Anda di halaman 1dari 33

Simulasi Pengambilan Keputusan

dan Advokasi Pasien pada Kasus


yang Berkaitan dengan Penyakit
Kronis pada Sistem Respirasi
Anak
SGD 5 – A1 2016
Nama Anggota SGD 5 :

1. Desi Choiriyani (131611133021)


2. Sekar Ayu Pitaloka (131611133025)
3. Angga Kresna Pranata (131611133030)
4. Indriani Dwi Wulandari (131611133034)
5. Hanum Amalia Zulfa (131611133040)
6. Dinda Dhia Aldin Kholidiyah (131611133041)
7. Novia Tri Handika (131611133042)
8. Gita Shella Madjid (131611133049)
SUB TOPIK
01 ADVOKASI

02 ETIK & DILEMA ETIK

03 KARSINOMA NASOFARING

04 ROLE PLAY
ADVOKASI
ADVOKASI
Advokasi adalah tindakan membela
hak-hak pasien dan bertindak atas
nama pasien. Perawat mempunyai
kewajiban untuk menjamin
diterimanya hak-hak pasien.
Perawat harus membela pasien
apabila haknya terabaikan.
Advokasi juga mempunyai arti
tindakan melindungi, berbicara atau
bertindak untuk kepentingan klien
dan perlindungan kesejahteraan
(Vaartio, 2005; Blais, 2007).
Kohnke (dalam Blais, 2002)
mengidentifikasikan advokasi dalam tiga
tingkat yaitu :
1. Advokasi untuk diri sendiri
2. Advokasi untuk pasien
3. Advokasi untuk komunitas tempat
perawat menjadi bagian di dalamnya

Kohnke juga menyatakan bahwa perawat


membutuhkan pengetahuan mengenai diri
sendiri serta pengetahuan professional
tentang keperawatan serta tentang
kesehatan, hal ini dimaksudkan agar
perawat dapat membantu pasien dalam
mengambil keputusan
HAM PADA ANAK
Terdapat 4 prinsip utama yang
terkandung di dalam Konvensi
Hak Anak, prinsip-prinsip ini Prinsip non diskriminasi
diserap kedalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Prinsip yang terbaik bagi anak
Pasal 2, secara lebih rinci (best interest of the child)
prinsip-prinsip tersebut yaitu :
Prinsip atas hak hidup, kelangsungan
dan perkembangan (the right to life,
survival and development)

Prinsip penghargaan terhadap


pendapat anak (respect for the
views of the child)
HAK ANAK
Secara lebih perinci hak-hak anak dalam UU Nomor 23 tahun 2002 adalah
sebagai berikut :

1. Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara


wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 4).
2. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai
dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial (Pasal 8)
3. Hak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan
memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya
demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan
kepatutan (Pasal 10)
4. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial (Pasal 12)
KEWAJIBAN ANAK
Setiap hak yang didapatkan berimbang dengan kewajiban yang harus
dijalankan, selain memiliki beberapa hak, seorang anak juga memiliki
beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam kehidupannya.
Dalam pasal 19 UU NO. 23 Tahun 2002 diuraikan bahwa setiap anak
memiliki kewajiban untuk :

1. Menghormati orang tua, wali, dan guru


2. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman
3. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara
4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya
5. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia
HAK PASIEN
1. Hak pasien atas perawatan dan pengurusan
2. Hak untuk menolak cara perawatan tertentu
3. Hak untuk memilih tenaga kesehatan dan rumah sakit yang akan
merawat pasien
4. Hak informasi
5. Hak untuk menolak perawatan tanpa izin
6. Hak atas rasa aman dan tidak diganggu atau kesendirian (“privacy”)
7. Hak atas pembatasan terhadap pengaturan kebebasan perawatan
8. Hak untuk mengakhiri perjanjian perawatan
9. Hak pasien menggugat atau menuntut
10. Hak pasien ganti rugi terhadap pihak lain
11. Hak pasien mengenai bantuan hukum
12. Hak pasien untuk menasehatkan mengenai percobaan oleh tenaga
kesehatan atau ahlinya
KEWAJIBAN PASIEN
Kewajiban-kewajiban pasien menurut hukum adalah, sebagai berikut :

1. Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga kesehatan


2. Kewajiban untuk melaksanakan nasehat-nasehat yang diberikan tenaga
kesehatan dalam rangka perawatan
3. Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga
kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran, serta kesendiriannya
4. Kewajiban untuk memberikan imbalan terhadap jasa-jasa profesional
yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan
5. Kewajiban untuk memberi ganti-rugi, apabila tindakan-tindakan pasien
merugikan tenaga kesehatan
6. Kewajiban untuk berterus terang apabila timbul masalah (dalam
hubungan dengan tenaga kesehatan dan rumah sakit, baik yang
langsung maupun tidak langsung)
TUGAS PERAWAT
Nelson (dalam Blais, 2002) menjelaskan tujuan utama dari advokat pasien
adalah melindungi hak-hak pasien. Peran advokat pasien memiliki tiga
komponen utama, yaitu

01 02 03
Sebagai Sebagai Sebagai
Pelindung Mediator Pelaksana
HASIL PERAN
ADVOKASI PERAWAT
Hasil yang diharapkan dari pasien saat perawat
melakukan peran advokat menurut Ellis & Hartley
(2000), adalah pasien akan :
1. Mengerti hak-haknya sebagai pasien
2. Mendapatkan informasi tentang diagnosa,
pengobatan, prognosis, dan pilihan-pilihannya
3. Bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya
4. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan
memutuskan sendiri
5. Perasaan cemas, frustasi, dan marah akan
berkurang
ETIK & DILEMA
ETIK
Etika keperawatan merupakan standar acuan untuk mengatasi
segala macam masalah yang dilakukan oleh praktisi
ETIKA keperawatan terhadap para pasien yang tidak mengindahkan
dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya (Amelia, 2013)
TUJUAN ETIKA KEPERAWATAN
Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika
keperawatan adalah mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam
praktekkeperawatan.
2. Membentuk strategi/cara menganalisis masalah moral yang terjadi
dalam praktek keperawatan.
3. Menghubungkan prinsip-prinsip moral yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.
TIPE – TIPE ETIK

Bioetik Etik Klinik Etik


Perawatan
PRINSIP ETIK

Otonomi Berbuat baik Keadilan Tidak Merugikan


(Autonomy) (Beneficiency) (Justice) (Nonmaleficience)

Kejujuran Menepati Janji Kerahasiaan


(Veracity) (Fidelity) (Confidentiality)
DILEMA ETIK

Dilema etik adalah situasi


yang dihadapi seseorang
untuk membuat suatu
keputusan mengenai
perilaku yang layak harus di
buat. Untuk itu diperlukan
pengambilan keputusan
untuk menghadapi dilema
etik tersebut.
PENDEKATAN DILEMA ETIK
Mendapatkan Menentukan Menentukan siap dan
fakta-fakta isu-isu etika bagaimana orang atau
yang relevan dari fakta- kelompok yang
fakta dipengaruhi dilema

2 4 6
1 3 5
Menetukan Menentukan Menetapkan
alternatif yang konsekuensi yang tindakan
tersedia dalam mungkin dari yang tepat
memecagkan setiap alternative
dilema
MODEL PEMECAHAN MASALAH

Mengkaji situasi
Mengevaluasi hasil

Mendiagnosa
Melaksanakan masalah etik moral
rencana

Membuat tujuan dan


rencana pemecahan
KERANGKA PEMECAHAN
MASALAH DILEMA ETIK (KOZIER & ERB, 2004)
1. Mengembangkan data dasar
2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
3. Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat
5. Mengidentifikasi kewajiban perawat
6. Membuat keputusan
PERANAN HAK DAN KEWAJIBAN
DALAM ETIKA KEPERAWATAN
Dalam prinsip etika keperawatan, hak perawat dan pasien memiliki
beberapa peranan atau manfaat yang sangat penting dalam dunia
keperawatan.Berikut adalah peranan hak dan kewajiban dalam prinsip
etika keperawatan

1. Mencegah konflik antara perawat dan pasien


2. Pembenaran pada suatu tindakan.
3. Menyelesaikan perselisihan
KARSINOMA
NASOFARING
 Nasofaring merupakan suatu
rongga dengan dinding kaku di
atas, belakang dan lateral yang
secara anatomi termasuk bagian
faring

 Di nasofaring terdapat banyak


saluran getah bening yang
terutama mengalir ke lateral
bermuara di kelenjar retrofaring
Krause (kelenjar Rouviere).
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
Kaitan antara virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab
utama timbulnya penyakit ini. Virus tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan tetap
tinggal di sana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator. Kebiasaan untuk
mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanak-kanak,
merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan
karsinoma nasofaring.

Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya karsinoma nasofaring yaitu :


1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamin.
2. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
3. Sering kontak dengan zat-zat yang dianggap karsinogen, seperti :benzopyrenen,
benzoanthracene, gas kimia, asap industry, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan
4. Ras dan keturunan
5. Radang kronis daerah nasofaring
6. Profil HLA
GEJALA
1.Gejala Dini ‐ Hidung 2.Gejala Lanjut
 Gejala telinga tersumbat
‐ Rasa penuh  Limfadenopati servikal
pada telinga  Gejala akibat perluasan
‐ Tinitus tumor ke jaringan sekitar
‐ Gangguan  Gejala mata
 Gejala akibat metastase
pendengaran dan saraf
‐ Diplopia jauh.
 Gejala hidung ‐ Gerakan bola
‐ Epistaksis mata terbatas
DIAGNOSIS
Jika ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma
nasofaring, protokol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis pasti serta stadium tumor :
1. Anamnesis / pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan nasofaring
3. Biopsi nasofaring
4. Pemeriksaan patologi anatomi
5. Pemeriksaan radiologi
6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
7. Pemeriksaan serologi
STADIUM
Penentuan stadium yang terbaru berdasarkan atas kesepakatan antara UICC (Union
Internationale Contre Cancer) pada tahun 1992 adalah sebagai berikut :
 T : Tumor, menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya.
 T0 : Tidak tampak tumor
 T1 : Tumor terbatas pada 1 lokasi di nasofaring
 T2 : Tumor meluas lebih dari 1 lokasi, tetapi masih di dalam rongga nasofaring
 T3 : Tumor meluas ke kavum nasi dan / atau orofaring
 T4 : Tumor meluas ke tengkorak dan / sudah mengenai saraf otak
 N : Nodul, menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional
 N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
 N1 :Terdapat pembesaran kelenjar homolateral yang masih dapat digerakkan
 N2 : Terdapat pembesaran kelenjar kontralateral / bilateral yang masih dapat digerakkan
 N3 : Terdapat pembesaran kelenjar baik homolateral, kontralateral atau bilateral, yang
sudah melekat pada jaringan sekitar
 M : Metastase, menggambarkan metastase jauh
 M0 : Tidak ada metastase jauh
 M1 : Terdapat metastase jauh
PENATALAKSANAAN

1. Radioterapi

2. Kemoterapi

3. Tindakan operasi pada


penderita karsinoma
nasofaring berupa diseksi
leher radikal dan
nasofaringektomi
ROLE PLAY
REFERENSI
Ilya Krisnana, Kristiawati, Praba Diyan Rachmawati, Iqlima Dwi Kurnia, Yuni Sufyanti, Nuzul
Qur'aniati. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak 2. Surabaya: Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Lyrawati, D., & Leonita, N. L. M. A. (2012). Sistem Pernafasan Assesment, Patofisiologi, Dan
Terapi Gangguan Pernafasan.
Pratiwi, I. G. E., Purniti, P. S., & Subanada, I. B. (2016). Trakeomalasia pada Anak. Sari
Pediatri, 9(4), 233-8.
Soekanto, S. (1990). Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Hukum Kesehatan. Jurnal Hukum &
Pembangunan, 20(2), 121-132.
Suyanti. (2013). Perspektif Pasien dengan Perlindungan Sosial Kesehatan Tentang Pelaksanaan
Peran Advokasi Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Paru. Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Ngesti W Utami, dkk. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai