Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACUAN PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Penyakit pada anak


Sub Pokok Bahasan : Diare pada anak
Sasaran : Orang tua dari An. R
Hari/ Tanggal : Selasa, 06 Noember 2018
Alokasi waktu : 20 menit
Tempat : Ruang Parkit

A. Analisis Situasi :
Sasaran adalah orang tua dari An. R yang menderita diare. Orang tua An. R sedang menemani
An. R yang dirawat di Ruang Parkit RS TNI AU dr. Esnawan Antariksa. Tingkat pengetahuan
orang tua cukup baik.

B. Tujuan Pembelajaran :
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Setelah diberikan informasi kesehatan, diharapkan orang tua An. R dapat memahami
tentang diare.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :


Setelah dilakukan pemberian informasi kesehatan selama 1 x 20 menit, diharapkan orang
tua An. R dapat:
a. Menjelaskan pengertian diare
b. Menyebutkan penyebab diare
c. Menyebutkan gejala diare
d. Menyebutkan komplikasi diare
e. Menjelaskan pengobatan diare
f. Menyebutkan pengobatan diare dirumah
g. Menyebutkan pencegahan diare

C. Materi : (terlampir)
Kualifikasi materi :
1. Pengertian diare
2. Penyebab diare
3. Gejala diare
4. Komplikasi diare
5. Pengobatan diare
6. Pengobatan diare dirumah
7. Pencegahan diare
D. Metode :
a. Ceramah
b. Tanya Jawab

E. Media/Alat Bantu :
a. Leaflet

F. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM):


Tahap Kegiatan Media/
No Metode
(Waktu) Pendidikan kesehatan alat bantu
1 Perkenalan a. Mengucapkan salam Ceramah Leaflet
b. Menjelaskan tujuan
(3 menit)
c. Apersepsi tentang materi yang
akan dijelaskan
2 Kerja - Menjelaskan kepada orang tua Ceramah, Leaflet
(10 menit)
An. R tentang: Tanya
a. Pengertian diare Jawab
b. Jenis-jenis diare
c. Gejala diare
d. Komplikasi diare
e. Pengobatan diare
f. Pengobatan diare dirumah
g. Pencegahan diare
- Memberikan kesempatan kepada
orang tua An. R untuk bertanya
3 Terminasi - Merangkum materi yang telah Ceramah, Leaflet
(7 menit)
dijelaskan Tanya
- Mengevaluasi secara lisan untuk Jawab
mengetahui tingkat pencapaian
TIK
- Menutup penyuluhan dengan
membagikan leaflet
- Mengucapkan salam

G. Evaluasi :
1. Evaluasi Persiapan
a. Media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan lengkap, dalam kondisi baik, dan
dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan yaitu:
1) Leaflet
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar, suasana kondusif, dan orang tua
An. R memahami materi pendidikan kesehatan yang diberikan.
b. Orang tua terlihat sangat antusias dan mendengarkan penjelasan secara seksama.
c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antar penyuluh dengan sasaran sehingga
diskusi dapat berjalan dengan aktif.
d. Waktu pelaksanaan berjalan sesuai dengan rencana.
3. Evaluasi Hasil
Orang tua An. R mampu menjawab 80% pertanyaan yang diajukan.
a. Jenis tes : Formatif
b. Bentuk tes : Lisan
c. Pertanyaan :
1) Menjelaskan pengertian diare
2) Menyebutkan 3 penyebab diare
3) Menyebutkan 4 dari 6 gejala diare
4) Menyebutkan komplikasi diare
5) Menyebutkan 3 pengobatan diare
6) Menyebutkan 2 pengobatan diare dirumah
7) Menyebutkan 4 cara pencegahan diare
8) Mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar.
9) Menjelaskan cara membuat oralit
10) Menjelaskan penanganan pada anak yang terkena diare
11) Menyebutkan 3 tanda dehidrasi

H. Daftar Pustaka :
Subdit Pengendalian Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan. 2011. Situasi
Diare di Indonesia. Kemenkes RI (online). 07 November 2017.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT Fajar Interpratama
Desie Dwi Wisudanti. 2013. Pencegahan dan Penanganan Diare pada Anak. Dokter
Muslimah. (online). 07 November 2017
http://www.doktermuslimah.com/2013/05/pencegahan-dan-tatalaksana-diare-pada-
anak.html

Lampiran
MATERI PENGAJARAN
POKOK BAHASAN : Penyakit pada anak
SUB POKOK BAHASAN : Diare pada anak

A. PENGERTIAN
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-
anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang
hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun,
yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut
diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.

B. HASIL RISET TENTANG DIARE


1. Pola Penyebab Kematian
Berdasarkan pola penyebab kematian
semua umur, diare merupakan penyebab
kematian peringkat ke-13 dengan
proporsi 3,5%. Sedangkan berdasarkan
penyakit menular, diare merupakan
penyebab kematian peringkat ke-3
setelah TB dan Pneumonia. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel disamping:

Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007

2. Morbiditas Diare
Data berbasis pelayanan kesehatan, setelah tahun 2000 insidens Fluktuasi angka
insidens ini disebabkan persentasi kelengkapan laporan dari puskesmas dan rumah sakit
(RS) yang bervariasi pula dari tahun ke tahun. Dilaporkan oleh Ditjen PPM&PL,
persentase kelengkapan laporan dari puskesmas dari tahun 2001-2004 berkisar 13,6%-
24,4%, dan dari RS berkisar 15,4%-14,7%. 12 Pada tahun 2008, tiga provinsi tidak
mengirimkan laporan/data. Dari data STP Puskesmas yang diterima, kasus yang terbanyak
adalah pada kelompok umur 1- 4 tahun.
Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007

3. Penderita diare menurut kelompok umur


Bila dilihat per kelompok umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan
prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan
menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada
laki-laki dan 9,1% pada perempuan.

Sumber : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007

C. PENYEBAB DIARE
1. Sering mengkonsumsi makanan yang asam dan pedas.
2. Adanya virus, bakteri di usus.
3. Sering mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol.
4. Keracunan makanan.
5. Ketidakmampuan usus untuk mencerna susu.
6. Memakan makanan kotor/basi.
D. TANDA-TANDA DIARE
a. Buang air besar lebih dari 3x dengan konsistensi cair dan berdarah
b. Mulas sampai kram
c. Perut kembung
d. Hilangnya cairan dalam tubuh
e. Mual
f. Demam
g. Tidak nafsu makan
h. Anak rewel

E. KOMPLIKASI DIARE
1. Dehidrasi
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi:
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Baik
2) Mata : Normal
3) Rasa haus : Normal, minum biasa
4) Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sebagai berikut:
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi ringan/sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Gelisah, rewel
2) Mata : Cekung
3) Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
4) Turgor kulit : Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
1) Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Mata : Cekung
3) Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
4) Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke pelayanan kesehatan
2. Gangguan Pertumbuhan
Sewaktu anak mengalami diare anak akan malas makan/minum (anoreksia) bersamaan
dengan gejala muntah-muntah bersamaan dengan hilangnya kalori, nutrient dan komponen
nutrisi lainnya seperti vitamin mineral dan element essensial lannya. Pada saluran cerna
akan terjadi penurunan absorpsi nutrien (nutrional effect). Beberapa penelitian melaporkan
terdapat hubungan antara lamanya diare, berat diare dan angka kesakitan diare dengan
status gizi. Terapi nutrisi yang tidak adekuat pada anak dengan diare kronis dapat
menyebabkan terjadinya gangguan gizi yang berkelanjutan dan seperti sebuah lingkaran
setan, di mana diare kronis menyebabkan keadaan malnutrisi, dan keadaan malnutrisi
semakin memperburuk keadaan diare kronis pada anak. Jika anak sampai mengalami
malnutrisi, lama kelamaan akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan.
3. Kematian
Hilangnya nutrisi dan cairan secara bersamaan, membuat tubuh tidak mendapat
kecukupan nutrisi sehingga bisa mengakibatkan kematian.

F. PENGOBATAN DIARE
LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare)
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga
seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang
hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus.
2. Berikan obat Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan
diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan
menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar
67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus
diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 Mg) per hari selama 10 hari.
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada
anak diare.

4. Pemberian ASI / Makanan:


Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.
Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk
bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna
dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan.
5. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada
balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare
dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di anjurkan kecuali muntah berat.
Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
6. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila:
1) Diare lebih sering
2) Muntah berulang
3) Sangat haus
4) Makan/minum sedikit
5) Timbul demam
6) Tinja berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari.

E. Tatalaksana Diare di Rumah


Diare adalah mekanisme tubuh mengeluarkan racun, bakteri, virus. Anak-anak tidak boleh
dihentikan diarenya, karena menghambat pergerakan usus. Seolah-olah diarenya berhenti tapi
di dalam masih berlangsung. Efek sampingnya usus lecet.
1. Terusakan pemberian ASI jika anak masih menyusu pada Bunda, diperbanyak kuantitas
dan frekuensi pemberiannya.
2. Rehidrasi. Berikan cairan lebih dari biasanya. Berikan cairan rehidrasi oral khusus anak
(oralit anak) yang mengandung elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Anak yang
diare jangan hanya diberi air saja, sebaiknya diberikan cairan yang mengandung elektrolit
(natrium, kalium) dan kalori. Jangan menggunakan oralit dewasa, karena osmolaritasnya
lebih tinggi. Pada tahun 2004 WHO bersama UNICEF mengumumkan kesepakatan
mengubah penggunaan cairan rehidrasi oral yang lama menjadi cairan rehidrasi oral yang
memiliki osmolaritas rendah (hipoosmolar). Oralit dewasa bisa digunakan asalkan
dincerkan 2x, misal yang harusnya 1 sachet untuk 200 ml, maka dibuat 1 sachet untuk 400
ml. Atau Bunda bisa membuat larutannya sendiri.
Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia):
Larutan Garam-Gula Larutan Garam-Tajin
Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok makan
pasir, seperempat sendok teh garam munjung (100 gram) tepung beras, 1 (satu)
dapur dan 1 gelas (200 ml) air matang. sendok teh (5 gram) garam dapur, 2 (dua)
Setelah diaduk rata pada sebuah gelas liter air. Setelah dimasak hingga mendidih
diperoleh larutan garam-gula yang siap akan diperoleh larutan garam-tajin yang siap
digunakan. digunakan.
3. Selain cairan rehidrasi oral hipoosmolar, WHO dan UNICEF juga merekomendasikan
penggunaan zinc sebagai terapi tambahan untuk diare yang diberikan selama 10-14 hari
walaupun diare sudah berhenti. Kedua cara ini dinilai sederhana dan murah. Manfaat zinc
yaitu dapat meningkatkan imunitas, mengurangi lama, tingkat keparahan dan komplikasi
diare serta mencegah berulangnya kejadian diare 2-3 bulan setelah pengobatan. Di
indonesia pemberian zinc bersama cairan rehidrasi oral hipoosmolar juga
direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan mulai diperkenalkan
sejak bulan februari 2007. Zinc tersedia dalam bentuk tablet dan sirup, bentuk tablet adalah
tablet dispersible yang dalam waktu 30 detik atau kurang dari 60 detik telah larut dalam 5
ml air putih atau air susu. Cara pemberiannya tergantung pada umur anak yaitu untuk anak
berusia kurang dari 6 bulan diberikan zinc sebanyak 10 mg sekali sehari selama 10-14 hari,
sedangkan pada anak yang berusia lebih dari 6 bulan diberikan sebanyak 20 mg sekali
sehari selama 10- 14 hari.
4. Anak jangan dipuasakan. Makanan harus tetap diberikan tapi hindari sayuran karena serat
susah dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya. Buah-buahan juga dihindari
kecuali pisang dan apel karena mengandung kaolin, pektin, kalium yang berfungsi
memadatkan tinja serta menyerap racun.

5. Obat yang boleh diberikan yaitu biakan bakteri hidup seperti lactobacillus. Contohnya
Lacto-B, Lacto Bio, Protezin, dll. Karena penyebab tersering adalah virus, maka tidak
diperlukan antibiotik kecuali pada kasus yang terbukti ada infeksi bakteri misalnya
penyakit kolera yang disebabkan Vibrio cholerae, penyakit disentri yang disebabkan
bakteri atau amuba dengan ciri-ciri fesesnya bau sekali, ada lendir, darah, anaknya merasa
sakit sekali saat mau BAB. Untuk membuktikan infeksi bakteri dilakukan dengan
pemeriksaan feses rutin. Antibiotik yang digunakan harus berdasarkan resep dokter dan
harus dihabiskan untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut!

F. PENCEGAHAN DIARE
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah:
1. PERILAKU SEHAT
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam
bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi.
ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada
makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan
lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang
kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan
botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh (memberikan ASI
Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan
makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan
zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali
lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol.
Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol
untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan
terjadinya gizi buruk.
b. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan.
c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face-Oral kuman
tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau
benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau
tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai
risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan
air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a. Ambil air dari sumber air yang bersih.
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus
untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak.
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup.
d. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam
kejadian diare (Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).
e. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban
mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus
buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar
karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya.
Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban.
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang
atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
g. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi
tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah
imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
2. PENYEHATAN LINGKUNGAN
a. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara
lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan berbagai
penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut,
penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu
perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.
b. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat mencemari
tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak
sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah
sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus
disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan
sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat
pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau
dibakar.

Anda mungkin juga menyukai