DISUSUN OLEH
Kelompok 4 lokal 2A
DOSEN PEMBIMBING:
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Asuhan keperawatan batu saluran
kemih” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang saluran batu kemih bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... ii
A. Lata belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan masalh.......................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
BAB II PENUTUP.................................................................................................... 26
A. Kesimpulan................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih
yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis,
vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan
karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu
dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran
urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di
1
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada
umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan akan
menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat
menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti
nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
urosepsis (Purnomo, 2011).
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu dilakukan
pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan terkadang ditemukan pula
ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi akibat batu saluran kemih
ini . Tingginya insidens rate batu saluran kemih, namun rendahnya kesadaran masyarakat
akan penyakit batu saluran kemih dan asuhan keperawatannya inilah yang mendorong
penulis untuk membahas atau membuat makalah mengenai batu saluran kemih dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Saluran Kemih)”.
B. Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu batu saluran kemih
2. Untuk mengetahui etiologi batu saluran kemih
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari batu saluran kemih
4. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi batu saluran kemih
2
5. Untuk mengetahui klasifikasi batu saluran kemih
6. Untuk mengetahui patofisiologi batu saluran kemih
7. Untuk mengetahui WOC dari batu saluran kemih
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan batu saluran kemih
BAB II
PEMBAHASAN
b. Etiologi
3
2) Umur: sering pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin : pasien laki-laki lebih banyak dari perempuan
4) Gangguan Metabolik : Hiperparatiroididsme, Hiperkalsiuria,
Hiperuresemia.
c. Manifestasi Klinis
Batu di ginjal itu sendiri bersifat asimtomatik kecuali apabila batu tersebut
menyebabkan obstruksi atau timbul infeksi (J. Corwin, 2007). Manifestasi klinis
adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan
edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Iritasi
batu yang terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya infeksi (pielonefritis dan
sistitis) yang sering disertai dengan keadaan demam, mengggil dan disuria.
a) Nyeri luar biasa, akut, kolik yang menyebar ke paha & genitalia
b) Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu.
Saluran Kemih Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses filtrasi darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (Mader, 2004).
Sistem saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan
uretra.Sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar berikut :
5
Ginjal Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar
2,5 cm pada bagian paling tebal dan berbentuk seperti kacang merah. Terletak pada
posterior abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah daripada ginjal kiri karena ada
hepar di sisi kanan. Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan
pelvis renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula.
Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal, yang berbentuk
seperti kerucut disebut piramid renal, dengan puncaknya disebut apeks atau papilla
renal dan dasarnya menghadap korteks. Di antara piramid terdapat jaringan korteks,
disebut kolum renal (Gray, 2008) Ureter Ureter terdiri dari dua tuba yang masing-
masing menyambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya
sekitar 25-30 cm, dengan diameter ± 0,5 cm. Ureter berdasarkan lokasinya terbagi
menjadi pars abdominal dan pars pelvik.Ureter mempunyai membran mukosa yang
dilapisi dengan sel epitel kuboid dan dinding muskular yang tebal. Urin dipompa ke
arah distal ureter oleh gelombang peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit
dan urin memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran (Gray, 2008) Kandung
Kemih Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot, dan merupakan
tempat urin mengalir dari ureter. Ketika kandung kemih kosong atau terisi
setengahnya kandung kemih tersebut terletak di dalam pelvis, ketika kandung kemih
terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke
arah abdomen di atas pubis, peregangan inilah yang merangsang refleks miksi.
6
Adapun dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika
muskularis, tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (Gray, 2008).
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical
Surgical Nursing, dan buku Basuki B Purnomo, adalah:
1. Batu Kalsium
7
pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada
di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium
fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP).
8
Kuman-kuman pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter,
pseudomonas, dan stapillokokus
a) Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak
mengandung purine, peminum alcohol.
b) Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi.
c) Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang
berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu
kalsium oksalat.
4. Batu sistin
5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi
karena defisiensi oksidasi xathine.
f. Patofisiologi
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute
dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
9
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu
kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat
tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat
timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu
melakukan fungsinya secara normal.
10
g. WOC
h. Penatalaksanaan Medis
11
Tujuan dasar penatalaksanaan medis batu saluran kemih adalah untuk
menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat
dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan
pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.
a) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet
makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya
kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan
ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari.
12
b) Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
d) Endourologi
13
endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
2) Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat
ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
4) Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang Dormia.
e) Tindakan Operasi
i. Komplikasi
a. Biodata Klien
Meliputi nama, umur (penyakit urolithiasis paling sering didapatkan pada usia
30 sampai 50 tahun), jenis kelamin (urolithiasis banyak ditemukan pada pria
dengan perbandingan 3 kali lebih banyak dari wanita), alamat,
agama/kepercayaan, pendidikan, suku/bangsa (beberapa daerah menunjukkan
angka kejadian urolithiasis yang lebih tinggi dari daerah lain), pekerjaan
(urolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktifitas atau sedentary life) (Purnomo, 2000).
b. Keadaan Umum
Meliputi tingkat kesadaran atau GCS dan respon verbal klien, ada tidaknya
defisit konsentrasi, tingkat kelemahan (keadaan penyakit) dan ada tidaknya
perubahan berat badan (Black, l993).
c. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah
Pulse rate
Respiratory rate
Suhu
15
Tanda vital dapat meningkat menyertai nyeri, suhu (Normal = 36,5 o – 37,5oC),
RR (Normal = 16 – 20 x/mnt), nadi (Normal = 60-120 x/mnt) meningkat
mungkin karena infeksi serta tekanan darah dapat turun apabila nyeri sampai
mengakibatkan shock (Ignatavicius, l995).
d. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
16
Beberapa penyakit atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi
penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan renal
tubular acidosis (RTA), cystinuria, xanthinuria dan dehidroxynadeninuria
(Munver & Preminger, 2001).
e. Riwayat Keperawatan
17
Nyeri bisa berupa akut atau nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul, abdomen, dan turun ke lipat paha / genetalia. Nyeri
dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat, atau tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain. Klien tampak meringis, melindungi bagian yang
nyeri, dan perilaku distraksi.
6) Tidur/istirahat
Klien urolithiasis dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri
timbul pada malam hari atau saat istirahat (Marsorie & Susan, 1984).
7) Persepsi diri/konsep diri
Kadang klien dengan urolithiasis dapat mengalami gangguan citra tubuh
akibat tanda dan gejala penyakit yang muncul seperti : distensi pada perut.
8) Peran dan hubungan
Klien dengan urolithiasis biasanya mengalami gangguan peran dan
hubungan jika klien harus dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan klien mengalami
keterbatasan dalam menjalankan peran dan hubungannya sehari – hari
dengan lingkungan sekitarnya.
9) Seksual/reproduksi
Pada klien dengan jenis kelamin laki – laki biasanya akan mengalami
gangguan seksual jika batu saluran kemih terdapat pada uretra. Rasa nyeri
pada klien dengan urolithiasis umumnya akan mengganggu aktivitas
seksual dan reproduksi.
10) Koping/stres adaptasi
Pada klien dengan urolitiasis biasanya akan cemas dengan kondisinya,
apalagi eliminasi urine tidak teratur , nyeri, urin kadang disertai darah
kadang disertai kurangnya paparan informasi yang klien peroleh mengenai
penyakitnya akan menimbulkan kecemasan yang meningkat.
11) Nilai dan kepercayaan
Klien tidak mengalami gangguan pada pola nilai dan kepercayaannya.
f. Pemeriksaan Fisik
18
Pemeriksaan ini dilakukan bersama dengan pemeriksaan abdomen yang lain
dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Ginjal dan ureter
Ginjal
Inspeksi : dengan posisi duduk atau supine dilihat adanya pembesaran
di daerah pinggang atau abdomen sebelah atas, asimetris ataukah
adanya perubahan warna kulit. Pembesaran pada daerah ini dapat
disebabkan karena hidronefrosis atau tumor pada retroperitonium.
Auskultasi : dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta atau
arteri renal untuk memeriksa adanya ‘bruit’. Adanya bruit di atas arteri
renal dapat disebabkan oleh gangguan aliran pada pembuluh darah
seperti stenosis atau aneurisma arteri renal.
Palpasi : palpasi pada ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan
memakai dua tangan, tangan kiri diletakkan di sudut kosta-vertebra
untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan meraba dari
depan dengan sedikit menekan ke bawah (pada ginjal kanan), bagian
bawah dapat teraba pada orang yang kurus. Adanya pembesaran pada
ginjal seperti tumor, kista atau hidronefrosis biasa teraba dan terasa
nyeri. Ureter tidak dapat dipalpasi, tetapi bila terjadi spasme pada otot-
ototnya akan menghasilkan nyeri pada pinggang atau perut bagian
bawah, menjalar ke skrotum atau labia. Adanya distensi buli-buli akan
teraba pada area di atas simphisis atau setinggi umbilikus, yang
disebabkan adanya obstruksi pada leher buli-buli.
Perkusi : dengan memberikan ketokan pada sudut kostavertebra,
adanya pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan
terasa nyeri ketok. Pada buli-buli diketahui adanya distensi karena
retensi urine dan terdengar redup, dapat diketahui batas atas buli-buli
serta adanya tumor/massa.
Uretra
Inspeksi : pada daerah meatus dan sekitarnya diketahui adanya
discharge, darah, mucus, atau drainase purulen. Kulit dan membran
mukosa dilihat adanya lesi, rash , atau kelainan pada penis atau scrotum,
labia atau vagina. Iritasi pada uretra biasanya dilaporkan dengan adanya
19
rasa tidak nyaman saat klien miksi. Dapat terlihat perbesaran pada
abdomen bawah bagian belakang.
Palpasi: Saat dilakukan penekanan, klien mengeluh nyeri.
2. Sistem integumen
Diperiksa adanya perubahan warna, pucat dapat menandakan adanya anemia
defisiensi erythropoetin, kuning kemungkinan karena adanya deposit
carotene – like substance akibat kegagalan ekskresi ginjal. Kulit kering dapat
mengindikasikan adanya gagal ginjal kronik atau kekurangan cairan, adanya
ptekie menandakan adanya perdarahan, adanya deposit kristal pada kulit
merupakan tanda kegagalan ginjal yang berlangsung lama (Black, l993).
3. Sistem respirasi
Dalam beberapa keadaaan, kualitas pernafasan menggambarkan status cairan
klien atau keseimbangan asam basa. Pada gagal ginjal pernafasan mungkin
berbau urine atau ‘fruit-flavored gum’ yang menandakan adanya toksin
dalam darah (Black, 1993).
4. Sistem kardiovaskuler
Pemantauan sistem kardiovaskuler dapat digunakan untuk mengetahui status
keseimbangan cairan dan elektrolit dan yang spesifik dengan urinary tract
adalah pemeriksaan tekanan darah. Hipertensi dapat ditemukan pada
beberapa penyakit ginjal dan mungkin adanya overload cairan atau gangguan
sistem renin-angiotensin. Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas,
gagal jantung). Kulit hangat dan kemerahan, wajah klien tampak pucat
(Black, 1993).
5. Sistem muskuloskeletal
Diperiksa pergerakan klien selama pemeriksaan untuk menentukan tonus
otot tubuh secara keseluruhan dan menentukan kemampuan fisik klien
mengontrol eliminasi urine, otot yang spesifik pada proses ini adalah otot
perineal dan abdomen. Klien dianjurkan untuk mengencangkan (kontraksi)
otot tersebut yang dapat diketahui dengan cara palpasi (Black, 1993).
6. Sistem neurologi
Disfungsi ginjal dapat berpengaruh pada sistem persyarafan. Pada gagal
ginjal kronik peningkatan kalsium akan menyebabkan tetani, penurunan
kalsium akan menyebabkan kelemahan atau penumpukan toksin. Karena
20
spinkter ani dan spinkter urinari berasal dari cabang persyarafan yang sama
maka pada pemeriksaan bila salah satu utuh maka spinkter yang lain juga
demikian (Black, 1993).
g. Pemeriksaan diagnostik
a. Urinalisis
Secara umum menunjukkan SDM (sel darah merah), SDP (sel darah
putih), kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan mineral,
bakteri, pus. pH mungkin asam (meningkatkan sistin, dan batu asam urat)
atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat). Warna urin mungkin ditemukan kuning, coklat gelap,
berdarah/merah, dimana merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor, kegagalan ginjal).
PH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat). Urine 24 jam : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi
Saluran Kencing . BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
nitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration
Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran
pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal
laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl dan perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl
tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
21
Urine 24 jam dapat menunjukkan peningkatan kreatinin, asam urat,
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin.
c. Kultur Urine
d. Survei Biokimia
h. Hormon Paratiroid
22
i. Foto Rontgen KUB (Kidney Ureter Bladder)
k. Sistoureterokopi
l. Ultrasound Ginjal
m. Foto polos
o. Pielografi retrograde
p. Renogram
Untuk menentukan faal ginjal/faal setiap ginjal secara terpisah pada batu
ginjal bilateral atau obstruksi ureter bilateral.
23
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan obstruksi anatomik
2) Retensi urine berhubungan dengan blok spinter
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen agen pencederafisik
4) Resiko infeksi berhubungan dengan efek invasif
c. Intervensi
24
- Karakteristi Edukasi
k urine
- Anjurkan BAB/BAK secara rutin
- Anjurkan ke kamar mandi
-
- Sensasi
Terapeutik
berkemih
- Desakan - Siapkan peralatan ,bahan-bahan dan ruangan
berkemih tindakkan
- Berkemih - Siapkan pasien: bebaskan pakaian bawah
tidak tuntas dan posisikan pasien dorsan rekumben
- Volume - Pasang sarung tangan
residu urine - Bersihkan daerah perineal atau preposium
- Urine dengan cairan NaCL ataua quads
menetas - Lakukan insersi kateter urine dengan
- Nokturia menerapkan prinsip aseptic
- Mengompol - Sambungkan kateter urine dengan urine bag
- Enurisi - Isi balon dengan NAcL
- Disuria - Fiksasi selang kateter ke atas simpisis atau
- Anuria di paha
- Frekuensi - Pastika kantong urine diletakan lebih rendah
BAK dari kantung kemih
- Karakteristi - Berikan label waktu pemasangan
k urine
Edukasi
25
kateter
26
teraba Edukasi
membulat
- Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
- Ketegangan
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
otot
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Pupil
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
dilaksasi
tepat
- Muntah
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
- Mual
mengurangi rasa nyeri Kolaborasi
- Frekuensi
- Kolaborasi pemberian analgetik
nadi
- Pola napas
- Tekanan
darah
- Proses
berfikir
- Fokus
- Fungsi
berkemih
- Perilaku
- Nafsu
makan
- Pola tidur
27
- Demam dengan pasien dan lingkungan pasien
- Kemerahan - pertahankan teknik aseptic pada pasien
- Nyeri berisiko tinggi
- Bengkak
Edukasi
- Vesikel
- Cairan
- jelaskan tanda dan gejala infeksi
berbau
- ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
busuk
- ajarkan etika batuk
- Sputum
- ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
berwarna
luka oprasi
hijau
- anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- drainase
- anjurkan meningkatkan asupan cairan
purulent
- piuria kolaborasi
- periode
- kolaborasi pemberian imunisai
malaise
- periode
menggigil
- letargi
- gangguan
kognitif
- kadar sel
darah putih
- kultur darah
- kultur urine
- kultur
sputum
- kultur arena
luka
- kultur feses
- kadarsel
darah putih
28
BAB III
PENUTUP
29
A. Kesimpulan
Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis karena adanya masa keras seperti
batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Masalah keperawatan yang sering dialami
pada batu saluran kemih ialah nyeri akut, gangguan pola eliminasi urin, resiko tinggi
kekurangan volume cairan dan defisiensi pengetahuan.
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-wanita
4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia
rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan
yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu
diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat
dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai
keempat.
DAFTAR PUSTAKA
30
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1, Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI).
31