Anda di halaman 1dari 57

PEMBERIAN RENDAM KAKI AIR HANGAT CAMPURAN

JAHE PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


DI DESA WRINGINSONGO

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


STUDI KASUS

JIHAN SALSABILA
NIM. P17210184107

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN MALANG
2021
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia

dan rahmatNya, sehingga proposal karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Rendam Kaki Air Hangat Campuran Jahe pada Tekanan Darah Lansia

dengan Hipertensi di Desa Wringinsongo” dapat terselesaikan.

Dalam penulian proposal karya tulis ilmiah ini penulis ingin menucapkan

terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang sudah membantu dan

memberi bimbingan, antara lain :

1. Budi Susatia S.Kp., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti

menempuh pendidikan di Poltekkes Kemenkes Malang.

2. Imam Subekti, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom, selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah

memfasilitasi peneliti selama menjalani pendidikan di Jurusan

Keperawatan Malang.

3. Dr. Atti Yudiernawati, S.Kp,M.Pd, selaku Ketua Program Studi

Diploma III Keperawatan Malang Politeknik Kesehatan Malang yang

telah membimbing, mengarahkan, serta memfasilitasi peneliti selama

mengikuti proses belajar mengajar di prodi D III Keperawatan Malang.

4. Ibu Tavip Dwi Wahyuni, S. Kep, Ns, M. Kes selaku dosen

pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan

kepada peneliti dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

ii
iii

5. Ibu Maria Dyah T, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji

yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan kepada

peneliti dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Keluarga besar saya, khususnya ibu dan ayah yang telah memberikan

dukungan dan do' a

7. Para sahabat dan teman-teman kuliahku yang telah memberi dukungan

sehingga proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Malang, Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL..................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 5
1.3 Tujuan................................................................................................. 6
1.4 Manfaat............................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi....................................................................................... 7
2.1.2 Klasifikasi.................................................................................. 8
2.1.3 Etiologi....................................................................................... 9
2.1.4 Patofisiologi............................................................................... 11
2.1.5 Manifestasi Klinis...................................................................... 12
2.1.6 Komplikasi................................................................................. 14
2.1.7 Penatalaksaan............................................................................. 14
2.2 Lansia
2.2.1 Definisi....................................................................................... 17
2.2.2 Batasan Lansia........................................................................... 18
2.2.3 Masalah syang terjadi pada lansia.............................................. 19
2.3 Rendam Kaki Air Jahe Hangat
2.3.1 Pengertian................................................................................... 20
2.3.2 Manfaat...................................................................................... 21
2.3.3 Prinsip Kerja.............................................................................. 22
2.4 Tekanan Darah
2.4.1 Pengertian .................................................................................. 23
2.4.2 Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Tekanan Darah.............. 24
2.4.3 Pengukuran................................................................................. 26
2.5 Kerangka Konsep................................................................................ 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian............................................................................... 28
3.2 Subjek................................................................................................ 29
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 30
3.4 Fokus Studi........................................................................................ 30
3.5 Definisi Operasional.......................................................................... 31
3.6 Instrumen Penelitian.......................................................................... 32
3.7 Metode Pengumpulan Data............................................................... 34
3.8 Analisa Data dan Penyajian Data...................................................... 37
3.9 Etika Penelitian.................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 39
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8...................................... 26
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Rendam Kaki Air
Hangat dengan Campuran Jahe pada Tekanan Darah Lansia dengan
Hipertensi.................................................................................. 31

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Menjadi Responden.............................. 42


Lampiran 2 : Informed Consent................................................................ 43
Lampiran 3 : Lembar Pedoman wawancara.............................................. 44
Lampiran 4 : Sop Mengukur Tekanan Darah............................................ 45
Lampiran 5 : Sop Rendam Kaki Air Hangat Dengan Campuran Jahe...... 47
Lampiran 6 : Lembar Observasi Tekanan Darah...................................... 48

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas nornal dalam jangka yang lama.

Hipertensi juga menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian

dini (Kartikasari, 2012). Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal

adalah 120 mmHg untuk tekanan sistoliknya dan 80 mmHg untuk

sistoliknya, sementara tekanan yang dianggap hipertensi adalah lebih dari

140 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg untuk diastolik (Corwin,

2008). Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi

dimasyarakat dan sering dijumpai pada usia lanjut. Hipertensi dijuluki

sebagai pembunuh diam-diam (sillent killer) karena penyakit ini sering

tanpa keluhan selama belum ada komplikasi pada organ tubuh dan berjalan

terus menurus seumur hidup.

Prevalensi hipertensi pada orang dewasa berusia ≥ 25 tahun di

dunia adalah sekitar 38,4%. Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara

mencapai 36,6%. Angka kejadian hipertensi akan terus meningkat dan pada

tahun 2025 sekitar 29 persen diprediksi orang dewasa di seluruh dunia akan

mengidap hipertensi. Pada tahun 2018 kejadian hipertensi menempati

peringkat pertama penyakit tidak menular yaitu sebanyak 185.857 kasus,

kemudian disusul oleh DM tipe 2 sebanyak 46.174 kasus dan disusul oleh

Obesitas sebanyak 13.820 kasus (Kemenkes RI, 2019). Prevalensi

hipertensi usia ≥ 18 tahun mencapai 25,8% tahun 2013 dan meningkat

1
2

menjadi 34,1% di tahun 2018 (Kemenkes RI, 2018). Di Jawa Timur masih

cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka prevalensi di Indonesia, yaitu

sebesar 26,2% (Kemenkes RI, 2013). Sementara pada tahun 2016

prosentase prevalensi tekanan darah tinggi sebesar 13,47% (Dinkes

Provinsi Jawa Timur, 2017). Prevalensi penyakit hipertensi di Kabupaten

Malang tahun 2016 adalah 7,32%. Jumlah ini meningkat 1,68% menjadi

9% 2017 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018).

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mempertahankan

tekanan darah dalam kisaran normal dan meningkatkan status kesehatan

dan kualitas hidup lansia. Umumnya penatalaksanaan hipertensi adalah

terbagi ke terapi farmakologis dan nonfarmakologis (Wantiyah, W, Husada,

B. and Susumaningrum, L, 2018). Tindakan non farmakologi dapat

dilakukan dengan cara berhenti merokok, menurunkan konsumsi alkohol

berlebih, menurunkan asupan garam dan lemak, meningkatkan konsumsi

buah dan sayur, penurunan berat badan berlebih, latihan fisik dan terapi

alternatif komplementer “Hidrotherapy”. Hidrotherapy dapat menurunkan

tekanan darah jika dilakukan secara rutin. Jenis hidrotherapy antara lain

adalah mandi air hangat, mengompres, dan merendam kaki dengan air

hangat. Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.

Hidroterapi dengan cara terapi rendam kaki dengan air

hangat bertemperatur 37-40˚C akan berdampak secara fisiologis

yaitu membuat sirkulasi darah menjadi lancar, menstabilkan aliran

darah dan kerja jantung serta faktor pembebanan di dalam air yang

berpengaruh untuk menguatkan otot, ligamen dan sendi tubuh (Lalage,


3

2015). Terapi rendam kaki ini juga membantu meningkatkan sirkulasi darah

dengan memperlebar pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen

dipasok ke jaringan yang mengalami pembengkakan. Perbaikan sirkulasi

darah juga memperlancar sirkulasi getah bening sehingga membersihkan

tubuh dari racun (Wulandari, dkk. 2016). Terapi rendam kaki air hangat

dengan campuran jahe ini dilakukan dilakukan dengan merendam kaki

setinggi 10-15 cm dengan suhu ≤40˚C selama 15 menit dilakukan 1 x sehari

selama 1 minggu

Hasil penelitian Malibel (2020) di Wilayah Kerja Puskesmas

Sikumana Kota Kupang dengan menggunakan rancangan Pre-Pos test With

Control Group dengan Total sampling. Responden dalam penelitian ini

berjumlah 60 responden dengan 30 responden kelompok intervensi dan 30

responden kelompok kontrol ditemukan karakteristik responden

berdasarkkan usia pada kelompok intervensi 50,0% dan kelompok kontrol

43,3% pada usia 50-59 tahun, berdasarkan jenis kelamin pada kelompok

intervensi berjenis kelamin perempuan 56,7% dan kelompok kontrol

berjenis kelamin laki-laki 60,0%. Berdsarkan uji Wilcoxon ada perbedaan

Tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan hidroterapi (rendam kaki air

hangat) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol p-value sistolik

dan diastolik pada kelompok intervensi (p-value = 0,00 dan p-value = 0,00)

dan pada kelompok kontrol (p-value = 0,46 dan p-value = 0,01).

Berdasarkan uji Mann-whitney perbandingan tekanan darah sebelum dan

sesudah diberikan hidroterapi (rendam kaki air hangat) pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol (p-value=0,00). Hasil ini menunjukan ada


4

pengaruh pengaruh pemberian hidroterapi (rendam kaki air hangat)

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Sikumana Kota Kupang.

Hasil penelitian Solechah N (2017) di Puskesmas Bahu

Menado, Didapatkan hasil analisis tekanan darah sebelum dilakukan terapi

rendam kaki air hangat (pretest), terdapat 8 respoden (47,1%) yang

memiliki tekanan darah sistolik 140 mmHg, 7 responden (41,2%) yang

memiliki tekanan darah sistolik 150 mmHg, 1 responden (5,9%) yang

memiliki tekanan darah sistolik 160 mmHg, da 1 responden (5,9%) yang

memiliki tekanan darah sistolik 170 mmHg. Dari data tersebut didapatkan

15 responden (88,2%) mengalami hipertensi derajat I dan 2 responden

(11,8%) mengalami hipertensi derajat II. Setelah dilakukan terapi rendam

kaki air hangat didapatkan rata-rata tekanan darah sistolik pada post-test

yaitu 136,47 mmHg.

Hasil penelitian Ilkafah (2016) didapatkan perubahan rata-rata

tekanan darah sistolik pretest dan posttest yaitu 10,50 mmHg dengan

standart deviasi sebesar 6,25. sedangkan perubahan rata-rata tekanan darah

diastolic saat pre-test dan post-test nya yaitu 9,90 mmHg dengan standart

deviasi sebesar 5,104.dimana hasil uji Wilcoxon Signed rank Test,

menunjukkan p=0,001, artinya terapi rendam kaki air hangat dapat

menurunkan tekanan darah.

Dari studi pendahuluan peneliti terhadap 3 hasil riset terdahulu,

bahwa terapi rendam kaki menggunakan air hangat dapat menjadi terapi

komplementer untuk menurunkan tekanan darah. Literatur di atas menjadi


5

referensi peneliti untuk mengembangkan penelitian dengan

menambahkan campuran jahe dalam rendam kaki air hangat terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Karena jahe dapat

memberikan rasa pedas dan hangat yang berasal dari senyawa gingerol

(oleoresin) sehinga dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin dan

memperlebar pembuluh darah sehingga mempercepat dan memperlancar

aliran darah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini rumusan masalah :

Bagaimanakah pemberian rendam kaki air hangat dengan campuran jahe

pada tekanan darah lansia dengan hipertensi di Desa Wringinsongo?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Berikut tujuan umum pada penelitian ini :

Mengetahui pengaruh pemberian rendam kaki air hangat campuran jahe

pada tekanan darah lansia dengan hipertensi di Desa Wringinsongo.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berikut tujuan khusus pada penelitian ini.

1. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum diberikan rendam kaki air

campuran jahe pada lansia dengan hipertensi di Desa Wringinsongo.

2. Mengidentifikasi tekanan darah sesudah diberikan rendam kaki air

hangat campuran jahe pada lansia dengan hipertensi di Desa

Wringinsongo.
6

3. Mengidentifikasi pengaruh rendam kaki air hangat campuran jahe

pada tekanan darah lansia dengan hipertensi di Desa Wringinsongo.

1.4 Manfaat

1. Bagi Responden

Responden dapat memilih alternatif salah satunya adalah rendam rendam

kaki air hangat campuran jahe terhadap tekanan darah lansia dengan

hipertensi.

2. Bagi (Tempat Meneliti)

Dapat mengevaluasi bagaimana tingkat keefektifan atau keberhasilan

penerapan terapi rendam kaki air hangat campuran jahe terhadap tekanan

darah lansia dengan hipertensi.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dan menjadi sumber

referensi bagi mahasiswa-mahasiswi Poltekkes Kemenkes Malang

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan rendam rendam kaki air hangat

campuran jahe terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas nornal dalam jangka yang lama. Hal

tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh (Riskesdas, 2013).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu

keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di

atas normal yang ditunjukkan oleh angka atas (sistolic) dan angka bawah

(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur

tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (Sphygmomanometer)

ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2015).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan dua

kali pengukuran atau lebih 5 (Smeltzer, 2013). Hipertensi adalah

peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung umur individu

yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu, 8

tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami.

Hipertensi juga sering digolongkan ringan, sedang, berat berdasarkan

tekanan diastole (Tambayong, 2012).

7
8

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Pudiastuti 2015, Penyakit darah tinggi atau hipertensi

dikelompokkan dalam dua tipe klasifikasi, yakni hipertensi primary dan

hipertensi secondary:

a.) Hipertensi Primary

Suatu Kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi

sebagai dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor

lingkungna. Seseorang yang pola makanya tidak tekontrol dan

mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas, hal ini

menjadi pemicu awal ancaman penyakit tekanan darah tinggi.

Begitu pula seseorang yanag berada pada lingkungan atau

kondisi stressor tinggi, sangat mungkin terkena penyakit tekanan

darah tinggi, termasuk pula orang yang kurang olahraga pun

dapat mengalami tekanan darah tinngi.

b.) Hipertensi Secondary

Suatu kondisi diamana terjadinya peningkatan tekanan

darah tinngi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita

penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau

kerusakan sistem hormon pada tubuh.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8


Tekanan Darah (mmHg)
No. Klasifikasi
Sistolik Diastolik
1. Normal < 120 < 80
2. Pre Hipertensi 120 – 139 80 - 89
3. Stadium I 140 – 159 90 - 99
4. Stadium II ≥ 160 ≥ 100
Sumber : National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI), 2013
9

2.1.3 Etiologi

Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi

terbagi atas dua bagian, yaitu :

a.) Hipertensi Primer (Esensial)

Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa

antara 90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab

klinis yang dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi

ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen,

Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak bisa

disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat.

Dalam hal ini, faktor genetik mungkin berperan penting untuk

pengembangan hipertensi primer dan bentuk tekanan darah tinggi

yang cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-

tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).

b.) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan

tekanan darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti

penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan

penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat menjadi

akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah

jantung (Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).


10

Adapaun beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

sebagai berikut:

1. Keturunan

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi.

2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat),

jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras

kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi daram yang tinggi (melebihi dari 30 gr),

kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain

misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,

prednisone, epinephrine).

4. Kegemukan

Kegemukan merupakan cirri khas penderita

hipertensi.Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara

hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung

dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan penderita

hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat

badan normal.
11

5. Usia

Dengan bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita

hipertensi juga semakin besar.

6. Asupan Garam

Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan

darah yang akan diikuti oleh peningkatan ekresi kelebihan garam

sehingga kembali pula keadaan hemodinamik (system pendarahan)

yang normal. Pada penderita hipertensi essensial mekanisme inilah

yang terganggu.

2.1.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah

ke korda spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui

sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh

darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi

sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan

jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smelttzer, 2014).


12

Pada saat bersamaan dimana sistem simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yanng

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan

pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang

kemudian diubah menjadi angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut

cenderung mengakibatkan keadaan hipertensi.

2.1.5 Manifestasi Klinis

Penderita hipertensi biasanya sering tidak mengalami gejala

khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada

gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak

kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit

tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-

kunang, mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius,

Workman, & Rebar, 2017).

Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi,

diantaranya adalah (Smeltzer, 2013)


13

a.) Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada

abnormalitas lain selain tekanan darah tinggi.

b.) Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,

penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots)

(infarksio kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita

hipertensi berat.

c.) Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling

berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah

yang terganggu.

d.) Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan

angina atau infark miokardium.

e.) Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi

gagal jantung. f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal

(nokturia, peningkatan BUN, serta kadar kreatinin).

f.) Terjadi gangguan serebrovaskular, stroke atau serangan iskemik

transien (TIA) yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan

atau kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau

hemiplegia transien atau permanen.

Sedangkan menurut Nurarif, Amin Huda, dan Kusuma 2015 manifestasi

klinis pada hipertensi yaitu :

a.) Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan

arteri oleh dokter yang memeriksa.


14

b.) Gejala yang lazim

Gejala yang lazim pada hipertensi yaitu : Nyeri kepala,

lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, Mual, muntah, epistaksis,

Kesadaran menurun.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai

berikut:

a.) Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia

vaskuler, ensefalopati.

b.) Mata : retinopati hipertensif.

c.) Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau

hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik

sistolik maupun diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart

failure).

d.) Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

e.) Arteri perifer : klaudikasio intermiten.

(Irwan, 2016)

2.1.7 Penatalaksaan

Penatalaksaan pada hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas

dan mortalitas dan mengontrol tekanan darah. Dalam penatalaksanaan

hipertensi ada 2 cara yaitu penatalaksaan nonfarmakologi (perubahan

gaya hidup) dan penatalaksaan farmakologi (Pudiastuti, 2015).


15

a.) Penatalaksaan nonfarmakologi

Penatalaksaan ini dilakukan dengan cara:

1.) Pengurangan berat badan: penderita hipertensi yang

obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan,

membatasai asupan kalori dan peningkatan pemakian

kalori dengan latihan fisik yang teratur.

2.) Menghentikan merokok: merokok tidak berhuhungan

langsung dengan hipertensi, tettapi merupakan faktor

utama penyakit kardiovaskuler. Penderita hipertensi

dianjurkan untuk berhenti merokok.

3.) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan

darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti

hipertensi. Penderita yang minum alkohol sebaiknya

membatsi asupan etanol sekitar satu ons sehari.

4.) Melakukan aktivitas fisik dan relaksasi: penderita

hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan aktivitas

fisik secara aman. Penderita dengan penyakit jantung atau

masalah kesehatan lain yang serius memerlukan

pemeriksaan yang lebih lengkap misalnya dengan exercise

test dan bila perlu mengikuti program rehabilitasi yang

diawasi oleh dokter.

5.) Membatsai asupan garam: kurangi asupan garam sampai

kurang dari 100 mmol perhari atau kurang dari 2,3 gram
16

NaCl. Penderita hipertensi dianjurkan juga untuk menjaga

asupan kalsium dan magnesium.

6.) Rendam kaki

b.) Pengobatan farmakologi

Pengobatan farmakologi pada setiap pnderita hipertensi

memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya

hipertensi, kelainan organ dan faktor resiko lain. Tujuan

pengobatan hipertensi untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat tekanan darah tinggi. Berdasarkan cara kerjanya, obat

hipertensi terbagi menjasdi beberapa golongan, diantaranya

sebagai berikut:

1.) Diuretic Tablet meliputi Hydrochlorothiazide (HCT),

Lasix (Furosemide).

Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses

pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena

potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine,

maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.

2.) Beta-blockers meliputi Atenol (Tenorin), Capoten

(Captopril).

Merupakan obat yang diapaki dalam upaya

pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat

kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh

darh.
17

3.) Calcium channel blockers meliputi Norvasc (amlopidine),

Angiotensinconverting enzyme (ACE).

Merupakan salah satu obat yang bisa dipakai dalam

pengontrolan darah tinggi atau hipertensi melalui proses

rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar

pembuluh darah.

2.2 Lansia

2.2.1 Definisi

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia

tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, dewasa

dan akhirnya menjadi tua. Semua ini bisa dikatakan normal, dengan

berbagai perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan pada

usia lanjut. Lansia merupakan proses alami yang ditentukan oleh Tuhan

Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami menjadi tua, dimana

akan terjadi kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap

(Azizah, 2011).

Menurut undang undang nomer 13 tahun 1998 bab 1 pasal 1 ayat 2

tentang kesejahteraaan lanjut usia, yang dimaksut dengan lanjut usia

adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun. Menua bukanlah suatu

penyakit, akan tetapi proses yang berangsur-angsur mengakibatkan

perubahan yang kumulatif, merupakan suatu proses menurunnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam luar tubuh yang

berakhir dengan kematian. (Padila, 2012).


18

Menua (menjadi tua=aging) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2009) dalam Hanifah

(2016) .

Jadi lansia merupakan suatu tahapan perkembangan seorang

individu yang telah mencapai kematangan dalam proses kehidupan,

serta telah menunjukkan kemunduran fisik, mental, dan sosial sejalan

dengan waktu, tahapan lansia ini dimulai dari usia 60 tahun.

2.2.2 Batasan Lansia

Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia

60 tahun keatas”

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan

Lansia menjadi empat, yaitu :

a. Usia pertengahan : 45-59 tahun

b. Lanjut usia : 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua : 75- 90 tahun

d. Usia sangat tua : diatas 90 tahun

Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut :

a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa

virilitas.

b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium.


19

c. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) sebagai masa

senium.

2.2.3 Masalah yang Terjadi pada Lansia

Menurut Mubarak (2009), terdapat beberapa permasalahan yang

sering dialami oleh seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia,

antara lain:

a. Perubahan Perilaku, pada Lansia sering dijumpai terjadinya

perubahan perilaku, di antaranya : daya ingat menurun, pelupa,

sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri,

timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi,

dan Lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang

yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.

b. Perubahan Psikososial, masalah perubahan psikososial serta

reaksi individu terhadap perubahan ini sangat beragam,

bergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Lansia

yang telah menjalani dengan bekerja, mendadak dihadapkan

untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila Lansia

cukup beruntung dan bijaksana, maka ia akan mempersiapkan

diri dengan menciptakan berbagai bidang minat untuk

memanfaatkan waktunya, masa pensiunya akan memberikan

kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Namun, bagi banyak

pekerja, pensiun berarti terputus dari lingkungan, dan teman-

teman yang akrab.


20

c. Pembatasan Aktivitas Fisik, semakin lanjut usia seseorang,

mereka akan mengalami kemunduran, terutama di bidang

kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada

peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya

gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga

dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan

orang lain.

d. Kesehatan Mental, pada umumnya lansia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor, perubahan-perubahan mental ini

erat sekali kaitanya dengan perubahan fisik. Semakin lanjut usia

seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan

akan mengakibatkan berkurangnya interaksi dengan

lingkunganya.

2.3 Rendam Kaki Air Jahe Hangat

2.3.1 Pengertian

Rendam kaki air hagat adalah sebuah teknik relaksasi yang sudah

ada sejak ribuan tahun silam dan telah digunakan oleh orang-orang

sebagai metode untuk memulihkan dari cedera dan menjaga kesehatan.

Dengan rendam kaki dapat meningkatkan sirkulasi dalam tubuh, ketika

melakukan perendaman maka suplai darah ke semua jaringan meningkat.

Lebih banyak aliran darah ke seluruh jaringan maka meningkatkan suplai

nutrisi yang tersedia untuk membantu sel-sel beregenerasi lebih cepat

sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan (Jonathan and

Smith, 2008).
21

Pada proses fisiologis penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi dengan perlakuan rendam kaki menggunakan air hangat secara

ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis pada tubuh. Terapi

rendam kaki menggunakan air hangat berdampak pada pembuluh darah

dimana air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar dan

pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot ligament yang

akan mempengaruhi sendi tubuh sehingga merangsang saraf simpatis

memproduksi renin kemudian Mengkonversi angiotensin I menjadi II dan

Implus afferen bereseptor meransang saraf parasimpatis dan menghambat

saraf simpatis yang kemudian menyebabkan tekanan darah turun (Lalage,

2015).

Rendam kaki dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan herbal

lain salah satunya jahe. Jenis-jenis jahe yang dikenal oleh masyarakat

yaitu jahe emprit (jahe kuning), jahe gajah (jahe badak), dan jahe merah

(jahe sunti) tetapi jahe yang banyak digunakan untuk obat-obatan adalah

jahe merah, karena jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri yang

lebih tinggi dibanding dengan jahe lainnya (Setyaningrum & Sapiranto,

2013, hlm.14). Jahe mengandung lemak, protein, zat pati, oleoresin

(gingerol) dan minyak atsiri. Rasa hangat dan aroma yang pedas pada

jahe disebabkan oleh kandungan minyak atsiri (volatil) dan senyawa

oleoresin (gingerol), rasa hangat pada jahe dapat memperlebar pembuluh

darah sehingga aliran darah lancar.

2.3.2 Manfaat
22

Rendam kaki adalah sebuah metode terapi yang menggunaka air

sebagai media yang telah ada sejak ribuan tahun silam dan saat ini sudah

banayak dikembangkan di berbagai negara. Selain dapat menyembuhkan

penyakit rendam kaki juga memiliki beberapa manfaat, diantaranya

sebagai berikut (Dilianti dkk, 2017):

a. Memperlancar sirkulasi darah dalam tubuh.

b. Mengurangi rasa nyeri otot.

c. Membuat otot-otot rileks.

d. Mencegah flu atau demam.

e. Meningkatkan fungsi imunitas.

f. Meningkatkan energi tubuh.

g. Menyehatkan jantung.

h. Menghilangkan stres.

i. Menjaga kehangatan tubuh.

j. Meningkatkan metabolisme tubuh.

2.3.3 Prinsip Kerja

Prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat dengan

mempergunakan air hangat yaitu secara konduksi dimana terjadi

perpindahan panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan

menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan ketegangan otot

sehingga dapat melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi

tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang

akan menyampaikan impuls yang dibawa serabut saraf yang membawa

isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak


23

perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ

ke pusat saraf simpatis ke medulla sehingga akan merangsang tekanan

sistolik yaitu regangan otot ventrikel akan merangsang ventrikel untuk

segera berkontraksi (Ilkafah, 2016).

Pada awal kontraksi, katup aorta dan katup semilunar belum

terbuka. Untuk membuka katup aorta, tekanan di dalam ventrikel harus

melebihi tekanan katup aorta. Keadaan dimana kontraksi ventrikel mulai

terjadi sehingga dengan adanya pelebaran pembuluh darah, aliran darah

akan lancer sehingga akan mudah mendorong darah masuk kejantung

sehingga menurunkan tekanan sistoliknya. Pada 25 tekanan diastolik

keadaan releksasi ventrikular isovolemik saat ventrikel berelaksasi,

tekanan di dalam ventrikel turun drastis, aliran darah lancar dengan

adanya pelebaran pembuluh darah sehingga akan menurunkan tekanan

diastolik (Destia, 2014 dalam Dilianti dkk, 2017). Pada penelitian yang

dilakukan oleh Ilkafah pada tahun 2016 terapi rendam kaki dapat

diberikan pada penderita hipertensi sebanyak 2x dalam sehari (pagi dan

sore) dengan suhu air 35 - 40ºC selama 15 - 20 menit.

2.4 Tekanan Darah

2.4.1 Pengertian

Tekanan darah adalah daya dorong darah ke seluruh dinding

pembuluh darah pada permukaan yang tertutup. Tekanan darah biasanya

digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik

dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.

Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Setiawan, 2009).


24

Tekanan darah yaitu tenaga dari darah untuk melawan dinding

pembuluh darah. Tekanan darah normaal pada orang dewasa sekitar

120/80 mmHg, dan dikatakan tekanan darah tinggi apabila tekanan

sistoliknya ≥ 140 mmHg dan diastoliknya ≥ 90 mmHg (Sarpini, 2017).

Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh

darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistemik atau

arteri darah, tekanan darah dalam arteri tubuh adalah indikator yang baik

tentang kesehatan 19 kardiovaskuler. Aliran darah mengalir pada sistem

sirkulasi karena peubahan tekanan. Darah mengalir dari daerah yang

tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya rendah. Kontraksi jantug

mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan

maksimum sat ejeksi terjadi adalah tekanan darah sistolik. Pada saat

ventrikel relaks, darah yang tetap pada arteri menimbulkan tekanan

diastolik atau minimum (Perry & Potter, 2005).

2.4.2 Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Tekanan Darah

Menurut Setiawan (2009), tekanan darah sangat berkaitan dengan

cardiac ouput, tahanan perifer vaskuler, viskositas darah dan elastisitas

pembuluh darah.

a. Cardiac Output atau Volume Darah

Volume darah dalam sistem sirkulasi sangat mempengaruhi

tekanan darah. Pada laki-laki dewasa volume darah sekitar 5 liter

dan normalnya volume darah dipertahankan dalam keadaan

konstan. Jika volume darah tinggi maka tekanan darah dalam

pembuluh darah meningkat. Pada keadaan volume darah


25

menurun misalnya karena perdarahan atau dehidrasi maka

tekanan darah akan menurun.

b. Tahanan Perifer Vaskuler atau Total Peripheral Resistance (TPR)

Tekanan perifer vaskuler adalah keadaan tahanan pembuluh

darah yang ditentukan oleh adanya aliran darah, tonus otot

vaskuler dan diameter pembuluh darah. Makin kecil diameter

pembuluh darah makin besar tahanan perifernya. Dengan

naiknya tahanan perifer, tekanan darah arteri juga naik. Sirkulasi

darah masuk melalui jaringan dari arteri, arteriole, kapiler, venula

dan vena.

Arteri dan arteriole disokong oleh otot polos yang mampu

berkontraksi dan rileksasi sehingga dapat mengubah lumen

pembuluh darah. Perubahan lumen ini baik vasokontriksi atau

vasodilatasi mempengaruhi aliran darah. Ketika organ utama

tubuh membutuhkan lebih banyak darah maka terjadi

vasokontriksi perifer dan menurunkan suplai darah. Normalnya

arteri dan arteriole dipertahankan sebagian kontriksi untuk

mempertahankan aliran darah.

c. Viskositas darah

Kekentalan darah diukur dengan hematokrit, yaitu

presentase sel darah merah dalam darah. Ketika hematokrit

meningkat dan aliran darah menurun maka tekanan darah arteri

akan meningkat dan jantung akan bekerja lebih kuat untuk

mendorong darah ke sistem sirkulasi.


26

d. Elastisitas

Normalnya dinding arteri elastis dan dapat berkembang

maupun menguncup. Pada keadaan arteriosklerosis, arteri

menjadi kurang elastis dan menyebabkan aliran darah menjadi

lambat serta tekanannya menjadi lebih tinggi.


27

2.4.3 Pengukuran

Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut

sphygnomanometer. Spyghmomanometer terdiri dari sebuah pompa,

sebuah pengukur tekanan, dan sebuah manset dari karet. Alat ini

mengukur tekanan darah dalam unit yang disebut milimeter air raksa

(mmHg). Manset ditaruh mengelilingi lengan atas dan dipompa dengan

sebuah pompa udara sampai dengan tekanan yang menghalangi aliran

darah di arteri utama (brachial artery) yang berjalan melalui lengan.

Lengan kemudian di taruh disamping badan pada ketinggian dari

jantung, dan tekanan dari manset pada lengan pada lengan dilepaskan

secara berangsurangsur. Ketika tekanan didalam manset berkurang,

mendengar pertama kali 21 denyutan dari arteri adalah tekanan sistolik

(angka yang di tas). Ketika tekanan manset berkurang lebih jauh,

tekanan pada mana denyutan akhirnya berhenti adalah tekanan diastolik

( angka yang dibawah). Angka yang diatas, tekanan darah sistolik

behungan dengan tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi

dan memompa darah maju kedalam areri-arteri. Angka yang dibwah,

tekanan diastolik, mewakili tekanan didalam arteri-arteri ketka jantung

istirahat relax setelah kontraksi. Tekanan darah normal adalah 120/80,

tekanan antara 120/80 dan 139/89 disebut pra-hipertensi (pre-

hypertension), dan tekanan darah dari 140/90 atau diatasnya dianggap

hipertensi (Pudiastuti, 2015).


28

2.5 Kerangka Konsep

Etiologi Hipertensi :
1. Stress
2. keturunan, lingkungan
dan metabolisme
intraseluler Pasien Hipertensi
3. Obesitas
4. Mengkonsumsi Alkohol
5. Penyakit lain, dll
Terapi non-farmakologi :

Rendam kaki air hangat air


campuran jahe
Terapi farmakologi

Suhu hangat merangsang


Menghambat pembentukan pembuluh darah di kaki
angiotensin II dari
angisotensin
Merangsang saraf simpatis
memproduksi renin

Vasodilatasi
Mengkonversi angiotensin I
menjadi II
Retensi perifer menururn
Implus afferen bereseptor
meransang saraf parasimpatis
Menghambat dan menghambat saraf
kecepatan SA node simpatis

Vasodilatasi

1. Penurunan tekanan
sistolik Keterangan :
2. Penurunan tekanan : Diteliti
diastolik
: Tidak diteliti
: Berhubungan

Tekanan darah terkontrol


BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang

dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan

pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif studi kasus. Studi

kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

penelitian secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas

atau institusi. Studi kasus deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

bertujuan untuk mendiskripsikan (memaparkan) peristiwaperistiwa penting

yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis

dan lebih menekankan pada data faktual daripada penyimpulan. Fenomena

disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti tidak mencoba

menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi, oleh

karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya hipotesis (Nursalam,

2013).

Meskipun jumlah subyek cenderung sedikit namun jumlah variabel yang

diteliti sangat luas. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui semua

varibel yang berhubungan dengan masalah penelitian (Setiadi, 2013). Dalam

penelitian ini peneliti mendeskripsikan mengenai pengaruh pemberian rendam

28
29

kaki air hangat dengan campuran jahe pada tekanan darah lansia dengan

hipertensi.

3.2 Subjek Penelitian

Subyek penelitian atau sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau

yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian (Setiadi, 2013). Subjek

penelitian adalah individu, benda atau organisme yang dijadikan sumber

informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain

yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu

orang yang memberi respon atas suatu perlakuan yang akan diberikan

kepadanya (Nursalam, 2013).

Partisipan penelitian studi kasus ini menggunakan 2 orang klien yang

mengalami hipertensi. Dalam hal ini peneliti mengambil kriteria antara lain:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakterisitik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan

ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi

(Nursalem, 2013). Kriteria inklusi subjek penelitian yang diteliti dalam

studi kasus ini adalah dengan kriteria sebagai berikut:

1. Bersedia menjadi responden.

2. Lansia usia 60-70 tahun.

3. Responden yang mengalami Hipertensi Stadium I ( ≥ 140-159/90-

99 mmHg).

4. Responden yang kooperatif dan belum pernah melakukan terapi

rendam kaki sebelumnya.


30

5. Responden tidak mengalami cedera fisik.

6. Responden tidak mengonsumsi obat anti-hipertensi.

7. Tidak memiliki riwayat penyakit diabetes militus.

b. Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab, antara

lain:

1. Responden dengan penyakit kardiovaskuler berat.

2. Responden menolak atau tidak bersedia menjadi subjek penelitian.

3. Responden dengan penyakit gagal ginjal.

4. Responden dengan tingkat emosional berat.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana pengambilan penelitian ini

dilaksananakan sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut

(Notoadmojo, 2018). Penelitian studi kasus dilakukan di rumah subjek

penelitian di Desa Wringinsongo.

b. Waktu Penelitian

Sedangkan waktu Penelitian adalah rentang waktu yang digunakan

penulis untuk melakukan penelitian. (Notoadmojo, 2018). Waktu

penelitian akan dilakukan pada tanggal 18-23 Januari 2021.


31

3.4 Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada 2 klien

hipertensi setelah dilakukan rendam kaki air hangat campuran jahe di Desa

Wringinsongo.

3.5 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi

operasional merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2013). Pada

definisi operasional akan dijelaskan secara padat mengenai unsur penelitian

yang meliputi bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu

variabel (Setiadi, 2013).

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Rendam Kaki


Air Hangat Campuran Jahe pada Tekanan Darah Lansia
dengan Hipertensi
32

Hasil yang
Variabel Definisi Operasional Indikator Alat Ukur
dicapai
Tekanan Pengukuran dari 1. Tekanan Sphygmom Sesusai
darah sistol dan diastol sistol dan anomater, dengan
dengan menggunakan diastol lembar hasil
sphygmomanometer sebelum wawancara, pengukurn
yang dilakukan pada dilakukan lembar yang
penderita hipertensi 5 terapi observasi. didapatkan
menit sebelum dan rendam
sesudah dilaukan kaki.
terapi rendam kaki air 2. Tekanan
hangat. sistol dan
diastol
setelah
dilakukan
terapi
rendam
kaki.
Rendam Salah satu bagian dari 1. Frekuensi Termometer,
kaki Hidroterapi yang pemberian Lembar
dimana bagian bawah selama 7 observasi
esktremitas dilakukan hari.
rendaman mulai 2. Diberikan
telapak kaki sampai 1x/hari
setinggi 15 cm (pagi)
selama 30
menit
dengan
suhu 37ºC-
40 º C
air hangat 3.
campuran
jahe
33

3.5 Instrumen Penelitian

Herman Ari Martono dalam (Nurhanifah, 2019) instrumen penilaian

merupakan salah satu alat ukur yang digunakan dalam melakukan kegiatan

penilaian proses pembelajran maupun terhadap hasil belajar peserta didik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa wawancara dan

observasi. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini

memberikan hasil secara langsung. Metode dapat dilakukan apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam

serta jumlah responden sedikit (Mardalis, 2010). Wawancara yang

digunakan adalah wawancara terstruktur yang dilakukan oleh peneliti

kepada responden untuk menanyakan pertanyaan tentang identitas dan

riwayat penyakit hipertensi serta pengobatan yang telah dilakukan

selama ini. Selama wawancara bahasa yang digunakan adalah bahasa

indonesia namun pada saat responden tidak mengerti dengan

pertanyaan bahasa indonesia maka peneliti menggunakan bahasa jawa

yang digunakan responden sehari-hari.

b. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian

untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Mardalis,


34

2010). Observasi digunakan untuk mendapatkan perkembangan

tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan

sesudah melakukan terapi rendam kaki air hangat campuran jahe,

pengukuran ini dilakukan setiap pagi selama satu minggu dengan

menggunakan air yang bersuhu 37ºC-40 º C 20-30 menit dengan

ketinggian air diatas mata kaki.

Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan lembar wawancara

untuk menggali data identintas responden dan lember observasi untuk

mengukur tekanan darah dan juga untuk mencatat hasil pengukuran tekanan

darah yang dilakukan dua kali sehari dalam satu minggu waktu penelitian.

Instrumen penelitian dalam penelitian studi kasus ini menggunakan:

1. Lembar SOP (Standart Operasional Prosedure) pengukuran tekanan

darah

2. Lembar SOP (Standart Operasional Prosedure) Hidroterapi (rendam

kaki menggunakan air hangat)

3. Lembar wawancara yang dibuat peneliti untuk menggali data identitas

responden.

4. Lembar Observasi yang dibuat peneliti untuk mengobservasi

perubahan tekanan darah.

5. Spygnomanometer

6. Termometer air

7. Camera/handphone untuk mendokumentasikan kegiatan pengambilan

data berupa rekaman suara, foto maupun vidio dalam penelitian.

3.6 Metode Pengumpulan Data


35

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan

data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur

pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian. Alat ukur

pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuesioner/angket,

observasi, wawancara, atau gabungan ketiganya (Mardalis, 2010).

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode observasi serta wawancara. Dalam penelitian ini,

observasi digunakan untuk mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah

terapi rendam kaki air hangat campuran jahe lansia dengan hipertensi di Desa

Wringinsongo Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.

Langkah-langkah pengumpulan data:


Proposal penelitian mendapat persetujuan dari dosen pembimbing:

a. Tahap Awal:

1. Peneliti mengurus surat ijin dari Institusi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang yang ditujukan pada Bankesbangpol (Bandan

Kesatuan Bangsa dan Politik) Kabupaten Malang.

2. Surat ijin dari Bankesbangpol (Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik) Kabupaten Malang diserahkan peneliti kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten Malang, Wilayah Kerja Kecamatan

Tumpang, dan Kepala Desa Wringinsongo.

3. Setelah peneliti mendapatkan surat izin dari Kepala Desa

Sumber Porong Lawang selanjutnya peneliti menyerahkan surat

izin tersebut kepada Ketua RW….. Desa Wringinsongo

Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.


36

4. Setelah peneliti mendapat izin, peneliti mencari responden

sesuai dengan kriteria di RW….. Desa Wringinsongo

Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Desa Wringinsongo dan

Ketua RW wilayah penelitian, peniliti memilih subjek penelitian

yang sesuai dengan kriteria penelitian.

2. Kemudian peneliti melakukan pendekatan dan memberikan

penjelasan kepada subjek penelitian tentang tujuan, teknik

pelaksanaan, kerahasiaan data, manfaat dari penelitian yang

dilakuakan terhadap subjek.

3. Setelah responden menyetujui, maka selanjutnya subjek

menandatangani inform conset sebagai bukti persetujuan

responden bersedia menjadi subjek penelitian..

4. Melakukan kontrak waktu dengan subjek penelitian untuk

melaksanakan terapi rendam kaki air hangat dengan campuran

jahe sesuai dengan SOP.

5. Kegiatan pengambilan data dilakukan selama 1 minggu, dengan

cara:

a.) Mengukur tekanan darah Sebelum dilakukan rendam kaki.

b.) Meminta bantuan untuk menyiapkan air hangat dengan

campuran jahe untuk rendam kaki dengan suhu 37ºC-40 ºC

dan diukur dengan termometer.

c.) Merendam kaki selama 20-30 menit.


37

d.) Mengukur kembali tekanan darah setelah dilakukan rendam

kaki, dilakukan selama satu minggu dengan frekuensi 1 kali

sehari dan dalam waktu 20-30 menit.

e.) Dokumentasi hasil pengukuran tekanan darah.

f.) Peneliti melakukan analisis data dan menyimpulkan yang

terjadi pada responden setelah dilakukan melaksanakan

terapi rendam kaki air hangat campuran jahe.

g.) Peneliti mengecek kelengkapan data dan melengkapi data

yang kurang dengan mengambil data ulang.

3.7 Analisa Data Dan Penyajian Data

a. Analisa Data

Analisa pada penelitian ini adalah menggunakan analisa kualitatif

deskriptif. Analisa ini dilakukan dengan cara pengambilan kesimpulan

berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang khusus, data yang

diperoleh dinarasikan. Tekanan darah akan disesuaikan dengan hasil

pengukuran yang didapatkan.

Data yang diambil adalah hasil dari pengukuran tekanan darah

pada responden yang telah mendapatkan melaksanakan terapi rendam

kaki air hangat dengan campuran jahe. Observasi dilakukan sebanyak 7

kali yaitu sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan hidroterapi

(rendam kaki menggunakan air hangat) dan relaksasi napas dalam

selama satu minggu dengan frekuensi 1 kali sehari.

b. Penyajian Data:
38

Hasil Penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

untuk menggambarkan hasil tekanan darah subjek penelitian sebelum

dan sesudah dilakukan terapi rendam kaki air hangat dengan campuran

jahe selama 1 minggu. Hasil penelitian ini juga disajikan dalam bentuk

deskriptif untuk menjabarkan secara tertulis data tiap subjek yang

diteliti.

3.8 Etika Penelitian


Prinsip etika dalam penelitian /pengumpulan data dapat dibedakan menjadi

tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan

prinsip keadilan (Notoatmodjo, 2010).

a. Prinsip Manfaat

Penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. Partisipasi

subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak

menguntungkan. Subjek haru diyakinkan bahwa prinsipnya dalam

penlitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan

untuk hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

Peniliti juga harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

Hak untuk ikut/tidak menjadi responden, hak untuk mendapat jaminan

dari pelakuan yang diberikan, serta hak untuk mendapatkan informasi

secara legkap mengenai tujuan penelitian yang akan dilaksanakan,

mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi

responden (Informed consent).


39

c. Prinsip Keadilan (Right to justice)

Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil dan hak dijaga

kerahasiaannya. Subjek memiliki hak untuk meminta bahwa data yang

diberikan haru dirahasiakan.


DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bell, K., Twiggs, J., & Olin, R. B. (2015). Hypertension : The Silent Killer :
Updated JNC 8 Guideline Recommendations. Alabama Pharmcay
Association, 2.

Corwin, E.J. (2008). Buku Saku Patotifisiologi Corwin Edisi Ke 3. Jakarta: EGC.

Dilianti, E, I., Candrawati, E., Adi, R, C. (2017). Efektivitas Hidroterapi Terhadap


Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Panti
Wreda Al-Islah Malang. (Online),
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/, (diakses pada tanggal 19
Oktober 2020).

Hanifah, Azmi (2016). Hubungan Kualitas Tidur Dan fungsi Kognitif Pada
Lanjut Usia Di Panti Sosial Margaguna Jakarta Selatan. Skripsi : UIN
Syarif Hidayatullah.

Ilkafah. (2016). Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Lanisa Dengan Obat Anti
Hipertensi dan Terapi Rendam Kaki Air Hangat di Wilayah Kerja
Puskesmas Antara Tamalanrea Makassar. Pharmacorn: Jurnal Ilmiah
Farmasi.

Ignatavicius, Workman, & Rebar. (2017). Medical Surgical Nursing: Concepts


For. Interprofessional Collaborative Care (9 th ed).

Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta : Deepublish.

Jonathan, B., Smith. E, Ed. 2008. Hot Water and Healthy Living. ISBN: National
Swimming Pool Foundation.

Kartikasari, A N. (2012). Faktor resiko pada masyarakat di desa Kebongan kidul


Kabupaten Rembang. Jurnal Media Medika Muda, 1 Agustus 2012.

Kemenkes RI, (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit


Hipertensi, Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:


Kemenkes RI.

Lalage, Zerlina. (2015). Hidup Sehat Dengan Terapi Air.Yogyakarta: Abata Press.

39
40

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia. (2013). Jakarta:


Balitbangkes Depkes RI

Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher. (2014). Medical surgical nursing.


assessment and mangement of clinical problems (9th edition). St. Louis :
Mosby.

Malibel, Herwanti, Djogo. (2020). Pengaruh Pemberian Hidroterapi (Rendam


Kaki Air Hangat) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana Kota Kupang. Chmk
Health Journal Volume 4 Nomor 1, Januari 2020.

Mardalis. (2010). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi


Aksara.

Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Konsep dan Aplikasi.


Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmojo. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction.

Nurhanifah. (2019). TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN


PERKEMBANGAN BAHASA ANAKUSIA DINI 4 – 5 TAHUN DI TK HANG
TUAH KOTABUMILAMPUNGUTARA [UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG]. http://repository.radenintan.ac.id/7902/.

Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Pudiastuti, R. (2015). Penyakit – Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, Patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, edisi 4 volume


1. Jakarta: EGC Salemba Medika.

Sarpini, R. (2017). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bogor: In Media.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan edisi 2.


Yogyakarta: Graha ilmu.

Setiawan, A., Tarwoto., & Wartonah. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta:
CV Trans Info Media.
41

Setyaningrum, H.D., & Saparinto, C. (2013). Jahe. Jakarta: Penebar swadaya.

Solechah, Nurul . (2017). Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di
Puskesmas Bahu Manado. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor
1 Februari 2017

Smeltzer. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC

Tambayong, Jan. (2012.) Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Wantiyah, W, Husada, B. and Susumaningrum, L. (2018). Foot Soaking Therapy


with Warm Water Decrease Blood Pressure of Patients with Hypertension.
Proceedings of the 9th International Nursing Conference (INC 2018), pages
89-93.

Wulandari. P,dkk. (2016). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat


Dengan Campuran Garam Dan Serai terhadap Penurunan Tekanan Drah 30
Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Podorejo RW 8 Ngaliyan.Ejournal.
Volume 7, Nomor 1, Januari 2016, P-ISSN: 2086-3071, E-ISSN:2443-0900
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:
Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden
Di tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa D-III


Keperawatan Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Nama : Jihan Salsabila

NIM : P17210184133

Akan mengadakan penelitian dengan judul “PENGARUH


PEMBERIAN RENDAM KAKI AIR HANGAT DENGAN CAMPURAN JAHE
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA WRINGINSONGO”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan
menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden. Kerahasiaan
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk tujuan
penelitian.

Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui maka dengan ini saya mohon


kesediaan responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam lembaran kuesioner.

Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden, saya ucapkan terima kasih.

Malang, Januari 2021

Peneliti,

Jihan Salsabila
NIM.
P17210184107

42
43

Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : _____________________________
Alamat : _____________________________

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian


Saudara Jihan Salsabila yang berjudul “PENGARUH PEMBERIAN RENDAM
KAKI AIR HANGAT DENGAN CAMPURAN JAHE PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DI DESA WRINGINSONGO”
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap
saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan akan
dirahasiakan. Apabila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun
berhak membatalkan persetujuan ini.
Saya percaya apa yang saya informasikan ini dijamin kerahasiaannya.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Malang, Januari 2021


Responden

( )
44

Lampiran 3
PANDUAN WAWANCARA MENDALAM

Judul Penelitian :
Waktu Wawancara :
Tanggal :
Tempat :

I. IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN


Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

II. PERTANYAAN UNTUK MENGETAHUI RIWAYAT PENYAKIT


1. Apakah anda sebelumnya mengetahui bahwa anda menderita hipertensi?
2. Sudah berapa lama anda menderita hipertensi?
3. Gejala apa saja yang anda rasakan?
4. Apakah ada keluarga anda yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi?
5. Makanan apa saja yang biasa anda konsumsi setiap hari? Apakah
mengandung garam berlebihan?
6. Aktivitas apa saja yang anda lakukan setiap hari?
7. Apakah anda sering melakukan pengecekan tekanan darah di puskesmas
atau tenaga kesehatan?
8. Apakah anda sudah pernah melakukan hidroterapi (rendam kaki
menggunakan air hangat) dan relaksasi napas dalam?
45

Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
MENGUKUR TEKANAN DARAH

Pengertian : Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan


Sphignomanometer/tensimeter
Tujuan : Untuk mengetahui tekanan darah
Persiapan alat :
1. Sphignomanometer jarum
2. Stetoskop
3. Buku catatan
4. Alat tulis
Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur posisi pasien dalam keadaan rileks berbaring atau duduk.
Persiapan Lingkungan :
1. Mengatur pencahyaan
2. Tutup pintu dan jendela
3. Mengatur suasana yang nyaman (tenang /tidak berisik)
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan
2. Memberi tahu pasien bahwa tindakan segera dilaksanakan
3. Letakkan tensimeter disamping atas lengan yang akan dipasang menset
pada titik paralax
4. Meminta/membantu pasien untuk menggulung lengan baju sebatas bahu
5. Pasang menset pada lengan bagian atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
dengan pipa karet dilengan atas
6. Memakai stetoskop pada telinga
7. Meraba arteri brachialis dengan jari tengah dan telunjuk
8. Meletakkan stetoskop bagian bell diatas arteri brachialis
9. Mengunci skrup balon karet
10. Balon dipompa sehingga jarum pipa naik (30 mmHg) sampai denyut arteri
tidak terdengar.
11. Membuka skrup balon dan menurunkan tekanan perlahan kira-kira 2
mmHg/detik
12. Mendengar dengan teliti dan membaca skala jarum sejajar dengan mata,
pada skala berapa mulai terdengar bunyi denyut pertama sampai suara
denyut terakhir terdengar lambat dan menghilang
46

13. Mencatat denyut pertama sebagai tekanan sistolik dan denyut terakhir
sebagai sekanan diastolik
14. Melepas stetoskop dari telinga
15. Melepas menset dan digulung dengan rapi
16. Merapikan pasien dan mengatur posisi seperti semula
17. Memberi tahu pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan
18. Memberi tahu pasien hasil pemeriksaan darahnya
19. Alat-alat dirapikan dan disimpan pada tempatnya
20. Mencuci tangan
Sikap selama pelaksanaan :
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah
2. Menjamin privacy pasien
3. Bekerja dengan teliti
4. Memperhatikan body mechanism
Evaluasi : Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan
47

Lampiran 5
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
RENDAM KAKI AIR HANGAT CAMPURAN JAHE
Persiapan alat dan bahan :
1. Thermometer
2. Parutan jahe merah (± 100 gram)
3. Baskom
4. 2 buah handuk
5. Wadah air atau termos berisi air panas
Persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Atur posisi pasien duduk dalam keadaan rileks dan nyaman.
Persiapan Lingkungan :
1. Mengatur pencahyaan
2. Tutup pintu dan jendela
3. Mengatur suasana yang nyaman (tenang /tidak berisik)
Pelaksanaan :
1. Bawa peralatan mendekati pasien
2. Mencampurkan air panas dengan air dingin, lalu ukur suhunya dengan
thermometer (suhu 40,5 ℃-43℃), masukkan parutan jahe, isi baskom
setengah penuh.
3. Letakanbaskom didekat klien yang akan melakukan rendam kaki
menggunakan air hagat dengan campuran jahe.
4. Pasien duduk di tempat tidur atau di tempat yang nyaman sesuai keinginan
dengan posisi kaki menggantung ke bawah.
5. Jika kaki nampak kotor, cuci kaki terleebih dahulu dengan menggunakan
air biasa.
6. Celupkan kaki dan rendam kaki sampai betis (± 15 cm) lalu biarkan
kurang lebih 20-30 menit.
7. Tutup baskom dengan menggunakan handuk untuk mempertahankan suhu
air didalam baskom.
8. Setelah selesai (± 20-30 menit), angkat kaki dan kemudian keringkan
dengan menggunakan handuk.
Sikap selama pelaksanaan:
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah
2. Menjamin privacy pasien
3. Bekerja dengan teliti
4. Memperhatikan body mechanism
Evaluasi : Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan.
48

Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH

Nama :
Umur :
Alamat :

Nilai
Observasi Tanggal Tekanan Darah
Kategori Hipertensi
ke- Observasi sebelum sesudah
(mmHg) (mmHg)

Anda mungkin juga menyukai