RUMUSAN MASALAH
1. C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
1. Tujuan Khusus
1. D. METODE PENELITIAN
1. Study kasus yaitu dengan menggunakan proses keperawatan tahap pengkajian
dengan cara :
1. Wawancara langsung dengan Tanya jawab pada klien dan keluarganya.
2. Obsevasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan asuhan
keperawatan
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang spesifik tentang
penyakitnya melalui pemeriksaan secara (head to toe)
1. Study dokumentasi
1. Study perpustakaan yaitu mempelajari buku, literatur dan data– data yang ada
relevansinya dengan karya tulis ilmiah ini
1. E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi institusi Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli
1. Institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah
pengetahuan tentang penyakit diare di masyarakat sehingga dapat
mengurangi/menekan angka kejadian penderita diare
1. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman berharga dan tak terhingga serta dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam bidang asuhan keparawatan (ASKEP).
Menambah wawasan peneliti mengenai penyakit diare itu sendiri
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Diare adalah sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. (Hipocrates,
1985).
Diare adalah sebagai buang air besar yang tidak normal, bentuk tinja yang encer
dengan frekwensi lebih banyak dari pada biasanya (di bagian ilmu kesehatan anak
FKUI RCCMC).
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak-anak. Konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah, 1998).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair, setengah padat dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari pada biasanya (normal 100 – 200 ml) pertinja (Saifullah Noer, 1998).
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO 1980
dikutip dari mansjoer arief, dkk 1999)
1. 2. Penyebab / Etiologi
1. Diluar usus infeksi diluar usus tubuh manapun seperti pneumonia, infeksi
telinga, tonsillitis dapat menyebabkan mencret dalam stadium yang biasanya
ringan.
2. Didalam usus penyebab diare paling sering pada anak kecil adalah infeksi dengan
berbagai bakteri ini dapat terjadi karena infeksi oleh organisme disentri basiler,
bakteri disamping virus dan protozoa. Yang paling sering dijumpai dalam jumlah
besar yang berasal dari lingkungan kotor. Anak yang kurang gizi amat rentan
dalam periode bebas diare.
3. c. karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
4. Malabsorbsi lemak
5. Malabsorbsi protein
6. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
7. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Jarang tapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar.
1. 3. Patofisiologi
Diare disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Spesies tertentu bakteri
menghasilkan toksinyang mengganggu absorbsi usus dan dapat
menimbulkan sekresi berlebihan air dan elektrolitkedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare, karena terjadi peningkatan isi rongga usus. Akibat
terdapatnya zat-zat makanan yang tidak dapat diserap menyebabkan peningkatan
tekanan osmotik di dalam usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Gangguan motalitas usus seperti hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare dan sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan sehingga menyebabkan diare (Sacharin, RM).
1. 5. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi cairan
Jumlah cairan yang di berikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang
melalui diaredan/muntah (previous water loses= PWL), ditambah dengna
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, dan pernafasan (normal water
loses=NWL), dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan
muntah yang masih terus berlangsung (concomintcnt water loses=CWL). Jumlah
ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau
golongan umur. (mansjoer arief dkk.)
a) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2- tahun (BB 3-10 kg) sesuai
dengan derajat dehidrasi.
b) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 kg)
sesuai dengan derajat dehidrasi.
1. Ringan 30 80 25 175
2. Sedang 50 80 25 155
3. berat 80 80 25 185
c) Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur>15 tahun (BB 15-25 kg)
sesuai dengan derajat dehidrasi.
1. Ringan 25 65 25 115
2. Sedang 50 65 25 140
3. berat 80 65 25 170
No. Penilaian A B C
Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum.
Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan kehilangan cairan 5% dari berat
badan. Pada diare dengan dehidrasi ringan sudah Nampak tanda-tanda kekurangan
cairan yaitu penderita kekurangan nafsu makan dan aktifitasnya menurun. Cairan
untuk pengganti yang diperlukan untuk keadaan ini adalah elektrolit oral melalui
mulut dengan formula lengkap.
Diare dengan dehidrasi sedang ditandai dengan kehilangan cairan 6–10% berat
badan. Kasus ini memerlukan perhatian yang lebih khusus, pemberian oralit pada
penderita hendaknya dilakukan petugas kesehatan dari sarana kesehatan dan
penderita perlu diawasi beberapa jam lamanya (4-6 jam). Kalau penderita sudah
baik keadaannya boleh pulang dengan dibekali beberapa bungkus oralit.
Sedangkan kalau jatuh kedalam berat harus diupayakan pemberian cairan secara
parenteral. Bagi penderita yang boleh pulang agar diberi penyuluhan kepada orang
tuanya mengenai cara melarutkan dan pemberian oralit, juga agar ditekankan
bahwa pemberian oralit adalah pengganti cairan yang hilang bukan untuk
menghentikan diarenya dengan segera.
Pada umumnya cairan yang digunakan adalah Ringer Laktat (RL). Mengenai
pemberian cairan sebanyak beberapa yang harus diberikan tergantung pada berat
ringannya dehidrasi yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan dengan berat
badannya serta berat badan masing-masing anak dan golongan umur klien.
1. Makanan harus di teruskan bahkan di tingkatkan selama diare untuk menghindari
efek buruk status gizi
1. Bayi yang mendapatkan ASI sebelumnya jangan dihentikan.
2. Bayi yang sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan susu
formula.
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh di gunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya
untuk kebanyakan usus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada:
3) Diare perisisten
1. 6. Komplikasi
Akibat dari diare/kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebaga berikut :
1. 8. Pencegahan
1. Pemberian ASI saja dengan umur 4-6 bulan
2. Mencuci tangan sebelum dan susudah makan
3. Membuang tinja secara benar
4. Jangan makan sembarang makanan
5. Menggunakan air bersih dan dimasak untuk minum
6. Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal dua tahun pertama dan
mampertahankan status gizi dan imunisasi.
7. B. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK
1. 1. Pengertian
1. Faktor Keturunan/Herediter
1) Seks
2) Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan lebih besar dibanding anak Asia.
1. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Eksternal
Kebudayaan, Status sosial ekonomi keluarga, Nutrisi, Penyimpangan keadaan
sehat, Olah raga, Urutan anak dalam keluarga.
2) Lingkungan Internal
a) Intelegensi
b) Hormon
c) Emosi
Hubungan yang hangat dengan orang lain seperti dengan ayah, ibu, saudara, teman
sebaya serta guru akan memberi pengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial
dan intelektual anak. Cara anak berinteraksi dalam keluarga akan mempengaruhi
interaksi anak di luar rumah. Apabila keinginan anak tidak dapat terpenuhi sesuai
dengan tahap perkembangan tertentu dapat memberi pengaruh terhadap tahap
perkembangan selanjutnya.
Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat
merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah
dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai
keunikan secara individual.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula
dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal di bawah ini:
1. Directional trends
1. Sequential Trends
Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui, maka sequence dari tumbuh
kembang tersebut dapat diprediksi. Dimana hal ini berjalan secara teratur dan
kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap fase ini. Setiap fase dipengaruhi
oleh fase sebelumnya, Misalnya: tengkurap – merangkak; berdiri – berjalan.
1. Sensitive Period
Ada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh – kembang dimana anak
berinteraksi, terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik, Masa-
masa tersebut adalah sebagai berikut :
1) Masa Kritis
Yaitu masa yang apabila tidak di rangsang/berkembang maka hal ini tidak akan
dapat di gantikan pada masa berikutnya.
2) Masa Sensitif
3) Masa optimal
Yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya.
Misalnya: anak usia 3 tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-
bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan
yang optimal.
Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap
anak. Misalnya:
c) Dan sebagainya
Terdapat variasi yang besar, tetapi setiap anak akan melalui suatu ” milestone”
yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai
ciri tersendiri. Berdasarkan Hasil Rapat Kerja UKK pediatrik Sosial di Jakarta,
Oktober 1986, yaitu :
1. Masa Pranatal
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga
dapat diketahui kebutuhan pasien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan
sistematik akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
pasien serta memudahkan perumusan diagnosa keperawatan.
1. Diagnosa keperawatan
1. menurut Carpenito (2000) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah :
“Pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau potensial.
Perawat menggunakan proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesa
data klinis dan menentukan intervensi keperawatan, untuk mengurangi,
menghilangkan, atau mencegah masalah klien yang ada pada tanggung jawabnya”.
2. Doenges (1999) diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi,
memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap
masalah aktual dan resiko tinggi. Label diagnosa keperawatan memberi format
untuk mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan.
3. NANDA mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang
respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap mesalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung
gugat perawat.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan tanda dan
gejala-gejala yang ada yakni :
Intervensi :
5) Observasi TTV
Rasional :
1) membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode
penyakit
1. Diagnose keperawatan 2
Intervensi :
Rasional :
4) Cairan infus sangat baik, penting bagi yang mengalami defisit volume cairan
karena cairan langsung masuk ke pembuluh darah.
1. Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi :
Rasional
3) Baju yang tipis dan menyerap keringat membuat klien merasa cerah sehingga
memberikan kenyamanan pada klien.
1. Diagnosa Keperawatan 4
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Intervensi
3) Anjurkan pada orang tua klien untuk menghindari makanan yang berasa asam
dan merangsang.
Rasional
3) Makanan yang berasa asam dan yang mengandung gas akan meningkatkan
pH lambung.
1. Diagnosa Keperawatan 5
Intervensi
1) Kaji tingkat kecemasan orang tua/klien
Rasional
1) Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami oleh orang tua
klien.
1. Diagnosa keperawatan 6
Intervensi
Rasional
1. Diagnosa Keperawatan 7
Intervensi
Rasional
1. Diagnosa Keperawatan 8
Intervensi
1) Kaji pola tidur klien
Rasional
1. Diagnosa Keperawatan 9
Intervensi
4) Anjurkan pada ibu agar selalu menjaga kebersihan daerah bokong dan anus.
Rasional
1) Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan
lebih intensif.
1. Diagnosa 10.
Tujuan :menunjukan berat badan yang stabil atau meningkatkan berat badan
sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada malnutrisi
intervensi :
Rasional
.
BAB III
1. A. Pengkajian
Data umum
1. Identitas Klien
Nama : An.M
Umur : 12 Tahun
Agama : Kristen
Nama : Tn. M
Umur : 38 tahun
Agama : Kristen
Suku/Bangsa : sanger/Indonesia
Pekerjaan : Swasta
1. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : BAB encer lebih dari 7 kali sehari
2. Riwayat keluhan utama
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan buang air besar encer lebih dari 7 kali di
rumah dan muntah 1 kali, sejak 3 hari sebelum klien di bawah ke RS orang tua
klien mengatakan awalnya keluhan klien di rasakan karena klien terlalu banyak
makan mangga. Dan orang tua klien hanya memberikan obat-obatan yang dibeli
diapotik, namun tidak ada perubahan. karena kawatir akan kondisi anaknya orang
tua klien memutuskan untuk membawa klien ke RSU Mokopido tolitoli pada
tanggal 20-07-2012, jam 23.00 wita
Ayah klien mengatakan anaknya sudah BAB encer bercampur lendir ± 4 kali sejak
pagi hari , klien mengatakan Nafsu makan tidak ada, orang tua klien mengatakan
anaknya muntah 1 kali, klien juga mengatakan bahwa perutnya terasa sakit, sakit
seperti melilit, dirasakan pada seluruh bagian perut, nyeri di rasakan hilang timbul,
skala nyeri 6.
1) Menurut orang tua klien pada umur 9 tahun klien pernah masuk rumah
sakit dan di rawat inap di ruang Anggrek dengan kasus DBD, orang tua klien juga
mengatakan bahwa anaknya alergi terhadap telur dan mie instan namun tidak ada
riwayat alergi terhadap obat-obatan.
2) Orang tua klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit menular atau alergi terhadap makanan dan obat-obatan
1) Orang tua klien mengatakan dulu adik dari ibunya pernah menderita
berak-berak namun tidak sampai di rawat di RS, orang tua klien juga mengatakan
bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita alergi makanan dan obat-
obatan.
2) Genogram 3 generasi
A B
C D
Keterangan :
F : saudara klien
Keluarga klien mengatakan tidak mengetahui dengan pasti tentang penyakit yang
di derita anaknya. Mereka hanya mengetahui bahwa anaknya sakit perut dan berak-
berak.
1. Perilaku untuk mengetahui masalah kesehatan/penyakit
1. Data psikososial
Menurut ibu klien, klien biasa bermain dengan teman-teman sekolahnya dan
teman-teman di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Hubungan klien dan orang
tua klien dengan tenaga kesehatan baik.
Ibu klien merasa khawatir dengan penyakit anaknya karena anaknya berak-berak
dan muntah tetapi ibu selalu berdoa agar anaknya cepat sembuh. Ekspresi wajah
orang tua klien cemas. Orang tua kooperatif terhadap akan semua tindakan yang
dilakukan.
1. Riwayat spiritual
Orang tua klien beragama kristen. Klien biasa menjalankan ibadah remaja dan
ibadah setiap hari minggu.
Tabel 3.5. Pola kegiatan sehari-hari An.M dengan kasus diare derajat ringan
diruang teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
Nutrisi :
1
Jenis makanan nasi + lauk pauk Bubur + lauk pauk
Minum :
2
Frekwensi minum Sering Sering
Pola minum Air putih, susu, teh Air putih, susu, teh
Eliminasi
3
BAK :
BAB :
No
Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
Personal Hygiene
5
Mandi 2 x sehari Belum pernah
2 x sehari
3 x seminggu
Cuci rambut
Ganti pakaian
1. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah
Tanda-tanda vital :
Suhu : 38oc
RR : 20 x/menit
BB sebelum masuk RS : 37 kg
BB masuk RS : 35 kg
2×12+9=33
= 33 kg
1. Head to toe
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa,Tidak ada nyeri tekan. Tidak ada
oedema
2) Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris kiri kanan,Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak
ikterus, reaksi pupil terhadap cahaya isokor, pelebaran pupil simetris kiri kanan,
Mata tidak cekung, Tidak ada tanda-tanda peradangan pada konjungtiva
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, Tekanan bola mata seimbang kiri
kanan fungsi penglihatan baik, lapang pandang normal.
3) Hidung
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada sinus
maksilaris, sinus edmodalis dan sinus frontalis, fungsi penciuman baik
4) Telinga
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa. Tidak ada nyeri tekan pada tulang
mostoideus fungsi pendengaran baik
5) Mulut/Tenggorokan
Inspeksi : Selaput mukosa mulut Nampak kering, Lidah tidak kotor, Fungsi
mengecap dan mengunyah baik,Tonsil tidak meradang, mukosa bibir lembab
6) Leher
Inspeksi : Tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran pada leher.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, teraba denyut nadi karotis dua
jari lateral sinistra adam apel.
7) Dada dan paru-paru
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,Tidak ada masa pada dinding dada.
8) Jantung
Inspeksi : bentuk dada piquen chest, tidak ada pembesaran pada salah satu
dinding dada.
9) Abdomen
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, Turgor kulit menurun ,Tidak teraba
adanya pembesaran limpa, Tidak teraba adanya massa.
10) Genetalia/Anus
Inspeksi : tanpak adanya kemerahan
11) Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Tonus otot :
5 5
Ekstremitas Bawah
Tonus otot :
5 5
1. Pemeriksaan Penunjang.
1. cotrimoxazole 2 x 1 tablet/oral
2. Dialac 3 x 1gr/oral
3. Cefotaxim 2 x 1 gr/IV
4. Ketorolac 2 x 1 amp/IV
1. Cefotaxim 2 x 1 gr/IV
2. Ketorolac 2 x 1 amp/IV
3. IVFD RL RL 28 tetes per menit
1. Cefotaxim 2 x 1 gr/IV
1. Klasifikasi Data
1. Data Subjektif
1) Klien mengatakan Buang air besar encer 4 kali sejak tadi pagi
1. Data Objektif
2) Kesadaran : composmentis
Suhu : 38 oC
RR : 20 x/menit
1. Analisa Data
Tabel 3.7. Analisa Data An.M dengan kasus diare diruang teratai anak RSU
Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
No Symton Etiologi Problem
Data Subjektif
1 Proses infeksi Diare
– klien mengatakan BAB
encer ± 4 kali tadi pagi
Data Objektif
– kesadaran : composmentis
– BAB encer ± 4
– Vital sign:
HR : 102 kali/menit
RR : 20 kali/menit
SB : 38ºc
– Terpasang IVFD RL 20 Tpm
No
Symton Etiologi Problem
Data Objektif
– Skala nyeri 6
– TTV
HR : 102 x/menit
SB : 38ºc
RR : 20 x/menit
No
Symton Etiologi Problem
Data Subjektif
3 Kurang terpajan Kurang
– Orang tua klien mengatakan informasi tentang pengetahuan
tidak tahu tentang penyakit anaknya penyakit
Data Objektif
Tabel 3.8. Diagnosa berdasarkan prioritas masalah An.M dengan kasus diare ruang
teratai anak RSU Mokopido Tolitoli tanggal 21/07/2012
21 Juli 2012
3.
08.30 WITA
E. PERENCANAAN
Nd:60-100x/menit
No DIAGNOSA PERENCANAAN
dx KEPERAWATAN
1. hindari minuman
dingin
No
DX DIAGANOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
1. Hipotensi,
1. Observasi TTV takikardia,
demam dapat
menunjukan
respon terhadap
dan atau efek
kehilangan
cairan.
1. a.Cefotaxim
mengobati
infeksi suparatif
lokal.
1. Kolaborasi pemberian
obat b.dialac untuk
1. Cefotaxim mencegah dan
2. Dialac
No
DX DIAGANOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
memelihara
fungsi saluran
pencernaan
No
DX DIAGANOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
DS 1. Melaporkan
bahwa nyeri
Klien mengatakan sakit hilang
perut saat ingin BAB, 2. Vital sign dalam
nyeri di rasakan seperti rentang normal
melilit, nyeri di
rasakan di seluruh ND : 60-
bagian perut, di 100x/menit
rasakan hilang timbul.
SB : 36-37,5 ºc
DO
RR : 12-16x/menit 1. Atur posisi klien
1. Ekspresi wajah 2. Untuk
meringis mengetahui
2. Skala nyeri 6 tingkat nyeri
3. Peristaltik usus yang di alami
24x/menit klien, dan untuk
menentukan
intervensi
selanjutnya
No
DX DIAGANOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
1. WBC 19,5³m
1. a.untuk
mengurangi
nyeri
b.mengobati
infeksi
1. Kolaborasi pemberian
obat :
1. Ketorolac /IV
2. cefotaxim /IV
No PERENCANAAN
dx
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
No PERENCANAAN
DX DIAGANOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
SB : 37ºc
RR : 20x/menit
No
Dx DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
TANGGAL
Data Objektif SB : 37ºc
I
– Ku: lemah RR : 20x/menit
09.25
– Kesadaran:
composmentis
1. Menganjurkan
– Ekspresi kepada klien untuk
wajah klien banyak istirahat, dan
meringis mendekatkan alat-
alat yang di butuhkan
– Peristaltik 09.29 klien.(mendekatkan
usus 24 kali per gelas dan piring
menit kesisi kanan klien)
– Vital sign:
– Terpasang
IVFD RL 20 Tpm
No
Dx DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
TANGGAL
1. Hindari
I minuman yang
dingin
2. Observasi TTV
3. Kolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi
Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
RR :
20x/menit
A: masalah
belum
teratasi
RR : 20x/menit
1. Memberikan injeksi
cefotaxim 1 gr/Iv
2. Memberikan injeksi
ketorolac 1 amp/IV
Lanjutan tabel 3.10. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
No
Dx DIAGNOSA HARI/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
TANGGAL
diare. A : ,masalah
teratasi
SAP terlampir. P : intirvensi
dilanjutkan
dirumah
G. CATATAN PERKEMBANGAN
08.00 S:
I Minggu 22
juli 2012 1. Klien mengatakan hanya BAB encer berampas 4 kali
sejak semalam
2. Klien mengatakan perutnya masi sakit tapi sakitnya sudah
tidak seperti kemarin
O :ssss
1. KU : lemah
2. BAB 1 kali
3. Ekspresi wajah meringis
4. Skala nyeri 5
5. Terpasang IVFD RL 28 tpm
I:
1. mengobservasi TTV
HR :132x/menit
RR :22x/menit
SB :36,7ºc
R : intervensi di lanjutkan
08.35
08.40
08.40
09.00
12.00
S:
II Minggu 08.00
22 juli – Klien masih mengeluh sakit perut, nyeri seperti
2012 meleilit, dirasakan pada seluruh bagian perut, rasa nyeri
yang di rasakan klien datang kemudian hilang
O:
– TTV
HR : 132 x/menit
SB : 36ºc
RR : 22x/menit
I:
1. Mengkaji nyeri
Hasil :
HR : 132 x/menit
SB : 36ºc
RR : 22x/menit
R : intervensi di lanjutkan
O:
I:
E : masalah teratasi
R : intervensi di lanjutkan
lanjutan tabel 3.11. Catatan Perkembangan
S:
I Senin 08.30
– Klien mengatakan hanya BAB encer 1kali sejak
23 juli semalam
2012
– Klien mengatakan perutnya masih sakit
O:
– KU : lemah
– Skala nyeri 4
P : intervensi di lanjutkan
I:
HR :120x/menit
RR :20x/menit
09.15
SB :37ºc
R : intervensi di lanjutkan
08.30 S:
II Senin
– Klien masih mengeluh sakit perut saat ingin BAB,
23 juli nyeri seperti meleilit, dirasakan pada seluruh bagian perut,
2012 rasa nyeri yang di rasakan klien datang kemudian hilang
O:
– Skala nyeri 3
– TTV
HR : 120 x/menit
SB : 37ºc
RR : 20x/menit
P: intervensi di lanjutkan
I:
1. Mengkaji nyeri
Hasil :
HR : 120 x/menit
08.45
SB : 37ºc
RR : 20x/menit
1. Memberikan injeksi ketorolac 1 amp/IV
12.00
12.05
S:
I Selasa 08.00
– Klien mengatakan BAB lunak 1 kali sejak tadi
24 juli malam
O:
– Ku : baik
– Klien santai
– TTV
ND :100x/menit
SB : 36ºc
RR : 22x/menit
P: intervensi di hentikan
I:
E: masalah teratasi
R:
II Selasa S:
08.00
24 juli – Klien mengatakan perutnya sudah tidak sakit
2012
O:
– Klien tenang
– TTV
HR : 100 x/menit
SB : 36ºc
RR : 22x/menit
P: intervensi di hentikan
I:
E : masalah teratasi
R:
BAB IV
PEMBAHASAN
1. A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian ini harus
dilakukan secara komprenhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial,
maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi
tentang klien, dan membuat perumusan masalah yang di alami klien.
1. Secara teori pada pasien diare di dapatkan data pasien BAB encer lebih dari 3 kali
pada bayi dan 4 kali pada anak, cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, bunyi
usus hiperaktif, nafsu makan berkurang atau tidak ada, mungkin di sertai darah
dan/lendir, makin lama warna tinja menjadi kehijau-hijauan, dehidrasi, turgor kulit
menurun, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, suara menjadi
serak, takipnue, takikardia,
Hal ini terjadi karena dalam pengkajian pada An M denagn kasus diare penulis
tidak menemukan data-data tentang adanya penurunan turgor kulit, tulang pipi
menonjol, lidah menjadi kering, pasien cengeng, pasien gelisah, ujung-
ujung ekstremitas dingin
dan sianosis,gangguan biokimiawi seperti asidodis, takipnue, dan takikardia.
1. B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ini tidak diangkat kerena tidak di temukan data yang memungkinkan
untuk mengangkat diagnosa tersebut
1. b. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hypertermi berhubungan
dengan dehidrasi.
Diagnosa hypertermi tidak di angkat karena suhu 38ºc yang di alami klien hanya
berlangsung beberapa saat saja.
Diagnosa kecemasan tidak diangkat karena kecemasan orang tua klien akan
teratasi setelah di berikan HE yang merupakan salah satu dari tindakan
keperawatan untuk diagnosa ke tiga yaitu diagnosa kurang pengetahuan.
Diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ada data yang dapat dijadikan dasar untuk
mengangkat diagnosa tersebut.
Diagnosa gangguan pemenuhan istirahat tidur tidak di angkat karena dari hasil
pengkajian klien tidak mengalami masalah dalam hal pemenuahan istirahat tidur.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit tidak di angkat karena tidak di
temukan data yang dapat di jadikan rujukan untuk mangangkat diagnosa tersebut.
Diagnosa ini tidak di angkat karena penurunan berat badan yang di alami oleh
klien belum signifikan sehingga belum dapat dijadikan alasan yang kuat untuk
mengangkat diagnosa tersebut.
Berdasarkan diagnosa di atas kesenjangan yang terjadi adalah bahwa tidak semua
diagnosa yang ada pada teori juga terdapat pada studi kasus begitu pula sebaliknya.
Karena diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap perubahan
patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul akibat dari proses penyakit
yang setiap orang akan mengalami suatu perubahan yang berbeda sehingga
kesenjangan antara teori dan studi kasus sangatlah mungkin terjadi
C. Intervensi
Dalam tahap ini penulis mendapatkan fakta bahwa tidak semua intervensi yang ada
dalam teori dapat di aplikasikan ke dalam praktek, begitupun sebaliknya intervensi
yang tidak ada dalam teori namun dapat di aplikasikan kedalam praktek. Seperti
yang penulis temukan dalam penelitian ini, bahwa antara teori dengan praktek
terdapat kesenjangan. Adapun kesenjangan dalam perencanaan tersebut adalah :
Pada diagnosa ini tidak ada kesenjangan antara intervensi yang ada pada teori dan
intervensi yang terdapat dalam praktek.
Pada diagnosa ini penulis menemukan kesenjangan antara intervensi yang ada
dalam praktek, namun tidak terdapat dalam teori. Kesenjangan tersebut adalah
Penulis menggunakan intervensi ini karena intervensi yang terdapat dalam teori
tidak sesuai dengan masalah yang dialami klien saat ini sehingga penulis
mengajukan intervensi kaji skala nyeri untuk menggantikan intervensi tersebut.
Intervensi ini penulis tambahkan karena penulis merasa dengan pemberian Health
Educationakan menambah pemahaman klien dan keluarga tentang
penyakit diare dan dapat mengatasi masalah tersebut.
Kesenjangan antara intervensi yang ada dalam teori dan dalam study kasus terjadi
karena tidak selamanya intervensi yang ada dalam teori sesuai dengan kebutuhan
pasien, begitupun sebaliknya intervensi yang tidak ada dalam teori dapat
digunakan jika intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang dialami pasien
1. D. Implementasi
1. E. Evaluasi
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi (teratasi pada hari selasa tanggal 24 juli
2012)
2. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus (teratasi pada hari selasa tanggal
24 juli 2012)
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi tentang
penyakit (teratasi pada hari minggu tanggal 22 juli 2012).
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. I. IDENTITAS
Nim : 09096
Agama : Islam
@mail : Wahyu_f2wz@yahoo.com
Hp : 085340047540
BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan langsung pada klien An.M dan uraian
dari bab ke bab sebelumnya, maka penulis dapat menulis beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. 1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada klien An M dan keluarganya pada tanggal 21 juli 2012
di dapatkan data antara lain BAB encer ±4 kali, konsistensi feces cair bercampur
lendir, feces berwarna kuning kecoklatan, klien juga mengeluh sakit perut, orang
tua klien mengatakan anaknya muntah1 kali, orang tua klien mengatakan klien
menolak untuk makan, berat badan sebelum sakit 37 kg, berat badan sat sakit 35
kg, ND: 102xper menit, SB: 38ºc, RR: 20x per menit, terpasang IVFD RL 28 tpm.
1. 2. Diagnosa
Dalam menegakan diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada kondisi klien saat
ini, dan disesuaikan dengan konsep teori yang ada. Dari hasil analisa data yang di
temukan, di rumuskan 3 diagnosa keperawatan yaitu : diare berhubungan dengan
proses infeksi, nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik usus, kurang
1. 3. Intervensi
Pada tahap perencanaan kasus diare terdapat beberapa kesenjangan yang terjadi
sebagai akibat perubahan respon klien sebagaimana yang terdapat pada pengkajian.
Dengan adanya perubahan tersebut maka perencanaan yang disusun berubah
dengan beberapa penambahan yang disesuaikan dengan diagnosa yang muncul.
1. 4. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan secara umum penulis dapat merealisasikan rencana yang
telah di susun berdasarkan masalah yang muncul pada klien. Hal ini terwujud
berkat kerjasama, dukungan, serta sikap yang koomperatif dari klien, keluarga,
perawat ruangan dan profesi kesehatan lain yang ada di ruangan.
1. 5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang di tegakan maka
penulis menganalisa bahwa semua masalah yang di alami klien sudah teratasi. Hal
ini dapat terwujud karena tindakan yang bersifat kausal terhadap sumber penyakit.
1. B. Saran
2. Rumah Sakit Umum Mokopido Tolitoli
Perlunya penambahan jumlah tenaga perawat dan tenaga lainya, agar semua
petugas di tiap-tiap ruangan dapat bekerja sesuai dengan proporsinya masing-
masing sehingga perawat di ruangan dapat memberikan pelayanan yang maksimal
terhadap pasien-pasien dengan kasus diare.
1. Institusi Pendidikan
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat dan peneliti selama proses
pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri dalam
mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik bagi diri, keluarga
maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
1. Peneliti
1. Merupakan pengalaman yang tak terhingga yang dapat meningkatkan secara
khusus kualitas peneliti sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Akper, Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Akper Pemda Tolitoli, 2012
Carpenito, LJ. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGCJakarta, 2000,
Judith M, Buku saku diagnosis keperawatan NIC dan kriteria hasil NOC, ed.
7 jakarta EGC,2007
Mansyoer Arif. Dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, 1999, edisi 2 Jilid 1 –
2.
www.gooogle.com(http://adf.Iy/1487760/banner/http://mydocumentku.blogspot.com/2012/06
/kti-diare.html)/29-07-2012
www.google.com (http://hudenizia.blogspot.com/2010/12/kti-keperawatan-anak-
dengan-diare.html)12/10/07
http://www.google.com(http://skripsikti.blogspot.com/2011/07/kti-gambaran-kejadian-
diare-balita.html)12/10/07
www.google.com(http://suryaadinata.2011.proposaldiaretakasima.blogspot.comarchive.ht
ml)12/10/07
www.google.com(Hendra_tolen,2012http://2012.cityselatiga.blogspot.com/2012/05/penya
kit–diare.htm)12/10/07
PENYAKIT DIARE
OLEH:
WAHYUDDIN A TAHIR
NIM : 09096
AKADEMI KEPERAWATAN
TOLITOLI
2012
SATUAN ACARA PENYULUHAN DIARE
Waktu : 25 menit
1. TUJUAN
2. Tujuan intruksional umum (TIU)
1. MATERI PENYULUHAN
1. Pegertian diare
2. Penyebab diare
3. Tanda dan gejala penyakit diarel
4. Cara mengatasi diare
5. Cara mencegah penyakit diare
1. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
leaflet
MATERI PENYULUHAN
DIARE
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 kali sehari dengan/tanpa darah dan
atau lendir dalam tinja.
Awal : cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, timbul diare. Tinja menjadi cair, bisa mengandung darah dan/atau
lendir, anus dan sekitarnya lecet.
Muntah dapat terjadi sebelum dan/atau sesudah diare. Bila banyak kehilangan
cairan dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan menurun, pada bayi ubun-
ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, mata cekung, denyut nadi sangat cepat.
Catatan: 1 bungkus oralit = 1 gelas = 200 ml. Perkiraan oralit untuk kebutuhan 2
hari.
Berikan satu sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun, anak lebih tua
berikan beberapa teguk. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit, kemudian
berikan cairan lebih sedikit.
Dibuat dengan cara air matang sebanyak 5 gelas dicampur dengan 8 sendok teh
gula dan ½ sendok teh garam.
4. Beri makanan untuk cegah gizi : teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan :
Share this:
Facebook3
Terkait
Navigasi pos
← Older
Newer →
Tinggalkan Balasan
Cari
Pos-pos Terbaru
37
Tanda-tanda Radang
Situs-situs hipnosys baru gratis otodidak
CARA BUAT WEBSITE Gratis baru
Askep Apendisitis
Komentar Terbaru
Merpati10
April 2013
Kategori
Uncategorized
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Blog di WordPress.com.
Ikuti