Anda di halaman 1dari 15

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM

KEPERAWATAN
9 Oktober 2015 Karya Ilmiah

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan
modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern
(Andrewset al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapimodalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).
Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.Pendapat ini
didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi (Smith et al., 2004). Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif
sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem
pelayanan kesehatan yang
umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM
Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).Terapi
komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan penyakit.

Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit ataupun


rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan
menggunakan
terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang, mengandung berbagai
unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer ini berkembang di
tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di tingkat individu maupun
kelompok
misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif (Hitchcock et al., 1999). Pengobatan
dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapatmeningkatkan
kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer terutama
akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin mengeluarkan
dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern menunjukkan bahwa
biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan setelah menggunakan
terapi komplementer (Nezabudkin, 2007). Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi
komplementer ataupun yang masih tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya pengunjung praktik terapi komplementer dan tradisional di berbagai tempat.
Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun kursuskursus terapi semakin banyak dibuka. Ini
dapat dibandingkan dengan Cina yang telah memasukkan terapi tradisional Cina atau
traditional ChineseMedicine (TCM) ke dalam perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder &
Lindquis, 2002). Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk praktik
keperawatan juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya kesempatan
praktik mandiri. Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat
dipertanggungjawabkan akan meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pelayanan
keperawatan.
Jenis – jenis Terapi Komplementer
Terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik,
diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal Di Amerika terapi komplementer kedokteran
dibagi empat jenis terapi : Chiropractic, Teknik Relaksasi (termasuk bagian dari
Hypnomedis), Terapi Masase dan Akupunktur.Menurut National Institute of Health (NIH),
terapi komplementer dikategorikan menjadi 5, yaitu :
-Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain
-Mind-body techniques : meditasi, hypnomedis
-Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi
-Energy therapies : terapi medan magnet
-Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu
sebagai berikut :

1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat
dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda
nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan
sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan
endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.

2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah
ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer
normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga
akibat tingginya tekanan udara.

3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa
herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal
terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektifitasnya.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah :


1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi,
penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati,
aromaterapi, ayurveda
3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat
urut
4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik

PERAN PERAWAT
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer
diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung,
koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya,
konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi ataupun sebelum mengambil
keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat menjadi pendidik bagi perawat di
sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di Australia dengan lebih dahulu
mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips& Taylor, 2001). Peran perawat sebagai
peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai penelitian yang dikembangkan dari
hasilhasil evidence-based practice.
pengembangan kebijakan, praktik keperawatan, pendidikan, dan riset. Apabila isu ini
berkembang dan terlaksana terutama oleh perawat yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan tentang terapi komplementer, diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama
dapat meningkat (HH, TH).
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas
(cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam dalam kehidupan sehari-hari dan
praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk
menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau
media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi
komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medis conventional.

jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/download/…
news.unpad.ac.id/?p=28917
ersamienptb.blogspot.com/…/terapi-komplementer-c
rumahkomplementer.blogspot.com/…/perawat-indone

KEPERAWATAN KOMUNITAS III TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN PADA BERBAGAI


KONDISI TERMASUK TERAPI KOMPLEMENTER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit
dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi
kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-
adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor
predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap
stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang
individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut adaptif atau
maladaptive.

Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang
dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut
tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda
dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula
dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi
gangguan jiwa, antara lain dengan menggunakan pendekatan berdasarkan terapi modalitas dan
terapi komplementer.
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas
(cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam kehidupan sehari-hari dan praktek
keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menciptakan
lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh
dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi komplementer digunakan
bersama-sama dengan terapi medis conventional.

Sebenarnya terapi komplementer telah banyak ada di Indonesia, hanya saja peran perawat
belum begitu terlihat. Oleh karenanya makalah ini dibuat (disusun).

1.2. TUJUAN PENULISAN


A. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang terapi
modalitas dan terapi komplementer
B. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
 Pengertian terapi modalitas,
 Jenis-jenis terapi modalitas,
 Definisi terapi komplementer,
 Jenis-jenis terapi komplementer.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TERAPI MODALITAS


A. Pengertian
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam
upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi keperawatan keluarga.

B. Jenis-jenis terapi modalitas


Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
1) Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan
individual antara seorang terapi dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin
antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan
yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga
melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di
awal hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan
konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress)
emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
 Tahapan orientasi
 Tahapan kerja
 Tahapan terminasi
Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Yang
pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan saling percaya dengan klien.
Hubungan saling percaya sangat penting untuk mengawali hubungan agar klien bersedia
mengekspresikan segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah
tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan
selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang
munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan yang klien hadapi.
Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk menentukan tujuan
yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat sebagai
terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi diri. Klien mengungkapkan
apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi
harus memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini
klien dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang terjadi
dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah perilaku dari perilaku
maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Setelah kedua pihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang mengawali
terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali maka perawat dapat melakukan
terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi adalah apabila klien telah
merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang lebih penting
adalah tujuan terapi telah tercapai.
2) Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan
perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan
semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien
untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan
interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan, pengertian
agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada
peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana
berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan,
meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan kembali ke
rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup di luar
lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan
rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.
3) Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana
gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang
memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak
mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian
spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat
adanya perubahan biokimiawi tertentu.
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi
psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak.
Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi
medikasi psikoaktif dan ECT.
4) Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi
perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor
dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat
tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan
berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola
berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang
diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:
 Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering

mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi
yang actual.

 Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus

sehingga terhindar dari distorsi pikiran.

 Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu mengubah

pola berfikir.

Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi pikiran
klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.
5) Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit
penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan
fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak
bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi
dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian
terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga,
apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk
mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga
seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3
(terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu
keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja
adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di
antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga,
eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi
keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani
untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan
dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.
6) Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu
pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat
berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri
klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya
meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase orientasi.
Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi, kegiatan yang akan
dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah
sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa
terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok.
Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.
Di fase kerja terapi membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada
keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok melakukan
kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari
terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target
perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah
target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam hubungan
interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota kelompok untuk saling
memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari
terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan
masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.
7) Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses
pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang
tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
 Role model
 Kondisioning operan
 Desensitisasi sistematis
 Pengendalian diri
 Terapi aversi atau releks kondisi
Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku
adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui praktek dan meniru
perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik kondisioning operan dan
desensitisasi.
Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi penghargaan
kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan
dan umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan
oleh klien. Misalnya seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi,
perawat memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang perilaku
segera mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat.
Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa segera mandi
setelah bangun.
Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu
teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan secara bertahap
memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut
secara bertahap dalam keadaan klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus
makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah
klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus tersebut.
Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih dengan teknik
pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata
positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku
yang lain sehingga menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien tersebut.
Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya
adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak perilaku yang maladaptive.
Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa menghilangkan stimulus positif sebagai “punishment”
terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi
perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat perilaku negatif tersebut.
8) Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat
berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain
perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya,
serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak,
merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai bahwa anak dapat
menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang mengalami
ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga terpai bermain ini dianjurkan
untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien
yang mengalami penganiayaan.

2.2 TERAPI KOMPLEMENTER


A. Pengertian
Terapi komplementer dan alternatif adalah terapi dalam ruang lingkup luas meliputi
system kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek yang berhubungan dengan teori-teori dan
kepercayaan pada suatu daerah dan pada waktu/periode tertentu. Terapi komplementer adalah
terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan
terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagai single therapy ketika digunakan untuk
meningkatkan kesehatan

Dalam hal pengobatan atau terapi alternative yang digunakan secara tersendiri
menggantikan pengobatan konvensional (kedokteran), maka sebutannya adalah pengobatan
alternative. Sedangkan bila cara pengobatan itu dilakukan bersama atau sebagai tambahan terhadap
pengobatan konvensional, maka sebutannya menjadi pengobatan komplementer karena kedua cara
pengobatan tersebut melengkapi satu sama lainnya. Sebagai contoh, banyak rumah sakit di china
menggunakan akupuntur untuk mengurangi rasa nyeri selama operasi, menggantikan anestesi (obat
bius). Dalam hal ini akupuntur disebut sebagai penngobatan komplementer.

Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness. Wellness mencakup kesehatan optimum
seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual. Fokus terapi komplementer adalah
kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh, pikiran dan spirit. Terapi komplementer bertujuan
untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau
meminimalkan efek samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkan penyakit.

B. Jenis–jenis terapi komplementer


1) Akupunktur
Praktik akupnktur menurut teori ini, Chi (atau Qi, atau ki, atau energi vital) dan darah
bersirkulasi di dalam tubuh melalui system saluran darah yang disebut meridian, dan
menghubungkan organ-organ internal dengan organ-organ eksternal atau jaringan. Dengan
merangsang titik-titik tertentu pada permukaan tubuh yang terletak di jalur meridian dengan
menggunakan jarum akupunktur atau moksibusi, maka aliran Chi dan darah bias diatur, dan dengan
demikian penyakit yang mengganggu bisa disingkirkan. Titik yang dirangsang tersebut disebut titik-
titik akupunktur atau Acupoints.

Kedudukan titik-titik akupunktur ada pada sejumlah jalur Meridian utama. Ada 12 pasang
jalur Meridian yang secara sistematis tersebar pada kedua belahan tubuh (sebelah depan dan
belakang), dan 2 jalur meridian tambahan di sepanjang bagian tengan abdomen dan pnggung.
Hingga saat ini telah diidentifikasi atau ditemukan adanya lebih dari 300 titik akupunktur, masing-
masing dengan fungsi terapeutiknya sendiri. Sebagai contoh, titik Heju yang terletak diantara tulang
metacarpal pertama dan kedua, bisa mengurangi rasa nyeri di kepala dan mulut. Sehingga titik
Shenmen yang terletak di ujung medial dari pergelangan bisa menimbulkan efek ketenangan.

2) Masase
Hipocrates pernah menyatakan bahwa “dokter harus berpengalaman dalam banyak hal
termasuk dalam memijat”. Pijatan dapat meluruskan sendi yang terlalu lemas dan melemaskan sendi
yang terlalu kuat. Minat memijat dianggap telah dipengaruhi oleh Metzeger di Belanda dan di Inggris
pada abad ke 19 ahli pijat wanita dipekerjakan untuk memberikan terapi masase di bawah intruksi
yang diresepkan oleh dokter. Tahun 1985 perawat dipekerjakan sebagai pemijat medis. Standar
praktek diperkenalkan tahun 1920 oleh “Perkumpulan Pemijat Terlatih” dan akhirnya menjadi “The
Chartered Society of Massage and Medical Gymnastics” yang dipelopori oleh “Chartered Society of
Physiotherapy”. Seni masase digunakan oleh ahli fisioterapi sebagai metode analisis dan terapi
namun lebih sering digunakan dalam terapi kecantikan dan pengobatan.

Masase dalam pasien perlu pengkajian secara holistik. Pasien dengan varises vena, kondisi
dengan penyakit jantung, hipertensi, kondisi asmatik akut harus diidentifikasi dengan jelas.
Lingkungan untuk pemijatan harus tenang, hangat, penerangan memadai, dan alat yang digunakan
mudah terjangkau.

Ahli terapi harus berfokus pada diri mereka sendiri dalam perannya memberikan masase
sebagai mekanisme penyembuhan. Sentuhan harus menjadi medium komukasi dengan interupsi
verbal jika perlu. Masase perlu mengguanakan medium seperti minyak. Gerakan tangan harus tegas
dan menyeluruh. Penguabahan arah menuver masase harus terasa seperti pijatan lembut dan halus.

Teknik dasar dalam masase :

 Mengurut
Mengurut adalah gerakan yang lembut, meluncur, dan ritmik yang selalu mengikuti arah
drainase vena menuju ke jantung. Tekanan dapat ringan atau dalam tergantung tujuannya dan
teknik ini baik untuk meningkatkan drainase vena dan limfatik, meningkatkan sirkulasi, dan fungsi
otot. Teknik ini dapat digunakan untuk mengkaji kondisi kulit, tingkat ketegangan atau relaksasi, dan
adanya pembengkakan dibawah kulit.

 Meremas
Teknik meremas tangan harus tegas karena untuk menggerakan kulit diatas otot, otot diatas
otot atau jaringan diatas jaringan. Tangan diletakan pada posisi datar dan digerakan dengan arah
sirkular baik satu atau berlawanan. Teknik ini digunakan untuk menghilangkan tegangan.

 Memijat
Teknik ini menggunakan ujung luar telapak tangan untuk membuat gerakan pendek, tajam,
dan gerakan mencincang. Menekan digunakan untuk melemaskan sekresi yang terhambat dari paru
sepeti kistik fibrosis. Tangan digerakan secara bergantian dengan cara cepat dan berulang-ulang.

Manfaat dari masase adalah meningkatkan sirkulasi, aktifitas refleks pada sistem saraf pusat,
perifer, dan otonom. Pijatan membantu vena balik dan menghilangkan sampah yang terakumulasi
dalam jaringan. Mengurut dan meremas menstimulasi sirkulais lokal dan mobilisasi jaringan lunak.
Manfaat secara psikologis yaitu berkaitan dengan timbal balik sentuhan dan proses relaksasi yang
berkaitan dengan masase.

Masase berguna untuk meningkatkan kesejahteraan individu baik sebagai terapi terpisah
atau pelengkap dalam pengobatan ortodoks. Masase secara klinis dapat digunakan untuk
mengurangi stress dan meningkatkan perbaikan jaringan dan kerusakan otot. Terapi ini dapat
dimasukan dalam aktivitas rutin seperti memandikan ditempat tidur dan perawaatn daerah tekanan.
Masase dapat digunakan sebagai teknik tersendiri atau dapat dikombinasikan dengan minyak sari
yang memberi lingkup terapeutik.

3) Akupresure
Pada dasarnya Akupresure berarti teknik pijat yang dilakukan pada titik-titik tertentu di
tubuh, untuk menstimulasi titik-titik energy. Titik-titik tersebut adalah titik-titik akupunktur.Tujuanya
adalah agar seluruh tubuh memperoleh jumlah ‘chi’ yang cukup sehingga terjadi keseimbangan chi
tubuh. ‘Chi’ adalah energy yang mengalir melalui jaringan diberbagai Meridian tubuh dan cabang-
cabangnya.

Akupunktur sering dilakukan dalam perpaduan dengan moksibusi. Moksibusi adalah proses
dimana batang moksa yang terbuat dari daun moksa kering dibakar, dan dipegang dalam jarak
sekitar 2,5 cm diatas kulit pasien, diatas titik-titik akupunktur tertentu. Tujuan dari prosedur ini
adalah untuk menghangatkan Chi dan darah di saluran Meridian.

4) Brain Gym
Brain gym adalah program yang disusun berdasarkan pola gerak. Latihan-latihannya menggali
kembali pola gerak masa pertumbuhan yang dilakukan anak-anak secara alamiah, sebagai bagian
dari proses tumbuh kembang mereka ketika masih bebas dari stress. Brain gym dikembangkan
berdasarkan himpunan hasil penelitian selama lebih dari 80 tahun, dari para terapis pendidikan,
optometris pertumbuhan dan para spesialis lain dalam bidang olah gerak, pendidikan dan
pertumbuhan anak-anak.

Konsep dan cara kerja brain gym:

Bayi dilairkan dengan berbagai respons yang berifat refleks, sebagai stimulus yang akan
membantu otaknya dalam membentuk jalur neural yang vital. Jika bayi tumbuh menjadi anak atau
orang dewasa, akan tetapibayi masih memiliki berbagai refleks, ini pertanda bahwa tahap awal yang
penting dalam pertumbuhan otaknya belum terjadi, telah terhambat atau bahkan mengalami
kemunduran akibat pengalaman-pengalaman yang penuh stress secara fisik atau pikiran, dan
nantinya mengarah ke berbagai masalah yang lebih serius. Penelitian yang baru mengenai
kemampuan otak menunjukan bahwa hubungan sel-sel otak bisa diubah. Gerakan atau latihan tubuh
tertentu merangsang aspek-aspek tertentu dari fungsi otak. Dua puluh enam teknik brain gym
dirancang untuk mengaktifkan berbagai fungsi kognitif termasuk komunikasi, komprehensif dan
pengorganisasian informasi.

Manfaat brain gym:


 Meningkatkan ketrampilan berbicara, mendengarkan, membaca, menulis dan matematika.
 Memperbaiki kemampuan konsentrasi dan daya ingat.
 Memperbaiki koordinasi tubu dan gerakan, olahraga, menari dan bermain musik.
 Membantu meningkatkan kemampuan dalam menyusun perencanaan dan mencapai tujuan dalam
berbagai aspek kehidupan.
 Teknik melepas ketegangan dan stress yang mujarab.
 Meningkatkan rasa percaya diri.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya
mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
 Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik
yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress)
emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
 Bentuk dari terapi lingkungan adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.
 Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan, pengertian agar klien
dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab
 Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan
bukan untuk menggantikan terapi medis.
 Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan/wellness yang mencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara
fisik, emosional, mental dan spiritual.
3.2 SARAN
 Kombinasi terapi modalitas merupakan suatu keharusan. Untuk itu perawat mempunyai peranan yang
sangat penting untuk mengkombinasikan berbagai terapi modalitas sehingga perubahan perilaku
yang dicapai akan maksimal. Untuk mencapai langkah ini tentu perawat maupun calon perawat
dituntut untuk meningkatnya kemampuannya dalam melaksanakan berbagai pendekatan/strategi
terapi modalitas ini.
 Diharapkan mahasiswa/i mampu mengetahiui serta dapat mengaplikasikan terapi modalitas dan terapi
komplementer dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai