kalsium yang tinggi pada air (Purnomo,
1999). Terdapat riwayat penggunaan alkohol, obat-obatan seperti
antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinol dan sebagainya.
Aktifitas olah raga biasanya tidak pernah dilakukan. Klien kurang
mendapatkan paparan informasi mengenai penyakitnya (Doenges, 1999).
2) Nutrisi/metabolic
Terdapat juga ketidakcukupan intake cairan. Adanya gejala mual/muntah,
nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan atau fosfat,
ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
(Doenges, 1999).
3) Eliminasi
Pada klien urolithiasis terdapat riwayat adanya ISK kronis, adanya
obstruksi sebelumnya sehingga dapat mengalami penurunan haluaran
urine, kandung kemih terasa penuh, rasa terbakar saat berkemih, sering
berkemih dan adanya diare (Doenges, 1999). Tanda : oliguria, hematuria,
piuria, rasa nyeri atau terbakar saat berkemih, dan perubahan pola
berkemih.
4) Aktivitas/istirahat
Adanya riwayat keterbatasan aktifitas, pekerjaan monoton ataupun
immobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak
sembuh, cedera medulla spinalis) (Doenges, 1999).

5) Persepsi, sensori, kognitif

17
Nyeri bisa berupa akut atau nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul, abdomen, dan turun ke lipat paha / genetalia. Nyeri
dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, atau tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain. Klien tampak meringis, melindungi bagian yang
nyeri, dan perilaku distraksi.
6) Tidur/istirahat
Klien urolithiasis dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri
timbul pada malam hari atau saat istirahat (Marsorie & Susan, 1984).
7) Persepsi diri/konsep diri
Kadang klien dengan urolithiasis dapat mengalami gangguan citra tubuh
akibat tanda dan gejala penyakit yang muncul seperti : distensi pada perut.
8) Peran dan hubungan
Klien dengan urolithiasis biasanya mengalami gangguan peran dan
hubungan jika klien harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan klien mengalami
keterbatasan dalam menjalankan peran dan hubungannya sehari – hari
dengan lingkungan sekitarnya.
9) Seksual/reproduksi
Pada klien dengan jenis kelamin laki – laki biasanya akan mengalami
gangguan seksual jika batu saluran kemih terdapat pada uretra. Rasa nyeri
pada klien dengan urolithiasis umumnya akan mengganggu aktivitas
seksual dan reproduksi.
10) Koping/stres adaptasi
Pada klien dengan urolitiasis biasanya akan cemas dengan kondisinya,
apalagi eliminasi urine tidak teratur , nyeri, urin kadang disertai darah
kadang disertai kurangnya paparan informasi yang klien peroleh mengenai
penyakitnya akan menimbulkan kecemasan yang meningkat.
11) Nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan pada pola nilai dan kepercayaannya.

f. Pemeriksaan Fisik

18
Pemeriksaan ini dilakukan bersama dengan pemeriksaan abdomen yang lain
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Ginjal dan ureter
 Ginjal
 Inspeksi : dengan posisi duduk atau supine dilihat adanya pembesaran
di daerah pinggang atau abdomen sebelah atas, asimetris ataukah
adanya perubahan warna kulit. Pembesaran pada daerah ini dapat
disebabkan karena hidronefrosis atau tumor pada retroperitonium.
 Auskultasi : dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta atau
arteri renal untuk memeriksa adanya ‘bruit’. Adanya bruit di atas arteri
renal dapat disebabkan oleh gangguan aliran pada pembuluh darah
seperti stenosis atau aneurisma arteri renal.
 Palpasi : palpasi pada ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan
memakai dua tangan, tangan kiri diletakkan di sudut kosta-vertebra
untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba dari
depan dengan sedikit menekan ke bawah (pada ginjal kanan), bagian
bawah dapat teraba pada orang yang kurus. Adanya pembesaran pada
ginjal seperti tumor, kista atau hidronefrosis biasa teraba dan terasa
nyeri. Ureter tidak dapat dipalpasi, tetapi bila terjadi spasme pada otot-
ototnya akan menghasilkan nyeri pada pinggang atau perut bagian
bawah, menjalar ke skrotum atau labia. Adanya distensi buli-buli akan
teraba pada area di atas simphisis atau setinggi umbilikus, yang
disebabkan adanya obstruksi pada leher buli-buli.
 Perkusi : dengan memberikan ketokan pada sudut kostavertebra,
adanya pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan
terasa nyeri ketok. Pada buli-buli diketahui adanya distensi karena
retensi urine dan terdengar redup, dapat diketahui batas atas buli-buli
serta adanya tumor/massa.
 Uretra
 Inspeksi : pada daerah meatus dan sekitarnya diketahui adanya
discharge, darah, mucus, atau drainase purulen. Kulit dan membran
mukosa dilihat adanya lesi, rash , atau kelainan pada penis atau scrotum,
labia atau vagina. Iritasi pada uretra biasanya dilaporkan dengan adanya

19
rasa tidak nyaman saat klien miksi. Dapat terlihat perbesaran pada
abdomen bawah bagian belakang.
 Palpasi: Saat dilakukan penekanan, klien mengeluh nyeri.
2. Sistem integumen
Diperiksa adanya perubahan warna, pucat dapat menandakan adanya anemia
defisiensi erythropoetin, kuning kemungkinan karena adanya deposit
carotene – like substance akibat kegagalan ekskresi ginjal. Kulit kering dapat
mengindikasikan adanya gagal ginjal kronik atau kekurangan cairan, adanya
ptekie menandakan adanya perdarahan, adanya deposit kristal pada kulit
merupakan tanda kegagalan ginjal yang berlangsung lama (Black, l993).
3. Sistem respirasi
Dalam beberapa keadaaan, kualitas pernafasan menggambarkan status cairan
klien atau keseimbangan asam basa. Pada gagal ginjal pernafasan mungkin
berbau urine atau ‘fruit-flavored gum’ yang menandakan adanya toksin
dalam darah (Black, 1993).
4. Sistem kardiovaskuler
Pemantauan sistem kardiovaskuler dapat digunakan untuk mengetahui status
keseimbangan cairan dan elektrolit dan yang spesifik dengan urinary tract
adalah pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat ditemukan pada
beberapa penyakit ginjal dan mungkin adanya overload cairan atau gangguan
sistem renin-angiotensin. Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas,
gagal jantung). Kulit hangat dan kemerahan, wajah klien tampak pucat
(Black, 1993).
5. Sistem muskuloskeletal
Diperiksa pergerakan klien selama pemeriksaan untuk menentukan tonus
otot tubuh secara keseluruhan dan menentukan kemampuan fisik klien
mengontrol eliminasi urine, otot yang spesifik pada proses ini adalah otot
perineal dan abdomen. Klien dianjurkan untuk mengencangkan (kontraksi)
otot tersebut yang dapat diketahui dengan cara palpasi (Black, 1993).
6. Sistem neurologi
Disfungsi ginjal dapat berpengaruh pada sistem persyarafan. Pada gagal
ginjal kronik peningkatan kalsium akan menyebabkan tetani, penurunan
kalsium akan menyebabkan kelemahan atau penumpukan toksin. Karena

20
spinkter ani dan spinkter urinari berasal dari cabang persyarafan yang sama
maka pada pemeriksaan bila salah satu utuh maka spinkter yang lain juga
demikian (Black, 1993).

g. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Urinalisis

Secara umum menunjukkan SDM (sel darah merah), SDP (sel darah
putih), kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan mineral,
bakteri, pus. pH mungkin asam (meningkatkan sistin, dan batu asam urat)
atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat). Warna urin mungkin ditemukan kuning, coklat gelap,
berdarah/merah, dimana merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor, kegagalan ginjal).

PH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat). Urine 24 jam : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi
Saluran Kencing . BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
nitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration
Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran
pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal
laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl dan perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl
tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.

b. Urine (24 jam)

21
Urine 24 jam dapat menunjukkan peningkatan kreatinin, asam urat,
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin.

c. Kultur Urine

Kultur urine mungkin dapat menunjukkan ISK (Staphilococcus aureus,


Proteus, Klebsiela, atau Pseudomonas).

d. Survei Biokimia

Untuk mengetahui adanya peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam


urat, fosfat, protein, dan elektrolit.

e. BUN/kreatinin serum dan urin

Keadaan yang abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urin) sekunder


terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia /
nekrosis.

f. Kadar Klorida dan Bikarbonat Serum

Peninggian kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat menunjukkan


terjadinya asidosis tubulus ginjal.

g. Hitung Darah Lengkap

SDP mungkin meningkat yang menunnjukkan infeksi / septisemia. SDM


biasanya normal. Hb/Ht dapat menjadi abnormal bila pasien dehidrasi
berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan) atau
anemia (perdarahan, disfungsi/gagal ginjal). Hb dan Ht dapat abnormal
bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

h. Hormon Paratiroid

Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH


merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urin).

22
i. Foto Rontgen KUB (Kidney Ureter Bladder)

Dapat menunjukkan adanya kalkuli dan/atau perubahan anatomik pada


area ginjal dan sepanjang ureter.

j. IVP ( Intra Venous Pyelography )

Dapat memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri


abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.

k. Sistoureterokopi

Merupakan visualisasi langsung kandung kemih dan ureter yang dapat


menunjukkan batu dan/atau efek obstruksi.

l. Ultrasound Ginjal

Dapat untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

m. Foto polos

Untuk mengetahui letak batu terutama yang radiopak.

n. Foto pielografi intravena

Untuk memperjelas batu radiolusen efek.

o. Pielografi retrograde

Dilakukan bila ginjal yang obstruksi mengandung batu tak berfungsi


sehingga kontras tak muncul.

p. Renogram

Untuk menentukan faal ginjal/faal setiap ginjal secara terpisah pada batu
ginjal bilateral atau obstruksi ureter bilateral.

23
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan obstruksi anatomik
2) Retensi urine berhubungan dengan blok spinter
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen agen pencederafisik
4) Resiko infeksi berhubungan dengan efek invasif

c. Intervensi

Diagnosa SLKI SIKI


keperawata
n

Gangguan Luaran utama Intervensi utama:


eliminasi
Eliminasi urine Dukungan perawatan diri
urine b.d
(L.04034) :BAB/BAK(I.11349)
obstruksi
anatomik
- Sensasi Observasi
berkemih
- Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia
- Desakan
- Monitor integritas kulitpasien
berkemih
- Berkemih
Terapeutik
tidak tuntas
- Volume - Buka pakaian yang diperlukan untuk
residu urine memudahkan eliminasi
- Urine - Dukungan penggunaan
menetas toilet/commode/pispot/urinal/
- Nokturia secarakonsisten
- Mengompol - Jaga privasi selama eliminasi
- Enurisi - Ganti pakaian pasien stelah eliminasi
- Disuria - Bersihkan alat bantu BAB/BAK setelah
- Anuria digunakan
- Frekuensi - Latih BAB/BAK sesuai jadwal
BAK - Sediakan alat bantu

24
- Karakteristi Edukasi
k urine
- Anjurkan BAB/BAK secara rutin
- Anjurkan ke kamar mandi
-

Retensi urine Luaran utama: Intervensi utama:


b.d blok Kateterisasi urine ( I.04148)
Eliminasi urine
sprinter Observasi
(L.04034)
- Periksa kondisi pasien

- Sensasi
Terapeutik
berkemih
- Desakan - Siapkan peralatan ,bahan-bahan dan ruangan
berkemih tindakkan
- Berkemih - Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah
tidak tuntas dan posisikan pasien dorsan rekumben
- Volume - Pasang sarung tangan
residu urine - Bersihkan daerah perineal atau preposium
- Urine dengan cairan NaCL ataua quads
menetas - Lakukan insersi kateter urine dengan
- Nokturia menerapkan prinsip aseptic
- Mengompol - Sambungkan kateter urine dengan urine bag
- Enurisi - Isi balon dengan NAcL
- Disuria - Fiksasi selang kateter ke atas simpisis atau
- Anuria di paha
- Frekuensi - Pastika kantong urine diletakan lebih rendah
BAK dari kantung kemih
- Karakteristi - Berikan label waktu pemasangan
k urine
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan


kateter urine
- Anjurkan menarik napas saat insersi selang

25
kateter

Nyeri akut Luaran Intervensi uata:


b.d agen utama : Manajemen nyeri (I.08238)
pecedera Tingkat nyeri
Observasi
fisuk (L.08066)
- Kemampuan
- Identifikasi
menutaskan
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,intensita
aktivitas
s nyeri
- Keluhan
- Identifikasi skala nyeri
nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Meringis
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Sikap
memperingan nyeri
protektif
- Identifikasi pengetahuandan keyakinan
- Gelisah
tentang nyeri
- Kesulitan
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap
tidur
respon nyeri
- Menarik diri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
- Berfokus
hidup
pada diri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
sendiri
yang sudah diberikan
- Diaphoresis
- Monitor efek samping penggunakan
- Perasaan
analgetik
depresi
- Perasaan Terapeutik
takut terjadi
- Berikan teknik nonfarmakologi unntuk
kejadian
mengurangi rasa nyeri
berulang
- kontrol lingkungan yang memperberat rasa
- Anoreksia
nyeri
- Perineum
- fasiliasi istirahat dan tidur
terasa
- pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
tertekan
pemilihan strategi meredakan nyeri
- Uterus

26
teraba Edukasi
membulat
- Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
- Ketegangan
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
otot
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Pupil
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
dilaksasi
tepat
- Muntah
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
- Mual
mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
- Frekuensi
- Kolaborasi pemberian analgetik
nadi
- Pola napas
- Tekanan
darah
- Proses
berfikir
- Fokus
- Fungsi
berkemih
- Perilaku
- Nafsu
makan
- Pola tidur

Resiko Luaran utama: Intervensi utama :


infeksi b.d Tingkat infeksi Pencegahan infeksi (I.1539)
efek prosedur (L.14137) Observasi
invatif - Kebersihan - monitor tanda infeksi lokal dan sitemik
tangan
Teraupetik
- Kebersihan
badan
- batasi jumlah pengunjung
- Nafsu
- berikan perawatan kulit pada area endema
makan
- cuci tanagan sebelum atau sesudah kontak

27
- Demam dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kemerahan - pertahankan teknik aseptic pada pasien
- Nyeri berisiko tinggi
- Bengkak
Edukasi
- Vesikel
- Cairan
- jelaskan tanda dan gejala infeksi
berbau
- ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
busuk
- ajarkan etika batuk
- Sputum
- ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
berwarna
luka oprasi
hijau
- anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- drainase
- anjurkan meningkatkan asupan cairan
purulent
- piuria kolaborasi
- periode
- kolaborasi pemberian imunisai
malaise
- periode
menggigil
- letargi
- gangguan
kognitif
- kadar sel
darah putih
- kultur darah
- kultur urine
- kultur
sputum
- kultur arena
luka
- kultur feses
- kadarsel
darah putih

28
BAB III

PENUTUP

29
A. Kesimpulan

Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti
batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Masalah keperawatan yang sering dialami
pada batu saluran kemih ialah nyeri akut, gangguan pola eliminasi urin, resiko tinggi
kekurangan volume cairan dan defisiensi pengetahuan.

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.

DAFTAR PUSTAKA

30
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1, Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI).

SLKI Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II

SIKI Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II

31

Anda mungkin juga menyukai