KEPERAWATAN
9 Oktober 2015 Karya Ilmiah
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan
modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern
(Andrewset al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapimodalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004). Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif
sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem
pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).Terapi
komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan penyakit.
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :
1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat
dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda
nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan
sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan
endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer
normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga
akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal
terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektifitasnya.
PERAN PERAWAT
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung,
koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips& Taylor, 2001). Peran perawat sebagai
peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari
hasilhasil evidence-based practice.
pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini
berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama
dapat meningkat (HH, TH).
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas
(cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam dalam kehidupan sehari-hari dan
praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk
menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau
media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi
komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medis conventional.
jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/…
news.unpad.ac.id/?p=28917
ersamienptb.blogspot.com/…/terapi-komplementer-c
rumahkomplementer.blogspot.com/…/perawat-indone
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang
dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut
tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda
dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula
dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi
gangguan jiwa, antara lain dengan menggunakan pendekatan berdasarkan terapi modalitas dan
terapi komplementer.
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas
(cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam kehidupan sehari-hari dan praktek
keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menciptakan
lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh
dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi komplementer digunakan
bersama-sama dengan terapi medis conventional.
Sebenarnya terapi komplementer telah banyak ada di Indonesia, hanya saja peran perawat
belum begitu terlihat. Oleh karenanya makalah ini dibuat (disusun).
TINJAUAN PUSTAKA
mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi
yang actual.
Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus
Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu mengubah
pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi pikiran
klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.
5) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit
penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan
fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak
bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi
dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian
terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga,
apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga
seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3
(terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu
keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja
adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di
antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga,
eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi
keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani
untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan
dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
6) Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu
pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat
berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri
klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya
meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase orientasi.
Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi, kegiatan yang akan
dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah
sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa
terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok.
Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.
Di fase kerja terapi membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada
keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok melakukan
kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari
terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target
perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah
target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam hubungan
interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota kelompok untuk saling
memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari
terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan
masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.
7) Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses
pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang
tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
Role model
Kondisioning operan
Desensitisasi sistematis
Pengendalian diri
Terapi aversi atau releks kondisi
Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku
adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui praktek dan meniru
perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik kondisioning operan dan
desensitisasi.
Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi penghargaan
kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan
dan umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan
oleh klien. Misalnya seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi,
perawat memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang perilaku
segera mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat.
Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa segera mandi
setelah bangun.
Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu
teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan secara bertahap
memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut
secara bertahap dalam keadaan klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus
makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah
klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus tersebut.
Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih dengan teknik
pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata
positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku
yang lain sehingga menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien tersebut.
Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya
adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak perilaku yang maladaptive.
Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa menghilangkan stimulus positif sebagai “punishment”
terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi
perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat perilaku negatif tersebut.
8) Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain
perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya,
serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,
merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai bahwa anak dapat
menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang mengalami
ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga terpai bermain ini dianjurkan
untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien
yang mengalami penganiayaan.
Dalam hal pengobatan atau terapi alternative yang digunakan secara tersendiri
menggantikan pengobatan konvensional (kedokteran), maka sebutannya adalah pengobatan
alternative. Sedangkan bila cara pengobatan itu dilakukan bersama atau sebagai tambahan terhadap
pengobatan konvensional, maka sebutannya menjadi pengobatan komplementer karena kedua cara
pengobatan tersebut melengkapi satu sama lainnya. Sebagai contoh, banyak rumah sakit di china
menggunakan akupuntur untuk mengurangi rasa nyeri selama operasi, menggantikan anestesi (obat
bius). Dalam hal ini akupuntur disebut sebagai penngobatan komplementer.
Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan optimum
seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual. Fokus terapi komplementer adalah
kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh, pikiran dan spirit. Terapi komplementer bertujuan
untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau
meminimalkan efek samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkan penyakit.
Kedudukan titik-titik akupunktur ada pada sejumlah jalur Meridian utama. Ada 12 pasang
jalur Meridian yang secara sistematis tersebar pada kedua belahan tubuh (sebelah depan dan
belakang), dan 2 jalur meridian tambahan di sepanjang bagian tengan abdomen dan pnggung.
Hingga saat ini telah diidentifikasi atau ditemukan adanya lebih dari 300 titik akupunktur, masing-
masing dengan fungsi terapeutiknya sendiri. Sebagai contoh, titik Heju yang terletak diantara tulang
metacarpal pertama dan kedua, bisa mengurangi rasa nyeri di kepala dan mulut. Sehingga titik
Shenmen yang terletak di ujung medial dari pergelangan bisa menimbulkan efek ketenangan.
2) Masase
Hipocrates pernah menyatakan bahwa “dokter harus berpengalaman dalam banyak hal
termasuk dalam memijat”. Pijatan dapat meluruskan sendi yang terlalu lemas dan melemaskan sendi
yang terlalu kuat. Minat memijat dianggap telah dipengaruhi oleh Metzeger di Belanda dan di Inggris
pada abad ke 19 ahli pijat wanita dipekerjakan untuk memberikan terapi masase di bawah intruksi
yang diresepkan oleh dokter. Tahun 1985 perawat dipekerjakan sebagai pemijat medis. Standar
praktek diperkenalkan tahun 1920 oleh “Perkumpulan Pemijat Terlatih” dan akhirnya menjadi “The
Chartered Society of Massage and Medical Gymnastics” yang dipelopori oleh “Chartered Society of
Physiotherapy”. Seni masase digunakan oleh ahli fisioterapi sebagai metode analisis dan terapi
namun lebih sering digunakan dalam terapi kecantikan dan pengobatan.
Masase dalam pasien perlu pengkajian secara holistik. Pasien dengan varises vena, kondisi
dengan penyakit jantung, hipertensi, kondisi asmatik akut harus diidentifikasi dengan jelas.
Lingkungan untuk pemijatan harus tenang, hangat, penerangan memadai, dan alat yang digunakan
mudah terjangkau.
Ahli terapi harus berfokus pada diri mereka sendiri dalam perannya memberikan masase
sebagai mekanisme penyembuhan. Sentuhan harus menjadi medium komukasi dengan interupsi
verbal jika perlu. Masase perlu mengguanakan medium seperti minyak. Gerakan tangan harus tegas
dan menyeluruh. Penguabahan arah menuver masase harus terasa seperti pijatan lembut dan halus.
Mengurut
Mengurut adalah gerakan yang lembut, meluncur, dan ritmik yang selalu mengikuti arah
drainase vena menuju ke jantung. Tekanan dapat ringan atau dalam tergantung tujuannya dan
teknik ini baik untuk meningkatkan drainase vena dan limfatik, meningkatkan sirkulasi, dan fungsi
otot. Teknik ini dapat digunakan untuk mengkaji kondisi kulit, tingkat ketegangan atau relaksasi, dan
adanya pembengkakan dibawah kulit.
Meremas
Teknik meremas tangan harus tegas karena untuk menggerakan kulit diatas otot, otot diatas
otot atau jaringan diatas jaringan. Tangan diletakan pada posisi datar dan digerakan dengan arah
sirkular baik satu atau berlawanan. Teknik ini digunakan untuk menghilangkan tegangan.
Memijat
Teknik ini menggunakan ujung luar telapak tangan untuk membuat gerakan pendek, tajam,
dan gerakan mencincang. Menekan digunakan untuk melemaskan sekresi yang terhambat dari paru
sepeti kistik fibrosis. Tangan digerakan secara bergantian dengan cara cepat dan berulang-ulang.
Manfaat dari masase adalah meningkatkan sirkulasi, aktifitas refleks pada sistem saraf pusat,
perifer, dan otonom. Pijatan membantu vena balik dan menghilangkan sampah yang terakumulasi
dalam jaringan. Mengurut dan meremas menstimulasi sirkulais lokal dan mobilisasi jaringan lunak.
Manfaat secara psikologis yaitu berkaitan dengan timbal balik sentuhan dan proses relaksasi yang
berkaitan dengan masase.
Masase berguna untuk meningkatkan kesejahteraan individu baik sebagai terapi terpisah
atau pelengkap dalam pengobatan ortodoks. Masase secara klinis dapat digunakan untuk
mengurangi stress dan meningkatkan perbaikan jaringan dan kerusakan otot. Terapi ini dapat
dimasukan dalam aktivitas rutin seperti memandikan ditempat tidur dan perawaatn daerah tekanan.
Masase dapat digunakan sebagai teknik tersendiri atau dapat dikombinasikan dengan minyak sari
yang memberi lingkup terapeutik.
3) Akupresure
Pada dasarnya Akupresure berarti teknik pijat yang dilakukan pada titik-titik tertentu di
tubuh, untuk menstimulasi titik-titik energy. Titik-titik tersebut adalah titik-titik akupunktur.Tujuanya
adalah agar seluruh tubuh memperoleh jumlah ‘chi’ yang cukup sehingga terjadi keseimbangan chi
tubuh. ‘Chi’ adalah energy yang mengalir melalui jaringan diberbagai Meridian tubuh dan cabang-
cabangnya.
Akupunktur sering dilakukan dalam perpaduan dengan moksibusi. Moksibusi adalah proses
dimana batang moksa yang terbuat dari daun moksa kering dibakar, dan dipegang dalam jarak
sekitar 2,5 cm diatas kulit pasien, diatas titik-titik akupunktur tertentu. Tujuan dari prosedur ini
adalah untuk menghangatkan Chi dan darah di saluran Meridian.
4) Brain Gym
Brain gym adalah program yang disusun berdasarkan pola gerak. Latihan-latihannya menggali
kembali pola gerak masa pertumbuhan yang dilakukan anak-anak secara alamiah, sebagai bagian
dari proses tumbuh kembang mereka ketika masih bebas dari stress. Brain gym dikembangkan
berdasarkan himpunan hasil penelitian selama lebih dari 80 tahun, dari para terapis pendidikan,
optometris pertumbuhan dan para spesialis lain dalam bidang olah gerak, pendidikan dan
pertumbuhan anak-anak.
Bayi dilairkan dengan berbagai respons yang berifat refleks, sebagai stimulus yang akan
membantu otaknya dalam membentuk jalur neural yang vital. Jika bayi tumbuh menjadi anak atau
orang dewasa, akan tetapibayi masih memiliki berbagai refleks, ini pertanda bahwa tahap awal yang
penting dalam pertumbuhan otaknya belum terjadi, telah terhambat atau bahkan mengalami
kemunduran akibat pengalaman-pengalaman yang penuh stress secara fisik atau pikiran, dan
nantinya mengarah ke berbagai masalah yang lebih serius. Penelitian yang baru mengenai
kemampuan otak menunjukan bahwa hubungan sel-sel otak bisa diubah. Gerakan atau latihan tubuh
tertentu merangsang aspek-aspek tertentu dari fungsi otak. Dua puluh enam teknik brain gym
dirancang untuk mengaktifkan berbagai fungsi kognitif termasuk komunikasi, komprehensif dan
pengorganisasian informasi.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik
yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress)
emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Bentuk dari terapi lingkungan adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan, pengertian agar klien
dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab
Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan
bukan untuk menggantikan terapi medis.
Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan/wellness yang mencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara
fisik, emosional, mental dan spiritual.
3.2 SARAN
Kombinasi terapi modalitas merupakan suatu keharusan. Untuk itu perawat mempunyai peranan yang
sangat penting untuk mengkombinasikan berbagai terapi modalitas sehingga perubahan perilaku
yang dicapai akan maksimal. Untuk mencapai langkah ini tentu perawat maupun calon perawat
dituntut untuk meningkatnya kemampuannya dalam melaksanakan berbagai pendekatan/strategi
terapi modalitas ini.
Diharapkan mahasiswa/i mampu mengetahiui serta dapat mengaplikasikan terapi modalitas dan terapi
komplementer dalam melaksanakan asuhan keperawatan.