Anda di halaman 1dari 33

EVIDENCE BASED NURSING

PENCEGAHAN PENYEBARAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN


(BEEB) BATUK EFEKTIF DAN ETIKA BATUK DI RUANG MELATI
RSD BALUNG

Oleh:
Kelompok Keperawatan Medikal Bedah

Nur Aini Kamelia NIM. 19020109

Nur Rowaidah NIM. 19020110

Bayu Saputro NIM. 19020111

Yoga Kusyono NIM. 19020112

Boby Akmal NIM. 19020105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Evidance Based Nursing yang berjudul “Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis
Paru Dengan (Beeb) Batuk Efektif Dan Etika Batuk Di Ruang Melati Rsd
Balung” Telah di sahkan pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat :Rumah Sakit Daerah Balung

Yang mengesahkan,

Jember, 2021

Pembimbing ruangan, Pembimbing Akademik,

(…………………………………..) (……………………………..)
NIP/NIK. NIK.

Kepala Ruang
Ruang Melati RSD Balung

(………………………………………..........……..)

NIP/NIK
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................
BAB1 PENDAHULUAN......................................................................................
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Evidence Based Nursing
1.4 Manfaat Evidence Based Nursing
BAB 2 TUJUAN PUSTAKA...............................................................................
2.1 Konsep Teori
2.2 Literatur Review
BAB 3 ANALISIS JURNAL................................................................................
3.1 Metode
3.2 Hasil
3.3 Pembahasan
BAB 4 PENATALAKSANAAN .........................................................................
4.1 Rancangan Studi Kasus
4.2 Subjek Studi Kasus
4.3 Fokus Studi
4.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus
4.5 Instrumen Pengumpulan Data
BAB 5 PEMBAHASAN ......................................................................................
BAB 6 PENUTUP ................................................................................................
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan Evidence Based Nursing untuk
memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Profesi Ners
STIKES dr. Soebandi Jember dengan judul “Pencegahan Penyebaran
Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk Efektif Dan Etika Batuk Di Ruang
Melati Rsd Balung”
Terselesaikannya Evidence Based Nursing ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing dosen dan pembimbing klinik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih kurang
sempurna. Untuk itu kami mengharapkan saran dan Masukan dari berbagai pihak
yang bersifat membangun. Semoga Evidence Based Nursing ini bermanfaat bagi
pengembang pembelajaran untuk ilmu kesehatan khususnya bagi keperawatan.

Jember, 23 April 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan
tubuh pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh
terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir,makanan,debu,asap dan
sebagainya. Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia
dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri tidak menyebar
ke udara dan tidak menular ke orang lain.
Tuberculosis atau biasa di singkat dengan sebutan TB merupakan penyakit
menular yang menyebabkan kematian tertinggi kedua di dunia setelah
HIV/AIDSS (WHO.2020). Berdasarkan data World Health Organization
(WHO) tahun 2016 menunjukkan jumlah kasus baru tuberkulosis (TBC) pada
tahun 2015 mencapai 10,4 juta jiwa meningkat dari sebelumnya yang hanya
9,6 juta. Indonesia menempati urutan kedua dalam jumlah pasien TB didunia
yaitu sebesar 1,2 juta kasus, dengan angka kematian akibat TB paru mencapai
100.000 jiwa per tahun (Global Tuberculosis Report,2020). Data di indonesia
menunjukkan prevelensi penyakit TB paru pada tahun 2015 yaitu sebesar 396
per 100.000 jiwa dengan angka kematian sebesar 40 orang per 10.000
populasi. (Dinkes RI.2019).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim mencatat jumlah penderita Tuberkulosis
(TB) Paru BTA (Basil Tahan Asam) positif menembus angka 15.371 kasus.
“Masyarakat wajib waspada karena TB paru BTA positif cepat menular,” kata
Kepala Dinkes Jatim, dr Harsono di Surabaya, Jumat (22/1). Kepala Dinkes
Jatim, dr Harsono mengungkapkan, banyaknya kasus TB paru BTA positif
dapat mempercepat penambahan kasus baru TB di Jatim. Dengan penanganan
dan pencegahan yang benar diharapkan kasus TB di Jatim tidak bertambah..
Sampai saat ini kasus TB di Jatim sebanyak 40 ribu orang, sedangkan pasien
yang berhasil diobati mencapai 28 ribu orang.
Kabupaten Jember diketahui sebagai wilayah endemik TB (tuberculosis).
Prevalensi TB Paru di Kabupaten Jember menduduki peringkat pertama di
seluruh Eks Karesidenan Besukiyaitu 70-80%. Tercatat 10 pasien berstatus
MDR-TB (Multiple Drugs Resistance TB) selama periode 2017-2021 (Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember 2017; Kompas 2018).Pendekatan intensif
penemuan MDR-TB di Jember telah dilakukan. Tercatat 17 insiden MDR-TB
hanya dalam jangka waktu yang singkat (periode September 2017 sampai
Pebruari 2018) (RSParu Jember, 2018). Permasalahan klasik program TB di
Jember adalah drop out pengobatan dan tingginya diagnostic delay yang
disebabkan oleh patient delay. Jangka waktu keterlambatan pasien setelah dua
minggu gejala batuk hingga didiagnosis menderita TB bervariasiantara 0,28
hingga 144 minggu, dengan rata-rata sebesar 21,4 minggu. Tingginya
diagnostic delay berimplikasi pada penularan TB di masyarakat
(Ariyanto,2021).

Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh


mycobacterium yaitu M,Mycobacteria bakteri yang berbentuk batang,
bersifat aerobik, dan tidak membentuk spora. Bentuk yang paling sering
menyerang manusia adalah mycobacterium tuberculosis homonis yang
merupakan penginfeksi melalui udara, memiliki partikel yang tak
terlihat oleh mata, disebut sebagai droplet nuclei yang banyak berada
dalam saluran napas orang yang memiliki tuberculosis. M,Tuberculosis
dapat bertahan dari mekanisme tubuh untuk merusaknya, dapat bertahan
pada sel yang telah mati, dan dapat terus tumbuh walaupun
M.Tuberculosis dapat menyerang bagian tubuh lain selain paru, tetapi
paru merupakan lingkungan kaya oksigen yang mendukungnya untuk
hidup. Selanjutnya, bakteri tersebut akan menyerang jaringan paru,
merusak paru-paru, dan menyebar kebagian paru lainnya, hingga dapat
menimbulkan kematian apabila tidak segera ditanggulangi. TB
ditularkan dari orang ke orang melalui udara. Ketika penderita TB batuk
atau bersin, mereka akan menyebarkan bakteri M.Tuberculosis keluar
ke udara. Gejala yang terjadi pada umumnya adalah batuk dengan
cairan (dahak) dan darah, nyeri pada bagian dada, lemah, terjadi
penurunan berat badan, demam, dan berkeringat pada malam hari. (Asri
Susanti.2018)
Kondisi lingkungan yang ada di Rumah Sakit sangat
mempengaruhi tingginya angka kejadian infeksi. Salah satunya adalah
kurangnya kesadaran untuk memperhatikan etika saat sedang batuk
ataupun bersin. Batuk dan bersin merupakan hal yang seringkali tanpa
sadar atau secara reflek terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini
tentu fisiologis dan normal. Tetapi efeknya menjadi tidak normal
apabila kita tidak menyadari atau mengetahui bahwa hal ini dapat
menyebabkan infeksi.
Upaya-upaya pencegahan penyebaran TB paru yang dapat
dilakukan dan diantaranya yaitu pendidikan kesehatan kepada
masyarakat tentang penyakit TB paru, bahaya-bahayanya, dan cara
penularannya. Tindakan mendasar yang bisa dilakukan seperti
pencegahan menurut WHO yang salah satunya adalah menerapkan etika
batuk yaitu dengan menutup hidung dan mulut menggunakan tissue,
sarung tangan dan legan bagian dalam ketika batuk dan bersin, mencuci
tangan setelah batuk dan bersin dengan menggunakan sabun,
membuang tissue ke tempat sampah setelah di pakai batuk dan bersin,
membuang ludah dan dahak di tempat sampah infeksius atau dengan
menguburnya dengan pasir dan yang terakhir menggunakan masker
(penutup mulut dan hidung) saat flu.
Berdasarkan masalah dari beberapa fenomena di atas peneliti
tertarik untuk melakukan evidance based nursing tentang “Pencegahan
penyebaran tuberkulosis paru dengan (beeb) batuk efektif dan etika
batuk di ruang melati RDS Balung.
”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana cara mencegah penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan
(Beeb) Batuk Efektif Dan Etika Batuk ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui cara mencegah penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb)
Batuk Efektif Dan Etika Batuk.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Dapat menambah wawasan mahasiswa program profesi ners dalam
pencegahan penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk Efektif
Dan Etika Batuk.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Di harapkan dapat bermanfaat dan di terapkan sebagai perkembangan ilmu
keperawatan di RSD Balung.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Batuk Efektif dan Etika Batuk


2.1.1 Pengertian Batuk Efektif
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana
klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal. Menurut teori Kapuk (2019)
menyatakan bahwan standar oprasional prosedur (SOP) tujuannya yaitu
untuk membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret, mengeluarkan
sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboratorium dan mengurangi sesak
nafas akibat akumulasi sekret.
Menurut Pranowo (2018), pada dasarnya jika sputum tidak segera
dikeluarkan maka akan menjadi gumpalan sekresi pernafasan pada area
jalan nafas dan paru-paru sehingga menutup sebagian jalan nafas yang
kecil sehingga menyebabkan ventilasi menjadi tidak adekuat dan
gangguan pernafasan, maka tindakan yang harus dilakukan adalah
mobilisasi sputum. Pada tahun 2020, Nugroho mengemukakan batuk
efektif merupakan salah satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan
menjaga paruparu agar tetep bersih, disamping dengan pemberian tindakan
nebulizer. Sedangkan menurut (Kapuk,2020) Batuk efektif merupakan
latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan menggangu saluran di
saluran nafas dengan cara di batukkan. Pada indikasi tertentu, biasanya
nafas dalam dan batuk efektif dilakukan secara bersamaan dalam satu
periode.
2.1.2 Pengertian Etika Batuk
Tata cara batuk yang baik dan benar dengan cara menutup hidung
dan mulut dengan tisu atau lengan baju, sehingga bakteri tidak menyebar
ke udara dan tidak menular ke orang lain Pranowo (2018).

2.2 Jenis – jenis batuk


Jenis-jenis batuk batuk berdasarkan waktu :
a) Akut
Akut merupakan fase awal dan masih mudah buat sembuh. Jangka
waktunya kurang daritiga minggu dan terjadi karena iritasi, bakteri,
virus, penyempitan saluran nafas atas.
b) Sub akut
Subakut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi kronis.
Dikategorikan subakut bila batuk sudah 3-8 minggu. Terjadi
karena gangguan pada epitel.
c) Kronis
Kronis adalah batuk yang sulit disembuhkan dikarenakan
penyempitan saluran nafas atas dan terjadi lebih dari delapan
minggu. Batuk kronis biasanya adalah tanda atau gejala
adanya penyakit lain yang lebih berat. Banyak penyakit
berat yang ditandai dengan batuk kronis, misalnya asma,
TBC, gangguan refleks lambung, penyakit paru obstruksi
kronis, sampai kanker paru-paru. Untuk itu, batuk kronis
harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan
penyebabnya dan diatasi sesuai dengan penyebabnya itu.
(Nadesui,Hendrawan.2018).

2.3 Berdasarkan sebabnya


2.3.1 Batuk berdahak
Yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan.
Batuk berdahak lebih sering terjadi pada saluran napas yang peka
terhadap paparan debu, lembab berlebih, alergi dan sebagainya. Batuk
berdahak merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zat-zat
asing dari saluran nafas, temasuk dahak. Batuk ini terjadi dalam waktu
yang relatif singkat.
Pada batuk berdahak produksi dahak meningkat dan kekentalannya
juga meningkat sehingga sukar dikeluarkan ditambah terganggunya
bulu getar bronchii (silia) yang bertugas mengeluarkan dahak sehingga
diperlukan obat yang berlabel ekspektoran. Obat-obat ini biasanya juga
merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak. Selain
itu ada juga obat-obat yang bisa membantu mengencerkan dahak
sehingga mudah dikeluarkan yang disebut mukolitik. Contoh obat-obat
ekspektoran adalah amoniumklorida, gliseril guaiakol, ipekak, dan
lain-lain. Sedangkan contoh obat mukolitik adalah bromheksin,
asetilsisitein, dan ambroksol. Batuk berdahak, jumlah dahak yang
dihasilkan sangat banyak, sehingga menyumbat saluran pernafasan.
2.3.2 Batuk kering
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal,
sehingga merangsang timbulnya batuk. Batuk ini mengganggu
kenyamanan, bila batuknya terlalu keras akan dapat memecahkan
pembuluh darah pada mata.
2.3.3 Batuk yang khas
Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa
menyebabkan pita suara radang dan suara parau. Batuk penyakit TBC,
berlangsung berbulan-bulan, kecil-kecil, timbul sekali- sekali, kadang
seperti hanya berdehem. Pada TBC batuk bisa disertai bercak darah
segar. Batuk karena asma, sehabis serangan asma lendir banyak
dihasilkan. Lendir inilah yang merangsang timbulnya batuk. Batuk
karena penyakit jantung lemah, darah yang terbendung di paru-paru,
menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah pada paru-paru
ini yang merangsang timbulnya batuk. Batuk karena kanker paru-paru
yang menahun tidak sembuh. Batuknya tidak tentu. Bila kerusakan
paru-paru semakin luas, batuk semakin bertambah. Batuk karena
kemasukan benda asing, pada saat saluran pernafasan berusaha
mengeluarkan benda asing maka akan menimbulkan batuk.

2.4 Manfaat batuk efektif


Memahami pengertian batuk efektif beserta tekhnik
melakukannya akan memberikan manfaat. Diantaranya, untuk
melonggarkan dan melegakan saluran pernapasan maupun mengatasi
sesak napas akibat adanya lendir yang memenuhi saluran pernapasan.
Lendir, baik dalam bentuk dahak (sputum) maupun sekret dalam
hidung, timbul akibat adanya infeksi pada saluran pernapasan maupun
karena sejumlah penyakit yang di derita seseorang. Bahkan bagi
penderita tuberkulosa (TB), batuk efektif merupakan salah satu
metode yang dilakukan tenaga medis untuk mendiagnosis penyebab
penyakit. Tidak sedikit penderita yang justru mengalami kondisi yang
semakin memburuk meski pengobatan telah dilakukan. Bahkan
sejumlah penelitian menemukan, tak kurang satu orang dari 4 atau 5
penderita TB mengalami kematian, terutama akibat terlambat
memberikan pengobatan maupun kesalahan dalam melakukan
diagnosis sehingga pengobatan menjadi tidak efektif.

2.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan


a) Evaluasi perubahan dari ekspansi dada sebelum dan sesudah
melakukan nafas dalam dan batuk efektif.
b) Pada klien yang mempunyai resiko bronkospasme, lakukan
inhalasi bronkodilator 30 menitsebelum dilakukannya latihan nafas
dalam dan batuk efektif.

2.6 Latihan Batuk Efektif


Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan, latihan batuk efektif
sangat bermanfaat bagi pasien tb paru untuk mengeluarkan lendir atau
sekret pada jalan nafas, batuk mempengaruhi interaks latihan batuk efektif
merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan
batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakhea,
dan bronkioulus dari sekret atau benda asing di jalan napas. Sebagian
besar orang mencari pertolongan medis untuk batuk akut supaya mereda,
sementara itu ada orang yang takut batuknya menjadi penyakit yang
serius. Batuk terjadi sebagai akibat stimulasi mekanik atau kimia pada
nervus afferent pada percabangan bronkus. Batuk efektif tergantung pada
intaknya busur refleks afferent-efferent, ekspirasi yang adekuat dan
kekuatan dinding otot dada dan normalnya produksi dan bersihan
mukosiliar.

2.7 Pengkajian
Identifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan bahwa klien
membutuhkan terapi latihan batuk efektif, seperti adanya secret,
ketidakmampuan batuk efektif, kelemahan yang diakibatkan masalah otot
pernafasan, suara nafas yang abnormal, ketidakmampuan melakukan nafas
dalam.
a) Identifikasi alasan mengapa klien tidak mampu melakukan batuk
efektif.
b) Kaji kemampuan dan pengetahuan klien tentang latihan batuk
efektif
2.7.1 Masalah keperawatan yang terkait
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Kurang pengetahuan tentang tata cara batuk efektif dan etika batuk
2.7.2 Rencana tindakan keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut, intervensi yang dapat
dilakukan adalah penyuluhan tentang latihan batuk efektif dan etika
batuk menggunakan leaflet.
2.7.3 Implementasi tindakan keperawatan
Mengajarkan latihan batuk efektif dan etika batuk
2.7.4 Evaluasi formatif
Evaluasi kemampuan klien melakukan batuk efektif dan etika batuk
BAB 3
ANALISIS JURNAL

3.1 Pencegahan Penyebaran Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk


Efektif Dan Etika Batuk Di Rw. VI Sambikerep Surabaya
Metode yang digunakan dalam penulisan literature review ini adalah dengan
penelusuran yang bersumber dari electronic data base yaitu google scholar
dengan kata kunci Tuberkulosis Paru (TBC), Batuk Efektif, Etika Batuk.
Peneliti hanya menjaring artikel atau jurnal yang dipublikasikan dalam
kurun waktu 2016-2021. Data yang diperoleh kemudian ditelaah, disusun
secara sistematis, dibandingkan 1 sama lain dan dibahas literature terkait.
Dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :
3.1.1 Kriteria Inklusi :
a. Penderita Tb Paru
b. Usia ≥25 tahun
c. Sikap kooperatif
d. Gender apa pun (laki- laki / perempuan)
3.1.2 Kriteria Ekslusi :
a. Usia ≥25 tahun
b. Tidak sadar
c. Sikap tidak kooperatif

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia


No. Usia Jumlah Presentase (%)
1. 25-34 tahun 10 12,2
2. 35-44 tahun 39 47,5
3. 45-54 tahun 11 13,4
4. 55-65 tahun 16 19,5
5. > 65 tahun 6 7,4
Total 82 100

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil bahwa hampir setengahnya adalah usia 35-
44 tahun yaitu sebesar 39 responden (47,5%) dan sebagian kecil adalah usia > 65
tahun yaitu sebesar 6 peserta (7,4%).
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Usia Jumlah Presentase (%)
1. Laki-laki 14 17
2. Perempuan 68 83
Total 82 100
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil bahwa hamper seluruhnya adalah
perempuan yaitu sebesar 68 responden (83%).
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Pre Test (N=82 responden) Post Test (N=82 responden)
Pengetahuan Baik Pengetahuan Kurang Pengetahuan Baik Pengetahuan Kurang
n % N % N % N %
3 3,7 79 96,3 74 90,2 8
9,8

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dinyatakan bahwa hasil pre test responden
berpengetahuan baik sebesar 3(3,7%) dan setelah diberikan penyuluhan dan
demonstrasi responden berpengetahuan baik menjadi 74(90,2%).

3.1.3 Hasil
Hasil literature review didapatkan bahwa pasien hasil pre test responden
berpengetahuan baik sebesar 3(3,7%) dan setelah diberikan penyuluhan dan
demonstrasi responden berpengetahuan baik menjadi 74(90,2%). Media yang
digunakan dalam literature ini adalah leaflet tata cara batuk efektif dan etika
batuk. Adapun jurnal terkait adalah sebagai berikut :
Latar Belakang, Tujuan,
No Sumber Pustaka Hasil dan Kesimpulan
Metode
1. Judul : Latar belakang : Hasil :
Pencegahan Kasus tuberkulosis paru Kegiatan pengabdian
Penyebaran merupakan penyakit dan masyarakat ini
Tuberkulosis Paru menular yang disebabkan didapatkan peningkatan
Dengan (Beeb) mycobacterium pengetahuan warga
Batuk Efektif Dan tuberculosis dan menjadi sebelum dilakukan
Etika Batuk Di Rw. permasalahan yang serius kegiatan hasil pre test
VI Sambikerep di Indonesia. Penderita responden
Surabaya tuberkulosis paru berpengetahuan baik
menyebarkan kuman ke sebesar 3(3,7%) dan
udara dalam bentuk setelah diberikan
droplet (percikan dahak). penyuluhan dan
Droplet yang mengandung demonstrasi responden
kuman dapat bertahan di berpengetahuan baik
udara pada suhu kamar menjadi 74(90,2%).
selama beberapa jam.
Infeksi terjadi apabila Kesimpulan :
seseorang menghirup Dengan adanya
udara yang mengandung program pengabdian
percikan dahak infeksius masyarakat ini,
tersebut. masyarakat dapat
Tujuan : menerapkan batuk
untuk menambah efektif dan etika batuk
pengetahuan masyarakat dalam mencegah
tentang pentingnya penyebaran
pencegahan penyebaran Tuberkulosis paru
tuberkulosis paru dengan secara mandiri dan
BEEB dan merubah mempertahankannya
perilaku hidup sehat dan untuk hidup lebih
bersih agar terhindar dari bersih dan sehat agar
penyakit Tuberkulosis terhindar dari penyakit
Metode : menular lainnya.
penyuluhan dan
demostrasi dengan media
leaflet

3.2 Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien


Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung Bugis Tanjung pinang
Metode yang digunakan dalam penulisan literature review ini adalah dengan
penelusuran yang bersumber dari electronic data base yaitu google scholar
dengan kata kunci Batuk Efektif, Pengeluaran Sputum, Tuberkulosis.
Peneliti hanya menjaring artikel atau jurnal yang dipublikasikan dalam
kurun waktu 2016-2021. Data yang diperoleh kemudian ditelaah, disusun
secara sistematis, dibandingkan 1 sama lain dan dibahas literature terkait.
Dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut :
3.2.1 Kriteria Inklusi :
a. Penderita Tb Paru
b. Sikap kooperatif
c. Gender apa pun (laki- laki / perempuan)
3.2.2 Kriteria Ekslusi :
a. Tidak sadar
b. Sikap tidak kooperatif

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengeluaran


sputum sebelum dilatih batuk efektif pada pasien TB di Puskesmas
Kampung Bugis.
No Pengeluaran sputum Frekuensi Presentase (%)
1 Dapat mengeluarkan 11 45,8
sputum
2 Tidak dapat mengeluarkan 13 54,2
sputum
Total 24 100
Dari tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden tidak dapat
mengeluarkan sputum sebelum dilatih batuk efektif pada pasien TB
sebesar 13 responden (54,2%).

Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengeluaran


sputum sesudah dilatih batuk efektif pada pasien TB di Puskesmas
Kampung Bugis
No Pengeluaran sputum Frekuensi Presentase (%)
1 Dapat mengeluarkan 19 79,2
sputum
2 Tidak dapat mengeluarkan 5 20,8
sputum
Total 24 100
Dari tabel 2 diketahui bahwa hampir seluruhnya responden dapat
mengeluarkan sputum sesudah dilatih batuk efektif pada pasien TB
sebesar 19 responden (79,2%).

Tabel 3 Distribusi silang berdasarkan pengeluaran sputum sebelum dan


sesudah dilatih batuk efektif pada pasien TB di Puskesmas Kampung
Bugis.
Pengeluaran Cara batuk
sputum

Pre % Post %
Dapat 11 45,8 % 19 79,2 %
mengeluarkan
sputum
Tidak dapat 13 54,2 % 5 20,8
mengeluarkan
sputum
Total 24 100 % 24 100 %
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa pengeluaran sputum dari 24
responden sebelum dilatih batuk efektif pada pasien TB 13 responden
(54,2%) tidak dapat mengeluarkan sputum. Setelah dilatih batuk efektif
19 responden (79,2%) dapat mengeluarkan sputum meningkat 8
responden dari hasil sebelumnya.

3.2.3 Hasil
Hasil literature review didapatkan bahwa Hasil penelitian didapatkan
sebagian besar responden tidak dapat mengeluarkan sputum sebelum
dilatih batuk efektif sebesar 13 responden (54,2%) dan hampir seluruh
responden dapat mengeluarkan sputum sesudah dilatih batuk efektif
sebesar 19 responden (79,2%) dan hasil uji statistik chi kuadrat 0,021
berarti < 0,05 maka Ha diterima. Media yang digunakan dalam
literature ini adalah SAP (Satuan Acara Penyuluhan) dan check list .
Adapun jurnal terkait adalah sebagai berikut :
Latar Belakang, Tujuan, Hasil dan
No Sumber Pustaka
Metode Kesimpulan
1. Judul : Latar belakang : Hasil :
Pengaruh Batuk Tuberkulosis (TB) adalah Hasil penelitian
Efektif Terhadap penyakit yang disebabkan didapatkan sebagian
Pengeluaran Sputum oleh bakteri besar responden tidak
Pada Pasien mycobacterium dapat mengeluarkan
Tuberkulosis Di Tuberculosis9. TB sputum sebelum dilatih
Puskesmas Kampung merupakan salah satu batuk efektif sebesar
Bugis Tanjung penyakit saluran 13 responden (54,2%)
pinang pernafasan bagian bawah. dan hampir seluruh
Keluhan yang dirasakan responden dapat
pada pasien TB dapat mengeluarkan sputum
bermacam-macam atau sesudah dilatih batuk
malah banyak pasien efektif sebesar 19
ditemukan TB paru tanpa responden (79,2%) dan
keluhan sama sekali dalam hasil uji statistik chi
pemeriksaan kesehatan. kuadrat 0,021 berarti <
Pemeriksaan sputum 0,05 maka Ha diterima
adalah penting karena
dengan ditemukan kuman Kesimpulan :
BTA, diagnosis TB sudah Pengeluaran sputum
dapat dipastikan. sebelum dilatih batuk
Disamping itu efektif pada pasien TB
pemeriksaan sputum juga di Puskesmas
juga dapat memberikan Kampung Bugis
evaluasi terhadap sebagian besar tidak
pengobatan yang sudah dapat mengeluarkan
diberikan. sputum.
Pengeluaran sputum
Tujuan : sesudah dilatih batuk
untuk mengetahui efektif pada pasien TB
pengaruh batuk efektif di Puskesmas
terhadap pengeluaran Kampung Bugis
sputum pada pasien TB di hampir seluruhnya
Puskesmas Kampung dapat mengeluarkan
Bugis Kota sputum.
Tanjungpinang.

Metode :
Penelitian ini merupakan
pra eksperimen dengan
jenis one-group pre-post
test design. Medianya
menggunakan SAP dan
check list

BAB 4
PENATALAKSANAAN

4.1 Rancangan Studi Kasus


Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan observasi
melalui studi kasus untuk mendapatkan gambaran terhadap pengetahuan cara
mencegah penyebaran TB paru dengan batuk efektif dan Etika Batuk.

4.2 Subjek Studi Kasus


Subjek dari penelitian studi kasus ini adalah pada pasien TB paru yang berada di
RSD balung berjumlah dua orang.
4.1.1 Dengan kriteria inklusi
a. Pasien bersedia menjadi subjek penelitian.
b. Pasien dengan diagnosa medis TB paru
c. Pasien dengan kesadaran komposmentis.
d. Pasien yang tidak mengalami gangguan pada thorax
dan punggung atau tulang belakang.
4.1.2 Dengan kriteria eksklusi:
a. Pasien yang tidak ingin menjadi subjek penelitian
b. Pasien pulang atau meninggal sebelum 3 hari perawatan
4.3 Fokus Studi
Dalam penelitian studi kasus ini difokuskan :
a. Pasien TB paru
b. Demonstrasi batuk efektif dan etika batuk

4.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus


Penelitian ini telah dilakukan di RSD Balung di Ruang Melati pada tanggal
23 sampai 30 April 202.

4.5 Instrumen pengumpulan data


Data yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah data primer.
Data primer diperoleh dengan cara observasi responden. Alat ukur
penelitian ini memakai Leaflet cara pencegahan penyebaran Tb paru
dengan batuk efektif dan etika batuk.

4.5.1 Leaflet batuk efektif


4.5.2 Leaflet etika batuk
4.5.3 Sop Etika Batuk
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
ETIKA BATUK

DEFINISI Etika batuk adalah Cara penting untuk mengendalikan


penyebaran infeksi di sumbernya

TUJUAN Agar tidak menularkan kepada orang sekitardan


Mencegah terjadinya penyebaran virus di udara dan
lingkungan sekitarnya

KEBIJAKAN Surat Keputusan Kepala Puskesmas Ambunten Nomor


445/111/SK/435.102.116/ 2017 Tentang Standar
Layanan Klinis.

PETUGAS Perawat
PERSIAPAN Alat : -
ALAT Bahan : Masker, Tissue, Sapu tangan

PROSEDUR Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus


di anjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan
kebersihan pernapasan untuk mencegah sekresi
pernapasan, yaitu dengan cara :
1. Tutup hidung dan mulut anda dengan
menggunakan tissue, sapu tangan atau lengan
dalam baju dan masker
2. Segera buang tissue yang sudah di pakai ke
dalam tempat sampah
3. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan
sabun atau pencuci tangan berbasis alkohol
sesuai prosedur
4. Gunakan selalu masker bila anda sedang batu
5. Tindakan penting ini harus selalu di lakukan
untuk mengendalikan sumber infeksi potensial.

4.5.4 Sop Batuk Efektif


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
BATUK EFEKTIF

DEFINISI Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan


mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan

TUJUAN 1. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret 


2. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan
diagnostik laborat
3. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret 
INDIKASI 1. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat
akumulasi secret
2. Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium 

KONTRA 1. Pasien yang mengalami gangguan pada


INDIKASI thorax dan punggung atau tulang belakang.

PERSIAPAN 1. Kertas tissue 


ALAT 2. Bengkok 
3. Perlak/alas
4. Sputum pot berisi desinfektan 
5. Air minum hangat 

PROSEDUR 1. Tahap PraInteraksi 


 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan sapa nama pasien
 Menjelaskan tujuan  dan prosedur
pelaksanaan 
 Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien 
3. Tahap Kerja
 Menjaga privacy pasien
 Mempersiapkan pasien
 Meminta pasien meletakkan satu tangan di
dada dan satu tangan di abdomen
 Melatih pasien melakukan nafas perut
(menarik nafas dalam melalui hidung hingga
3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
 Meminta pasien merasakan mengembangnya
abdomen (cegah lengkung pada punggung)
 Meminta pasien menahan nafas hingga 3
hitungan
 Meminta menghembuskan nafas perlahan
dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup)
 Meminta pasien merasakan mengempisnya
abdomen dan kontraksi dari otot
 Memasang perlak/alas dan bengkok (di
pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring)
 Meminta pasien untuk melakukan nafas
dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan
nafas dan batukkan dengan kuat
 Menampung lender dalam sputum
potMerapikan pasien
4. Tahap Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan klien
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama berdinas di Ruang Melati Rumah Sakit
Daerah Balung ditemukan beberapa kasus Tb paru salah satu nya adalah pada
Tn M dan Tn H mengalami sesak nafas disertai batuk dengan banyak
pengeluaran sputum. Tindakan independen yang dapat dilakukan oleh perawat
yaitu salah satunya demonstrasi batuk efektif dan etika batuk.
Batuk efektif bertujuan agar pasien dengan mudah mengeluarkan dahak
atau sekret, mengeluarkan sputum (lendir dan materi lainnya yang dibawa dari
paru-paru, bronkus, dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan
atau ditelan), dan membebaskan jalan nafas karena akumulasi sekret. Cara ini
juga dapat menghemat energi klien agar klien tidak mudah lelah.
Etika batuk bertujuan agar pasien/klien tidak menularkan penyakit pada
orang disekelilingnya.
Sebelum melakukan demonstrasi ke pasien hal yang perlu disiapkan oleh
perawat adalah APD lengkap serta membawa media leaflet untuk penyuluhan
batuk efektif dan etika batuk. Satu hari sebelum penyuluhan kontrak waktu
terlebih dahulu agar pasien bisa mempersiapkan diri dan pasien dianjurkan
minum air hangat terlebih dahulu sebelum dimulai penyuluhan agar
memudahkan pengeluaran sekret nantinya.
Sebelum diberi penyuluhan batuk efektif pasien tidak tahu tentang tata
cara batuk efektif yang benar. Selanjutnya kami selaku perawat memberi
penyuluhan terlebih dahulu tentang tata cara batuk efektif.
Setelah perawat selesai memberi penyuluhan pasien diberi waktu untuk
bertanya, selanjutnya perawat mengevaluasi pasien dengan cara disuruh
menirukan tata cara batuk efektif yang sudah perawat ajarkan. Hasilnya pasien
mampu menirukan cara batuk efektif sehingga dahak bisa dikeluarkan dengan
mudah.
Sebelum diberi penyuluhan etika batuk pasien tidak tahu tentang tata cara
etika batuk yang benar. Selanjutnya kami selaku perawat memberi penyuluhan
terlebih dahulu tentang tata cara etika batuk.
Setelah perawat selesai memberi penyuluhan pasien diberi waktu untuk
bertanya, selanjutnya perawat mengevaluasi pasien dengan cara disuruh
menirukan tata cara etika batuk yang sudah perawat ajarkan. Hasilnya pasien
mampu menirukan cara etika batuk dengan benar.
Jadi pasien bisa melakukan Batuk Efektif Dan Etika Batuk (BEEB)
dengan benar setelah dilakukan penyuluhan.
BAB 6
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Pencegahan Penyebaran
Tuberkulosis Paru Dengan (Beeb) Batuk Efektif Dan Etika Batuk Di
Ruang Melati Rsd Balung, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian yang dilakukan pada hari pertama pasien memahami cara
mencegah penyebaran Tb paru dengan cara batuk efektif dan etika
batuk. Pencegahan penyebaran Tb paru sangatlah penting dilakukan
karena untuk mengatasi penyebaran yang lebih luas.

5.2 SARAN
Diharapkan agar pasien mau melakukan setiap hari cara mencegah
penyebaran Tb paru dengan cara batuk efektif dan etika batuk dengan
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Aryani,Ratna.,Lestari.R.,Miradwiyana.B.,Mulyani,S.,Mumpuni.,Sumiat
i.,Tutiany. (2019). Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata
Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. MKM-Jakarta : TIM.
Data & Informasi Profil Kesehatan 2016.(2017). Kemenkes RI 2017.
Diperoleh tanggal 16 Maret 2018 dari www.depkes.go.id
Bayyinah.Yeni.(2017). Batuk Efektif. Diperoleh tanggal 25 Juli 2018
dari https://www.kompasiana.com/batuk-efektif
Manurung,Santa.,Ekarini L.N.,Krisant P., & Suratun.(2008). Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Akibat
Infeksi.Jakarta : TIM.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetenai dan Praktiknya.
Jakarta : PT BumiAksara.
Muttaqin,Arif.(2008). Buku Ajar-Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta :SalembaWedika.
Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.(2017). Dinas
Kesehatan Sulawesi Tenggara 2017. Diperolehtanggal 16 maret
2018 dari www.dinkes.sultraprov.go.id
Soedarto.(2009). Penyakit Menular Di Indonesia, Cacing
Protozoa Bakteri Virus Jamur. CV SagungSetu.
Somantri,Irman.(2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. (cet. Ke-2). Jakarta
:SalembaMedika.
World Heart Organization (WHO).2016. Global Tuberculosis Report 2016.
Aryani,Ratna.,Lestari.R.,Miradwiyana.B.,Mulyani,S.,Mumpuni.,Sumiat
i.,Tutiany. (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata
Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. MKM-Jakarta : TIM.
Data & Informasi Profil Kesehatan 2016.(2017). Kemenkes RI 2017.
Diperoleh tanggal 16 Maret 2018 dari www.depkes.go.id
Bayyinah.Yeni.(2014). Batuk Efektif. Diperoleh tanggal 25 Juli 2018
dari https://www.kompasiana.com/batuk-efektif
Manurung,Santa.,Ekarini L.N.,Krisant P., & Suratun.(2018). Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Akibat
Infeksi.Jakarta : TIM.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetenai dan Praktiknya.
Jakarta : PT BumiAksara.
Muttaqin,Arif.(2008). Buku Ajar-Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta :SalembaWedika.

Anda mungkin juga menyukai