Anda di halaman 1dari 26

EVIDANCE BASED NURSING

PEMBERIAN MUROTTAL AL-QUR AN PADA KLIEN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
FLAMBOYAN RSJ MENUR SURABAYA

Oleh :
KELOMPOK KEPERAWATAN JIWA

1. Aisyah Helmiatul H (20020002) 9. Citra Suci Kurnia (20020018)


2. Alivia Karima Faqih (20020004) 10. Desy Ratnasari (20020019)
3. Amalia Nafissatul M (20020005) 11. Devi Aprillia (20020020)
4. Amy Alqur’ani T (20020006) 12. Diah Ayu Amelia A. D (20020021)
5. Annuru Febri R (20020011) 13. Diah Fitri Susanti (20020022)
6. Arina Tri R (20020013) 14. Ira Desty O (20020044)
7. Ayu Anggraini (20020014) 15. Nur Rowaidah (19020110)
8. Bella Mesrana Indah S (20020016)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI
JEMBERYAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Seminar Akhir Keperawatan pada Ny.F dengan masalah keperawatan
gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran di ruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya
ini telah diperiksa dan disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa, Profesi NERS STIKES


dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )
NIDN. …………………………...... NIP……………………………………

Mengetahui,
Kepala Ruangan

( )
NIP. …………………………….
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami mampu
menyelesaikan pembuatan Laporan Seminar Akhir Keperawatan Jiwa di ruang Flamboyan
RSJ Menur Surabaya dengan Judul Laporan Pemberian Terapi Murottal Al Qur-an pada Ny.F
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran ini dengan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan juga atas bimbingan dari para pembimbing akademik maupun
pembimbing klinik dalam menyelesaikan penyusunan laporan seminar akhir keperawatan jiwa
ini.
1. Ns. Zidni Nuris Yuhbaba S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan laporan
akhir departemen keperawatan jiwa ini.
2. Ns. Oyang Prasetya S.Kep selaku pembimbing ruangan RSJ Menur Surabaya yang
telah memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi, saran-saran dan semangat dalam
menyelesaikan laporan akhir departemen keperawatan jiwa ini.
3. Ns. Pujiati Sria S.Kep selaku kepala ruangan yang telah memberikan bimbingan,
petunjuk, koreksi, saran-saran dan semangat dalam menyelesaikan laporan akhir
departemen keperawatan jiwa ini.

Kami menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkkan
kritik serta saran dari pembaca untuk kesempurnaan dari laporan seminar akhir ini. Demikian,
semoga laporan seminar akhir ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan RSJ Menur
Surabaya dan mahasiswa Stikes dr. Soebandi. Terima kasih

Surabaya, Februari 2021

Kelompok 3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologis atau mental seseorang kurang
berfungsi dengan baik sehingga mengganggu dalam fungsi sehari-hari. Gangguan ini juga
sering disebut gangguan psikiatri atau gangguan mental dan dalam masyarakat umum
kadang disebut sebagai gangguan saraf.Gangguan jiwa yang dimiliki oleh seseorang bisa
memiliki bermacam-macam gejala, baik yang tampak jelas maupun yang hanya terdapat
dalam pikirannya. Mulai dari perilaku menghindar dari lingkungan, tidak mau
berhubungan atau berbicara dengan orang lain dan tidak mau makan hingga yang
mengamuk dengan tanpa sebab yang jelas. Mulai dari diam saja hingga yang berbicara
dengan tidak jelas. Ada pula yang dapat diajak bicara hingga yang tidak perhatian sama
sekali dengan lingkungannya. Dampak gangguan jiwa antara lain gangguan dalam
aktifitas sehari-hari, gangguan hubungan interpersonal dan gangguan fungsi dan peran
sosial (Lestari, Choirriyah, & Mathafi, 2014).
Halusinasi merupakan penginderaan tanpa rangsangan eksternal yang berhubungan
dengan salah satu jenis indera tertentu yang khas (Kaplan & Saddock dalam Dermawan &
Rusdi, 2013).Menurut Videbeck dalam Yosep Iyus (2011) tanda pasienmengalami
halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien
marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien menganggap ada yang berbicara
dengannya.Halusinasi terjadi karena adanya reaksi emosi berlebihan atau kurang, dan
perilaku aneh Damaiyanti (2012). Bahaya secara umum yang dapat terjadi pada pasien
dengan halusinasi adalah gangguan psikotik berat dimana pasien tidak sadar lagi akan
dirinya, terjadi disorientasi waktu, dan ruang ( Iyus Yosep, 2011).
Berdasarkan data WHO (World Healt Organization), memperkirakan 450 juta orang
mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat
ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
dimasa hidupnya (Putri, Komala< Keliat & Wardani, 2018).
Menurut Riskesdas (2013) penduduk Indonesia mengalami skizofrenia sebanyak
0,17% atau sebanyak 400 ribu jiwa. Berdasarkan data dari Dinas Sosial Jawa Timur,
penderita gangguan jiwa di Jatim pada tahun 2016 mencapai 2369 orang.Jumlah itu naik
sebesar 750 orang dibandingkan tahun 2015 lalu yang hanya 1619 penderita. Hasil
Riskesdas Jatim 2018 terdapat prevalensi sebesar 4,53 untuk umur ≥ 15 tahun, sedangkan
gangguan mental emosiaonal untuk umur ≥ 15 tahunmengalami penurunan yang
signifikan dari tahun 2013 sebanyak 7,5, prevalensi turun menjadi 6,82 pada tahun 2018
(Riskesdas, 2018).
Dari beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan oleh perawat ada 2
macam terapi yaitu, pemeberian terapi farmakologi dan nonfarmakalogi.Salah satu
pemberian terapi farmakologi yaitu dengan pemberian obat Clozapine untuk mengatasi
skizofrenia.Namun, sekitar 40 – 60 % pasien tidak memiliki respon yang memadai,
(Dellazizzo et al., 2018). Sedangkan pemberian terapi nonfamakologi salah satu
diantaranya adalah terapi aktivitas. Seperti mencuci piring, menjemur pakaian, mencuci
pakaian, mandi dan berolahraga. Semua pasien di RSJ Menur khususnya Ruang
Flamboyan mayoitas beragama islam, sehingga dari beberapa jenis terapi komplementer
yang dapat diberikan sebagai pengganti terapi aktivitas yang bisa dilakukan yaitu, dengan
pemberian murotal terapi. Dengan cara mendengarkan ayat suci Al-Qur’an Surah Ar-
Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 78. Manfaat mendengarkan surat Ar-Rahman yakni
membuat sosok hamba mendapat rida atas kehidupannya dari Allah SWT mati syahid,
syafaat di hari kiamat, meningkatkan rasa syukur, dan masih banyak lagi lainnya.
Sehingga pada hati pendengrnya akan diberi ketenangan oleh Allah SWT (Wuryaningsih,
Anwar, Wijaya, & Kurniyawan, 2015).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan secara paripurna dan untuk
mengetahui Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian Mengontrol Halusinasi
Pendengaran dan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
b. Mahasiswa mampu menganalisa data
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnose keperawatan
d. Mampu membuat intervensi keperawatan
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan
f. Mampu melakukan evaluasi
g. Mampu melakukan dokumentasi

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis
Menambah dan memahami dalam memberikan asuhan keperawtan jiwa pada
halusinasi
1.3.2 Manfaat bagi pendidikan
Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan kasus bagi
pengembangan praktik keperawatan jiwa dan pemecahan masalah dalam bidang atau
profesi keperatawan jiwa
1.3.3 Manfaaat bagi rumah sakit
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat kebijakan dalam
upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
halusinasi.
1.3.4 Manfaat bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa yang komprehensif pada pasien dengan halusinasi dan sebagai
pertimbangan perawat dalam penatalaksanaan kasus sehingga perawat mampu
memberikan tindakan yang tepat pada pasien.
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 PengertianHalusinasi
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan
kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas (Keliat, 2009).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai
dengan kenyataan (Aziz, 2013).
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu
stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien mengalami perubahan sensori persepi: merasakan
sensasi palsi berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penciuman. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari luar
ekternal.
2.1.2Klasifikasi
1. Halusinasi pendengaran karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama
suara-suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan karakteritik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusiansi penciuman karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang-kadang mencium bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan demensia.
4. Halusinasi peraba karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensai listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sintetic karakteristik ditandai dengan meraskan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukkan urine.

2.1.3 Tahap atau Tingkatan Halusinasi


Menurut Stuart dan Laraia (2001), terdiri dari 4 fase :
1. Fase I : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Disini klien tersenyum atau tertawa dan tidak sesuai, menggerakkan lidah
tanpa suara pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2. Fase II : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yag
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan tnda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan dan tekanan
darah), asik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III : klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah orang lain dan berada pada
kondisi yang sangat mencengangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang
lain.
4. Fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih pada satu
orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

2.1.4Rentang Respon Halusinasi


Rentang respon yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis, persepsi akurat,
emosi yang konsisten dengan pengalama, perilaku cocok, dan terciptanya hubungan sosial
yang harmonis. Sementara itu, respon maladaptif meliputi adanya waham, halusinasi,
kesukaran proses emosi, perilaku tidak terorganisir, dan isolasi sosial : menarik diri.

Adaktif Maladaktif
Fikiran logis Pikiran kadang gangguan proses pikir : waham
Persepsi akurat menyimpang ilusi halusianasi ketidakmampuan
Emosi konsisten emosi tidak stabil untuk mengalami emosi
Dengan pengalaman perilaku aneh ketidakteraturan
Perilaku sesuai Menarik Diri isolasi sosial
Hubungan sosiali

2.1.5 Etiologi
A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2013), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter gangguan jiwa,
adanya risiko bunuh dir, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
NAPZA.
b. Psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya kegagalan yang
berulang, individu korban kekerasan, kurangnya kasih sayang, atau overprotektif.
c. Sosial Budaya
Klien dengan halusinasi didapatkan sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat pendidikan rendah, dan kegagalan
dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
B. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan riwayat penyakit infeksi,
penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam keluarga, atau adanya
kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga
atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik antar masyarakat.

2.1.6 Pohon Masalah


Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri

Harga Diri Rendah


2.1.7 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta ungkapan
klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah :
a. Data subjektif
1.mendengar suara-suara atau kegaduahan
2. mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4. melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster
5. mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
6. merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses
7. merasa takut atau senang dengan halusinasinya

b. Data objektif
1. bicara atau tertawa sendiri
2. marah –marah tanpa sebab
3. mengarahkan telinga ke arah tertentu
4. menutup telinga
5. menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. menciun sesuatu seperti bau-bauan tertentu
8. menutup hidung
9. sering meludah
10. muntah
11. menggaruk-garuk permukaan kulit

2.1.8 Akibat yang ditimbulkan


Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana
klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.Klien benar-benar
kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat
melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.

2.1.9 Penatalaksaan Medis

Menurut Maramis dalam Prabowo (2014), pengobatan harus secepat mungkin harus
diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ
pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting
didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai
pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermandaat pada penderita skizofrenia yang menahun,
hasilnya lebih banyak jika muali diberi dalam dua tahun penyakit.Neuroleptika dengan
dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat.
NAMA GENERIK DOSIS
KELAS KIMIA
(DAGANG) HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilaton) 12-64 mg
Proklorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Mellaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 225-225
b. Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
rtificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang pada satu
atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
c. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan
dengan praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembali ke masyarakat, selain
itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien
lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
1) Terapi Aktivitas
a) Terapi Musik
Fokus : mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu menikmati
dengan relaksasi musik yang disukai pasien
b) Terapi Seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
c) Terapi Menari
Fokus pada : ekpresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d) Terapi Relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : untuk koping/perilaku maladaptif/deskriptif, meningkatkan
partisipasi dan kesenangan pasien dalam kehidupan.
2) Terapi Sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain
3) Terapi Kelompok
a) Terapi group (kelompok terapeutik)
b) Terapi aktibitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
c) TAK Stimulus Persepsi: Halusinasi
 Sesi 1 : Mengenal halusinasi
 Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
 Sesi 4 : Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
 Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
4) Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga (home like
atmosphere)
2.2 Konsep Murottal al-qur’an

2.2.1 Definisi Terapi Mendengarkan Murottal al-qur’an


Al-qur’an merupakan ayat suci umat islam yang diturunkan melalui nabi Muhammad
saw. Al-qur’an sendiri terdiri dari 30 juz, 144 surat, serta 6236 ayat. Al-murottal yang adalah
pengumpulan bacaan ayat-ayat al-Qur’an lewat rekaman bacaan al-Qur’an yang bertujuan
untuk melestarikan al-Qur’an dengan cara merekam bacaan alQur’an. Sudah diketahui bahwa
terdapat hukum-hukum bacaan (tajwid) yang harus diperhatikan dalam pembacaan al-
Qur’an.Menurut Safri dkk (2014) murottal al-qur’an efektif dalam memberikan respon
individu baik secara psikologis maupun secara fisiologis. Suara murottal dapat menurunkan
hormon-hormon stres; mengaktifkan endorphin alami; meningkatkan perasaan rileks;
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas, dan tegang; memperbaiki sistem kimia tubuh
sehingga menurunkan tekanan darah; serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut
nadi, dan aktivitas gelombang otak. Mansouri (2017) bahwa suara Al-Qur'an termasuk
gelombang suara dengan frekuensi dan panjang gelombang tertentu yang menghasilkan
untaian getaran sehingga mempengaruhi sel-sel otak dan mengembalikan keseimbangan serta
koordinasi dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya melawan penyakit.Salah satu obat
terapi non farmakologik yang dapat membantu adalah bacaan Al-Qur’an (Wirakhmi dan
Hikmanti, 2016).

2.2.2 Tahapan-tahapan Terapi Mendengarkan Murottal al-qur’an


Terapi murottal al-qur’an dapat dilaksanakan dengan beberapa tahapan berikut ini (Hidayati,
2017):
a. Formulasi Masalah
Formulasi masalah dilakukan agar peserta dapat mengungkapkan permasalahan dan
perasaannya terkait permasalahan yang sedang dihadapi.Tahapan ini bertujuan agar
peserta mampu mengidentifikasi perasaannya dengan lebih baik serta menumbuhkan
dukungan antar peserta.
b. Mendengarkan Murottal al-qur’an
Murottal al-qur’an secara bersama-sama diperdengarkan pada pertemuan tatap muka,
selain itu para peserta juga diberikan tugas untuk mendengarkan murottal di rumah
sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi dan malam hari.
c. Pemaknaan
Pemaknaan terhadap surat Al-Qur’an yang diperdengarkan dilakukan agar peserta dapat
lebih memahami makna dari surat yang diperdengarkan dan lebih dapat menghayati
dalam mendengarkan surat tersebut.
d. Berbagi Pengalaman
Pada tahapan ini para peserta diminta untuk menceritakan pengalaman selama menjalani
sesi terapi. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi perubahan
yang dirasakan oleh peserta setelah menjalankan proses terapi murottal al-qur’an.
2.2.3. Manfaat Terapi Mendengarkan Murottal al-qur’an
Mendengarkan murottal al-qur’an memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
1. Meningkatkan kualitas hidup
2. Menurunkan tingkat kecemasan
3. Menurunkan stress
4. Menurunkan tingkat nyeri
5. Mengurangi gangguan psikologis
6. Meningkatkan kadar β-Endorphin yang selanjutnya meningkatkan perasaan rileks

2.2.4 Surat Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah)


Surat Ar-Rahman merupakan surat ke-55 dalam Al-Qur’an dan merupakan salah satu
surat Makkiyah (turun di Makkah). Surat Ar-rahman terdiri atas 78 ayat yang menceritakan
mengenai kemurahan Allah kepada hambanya yang ditunjukkan dengan nikmat-nikmat dalam
kehidupan. Ayat-ayat dalam surat Ar-Rahman tergolong pendek dan ada ayat yang merupakan
pengulangan hingga 31 kali .Wirakhmi dan Hikmanti (2016) manyatakan bahwa pengulangan
ayat yang dilakukan hingga berkali-kali merupakan penekanan atas keyakinan yang sangat
kuat terhadap Allah. Surat Ar-rahman yang memiliki jumlah ayat cukup banyak dibandingkan
dengan surat pendek pada umumnya juga memiliki panjang kalimat yang ratarata cenderung
pendek pada setiap ayatnya. Hal tersebut menjadikan mendengarmurottal al-qur’an surat Ar-
rahman tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama atau terlalu cepat. Durasi waktu rata-rata
untuk medengarkan murottal al-qur-an surat Ar-rahman secara penuh adalah 15-30 menit
menit. Durasi pemberian terapi musik atau suara selama 15-30 menit dapat memberikan efek
relaksasi.Adapun intensitas suara yang dapat menimbulkan kenyamanan dan ketenangan
adalah suara yang tergolong rendah, yaitu berada antara 40 hingga 60 dB (Nuhan, Astuti, &
Murhan 2018).

2.2.5 Hubungan Murrotal Al-Qur’an dengan Halusinasi


Murotal terapi dapat memberikan stimulasi baik terhadap otak, ketika seseorang
mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dapat memberikan respon rileks , tenang dan rasa
nyaman. Selain itu dengan pemberian murotal terapi dapat digunakan sebagai pengobatan
stres.Beberapa studi menunjukkan bahwa membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an juga dapat
memberikan stimulus positif untuk otak, (Putra et al., 2018).Terapi dengan alunan bacaan Al-
Qur’an. Stimulan murotal Al-Qur’an dapat dijadikan alternatif terapi baru sebagai terapi
relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan dengan terapi audio lainnya karena stimulant Al-
Qur’an dapat memunculkan gelombang delta sebesar 63,11% (Abdurrachman & Andhika,
2008) dalam (Ah, Endang, Miranti.Florencia, & Fanni, 2016).
2.2.6 Pelaksanaan

Kriteria pasien yang akan mendapat terapi :


a. Pasien yang terdiagnosa halusinasi
b. Pasien yang telah kooperatif
c. Pasien yang menyetujui akan diterapi
d. Pasien yang mengenali isi,kapan munculnya,frekuensi, halusinasi pasien
e. Pasien yang mendapatkan terapi obat
f. Pasien yang sedang mengalami hausinasi pada saat akan diberikan terapi murotal
al-Qur’an Surah Ar-Rahman.

Cara melakukan terapi murotal :


g. Mencuci tangan
h. Menghubungkan sound dengan MP3/tablet berisikan murottal al-qur’an
i. Memposisikan pasien berbaring diatas tempat tidur
j. Meletakkan sound di atas meja
k. Mendengarkan murrotal al-qur’an selama 15-30 menit
No Tujuan Kegiatan Waktu PJ
1. Setelah dilakukan 2.2.6.1 Bina hubungan saling 17 Februari-26 Kel 4
tindakan percaya dengn pasien Februari 2021
keperawatan selama menggunakan komunikasi Kriteria
15-30 menit terapeutik. evaluasi :
diharapkan terjadi 2.2.6.2 Kaji halusinasi pasien 1. Evalusi
penurunan skor meliputi : isi, frekuensi, struktur :
halusinasi pada waktu terjadi, situasi melakukan
pasien pencetus, perasaan, dan kontrak
respon. tujuan dan
2.2.6.3 Berikan posisi yang elakukan
nyaman pada pasien. kontrak
2.2.6.4 Anjurkan pasien untuk waktu dan
menenagkan diri. tempat
2.2.6.5 Lakukan pemberian 2. Evaluasi
terapi murottal al-quran proses :
selama 15-30 menit surah memfasilitas
AR-Rahman i media
2.2.6.6 Evaluasi kegiatan yang
didalam catatan keperawatan. digunakan
untuk
mendukung
intervensi
3. Evalusi
hasil :
evaluasi
klien
(subject)
dan evaluasi
klien
(objectif)
A. Satuan Acara Pelaksanaa

B. Implementasi

N Implementasi
o
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengkaji halusinasi pasien meliputi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, dan respon pasien terhadap halusinasi

3. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien.


4. Melakukan pemberian terapi murottal Al-quran selama 15-30 menit
5. Mengevaluasi hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan.

C. Metode Pelaksanaan
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, dan respon pasien sebelum pemberian intervensi.
2. Pemberian terapi murrotal al-qur’an surah Ar-Rahman
selama 15-30 menit diberikan kepada klien yang sedang mengalami halusinasi
3. Waktu pemberian terapi tergantung pada berapa kali pasien
mengalama halusinasi dalam satu hari.
D. Aspek yang Diharapkan
1. Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Memberikan respon (mendengarkan Murottal Al-Quran).
3. Menjelaskan perasaan setelah mendengar Murottal Al-Quran.
4. Menceritakan adanya penurunan pada halusinasinya saat pelaksanaan kegiatan
maupun sehari setelah kegiatan.
Analisa Jurnal Penelitian “Murtottal Al-qur an"

Tempat
Nama Judul Tujuan Metode Dan Populasi Dan
No
Peneliti Peneliti Peneliti Penelitian Waktu Sampel
Penelitian
1. Mimi Efektivitas Tujuan umum Penelitian Penelitian 33 responden
Aisyah, terapi murottal penelitian ini ini dilakukan yang diteliti,
Jumaini, al-qur’an adalah untuk mengguna di Rumah distribusi
terhadap skor mengetahui responden
Safitri halusinasi efektivitas terapi
kan Sakit Jiwa menurut usia
( 2019) pasien murottal Al- metode Tampan pada kelompok
halusinasi Qur’an terhadap quasi Provinsi eksperimen dan
skor halusinasi eksperiment Riau kelompok
pasien halusinasi. al berupa kontrol sebagian
rancangan besar adalah
penelitian dewasa awal
pre-post test
with design
control
group.
Analisa Jurnal Penelitian “Murtottal Al-qur an"

JURNAL P I C O
(PROBLEM) (INTERVENTION) (COMPARE) (OUTCOME)
Judul: Halusinasi merupakan Penatalaksanaan yang dapat diberikan Dalam penelitian dengan judul Terapi murottal alqur’an dapat memberikan
Efektivitas terapi gangguan atau perubahan pada pasien halusinasi ada 2 yaitu perbedaan efektifitas terapi musik pengaruh yang baik pada pasien halusinasi
murottal al-qur’an persepsi dimana pasien farmakologi dan non farmakologi klasik dan terapi murottal Al-Qur’an sehingga terapi murottal Al-Qur’an ini dapat
terhadap skor halusinasi mengalami penghayatan dan (Prabowo, 2014). Terapi farmakologi terhadap perkembangan kognitif digunakan sebagai terapi tambahan kepada
pasien halusinasi mempersepsikan sesuatu yang berupa penggunaan obat-obatan dan anak autis menunjukan terapi pasien halusinasi, hanya saja efek yang
sebenarnya tidak terjadi melalui terapi non farmakologi berupa terapi murottal Al-Qur’an mempunyai ditimbulkan mungkin akan berbeda karena
Author : panca indra tanpa stimulus JOM fkp, Vol. 6 No. 1 (Januari-Juni) pengaruh jauh lebih baik dari pada bergantung kepada faktor-faktor yang
Mimi Aisyah, eksteren persepsi palsu (Prabowo, 2019 142 modalitas. Terapi modalitas terapi musik klasik, karena terapi mempengaruhinya.
2014). Penyebab pasien merupakan terapi utama dalam murottal alqur’an dapat memberikan Berdasarkan uji statistik dengan uji Dependent
Jumaini, Safitri mengalami halusinasi adalah keperawatan jiwa karena bertujuan dampak positif bagi tubuh manusia. sample T test didapatkan bahwa rata-rata skor
ketidakmampuan pasien dalam untuk mengembangkan pola gaya Berdasarka halusinasi sebelum dilakukan intervensi
Tahun : menghadapi stressor dan atau kepribadian secara bertahap mendengarkan murottal Al-Qur’an pada
2019 kurangnya kemampuan dalam (Direja, 2011). Salah satu terapi kelompok eksperimen adalah 17,96 dengan
mengontrol halusinasi. Pada modalitas adalah terapi psikoreligius. standar deviasi 2,256 dan sesudah dilakukan
Tujuan : pasien halusinasi dampak yang Terapi psikoreligius biasanya intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an
Tujuan umum akan terjadi adalah munculnya menggunakan alqur’an, kesembuhan terjadi perubahan skor halusinasi menjadi 13,10
penelitian ini adalah histeria, rasa lemah, pikiran dengan menggunakan Al-Qur’an dengan standar deviasi 1,980. Hasil analisis
untuk mengetahui buruk, ketakutan yang berlebihan dapat dilakukan dengan cara didapatkan p value (0.000) < (α=0,05) maka
efektivitas terapi dan tidak mampu mencapai membacanya, berdekatan dengannya, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
murottal Al-Qur’an tujuan (Hidayat, 2014). maupun mendengarkannya (murottal signifikan terhadap skor halusinasi setelah
terhadap skor halusinasi Al-Qur’an) (Yazid, 2008). dilakukan intervensi terapi murottal Al-Qur’an.
pasien halusinasi.

Metode :
Penelitian ini
menggunakan
metode quasi
eksperimental berupa
rancangan penelitian
pre-post test with
design control group.
Sampel penelitian
33 responden yang
diteliti, distribusi
responden menurut usia
pada kelompok
eksperimen dan
kelompok kontrol
sebagian besar adalah
dewasa awal

Hasil :
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
karakteristik responden
yang terdiri dari 33
responden didapatkan
bahwa usia terbanyak
adalah dewasa awal
(26-35 tahun) (42,4%),
jeniskelamin terbanyak
adalah laki-laki
(69,7%), pendidikan
terbanyak adalah
pendidikan SMA
(36,4%), status
pernikahan terbanyak
adalah belum menikah
(54,5%), lama rawat
terbanyak adalah lebih
dari 28 hari (93,9%),
dan lama sakit tertinggi
adalah lebih dari 3
tahun (42.4%).

Analisa Jurnal Penelitian "Murtottal Al-qur an"


Tempat Dan Waktu
No Nama Peneliti Judul Peneliti Tujuan Peneliti Metode Penelitian Populasi Dan Sampel
Penelitian
1. Yeni Devita, Pengaruh Terapi Al- Tujuan umum penelitian Penelitian ini Penelitian dilakukan di RSJ Jumlah sampel pada penelitian ini
Hendriyani Qur’an Terhadap ini adalah untuk menggunakan metode Tampan Provinsi Riau pada berjumlah 23 responden.
Penurunan Frekuensi mengetahui pengaruh quasy expriemental dengan bulan Maret – Mei 2019
Halusinasi Pendengaran terapi al-qur’an terhadap rancangan One Group
Pasien Skizofrenia penurunan frekuensi pretest-posttest dimana
halusinasi pendengaran rancangan yang tidak ada
pasien skizofrenia kelompok pembanding
(kontrol)

Analisa Jurnal Penelitian “Tought Stopping”

JURNAL P I C O
(PROBLEM) (INTERVENTION) (COMPARE) (OUTCOME)
Judul: Skizofrenia merupakan Pelaksanaan terapi Al-Quran Dalam penelitian dengan Pengaruh terapi Al-Qur’an
Pengaruh Terapi Al-Qur’an salah satu bentuk ini dilakukan dengan cara judul perbedaan pengaruh terhadap penurunan
Terhadap Penurunan Frekuensi gangguan jiwa yang umum meminta klien terapi al-qur’an terhadap frekuensi halusinasi
Halusinasi Pendengaran Pasien terjadi yang dapat untuk membaca surat dalam penurunan frekuensi pendengaran pasien
Skizofrenia mempengaruhi otak Al-Qur’an Ar-rahman yang halusinasi pendengaran skizofrenia. Bagi instansi
sehingga menyebabkan terdiri dari 1. Klien diminta pasien skizofrenia RSJ Tampan untuk dapat
Author : timbulnya pikiran dan untuk membaca surat tersebut mempunyai pengaruh besar, memasukkan terapi al-
Yeni Devita, Hendriyani perilaku yang aneh beserta artinya. Instrument karena terapi murottal qur’an sebagai intervensi
(Videbeck, 2008). yang digunakan pada alqur’an dapat memberikan keperawatan dalam
Tahun : Penderita skizofrenia di penelitian ini adalah dampak positif bagi tubuh memberikan asuhan
2019 Indonesia terus meningkat. instrument Auditory manusia. keperawatan pada pasien
Data Riskesdas 2018 Hallucinations Rating Scale halusinasi pendengaran.
Tujuan : menunjukkan bahwa (AHRS) yang dikembangkan
Tujuan umum penelitian ini proporsi penderita oleh Haddock (2009). Hasil analisis menunjukkan
adalah untuk mengetahui skizofrenia adalah 7% dari bahwa rata-rata frekuensi
Pengaruh Terapi Al-Qur’an total penduduk sedangkan halusinasi pendengaran
Terhadap Penurunan Frekuensi data riskesdas 2013 atau audio sensori pasien
Halusinasi Pendengaran Pasien proporsi penderita skizofrenia adalah 0,57
Skizofrenia skizofrenia hanya 1,7% yang artinya suara tidak
dari total penduduk. hadir atau hadir kurang
Metode : (Kemenkes RI, 2018). dari sekali seminggu
Penelitian kuantitatif. Dengan dengan nilai terkecil 0
desain penelitian quasy dan nilai terbesar 2.
expriemental dengan rancangan
One Group pretest-posttest

Sampel penelitian 23 responden

Hasil :
Ada pengaruh terapi Al-Qur’an
terhadap penurunan frekuensi
halusinasi pendengaran pasien
skizofrenia..
BAB 4
PEMBAHASAN

Terapi mendengarkan murottal Al-qur’an dilakukan selama 3 hari pada setiap harinya
dilakukan terapi sebanyak 2 kali yaitu pagi dan siang hari, dengan pemberian terapi stimulasi
persepsi mendengarkan murottal Al-qur’an surah Ar-rahman dan selama 15-30 menit diruang
flamboyan RSJ Menur Surabaya
Pada evaluasi pre terapi(Senin 22 februari 2021) :
No. ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN
1. Frekuensi halusinasi sebelum Tidak muncul Jarang muncul Sering muncul
4 kali dalam
mendengar murottal Al-qur’an
sehari

Berdasarkan tabel diatas sebelum mendengar murottal Al-qur’an, frekuensi halusinasi


jarang muncul (2 kali dalam 1 hari).Pasien mengatakan suara-suara ejekan masih muncul pada
malam dan pagi hari, terkadang saat pasien mau tidur dan bangun tidur.
Pada evaluasi post terapi (Kamis, 25 februari 2021) :
No. ASPEK YANG DINILAI KETERANGAN
1. Frekuensi halusinasi setelah Tidak muncul Jarang muncul Sering muncul
2 kali dalam
mendengar murottal Al-qur’an
sehari

Berdasarkan tabel diatas setelah mendengar murottal Al-qur’an, frekuensi halusinasi


tidak muncul.Pasien mengatakan sudah merasa tenang dan lebih nyaman.Saat mendengarkan
murottal Al-qur’an pasien mulai istirahat dengan tanda-tanda mata mulai menutup dan tenang,
hal ini menunjukkan pasien mengalami relaksasi. Evaluasi dilakukan secara pre post kepada
klien yang mengalami halusinasi.
Dari hasil diatas terdapat pengaruh terapi mendengar murottal Al-qur’an hasil pre
terapi menunjukkan halusinasi muncul 2 kali dalam 1 hari, sedangkan pada post terapi
menunjukkan halusinasi tidak muncul lagi 1 har. Pemberian terapi murottal Al-qur’an. Hal
ini sesuai dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Mimi Aisyah, dkk (2019), penelitian
yang sama juga dilakukan oleh Deden (2017) yang berjudul Efektifitas Pemberian Murotal
Terapi Untuk Mengurangi Halusinasi Pendengaran, hasil penelitian tersebut menunjukkan
pemberian murotal terapi efektif untuk mengurangi halusinasi pendengaran, selain itu
penelitian juga dilakukan oleh Ricky Zainuddin , Rahmiyanti Hashari yang berjudul
Efektifitas Murotal Terapi Terhadap Kemandirian Mengontrol Halusinasi Pendengaran juga
menunjukkan pemberian murotal terapi efektif untuk mengurangi halusinasi pendengaran.
Terapi murottal Al-Quran dapat menghasilkan gelombang alfa (8 hz-12 hz) yang
mempengaruhi batang obat sehingga akan berdampak pada peningkatan fungsi serotonin.
Terapi Al-Quran yang di dengarkan masuk melalui telinga diteruskan hingga koklea, stimulus
suara di transmisikan ke area serebral, sistem limbik, dan korpus kolosum.Ketika suara di
perdengarkan, seluruh daerah sistem limbik dirangsang untuk menghasilkan sekresi
feniletilamin yang merupakan suatu neuro yang bertanggung jawab pada perasaan.Pada saraf
otonom, stimulasi suara menyebabkan sistem saraf parasimpatis berada di atas sistem saraf
simpatis sehingga merangsang gelombang otak alfa yang menghasilkan kondisi rileks
(Faradisi, 2012).
Terapi suara seperti mendengarkan Murottal Al-Quran dapat melepaskan endorphin
oleh kelenjar pituitari sehingga akan mengubah keadaan mood/perasaan. Keadaan psikologis
yang tenang akan mempengaruhi sistem limbik dan saraf otonom yang menimbulkan rileks,
aman dan menyenangkan sehingga merangsang pelepasan zat kimia gama amino butric acid,
enchepalin dan beta endorphin yang akan mengeliminasi neurotransmiter rasa nyeri maupun
kecemasan(Wahidah, 2015).
Faktor yang mempengaruhi dari penerapan intervensi ini adalah sikap pasien yang
antusias dan optimis, suasana lingkungan yang nyaman dan mendukung. Kekurangan dalam
intervensi kelompok ini yaitu adanya keterbatasan waktu dalam menerapkan perlakuan.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan pada Ny.F dengan gangguan persepsi sensori :
Halusinasi pendengaran maka penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan jurnal Mimi
Aisyah, dkk 2019 dengan judul efektifitas terapi Murottal Al-Quran terhadap skor halusinasi
pada pasien halusinasi, terbagi menjadi 3 sesi yang sudah diterapkan selama 3 hari terbukti
efektif menurunkan frekuensi halusinasi pasien menurun setelah dilakukan evaluasi pre post
pemberian murrotal al-qur’an surah Ar-Rahman. Dari hasil penelitian Ny.S sebelum diberikan
terapi murrotal alqur’an halusinasi pendengaran muncul 2-4 kali perhari dan setelah diberikan
terapi murrotal al qur’an halusinasi berkurang menjadi 1-2 kali perhari.

5.2 Saran
Diharapkan terapi mendengarkan Murottal Al-Quran dapat diterapkan pada pasien
halusinasi sebagai salah satu cara non farmakologis dalam mengontrol halusinasi, sehingga
diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan tingkat kesembuhan pasien serta kualitas dan
mutu pelayanan ruang flamboyan di RSJ Menur Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA

Riskesdas.2018. Hasil Utama Riskesdas 2018 Provinsi Jawa Timur. Kementrian


Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Puslitbang
Humaniora dan Manajemen Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.Puslitbang Humaniora dan Manajemen
Kesehatan.
Keliat, Budi Anna. 2009. Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : ECG
Keliat, Budi Ana, Wiyono, Akemat Pawiro dan Susanti, Herni.(2011). Manajemen
Kasus Gangguan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.
WHO. 2013. The World Health Report: 2013 mental
health.www.who.int/mental_health. Diakses tanggal 19 Desember 2019.
Dermawan, R., &Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung: Refika Aditama
1.1 LAMPIRAN SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


“Terapi Murottal”
Pengertian : Pemanfaatan kemampuan terapi murottal pada pasien halusinasi pendengaran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 15-30 menit diharapkan
terjadi berkurangnya halusinasi pada pasien
Persiapan alat dan bahan : Handphone dan Sound
N PROSEDUR
O
PRE INTERAKSI
1 Siapkan alat-alat
2 Cuci tangan
TAHAP ORIENTASI
3 Beri salam dan panggil dengan namanya
4 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien
TAHAP KERJA
5 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6 Menanyakan keluhan utama klien
7 Memulai kegiatan dengan cara yang baik
8 Bantu untuk memilih posisi yang nyaman.
9 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan murottal
10 Pastikan sound handphone dan perlengkapan dalam kondisi baik.
11 Pastikan volume sesuai dan tidak terlalu keras.
13 Biarkan klien mendengarkan dan perawat tetap menemani
TERMINASI
14 Evaluasi hasil kegiatan (hilang atau tidak halusinasinya)
15 Simpulkan hasil kegiatan
16 Berikan umpan balik positif
17 Kontrak pertemuan selanjutnya
18 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
19 Bereskan alat-alat
20 Cuci tangan
21 DOKUMENTASI
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Klien, Umur, Jenis kelamin, dll
- Tindakan yang dilakukan (terapi murottal)
- Lama tindakan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi
- Respon pasien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai