• Gagal ginjal kronis pada masa kanak-kanak berkorelasi erat dengan umur
penderita pada saat pertama kali gagal ginjal tersebut terdeteksi. Gagal ginjal
kronis dibawah 5 tahun biasanya akibat kelainan anatomis (hipoplasdia,
displadia, obstruksi dan malformasi), sedangkan setelah usia 5tahun yang
dominan adalah penyakit glomerulus didapat (glumerolusnefritis,sindrom
hemolitik uremik, atau gangguan herediter (sindrom alport, penyakitkistik).
Menurut Stein (2001), penyebab gagal ginjal yang sering temui pada anak-
anak antara lain: penyakit glomerulonefritis, penyakit glomerulus yang disertai
dengan penyakit sistemik, penyakit tubulointerstisial, penyakit renovaskuler,
penyakit tromboembolik, sumbatan saluran kemih, nefrosklerosis hipertensif,
nefropati dibetes, penyakit polikistik dan penyakit bawaan lain.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Ginjal
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi, pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya
kompensasi, yang di perantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus.
Proses adaptasi ini berlangsung singkat, kemudian terjadi proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron
yang progresif walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas
aksis reninangiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut.
Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin-aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth
factor β (TGF-β) Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap
terjadinya progresifitas Penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemi, dislipidemia. Terdapat variabilitas interindividual
untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun tubulo
intersitial.
Stadiu GFR
m (ml/menit/1.73m2) Deskripsi
Nekrosis Suplai
GFR
WOC
Gagal ginjal kronik
CES Hiperkalemi
Sindrom uremia Produksi Hb
a
Tekanan Oksihemoglobi
Pruritus HCO3- kapiler naik Gg. Penghantaran
kelistrikan jantung n
Perubahan Volume
warna kulit intertisial
Distritmia
Asidosis Edema edema paru
MK: Ganggu
Preload
Integritas kulit
MK: Intoleransi
aktivitas
KLASIFIKASI
Berdasarkan nilai LFG yang tersisa penyakit ginjal kronis diklasifikasikan dalam 5 stadium, digunakan
untuk anak di atas dua tahun :
Stadium Penyakit ginjal kronik berdasarkan laju filtrasi glomerulus
Stadium Terapi
Stadium 1 Pengobatan primer dan kondisi komorbiditas
Kerusakan ginjal dengan LFG normal/meningkat (<90
ml/menit/1,73 m2)
Stadium 2 Menekan laju kejadian
Kerusakan ginjal dengan sedikit penurunan LFG (60-89
ml/menit/1,73 m2)
Stadium 3 Evaluasi dan pengobatan komplikasi
Kerusakan ginjal dengan penurunan sedang LFG (30-59
ml/menit/1,73 m2)
Stadium 4 Persiapan transplantasi ginjal
Kerusakan ginjal dengan penurunan besar LFG (15-29
ml/menit/1,73 m2)
Stadium 5 Terapi pengganti ginjal
Gagal ginjal, LFG < 15 ml/menit/1,73 m2
MANIFESTASI KLINIS
Menurut STIKIM (2009) manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada anak dengan gagal ginjal
kronis antara lain sebagai berikut.
a. Edema,oliguria,hipertensi, gagal jantung kongesti
b. Poliuria, dehidrasi
c. Hiperkalemia
d. Hipernatremia
e. Anemia
f. Gangguan fungsi trombosit
g. Apatis, letargi
h. Anoreksia
i. Asidosis
j. Gatal-gatal
k. Kejang, koma
l. Disfungsi pertumbuhan
PENATALAKSANAAN
Pencegahan kerusakan ginjal dan mengubah perjalanan penyakit juga tidak kalah pentingnya
melalui terapi sejak awal dan pengawasan progresifitas penyakit.
• Transplantasi ginjal yang berhasil merupakan terapi pilihan untuk semua anak dengan gagal ginjal terminal.
Transplantasi ginjal dapat dilakukan dengan donor ginjal yang berasal dari keluarga hidup atau jenazah.
• Dialisis merupakan pelengkap dari transplantasi yang diperlukan pada saat sebelum atau antara transplantasi,
dan bukanlah merupakan pilihan alternatif dari transplantasi. Ada 2 pilihan dasar yaitu hemodialisis atau
dialisis peritoneal. Tetapi pilihan tidak selalu dapat dilakukan, bila misalnya terdapat kesulitan untuk
memperoleh akses fistula A-V, maka pilihan hanyalah dialisis peritoneal, atau misalnya adanya adhesi intra-
abdominal, maka dialisis peritoneal tidak bisa dipilih, kecuali hemodialisis.
KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2001) yaitu :
1) Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebihan.
2) Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiostensin-aldosteron
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan peningkatan kadar
alumunium.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suhardjono (2001), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien gagal
ginjal kronik yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK, menentukan
gangguan sistem, dan membantu menetapkan etiologi. Blood ureum nitrogen
(BUN)/kreatinin meningkat, kalium meningkat, magnesium meningkat, kalsium
menurun, protein menurun.
2. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia, hipokalsemia). Kemungkinan abnormal
menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.
3. Ultrasonografi (USG).
Untuk mencari adanya faktor yang reversibel seperti obstruksi oleh karena batu atau
massa tumor, dan untuk menilai apakah proses sudah lanjut.
4. Foto Polos Abdomen
Pada saat melakukan foto polos abdomen, sebaiknya tanpa puasa
karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal. Menilai bentuk dan
besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain.
5. Pieolografi Intra-Vena (PIV)
Dapat dilakukan dengan cara intravenous infusion pyelography, untuk
menilai sistem pelviokalises dan ureter.
6. Pemeriksaan Pielografi Retrograd
Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel.
7. Pemeriksaan Foto Dada.
Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid
overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikadial.
8. Pemeriksaan Radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi dan kalsifikasi metastatik.
Kendali pola makan
Pasien yang menderita gagal ginjal kronis harus mengurangi asupan protein, kalium, fosfor, natrium,
dan air, serta mengendalikan kadar kolesterolnya secara tepat bisa membantu memperlambat proses
berkembangnya gagal ginjal
Obat
• Obat untuk mengendalikan tekanan darah: misalnya Penghambat enzim konversi angiotensin (ACE -
Angiotensin-converting enzyme) atau penyekat reseptor Angiotensin II untuk melindungi fungsi ginjal.
PENATALAKSANAAN
Dialisis
Hemodialisis - yang dikenal sebagai "cuci darah", menggunakan
alat dialiser (ginjal buatan) untuk membuang kelebihan cairan,
elektrolit, dan produk sisa metabolisme dari darah.
(+) cepat, efektif, hanya 2 hingga 3 kali tindakan pengobatan per
minggu, terapi sesaat.
(-) harus pergi ke pusat dialisis untuktindakan pengobatan,
pengobatan hanya dilakukan sesaat saja dan biayanya mahal.
Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal - yang dikenal sebagai "pembersihan perut",
memanfaatkan pembuluh darah pada peritoneum (selaput tipis
yang melapisi bagian dalam perut dan mengelilingi serta
menopang organ-organ perut) yang memungkinkan dilakukannya
proses dialisis.
(+) pasien bisa mengurus dirinya sendiri dan kadar toksin serta
cairan dalam tubuh akan tetap stabil. Pasien bisa
mempertahankan kehidupan sosial dan kerja yang relatif normal.
(-) Ada risiko infeksi.
Transplantasi ginjal
2 ⊡ Anemia 5 Osteomalasia
Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tanggal pengkajian :
No. Med. Rec :
Diagnose Medis : GGK ( gagal ginjal kronik )
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia,
hiperkelemia, anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis
metabolik.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien dengan GGK, memili riwayat hipertensi.
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah pasien, agar
dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan (Lismidar, 2005).
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (Insomnia/gelisah atau samnolen).
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat.
Palpitasi : nyeri dada (angina).
Tanda : Hipertensi : DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak, tangan. Distritmia
jantung. Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir.
c. Integritas Ego.
Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya. Perasaan yang tak berdaya, tak ada
harapan, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian.
d. Eliminasi.
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap lanjut). Abdomen kembung, diare atau
konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
e. Makanan/cairan.
Gejala : Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
metalik tak sedap pada mulut (Pernapasan ammonia).
Tanda : Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembaban. Edema (umum, tergantung).
Ulserasi (umum, tergantung). Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah. Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga.
f. Neurosensori.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah” bebas rasa terbakar pada telapak kaki. Bebas
kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, strupor, koma. Penurunan DTR. Tanda chvostek dan trosseau positif, kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
g. Nyeri/kenyamanan.
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari).
Tanda : Perilaku berhari-hari/distraksi, gelisah.
Pernapasan.
Gejala : Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak.
Tanda : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernapasan kussmaul). Batuk produktif dengan sputum merah
muda encer (edema paru).
h. Keamanan.
Gejala : Kulit gatal.
Ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritis. Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjadi
peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal (efek
GGK/depresi respon imun), petekie, area ekimosis pada kulit.
Fraktur tulang; deposit fosfal kalsium (klasifikasi metastatik) pada kulit,
jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.
i. Seksualitas.
Gejala : Penurunan libido; amenorea; infertilitas. Interaksi sosial.
Tanda : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran biasanya dalam keluarga.
j. Pembelajaran/penyuluhan.
Gejala : Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal) penyakit polikistik,
nefritis, herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat,
racun lingkungan. Penggunaan antibiotic nefrotoksik saat ini/berulang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelebihan volume cairan bd Setelah dilakukan tindakan Manajemen elektrolit (2000) • Agar klien dan keluarga
gangguan mekanisme keperawatan selama 5x24 • Ajarkan klien dan keluarga mengenai jenis, penyebab dan
regulasi jam diharapkan masalah pengobatan apabila terdapat
mengenai jenis, penyebab dan
keperawatan kelebihan volume ketidakseimbangan elektrolit
Definisi : peningkatan retensi pengobatan apabila terdapat • Untuk mengetahui kehilangan
cairan pada klien dapat teratasi ketidakseimbangan elektrolit
cairan isotonik elektrolit yang berlebih
dengan kriteria hasil : • Lakukan pengukuran untuk
Keseimbangan Cairan
Domain 2 Nutrisi, Kelas 5 mengontrol kehilangan elektrolit • Untuk mengetahui manifestasi
Hidrasi, Kode 00026 (0601): ketidakseimbangan elektrolit
• Berat badan klien yang berlebih
membaik(5) • Monitor manifestasi
• Untuk meningkatkan
• Seimbanganya intake and ketidakseimbangan elektrolit keseimbangan cairan
output dalam 24 jam (5) • Berikan cairan sesuai resep • Agar kondisi klien tidak
• Kelembapan membran • Konsultasikan dengan dokter jika memburuk
mukosa mambaik (5) tanda-tanda dan gejala menetap
• Tidak ditemukan edema atau memburuk
perifer pada klien (5)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Ketidakseimbangan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Nutrisi (112) • Agar intervensi sesuai dengan
kurang dari kebutuhan tubuh selama 5x24 jam diharapkan masalah • Melengkapi pengkajian kebutuhan klien
b.d kurangnya asupan keperawatan kelebihan volume cairan nutrisi, sesuai kebutuhan. • Mengetahui asupan makanan dan
makanan (00002) pada klien dapat teratasi dengan kriteria • Memonitor intake cairan yang tepat pada klien
hasil : makanan/cairan dan hitung • Untuk kebutuhan asupan yang
Definisi: asupan nutrisi tidak Status Nutrisi: Asupan Makanan Dan masukan kalori perhari, baik untuk tubuh
cukup untuk memenuhi Cairan (1008) sesuai kebutuhan. • Diet membantu klien untuk
kebutuhan metabolik • Menyediakan bagi pasien asupan makanan yang terkontrol
• Menunjukkan peningkatan asupan makanan dan minuman • Hasil laboratorium dapat menjadi
Domain 2 Nutrisi makanan secara oral (4) yang tinggi kalium sesuai acuan untuk menyusun
Kelas 1 Makanan • Menunjukkan peningkatan asupan kebutuhan. kebutuhan nutrisi yang tepat
makanan secara tube feeding (3) • Memberikan nutrisi yang • Agar klien paham dan dapat
• Menunjukkan peningkatan asupan dibutuhkan sesuai batas secara mandairi melakukan diet
cairan secara oral (4) diet yang dianjurkan. sesuai yang dianjurkan
• Menunjukkan peningkatan asupan • Memonitor hasil
cairan intravena (3) laboratorium, yang sesuai.
• Memberikan pasien dan
keluarga contoh tertulis
mengenai diet yang
dianjurkan.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen energi (0180) Manajemen energi (0180)
keletihan (00092) selama 4x24 jam klien dapat • Mengkaji status fisiologis • Agar mengetahui dengan tepat
mempertahankan atau menyelesaikan klien yang menyebabkan penyebab kelelahan yang dialami
Definisi : ketidakcukupan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus kelelahan sesuai dengan klien
energi psikologis atau fisiologis atau yang ingin dilakukan, dengan kriteria konteks usia dan • Perawat menentukan hal tersebut
untuk mempertahankan atau hasil sebagai berikut: perkembangan agar dapat menjaga ketahan
menyelesaikan aktivitas • Menentukan jenis dan tubuh klien
kehidupan sehari-hari yang banyaknya aktivitas yang • Agar mengetahui waktu dan lama
harus atau yang ingin
Kelelahan: Efek yang dibutuhkan istirahat yang dibutuhkan klien
dilakukan Menganggu (0008) • Memonitor waktu dan • Pentingnya konsultasi dengan
lama istirahat klien ahli gizi agar dapat
Domain 4. aktivitas/istirahat • Menunjukkan peningkatan • Konsulkan dengan ahli gizi meningkatkan asupan energi
Kelas 4. respons mengenai cara klien dengan tepat
kardiovaskular/ Pulmonal energy (3) meningkatkan asupan
• Menunjukkan peningkatan energi dari makanan
aktivitas sehari-hari (4)
• Peningkatan nafsu makan
(5)
• Perubahan status nutrisi
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Noer, M. S. (2017). GAGAL GINJAL KRONIK PADA ANAK (CHRONIC RENAL FAILURE IN
CHILDREN). Divisi Nefrologi Anak Bagian Ilmu Kesehatan Anak .
I, D. D. (2014). ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK .
Makalah Studi S1 KEPERAWATAN Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Willian Booth Surabaya .
Leni Ervina, Dahler Bahrun, Hertanti Indah Lestari. (2015). Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik
pada Anak . MKS, Th 47, No. 2.
Mahesa, Dedi Rachmadi. (2010). PENYAKIT GINJAL KRONIS (CHRONIC KIDNEY DISEASE.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Sdung O. Pardede, Swanty Chunnaedy. (2009). Penyakit Ginjal Kronik pada Anak. Sari Pediatri,
Vol. 1, No. 3.
Sitifa Aisara, Syaiful Azmi, Mefri Yanni. (2018). Gambaran Klini Penderita Penyakit Ginjal Kronik
yang menjalani hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas Volume 7.
Nomer 1.