Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIARE PADA ANAK

Disusun Oleh:
Kelompok C
Dita Fajrianti, S.Kep 132013143012
Nafidatun Nafi’a, S. Kep 132013143013
Ayu Saadatul K, S. Kep 132013143014
Nurul Hidayati, S. Kep 132013143015
Arinda Naimatuz Z, S. Kep 132013143016
Sekar Ayu Pitaloka, S.Kep 132013143017

Pembimbing Akademik
Praba Diyan Rachmawati S.Kep.Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Diare pada Anak


Sasaran : Masyarakat di WhatsApp dan Instagram
Hari/Tanggal : Jumat, 9 Juli 2021
Tempat : Social Media (WhatsApp dan Instagram)
Waktu : 08.00 WIB
Media : Poster

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, diharapkan masyarakat di WhatsApp dan
Instagram dapat memahami dan menambah wawasan tentang Diare pada Anak.
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan masyarakat di WhatsApp dan
Instagram mampu :
1) Memahami tentang pengertian diare
2) Memahami tentang penyebab dan penularan diare
3) Memahami tentang tanda dan gejala diare
4) Memahami tentang penatalaksanaan diare
5) Memahami tentang pencegahan diare pada anak

B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian diare
2. Penyebab dan penularan diare
3. Tanda dan gejala diare
4. Penatalaksanaan diare
5. Pencegahan diare pada anak

C. Metode
1. Komunikasi massa
2. Tanya jawab dibagian kolom komentar
D. Media
1. Poster

E. Pengorganisasian
Pembimbing Akademik : Praba Diyan Rachmawati, S.Kep.,Ns., M.Kep
Moderator : Nurul Hidayati, S.Kep
Pemateri : Ayu Saadatul K., S.Kep
Fasilitator 1 : Dita Fajrianti, S.Kep
Fasilitator 2 : Nafidatun Naafi’a, S.Kep
Observer 1 : Arinda Naimatuz Z.,S.Kep
Observer 2 : Sekar Ayu Pitaloka.,S.Kep

F. Job Description
1) Pembimbing Akademik
Praba Diyan Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep
Uraian tugas:
a. Membimbing mahasiswa terkait topik tentang penyuluhan yang akan
diberikan.
b. Membantu memberikan saran dan kritik terkait pembuatan poster dan SAP
(Satuan Acara Penyuluhan).
c. Membantu menyebarluaskan poster penyuluhan secara online di media massa
massa (Instagram dan Whats App).
2) Penyusun materi
Ayu Saadatul K., S.Kep dan Nurul Hidayati, S.Kep
Uraian Tugas:
a. Mencari referensi terkait materi yang akan diberikan meliputi, pengertian
diare, penyebab dan penularan diare, tanda dan gejala diare, penatalaksanaan
diare, pencegahan diare pada anak
b. Menambahkan kritik dan saran (masukan) dari pembimbing terkait materi yang
akan diberikan.
c. Membantu menyebarluaskan poster secara online di media massa massa
(Instagram dan Whats App).
3) Editor Poster
Nafidatun Naafi’a, S.Kep dan Dita Fajrianti, S.Kep
Uraian Tugas:
a. Merangkum hasil dari susunan materi untuk disampaikan dalam bentuk poster.
b. Membuat poster yang menarik.
c. Menambahkan atau mengganti poster sesuai dengan kritik atau saran yang
telah diberikan.
d. Membantu menyebarluaskan poster penyuluhan secara online di media massa
massa (Instagram dan Whats App).
4) Penyusun SAP
Arinda Naimatuz Z.,S.Kep dan Sekar Ayu Pitaloka.,S.Kep
Uraian Tugas:
a. Menyusun SAP sesuai dengan aturan yang ada.
b. Menggabungkan materi yang telah disiapkan untuk ditambahkan ke SAP.
c. Menambahkan atau mengganti poster sesuai dengan kritik atau saran yang
telah diberikan.
d. Membantu menyebarluaskan poster penyuluhan secara online di media massa
(Instagram dan Whats App)

G. Evaluasi
1) Pra Penyuluhan
a. Pembagian tugas terkait penyusun materi, penyusun SAP (Satuan Acara
Penyuluhan) dan editor poster.
b. Penetapan deadline tugas.
c. Penetapan waktu konsul dan revisi.
d. Penetapan media massa yang akan digunakan.
2) Proses Penyuluhan
a. Seluruh mahasiswa menyiapkan poster yang akan dibagikan di media massa
(Instagram dan Whats App).
b. Seluruh mahasiswa mengunggah poster di media massa masing-masing
(Instagram dan Whats App).
c. Seluruh mahasiswa membantu menjawab apabila terdapat pertanyaan pada
kolom komentar atau pada contact person.
3) Pasca Penyuluhan
a. Total penonton yang menyukai poster penyuluhan yakni sebanyak 50 orang.
b. Total penonton yang memberikan komentar pada kolom di media sosial
sebanyak 30 orang
c. Total penonton yang mengajukan pertanyaan setelah melihat poster penyuluhan
sebanyak 20 orang.
Lampiran 1

DIARE PADA ANAK (DIARE AKUT)


SERTA PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHANNYA

1. Pengertian Diare
Diare adalah suatu keadaan atau kondisi peningkatan Buang Air Besar (BAB) dimana
ditandai dengan peningkatan frekuensi BAB, yaitu lebih dari 3 kali sehari, dan konsistensi
feses yang dikeluarkan, yaitu menjadi lebih cair dari biasanya (Nemeth & Pfleghaar, 2020).
Diare pada umumnya dibagi menjadi dua macam, yaitu:
• Diare akut, merupakan kondisi peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi cair yang berlangsung selama tidak lebih dari 14 hari (2 minggu).
• Diare kronis, merupakan kondisi peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi cair yang berlangsung selama lebih dari 14 hari (2 minggu).
Pada anak-anak, diare yang sering terjadi adalah diare akut. Diare akut adalah
penyakit yang sering menyerang pada anak usia ≤ 5 tahun dan merupakan penyebab dehidrasi
nomor satu pada anak (Radlovic, Lekovic, Vuletic, Radlovic, & Simic, 2015).
Diare pada anak dapat terjadi dimana saja, tapi lebih rentan untuk terjadi secara
berulang di negara berkembang. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat sanitasi,
kebersihan, dan air minum layak konsumsi, serta kondisi kesehatan dan nutrisi
(undernutrition) yang buruk di negara berkembang (Das, 2014). Nutrisi yang buruk akan
meningkatkan risiko terkena infeksi dan diare, sedangkan diare adalah salah satu penyebab
utama terjadi nutrisi yang buruk (Das, 2014).

2. Penyebab dan Penularan Diare


Penyebab diare pada anak paling sering ditemui adalah infeksi pencernaan, baik infeksi
virus maupun bakteri. Menurut (Radlovic, Lekovic, Vuletic, Radlovic, & Simic, 2015),
penyebab diare akut pada anak, antara lain:
• Virus (± 70%), yaitu Rotavirus, norovirus, adenovirus (serotypes 40 dan 41), astrovirus,
dan enterovirus.
• Bakteri (10–20%), yaitu Campylobacter jejuni, Salmonella, Shigella, Yersinia
enterocolitica, Escherichia coli, Yersinia pseudotuberculosis, Clostridium difficile,
Salmonella typhi dan paratyphi, serta Vibrio cholerae.
• Protozoa (<10%), yaitu Giardia lamblia, Cryptosporidium, Entamoeba histolytica,
Dientamoeba fragilis, dan Blastocystis hominis.
• Cacing perut, yaitu Strongyloides stercoralis.
Infeksi pencernaan yang menyebabkan diare sering ditularkan melalui transmisi fekal-
oral, misalnya pada air dan makanan yang terkontaminasi, atau kontak langsung maupun tidak
langsung dengan individu yang terinfeksi diare.

• Intoleransi laktosa, yaitu gejala klinis akibat tidak terhidrolisnya laktosa secara optimal di
dalam usus halus akibat enzim laktase yang berkurang.

3. Tanda dan Gejala Diare


Tanda dan gejala diare antara lain (Nemeth & Pfleghaar, 2020):
• Frekuensi BAB > 3 kali sehari;
• Konsistensi BAB cair (mencret);
• Dapat disertai dengan perut kembung, mual, muntah, demam, nyeri perut, lemas, dan BAB
yang berdarah atau berlendir.
Diare yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan dehidrasi yang selanjutnya
dapat menyebabkan kekurangan volume cairan pada tubuh (Radlovic, 2015). Tanda-tanda
dehidrasi pada anak antara lain:
▪ Tampak lemas dan pucat;
▪ Mata cekung;
▪ Sangat kehausan;
▪ Mulut dan bibir kering;
▪ Tubuh terasa dingin;
▪ Jumlah urine sedikit atau warnanya kuning pekat kecokelatan;
▪ Saat menangis, air mata hanya sedikit atau tidak ada sama sekali; dan
• Mengantuk terus-menerus.

4. Penatalaksanaan Diare Pada Anak


Prinsip penatalaksanaan diare pada anak adalah untuk mencegah terjadinya dehidrasi
dan malnutrisi lebih lanjut karena banyak kehilangan cairan. Penatalaksanaan atau perawatan
dirumah yang dapat dilakukan apabila terdapat diare pada anak, antara lain (Radlovic et al.,
2015; Das, 2019; Nemeth & Pfleghaar, 2020):
a. Rehidrasi
Memberikan rehidrasi atau cairan oral lebih banyak untuk mengganti cairan dan
elektolit tubuh yang hilang akibat BAB terlalu sering. Cairan dengan gula dan garam
baik untuk menghindari terjadinya dehidrasi.

b. Memberikan ASI
Anak yang berusia < 6 bulan dan masih mengonsumsi ASI Eksklusif, maka dapat
diberikan ASI setelah anak muntah atau diare. Pemberian ASI dapat meminimalkan
durasi diare dan meningkatkan tingkat imunitas.
c. Memberikan larutan oralit (gula–garam)
Anak yang sudah berusia > 6 bulan (sudah dapat MPASI atau mengonsumsi makanan
selain ASI) dapat diberikan larutan oralit untuk mengganti elektrolit yang hilang.
Cairan oralit diberikan dengan tujuan agar usus dapat mengabsorpsi cairan
Apabila tidak terdapat oralit kemasan, maka dapat dibut larutan gula–garam oralit
dengan cara:
▪ Siapkan air minum satu gelas (± 200 mL).
▪ Masukkan 1 sendok the gula pasir dan ¼ garam kedalam air minum.
▪ Aduk hingga larutan tercampur.
d. Memberikan makanan yang lembut dan mudah dicerna dan menghindari pemberian
makanan berserat, jus buah, susu, dan soda karena berpotensi untuk memperparah
diare.
e. Memberikan suplemen Zinc dan vitamin A.
f. Tidak memberikan obat sembarangan, kecuali telah diresepkan oleh dokter.
Pemberian obat harus disesuaikan dengan mikroorganisme yang menyebabkan diare.
Pemberian obat yang tidak sesuai tidak akan memberikan efek apapun terhadap diare
yang dialami anak dan berisiko menimbulkan masalah lain.

5. Tanda Diare Anak Harus Segera Dibawa ke Pelayanan Kesehatan


Segera bawa anak ke pelayanan kesehatan bila (Menkes, 2011) :
a. Diare menjadi lebih sering
b. Diare tidak membaik dalam 3 hari
c. Diare disertai muntah berulang
d. Timbul demam pada anak
e. Tinja pada anak disertai darah
f. Jika gejala diare pada anak semakin berat disertai gejala dehidrasi (malas minum, mata
cowong, turgor kulit kembali lambat (>2 detik), dan gelisah atau lesu).
6. Pencegahan Diare Pada Anak
Diare dapat dicegah dengan cara (Radlovic et al., 2015; Das, 2019):
a. Meningkatkan kebersihan dan sanitasi lingkungan
Misalnya dengan mulai mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan,
meningkatkan perawatan sumber dan saluran air untuk mendapatkan air minum yang
layak konsumsi, serta memperhitungkan penyimpanan feses atau tinja dan pembuangan
sampah.
b. Mencegah adanya kontaminasi pada air.
Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan antara sumber air dan saluran air,
serta tempat/titik dimana air diambil, misal kebersihan kran air.
c. Mencegah adanya transmisi melalui makanan.
Makanan merupakan medium yang cocok untuk multiplikasi pathogen. Hal yang dapat
dilakukan adalah menjaga kebersihan tangan sebelum menyentuh makanan, menyimpan
makanan pada wadah tertutup, membersihkan dapur dan alat masak.
d. Mencuci tangan sebagai pencegahan utama untuk menghilangkan jejak bakteri atau virus
penyebab diare. Cuci tangan dibiasakan dilakukan sebelum dan sesudah makan, setelah
buang air kecil atau buang air besar, juga setelah memegang benda kotor.
e. Menaati secara ketat kebersihan dan sanitasi dasar, terutama terkait dengan air dan
makanan untuk menghindari kontaminasi dan toksinasi (keracunan).
f. Menghindari untuk bersentuhan atau kontak dengan penyakit.
g. Menghindari konsumsi makanan dan minuman yang belum dimasak.
h. Memberikan vaksinasi Rotavirus.
Referensi:

Das, M. K. (2014). Prevention of Diarrhea. In T. I. International, Acure Diarrhea in Children


(pp. 71-83). New Delhi: Elsevier Clinical Advisory Board.
Menkes. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
2(2), 1-38
Nemeth, V., & Pfleghaar, N. (2020). Diarrhea (In: StatPearls [Internet]). Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing.
Radlovic, N., Lekovic, Z., Vuletic, B., Radlovic, V., & Simic, D. (2015). Acute Diarrhea in
Children. Srp Arh Celok Lek. 2015 Nov-Dec; 143 (11-12), 755.

Anda mungkin juga menyukai